Professional Documents
Culture Documents
proyek yang dikelola oleh Academy for Educational Development (AED) dan didanai oleh U.S. Agency for International Development (USAID). Pendapat yang tertuang dalam publikasi ini tidak mere eksikan pendapat USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
PANDUAN SOSIALISASI
DAFTAR ISI
Daftar Isi Kata Pengantar Pendahuluan Struktur Sosialisasi Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia a. Fakta Permasalahan Diare di Indonesia b. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia Tatalaksana Diare 1. Diare 2. Tatalaksana Diare a. Prinsip Tatalaksana Diare i. Mencegah Terjadinya Dehidrasi ii. Mengobati Dehidrasi (ORALIT) iii. Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) iv. Memberi Makanan v. Mengobati Masalah lain b. Prosedur Tatalaksana Diare
Rencana Terapi A Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi Rencana Terapi B Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang Rencana Terapi C Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
2 3 4 6 7 8 11 13 15 17 17 17 17 18 20 21 22 23 24 25 27 28 29 31 36
Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare a. Teknik/Keterampilan Komunikasi b. Tiga langkah cara mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare dirumah Lampiran Simulasi Konseling Daftar Referensi
KATA PENGANTAR
Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena mordibilitasnya cenderung meningkat, dari hasil survey mordibilitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2000 diketahui bahwa kasus diare di masyarakat sebesar 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 sebesar 374 per 1000 penduduk, tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) masih sering terjadi, tahun 2008 terjadi 49 KLB dengan dengan jumlah penderita 8133 meninggal 239 (CFR 2,94%), tahun 2009 terjadi 23 KLB dengan jumlah penderita 5734, kematian 98 (CFR 1,71%) dari hasil Riskesdas tahun 2007diare masih sebagai penyebab kematian nomor satu pada Balita. Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 Departemen Kesehatan Republik Indonesia memperbaharui tatalaksana diare yang dikenal dengan istilah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia. Lintas Diare meliputi pemberian oralit, Zinc selama 10 hari, pemberian ASI dan makanan sesuai umur, antibiotika selektif dan nasihat bagi penggunaan Zinc untuk penderita diare dapat mengurangi lama dan keparahan diare, mengurangi frekuensi dan volume buang air besar, serta mencegah kekambuhan kejadian diare sampai 3 bulan berikutnya. Salah satu langkah dalam pencapaian MDGs goal ke-4 adalah penurunan kematian anak sehingga perlu diterapkannya tatalaksana Diare yang benar di Sarana Kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya sosialisasi LINTAS Diare yang berkesinambungan, untuk itu harus disusun Panduan Tatalaksana Diare bagi petugas kesehatan. Terima kasih, kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku panduan ini dan sewaktu-waktu perlu ditinjau kembali untuk disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE NIP 195509031980121001
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei mordibitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2006 angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka kesakitan ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dan tahun 2003 sebesar 374 penduduk. Jumlah Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah penderita 8133 orang, meninggal 239 (CFR 2,94%) sedang tahun 2009 terjadi 24 KLB, dengan jumlah penderita meninggal 5756 orang meninggal 100 (CFR 1,74 %). Kematian balita karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001 terlihat terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT 2001 (13%), studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya dengan kematian bayi karena diare juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas 2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%). Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat bahwa pengobatan diare sebenarnya tidak terlalu sulit. Penggunaan ORALIT di beberapa negara sangat menurun termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survey IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare yang diberikan ORALIT/ ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan Rumah Tangga). Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No: 1216/MENKES/ SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare sesuai rekomendasi Joint Statement WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan penggunaan/pemberian ZINC dan ORALIT sebagai paduan obat diare. Studi WHO membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada penderita diare dapat mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut sebesar 20%, mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan terapi atau kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%. Selama ini masyarakat telah mengenal ORALIT sebagai obat diare yang sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1970-an dan dengan diperbaharuinya tatalaksana diare dengan menggunakan ZINC tentunya perlu mensosialisasikan ZINC kepada masyarakat agar mereka menggunakan ZINC dan ORALIT sebagai obat diare. Berdasarkan laporan SUSENAS 2007, sebanyak 58,9% keluarga membawa balita sakitnya untuk rawat jalan; sebagian besarnya dibawa ke Puskesmas (45%) dan 31,7 % dibawa ke praktek tenaga kesehatan. Sedangkan berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh POUZN (Point of Use Water Disinfection ZINC Treatment) Project yang dilaksanakan oleh AC Nielsen, Mei 2009 di Bandung; dalam perilaku mendapatkan saran kesehatan (care seeking behavior) maka ibu yang anaknya diare akan mencari nasehat dari tetangga (69%), dari bidan (31%), Puskesmas (16%), Posyandu (6%) dan Dokter (6%). Oleh karena itu penting untuk mensosialisasikan tatalaksana diare yang diperbaharui ini kepada bidan dan petugas kesehatan lainnya dan panduan ini dikembangkan sebagai alat bantu bagi petugas kesehatan untuk mensosialisasikan tatalaksana diare balita kepada rekan sesama profesi.
Tujuan Khusus
1. Petugas kesehatan mengetahui prosedur tatalaksana diare balita 2. Petugas kesehatan memiliki keterampilan konseling tatalaksana diare balita
IV. WAKTU
Pelaksanaan sosialisasi tatalaksana diare dilakukan selama satu hari
STRUKTUR SOSIALISASI
TABEL 1: STRUKTUR SOSIALISASI TATALAKSANA DIARE UNTUK PETUGAS KESEHATAN
JUDUL MATERI
Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare di Indonesia 1. Setelah sesi ini, peserta mengerti tentang fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia 2. Peserta mengetahui kebijakan pemerintah tentang pengendalian penyakit diare di Indonesia. 1. Fakta Permasalahan Diare pada Balita Di Indonesia 2. Kebijakan Pemerintah Tentang Pengendalian Penyakit Diare Di Indonesia: a. Tujuan Umum b. Kebijakan c. Strategi Tatalaksana Diare Konseling: Pentingnya Konseling Dalam Tatalaksana Diare
TUJUAN
Peserta mengenal diare dan Setelah sesi ini, tatalaksana diare balita. peserta mampu mempraktekkan prinsip-prinsip konseling dalam melakukan tatalaksana diare. 1. Diare Denisi diare Jenis diare Derajat dehidrasi diare Epidemiologi diare 2. Tatalaksana Diare: 2.1 Prinsip Tatalaksana Diare Mencegah Terjadi Dehidrasi Mengobati Dehidrasi (ORALIT) Mempercepat Kesembuhan (OBAT ZINC) Memberi Makanan Mengobati Masalah Lain 2.2 Prosedur Tatalaksana Diare Rencana Terapi A Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi Rencana Terapi B Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/ Sedang Rencana Terapi C Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat 1. Presentasi 2. Peragaan 3. Tanya Jawab 120 menit 1. 2. 3. 4. Curah pendapat Presentasi Peragaan Simulasi 1. Prinsip-prinsip konseling 2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare
POKOK BAHASAN
METODE WAKTU
20 menit
110 menit
Cara Memfasilitasi
POKOK BAHASAN:
Fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia
MEDIA:
1. Bahan presentasi 2. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare 3. Buku Saku Petugas Kesehatan
Langkah-langkah:
1. 2. 3. 4. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi Fasilitator menjelaskan tentang: fakta permasalahan diare pada balita di Indonesia Tanya Jawab Sesi ditutup
Materi
5,5% 6,4%
0,6% 22.3% Pneumonia Pertusis Diare Muntah-dehidrasi Malaria Campak-komplikasi DBD Infeksi Berat Tifoid Gizi Buruk & BGM Prematur BBLR Asfiksia/Distress Pernapasan Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis) Tetanus Neonatorum Ikterus Trauma Lahir Kelainan Kongenital Masalah lain (termasuk Kecelakaan) Tidak ada
Diare: 42%
Pneumonia 24% Diare 42%
0.3% Kelainan saluran cerna 4% Lain-lain 17% 14,1% 1,3% 0,8% 0,8% 1,4% Gangguan perinatal 36% 5,1% 9% 1,7% 1,2% 10,6% 9,1%
Malnutrisi, TB, Campak 5% Tetanus 3% Sepsis 4% Kel. Jantung kongenital & hidrosefalus 5% Kelainan saluran pencernaan 5%
Diare: 9 %
Diare: 9,1 %
Meningitis / enselfalitis 9%
Diare: 25,2%
Pneumonia Pertusis Diare Muntah-dehidrasi Malaria Campak-komplikasi DBD Infeksi Berat Tifoid Gizi Buruk & BGM Prematur BBLR Asfiksia/Distress Pernapasan Infeksi Berat (Sepsis/Meningitis) Tetanus Neonatorum Ikterus Trauma Lahir Kelainan Kongenital Masalah lain (termasuk Kecelakaan) Tidak ada Diare 25,2% Pneumonia 15,5%
1,6% 2,9% Peny. Saluran napas 23% Diare 13% 0,05% 2,7% 2,2% 0,2% 0,4% 0,7% 3,8% 2,4% 1,1% 0,4% Tifus 11% Peny. Syaraf 12% 3,6% 3,8% 15,1% 2,9%
NEC 10,7% Lain-lain (TB, Malaria, Leukimia) 9,7% Tenggelam 4,9% Campak 5,8% DBD 6,8% Meningitis / enselfalitis 8,8%
4,9%
Diare: 13 %
Diare: 15,3 %
Materi
10
Kejadian diare pada balita berdasarkan kategori umur dari hasil survei IDHS 2007 (Indonesian Demographic Health Survey) bahwa selama 2 minggu terakhir sebelum survey diketahui bahwa ada 20,7% yang terkena diare dari 3094 anak berumur 12-23 bulan yang disurvey dan merupakan yang paling sering terkena diare (lihat tabel 1). Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari data IDHS 2007 pada tabel 2 seperti penderita diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan selama diare, pemberian makanan selama diare, pemberian ORALIT bahkan masih banyak penderita diare yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1%). Demikian halnya pada grak 7 bahwa masih ada sekitar 15%-24% balita penderita diare yang memberi cairan lebih sedikit/tidak diberikan dan pemberian makan yang lebih sedikit/tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data tersebut di atas menunjukkan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare masih sangat rendah di Indonesia. Oleh karena itu sangat penting, agar petugas kesehatan yang memberikan perawatan balita diare perlu menginformasikan dan melibatkan keluarga dalam tatalaksana diare dan memberitahukan kepada ibu/ pengasuh balita cara melakukan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga.
Tabel 1: Kejadian Diare Pada Balita (dalam 2 minggu terakhir) Berdasarkan Kategori Umur (IDHS 2007)
Kategori umur < 6 bulan 6 - 11 bulan 12 - 23 bulan 24 - 35 bulan 36 - 47 bulan 46 - 59 bulan Diare dalam 2 minggu sebelum survey 11.7 17.6 20.7 15.3 9.9 8.3 Jumlah balita yang di survey 1686 1719 3094 3162 3098 3166
Tabel 2: Praktek Keluarga Dalam hal Pengobatan Diare Pada Saat Balitanya Terkena Diare (IDHS 2007)
% penderita diare yang dibawa ke petugas kesehatan 31.3 59.1 57.1 52.0 39.7 52.3
% diberi Cairan Rumah Tangga (CRT) yang direkomendasikan 7.3 15.4 25.2 25.1 29.3 21.4
Oralit,CRT atau meningkatkan pemberian cairan 33.4 51.7 67.9 65.1 59.7 68.0
Jumlah anak dengan diare 187 302 640 482 306 261
Grak 7: Praktek Pemberian Makan dan Minum/Cairan Pada Balita Selama Diare Oleh Keluarga (IDHS 2007)
60 50 40 30 20 10 0
Sama seperti biasa Ditingkatkan Lebih sedikit/ tidak diberi Sama seperti biasa Ditingkatkan Pemberian Makan Lebih sedikit/ tidak diberi
26
28
Cara Memfasilitasi
11
Pokok Bahasan:
1. Tujuan Umum Pengendalian Diare 2. Kebijakan Pengendalian Diare 3. Strategi Pengendalian Diare
MEDIA:
1. Bahan presentasi 2. Kebijakan Pemerintah tentang Pengendalian Penyakit Diare Di Indonesia 3. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi 2. Fasilitator menjelaskan tentang: a. Tujuan Umum Pengendalian Diare b. Kebijakan Pengendalian Diare c. Strategi Pengendalian Diare 3. Tanya Jawab 4. Sesi ditutup
Materi
12
TUJUAN
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait.
KEBIJAKAN
Kebijakan yang ditetapkan pemerintah untuk menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) karena diare adalah: Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di sarana kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga Melaksanakan Surveilens epidemiologi & Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek managerial dan teknis medis Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor Apa saja LINTAS DIARE? Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare ORALIT Untuk mencegah dehidrasi Melaksanakan evaluasi sebagai dasar perencanaan ZINC Mengurangi parahnya. selanjutnya. diare, mengurangi durasi dan mencegah berulangnya STRATEGI diare 2 sampai 3 bulan ke depan Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah adalah: 1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) 2. Meningkatkan tatalaksana diare di tingkat rumah tangga yang tepat dan benar 3. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) 4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif 5. Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi. Makan Teruskan pemberian ASI pada bayi 0 - 6 bulan. Balita > 6 bulan, berikan ASI dan MP ASI
Antibiotik Antibiotik diberi hanya Selektif pada penyakit kolera, diare berdarah Nasihat Segera kembali ke petugas kesehatan jika menemukan tanda bahaya
13
Tatalaksana Diare
1. Diare
Denisi diare Jenis diare Derajat dehidrasi diare Epidemiologi diare
Cara Memfasilitasi
14
Tatalaksana Diare
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Peserta mengenal diare dan tatalaksana diare balita
Pokok Bahasan:
1. Diare Denisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, epidemiologi diare 2. Tatalaksana Diare 2.2 Prosedur Tatalaksana Diare 2.1 Prinsip Tatalaksana Diare Mencegah Terjadi Dehidrasi Rencana Terapi A Untuk Terapi Diare Tanpa Mengobati Dehidrasi (ORALIT) Dehidrasi Mempercepat Kesembuhan (Obat ZINC) Rencana Terapi B Untuk Terapi Diare Dehidrasi Memberi Makanan Ringan/Sedang Mengobati Masalah Lain Rencana Terapi C Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
Media:
1. Bahan presentasi 2. Lembar balik 3. Contoh kasus 4. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita 5. Buku saku Petugas Kesehatan
Langkah-langkah:
1. Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi 2. Fasilitator menjelaskan tentang diare: denisi diare, jenis diare, derajat dehidrasi diare, dan epidemiologi diare 3. Fasilitator menjelaskan tentang gambaran umum tatalaksana diare: Prinsip Tatalaksana Diare dan Prosedur Tatalaksana Diare 4. Fasilitator menjelaskan tentang ORALIT dan fungsinya dalam mengobati dehidrasi serta memeragakan cara membuat larutan ORALIT dan cara pemberiannya 5. Fasilitator menjelaskan tentang ZINC dan fungsinya dalam pengobatan diare serta memeragakan cara memberikan ZINC 6. Fasilitator menjelaskan tentang prinsip-prinsip pemberian makan balita sakit 7. Fasilitator menjelaskan sekaligus memeragakan cara melakukan prosedur tatalaksana diare: Rencana Terapi A, Rencana Terapi B dan Rencana Terapi C 8. Fasilitator meminta salah satu peserta mengulang cara melakukan prosedur tatalaksana diare dengan studi kasus yang diberikan oleh fasilitator 9. Tanya Jawab 10. Sesi ditutup.
Materi
15
Diare
Apa sebenarnya Diare itu, mengapa penting untuk mengetahui tanda-tanda bahayanya?
SEBAB Mengapa balita bisa terkena diare BAHAYA Tanda-tanda bahaya diare DIARE Jelaskan bahwa ibu harus membawa balitanya kembali segera ke petugas jika balitanya mengalami tanda-tanda bahaya diare
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa diare sangat berbahaya terlihat dari hasil penelitianpenelitian. Oleh karena itu sangat penting untuk petugas kesehatan menjelaskan kepada ibu balita; apa sebenarnya diare dan apa tanda-tanda bahayanya. Dengan begitu ibu balita bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk menyelamatkan balitanya dari kematian. Berdasarkan denisi dari WHO (World Health Organization), salah satu lembaga PBB (Perserikatan bangsabangsa) mendenisikan bahwa DIARE adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu: 1. DIARE AKUT adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari, sedangkan 2. DIARE KRONIS/PERSISTEN adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari Berdasarkan Diare Bermasalah dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Disentri, yaitu diare dengan darah dan lendir dalam feses. 2. Diare kronis/persisten
yang terjadi lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari
Materi
16
Diare mungkin saja diikuti dengan penyakit penyerta seperti: ISPA: bronchial pneumonia, bronchitis, dll Saluran susunan saraf: meningitis, enfasilitis, dll Infeksi saluran kemih Infeksi sistemis lain: sepsis, campak, dll Kurang Gizi (KEP, kurang Vitamin A, dll) Penyakit lainnya
Epidemiologi Diare
Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh: A. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti; bakteri, virus, parasit B. Penurunan daya tahan tubuh C. Faktor lingkungan dan perilaku Dibawah ini penjelasan tentang epidemiologi penyebab penyakit diare: A. Infeksi (kuman-kuman penyakit) Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral) Di dalam istilah bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food, Finger, Fomites) siklus penyebaran penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui: Feces atau tinja Flies atau lalat Food atau makanan Fomites atau peralatan makanan Finger atau tangan (jari tangan) Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang menyebabkan penyakit diare: Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara esklusif (ASI eksklusif) sampai 6 bulan kepada bayi atau memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah Indonesia juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti bakteri E. Coli Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik Minum air/menggunakan air yang tercemar Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB anak Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan. B. Penurunan Daya Tahan Tubuh Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena diare Imunodesiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS) Segera proporsional, balita lebih sering terkena diare (55%). C. Faktor Lingkungan dan Perilaku Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis lingkungan yang faktor utama dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat.
Materi
17
Tatalaksana Diare
Prinsip Tatalaksana Diare adalah:
Kematian karena diare dapat dihindari jika diberikan: cairan rumah tangga, ORALIT, ZINC, Makanan sesuai umur (saat diare dan selama masa penyembuhan) dan mengobati penyakit penyerta.
PRINSIP TATALAKSANA DIARE A. Mencegah terjadinya dehidrasi B. Mengobati dehidrasi (ORALIT) C. Mempercepat kesembuhan (OBAT ZINC) D. Memberi Makanan E. Mengobati masalah lain PROSEDUR TATALAKSANA DIARE Rencana Terapi A Untuk Terapi Diare Tanpa Dehidrasi Rencana Terapi B Untuk Terapi Diare Dehidrasi Ringan/Sedang Rencana Terapi C Untuk Terapi Diare Dehidrasi Berat
B. MENGOBATI DEHIDRASI
Bila terjadi diare, segera bawa ke petugas kesehatan atau ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat sesuai dengan tatalaksana diare.
ORALIT
ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
MANFAAT ORALIT
ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan ORALIT. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Materi
18
Cara mencegah terjadinya dehidrasi yaitu dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang akibat diare, dan bisa dilakukan sejak awal di rumah
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendas merekomendasikan ORALIT dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan ORALIT osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan: a. Mengurangi volume tinja hingga 25% b. Mengurangi mual muntah hingga 30% c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%.
Oralit Osmolaritas rendah (WHO/UNICEF 2004) NaCl 2.6 g Na Citrate 2.9 g KCl 1.5 g Glucose 13.5 g Na+ 75 mEq/l K+ 20 mEq/l Citrate 10 mmol/l Cl65 mEq/l Glucose 75 mmol/l Osmolaritas. 245 mmol/l
1. Cuci tangan dengan air dan sabun 2. Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak/air teh (200 cc) 3. Masukkan satu bungkus ORALIT 200 cc 4. Aduk sampai larut benar 5. Berikan larutan ORALIT kepada balita.
Berikan 1/2 gelas larutan ORALIT setiap BAYI (< 1TAHUN) mencret
C. MEMPERCEPAT KESEMBUHAN
Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir jika balitanya mengalami diare dan tidak kunjung sembuh (diare terus menerus). Semakin panjang durasi diare maka semakin tinggi risiko balita mengalami dehidrasi dan terutama bagi balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi karena diare, bisa menyebabkan kematian pada balita. Selama bertahun-tahun WHO membuat penelitianpenelitian yang dapat menurunkan parahnya diare dan mempercepat kesembuhan.
Berikan 1 gelas larutan ORALIT setiap BALITA (USIA > 1 TAHUN mencret
Materi
19
ZINC
Bukti ZINC baik dan aman untuk pengobatan diare berdasarkan hasil penelitian Departement of Child and Adolescent Health and Development, World Health Organization yaitu:
BERIKAN OBAT ZINC SEKALI SEHARI SELAMA 10 HARI BERTURUT-TURUT MESKIPUN DIARE SUDAH BERHENTI UNTUK EFEKTIFITAS OBAT ZINC DALAM MEMPERCEPAT KESEMBUHAN, MENGURANGI PARAHNYA DIARE DAN MENCEGAH KAMBUHNYA DIARE SELAMA 2-3 BULAN KE DEPAN.
a. ZINC sebagai obat pada diare 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi ZINC (Penelitian di India) 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang 18% 59% mengurangi jumlah tinja Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan. b. ZINC dan pengobatan diare akut 25% mengurangi lama diare c. ZINC dan pengobatan diare persisten 24% diare persisten berkurang d. ZINC sebagai obat pencegah diare akut dan persisten Jika ZINC diberikan 5-7 kali per minggu dengan dosis yang dianjurkan (RDA) memberikan - 18% penurunan insiden diare - 25% penurunan diare Pada penelitian lanjutan didapatkan - 11% penurunan insiden diare persisten - 34% penurunan prevalen diare e. ZINC pencegahan dan pengobatan diare berdarah Pemberian ZINC baik dalam jangka pendek dan panjang terbukti menurunkan kejadian diare berdarah. f. ZINC dan penggunaan antibiotik irasional Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih 80% sedangkan jumlah diare yang seharusnya diberi antibiotik tidak lebih dari 20%, sangat tidak rasional, (data sesuai dari hasil presentasi dr. M. Juffrie, PhD, SpA(K) dalam Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia, Padang, 2008). Pemakaian ZINC sebagai terapi diare apapun penyebabnya akan menurunkan pemakaian antibiotik irasional.
ZINC tersedia di beberapa tempat seperti: 1. Puskesmas 2. Apotek 3. Rumah Sakit ZINC tersedia dalam kemasan:
Tablet
g. ZINC mengurangi biaya pengobatan Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan, Mengurangi jumlah pemakaian ORALIT. h. ZINC aman diberikan kepada anak.
Materi
20
D. MEMBERI MAKANAN
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita Umur lebih dari 6 bulan : 1 tablet /hari yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena perlu diperhatikan: 1. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0 24 bulan atau lebih). 2. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi. 3. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan: Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap. 4. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
1. Bayi berusia 0 6 bulan Saat usia ini, bayi HANYA diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari; pagi, siang maupun malam hari. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI. Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain: Bangkitkan rasa percaya diri ibu untuk HANYA memberikan ASI saja, jelaskan keuntungan ASI dan dengan memberi ASI saja mencukupi kebutuhan bayi meskipun bayi sedang diare Susui bayi lebih sering, lebih lama; pagi, siang maupun malam Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain
Materi
21
2. Bayi berusia 6 24 bulan Teruskan pemberian ASI Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut seperti bubur, susu, pisang Secara bertahap sesuai pertambahan umur berikan bubur tim lumat ditambah kuning telur/ ayam/ikan/ tempe Setiap hari berikan makanan sebagai berikut: Usia 6 bulan : 2 x 6 sdm peres Usia 7 bulan : 2 3 x 7 sdm peres Usia 8 bulan : 3 x 8 sdm peres
Selama diare dan selama masa penyembuhan: 1. Berikan ASI lebih sering dan lebih lama (bayi 024 bulan) 2. Berikan makanan sesuai umur lebih sering, sedikit-sedikit, lebih bervariasi, lebih lembut sejak bayi berusia 6 bulan 3. Petugas kesehatan memberikan Konseling kepada ibu dengan bayi agar kembali menyusui eksklusif, karena ASI memiliki antibodi yag penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi, disarankan kepada ibu untuk melanjutkan peran ASI hingga anak berusia 24 bulan
3. Balita umur 9 sampai 12 bulan Teruskan pemberian ASI Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau Setiap hari berikan makanan sebagai berikut: Usia 9 bulan : 3 x 9 sdm peres Usia 10 bulan : 3 x 10 sdm peres Usia 11 bulan : 3 x 11 sdm peres Berikan selingan 2 kali sehari di antara waktu pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
4. Balita umur 12 sampai 24 tahun Teruskan pemberian ASI Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur, buah Beri makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan Perhatikan variasi makanan Sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga
5. Balita umur 2 tahun lebih Berikan makanan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3 1/2 porsi makan orang dewasa Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan ANJURAN MAKAN UNTUK DIARE PERSISTEN Jika anak masih mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang dan malam Jika anak mendapat susu selain ASI: - Kurangi pemberian susu tersebut dan tingkatkan pemberian ASI - Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi di tambah tempe - Jangan diberi susu kental manis - Untuk makanan lain, ikuti anjuran pemberian makan sesuai dengan kelompok umur
Materi
22
23
A
Diare tanpa dehidrasi Bila terdapat dua tanda atau lebih Keadaan Umum baik, sadar Mata tidak cekung Minum biasa, tidak haus Cubitan kulit perut/turgor kembali segera
RENCANA TERAPI A UNTUK TERAPI DIARE TANPA DEHIDRASI
MENERANGKAN 5 LANGKAH TERAPI DIARE DI RUMAH 1. BERI CAIRAN LEBIH BANYAK DARI BIASANYA Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri ORALIT atau air matang sebagai tambahan Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan ORALIT atau cairan rumah tangga sebagai tambahan (kuah sayur, air tajin, air matang, dsb) Beri ORALIT sampai diare berhenti. Bila muntah, tunggu 10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit - Umur < 1 tahun diberi 50-100 ml setiap kali berak - Umur > 1 tahun diberi 100-200 ml setiap kali berak Anak harus diberi 6 bungkus ORALIT (200 ml) di rumah bila: - Telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C - Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan jika diare memburuk 2. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan ORALIT
BERI OBAT ZINC Beri ZINC 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI Umur < 6 bulan diberi 10 mg (1/2 tablet) per hari Umur > 6 bulan diberi 20 mg (1 tablet) per hari
3.
BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi makan Beri makanan kaya Kalium seperti buah segar, pisang, air kelapa hijau. Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih kecil (setiap 3-4 jam) Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan makanan tambahan selama 2 minggu
4.
5.
NASIHATI IBU/PENGASUH Untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila: Berak cair lebih sering Muntah berulang Sangat haus Makan dan minum sangat sedikit Timbul demam Berak berdarah Tidak membaik dalam 3 hari
24
B
Diare dehidrasi Ringan/Sedang Bila terdapat dua tanda atau lebih Gelisah, rewel Mata cekung Ingin minum terus, ada rasa haus Cubitan kulit pertu/turgor kembali lambat
RENCANA TERAPI B UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Bila BB tidak diketahui berikan ORALIT sesuai tabel di bawah ini: Umur sampai Berat Badan Jumlah cairan < 4 bulan < 6 kg 200-400 4-12 bulan 6-10 kg 400-700 12-24 bulan 10-12 kg 700-900 2-5 tahun 12-19 kg 900-1400
Bila anak menginginkan lebih banyak ORALIT, berikanlah Bujuk ibu untuk meneruskan ASI Untuk bayi < 6 bulan, tunda pemberian makan selama 3 jam kecuali ASI dan ORALIT Beri obat ZINC selama 10 hari berturut-turut
AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU MEMBERIKAN ORALIT: Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan Berikan sedikit demi sedikit tapi sering dari gelas Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian ORALIT dan berikan air masak atau ASI Beri ORALIT sesuai Rencana Terapi A bila pembengkakan telah hilang
SETELAH 3-4 JAM, NILAI KEMBALI ANAK MENGGUNAKAN BAGAN PENILAIAN, KEMUDIAN PILIH RENCANA TERAPI A, B ATAU C UNTUK MELANJUTKAN TERAPI Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing kemudian mengantuk dan tidur Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana Terapi B Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buah Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi C
BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA TERAPI B Tunjukkan jumlah ORALIT yang harus dihabiskan dalam Terapi 3 jam di rumah Berikan ORALIT 6 bungkus untuk persediaan di rumah Jelaskan 5 langkah Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah
25
C
Diare dehidrasi Berat Bila terdapat dua tanda atau lebih Lesu, lunglai/tidak sadar Mata cekung Malas minum Cubitan kulit perut/turgor kembali sangat lambat > 2 dtk
RENCANA TERAPI C UNTUK TERAPI DIARE DEHIDRASI BERAT DI SARANA KESEHATAN
Beri cairan Intravena segera. Ringer Laktat atau NaCl 0,9% (bila RL tidak tersedia) 100 ml/kg BB, dibagi sebagai berikut:
Ikuti Tanda Panah. Jika jawaban YA, Lanjutkan ke KANAN. Jika TIDAK, Lanjutkan ke BAWAH. Dapatkan Saudara memberikan cairan intervena? UMUR Bayi < 1 Tahun Anak >1 tahun Pemberian I 30ml/kg BB 1 jam* 30 menit* Kemudian 70ml/kg BB 5 jam 2 jam
* Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba Nilai kembali tiap 15-30 menit. Bila nadi belum teraba, beri tetesan lebih cepat. Juga beri ORALIT (5 ml/kg/jam) bila penderita bias minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak). Berikan obat ZINC selama 10 hari berturut-turut Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi derajat dehidrasi.
YA
TIDAK
Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan terapi. Rujuk penderita untuk terapi Intravena. Bila penderita bisa minum, sediakan ORALIT dan tunjukkan cara memberikannya selama di perjalanan. Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui Nasogastrik/Orogastrik. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam. Nilai setiap 1-2 jam: - Bila muntah atau perut kembung berikan cairan lebih lambat. - Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam rujuk untuk terapi Intravena. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai (A, B atau C) Mulai rehidrasi dengan ORALIT melalui mulut. Berikan sedikit demi sedikit, 20 ml/ kg BB/jam selama 6 jam. Nilai setiap 1-2 jam: - Bila muntah atau perut kembung, berikan cairan lebih lambat. - Bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk terapi Intravena. Setelah 6 jam nilai kembali dan pilih rencana terapi yang sesuai.
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
Catatan:
Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi ORALIT.
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah Saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan beri antibiotika yang tepat secara oral begitu anak sadar.
YA
26
Cara Memfasilitasi
27
Pokok Bahasan:
1. Prinsip-Prinsip Konseling 2. Simulasi konseling Tatalaksana Diare
Media:
1. 2. 3. 4. 5. Bahan presentasi Lembar balik Contoh kasus Formulir pengamatan praktek tatalaksana diare Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita
Langkah-langkah:
Fasilitator membuka sesi pertemuan dan menjelaskan tujuan sesi. Fasilitator menanyakan kepada peserta pengertian konseling yang mereka ketahui. Fasilitator menjelaskan tentang pengertian konseling dan prinsip-prinsip konseling di pelayanan kesehatan dan aplikasi prinsip-prinsip konseling pada tatalaksana diare. Fasilitator meminta pendapat peserta tentang: - Hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien penderita diare - Fasilitator menyimpulkan tentang hal-hal yang perlu di TANYA, LIHAT, dan PERIKSA pada pasien penderita diare sesuai dengan Tatalaksana Diare Fasilitator meminta peserta membagi kelompok dan kelompok diminta untuk melakukan simulasi tentang tata laksana diare di pelayanan kesehatan. Berikan kesempatan kepada kelompok mendiskusi peran masing-masing - Peran sebagai bidan/petugas kesehatan - Peran sebagai ibu/pengasuh dari balita yang sedang diare - Peran sebagai pasien yang sedang antri di pelayan kesehatan (sekaligus sebagai pengamat) Topik Simulasi, contoh kasus (terlampir): 1. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi 2. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare dehidrasi sedang/ringan 3. Ibu/pengasuh dari balita dengan diare tanpa dehidrasi dan mempunyai masalah pemberian makan Fasilitator memandu kelompok melakukan simulasi. Fasilitator meminta kelompok untuk mensimulasikan kasus yang diberikan kepada kelompoknya dan kelompok lainnya mengamati berlangsungnya simulasi dan membuat catatan tentang: teknik komunikasi/konseling (TANYA, DENGAR, PUJIAN, SARAN dan PERIKSA PEMAHAMAN) yang digunakan oleh petugas kesehatan ketika memberikan konseling kepada ibu. Fasilitator dan kelompok mendiskusikan hasil simulasi tentang hal-hal yang sudah dilakukan dengan baik dan yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan konseling Tatalaksana Diare. Fasilitator menjelaskan tentang tips melakukan konseling Tatalaksana Diare. Sesi ditutup.
Materi
28
BERI PUJIAN
Petugas kesehatan memberikan pujian kepada ibu balita/pengasuh jika melakukan tindakan yang baik dalam mengatasi penyakit/tanda-tanda bahaya sakit yang dialami balita. Komunikasi yang baik saat melakukan konseling: Pastikan ibu mengerti tentang cara melakukan tatalaksana diare di rumah sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan penting untuk: 1. Memberikan informasi yang tepat dan relevan kepada ibu 2. Memperagakan contoh cara melakukan tatalaksana diare dan 3. Minta ibu untuk mempraktekkan sendiri dan bantu ibu dengan sabar jika ibu belum mengerti cara melakukannya 4. Jika diperlukan jelaskan dan peragakan kembali cara melakukan tatalaksananya.
BERI SARAN
Gunakan kalimat yang dimengerti oleh ibu/pengasuh balita. Gunakan alat bantu yang ibu/pengasuh balita kenali. Berikan pujian jika ibu/pengasuh melakukan/ mempraktekkan dengan benar dan bantu ibu/ pengasuh jika ibu/pengasuh belum mempraktekkan dengan benar. Berikan kesempatan untuk melakukan praktek lebih dari satu kali jika dibutuhkan.
Materi
29
Dorong ibu/pengasuh untuk aktif bertanya jika ada hal-hal yang ingin dia tanyakan dan jawab semua pertanyaannya Berikan saran yang relevan saat ini
PERIKSA PEMAHAMAN
Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu/pengasuh untuk mengetahui pemahaman ibu dan berikan penjelasan ulang jika ibu/pengasuh balita belum paham. Hindari pertanyaan tertutup (pertanyaan yang mengarahkan). Sebagai petugas kesehatan, anda mengharapkan ibu/pengasuh balita mengerti cara merawat balita sakitnya setelah anda mengajarkannya. Dengan bertanya, anda akan tahu tingkat pemahaman ibu/pengasuh balita. TIGA LANGKAH DASAR CARA MENGAJARKAN IBU TENTANG TATALAKSANA DIARE BALITA DI RUMAH: 1. Berikan informasi kepada ibu, contoh bagaimana cara memberikan ZINC kepada bayinya. 2. Peragakan kepada ibu, contoh cara memberikan ZINC kepadanya bayinya. 3. Ibu diminta untuk mempraktekkan cara memberikan ZINC kepada bayinya. Setelah mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare, selanjutnya petugas kesehatan memeriksa pemahaman ibu, caranya: 1. Gunakan pertanyaan seperti; mengapa, bagaimana, kapana ibu harus melakukan tatalaksana diare di rumah 2. Hindari pertanyaan yang mengarahkan 3. Berikan waktu kepada ibu untuk berkir lalu menjawab pertanyaan 4. Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab dengan benar 5. Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau praktekkan kembali Ajarkan kepada ibu tentang tatalaksana diare di rumah: 1. Jelaskan apa tatalaksana diare dan mengapa harus melakukannya 2. Jelaskan langkah-langkah melakukan tatalaksana diare di rumah 3. Jika obat yang diberikan lebih dari satu jenis, perhatikan ketika ibu melakukannya. 4. Jelaskan kepada ibu berapa lama harus melakukan tatalaksana diare tersebut di rumah 5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan Ajarkan ibu tentang cara pemberian obat oral di rumah: 1. Berikan obat yang sesuai dan jelaskan dosis yang harus diberikan sesuai umur atau Berat Badan 2. Jelaskan alasan mengapa memberi obat tersebut dan penyakit yang diobati 3. Peragakan cara mengukur dosis yang diberikan 4. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita Ajarkan ibu tentang cara memberikan obat oral di rumah: 1. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita 2. Jelaskan dengan perlahan bagaimana memberikan obat, jelaskan label yang ada di obat dan paket obat yang diberikan 3. Jika obat yang diberikan lebih dari, hitung jumlah obat yang diberikan dan pisahkan obat berdasarkan jenis dan pisahkan di kantong yang berbeda 4. Jelaskan kepada ibu untuk menghabiskan semua obat yang diberikan meskipun balita sudah membaik dari sakitnya 5. Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan
Materi
30
A. KUNJUNGAN SEGERA
Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila: Berak cair lebih sering Muntah berulang Sangat haus Makan dan minum sangat sedikit Timbul demam Berak berdarah Tidak membaik dalam 3 hari
B. KUNJUNGAN LANJUTAN
Beritahukan kepada ibu melakukan kunjungan lanjutan ke sarana kesehatan meski balita Kunjuangan Jenis Diare lanjutan kelihatan membaik. - Jika balita tidak mempunyai masalah/penyakit Disentri 2 hari baru, gunakan instruksi MTBS kunjungan Diare persisten 5 hari lanjutan untuk masalah yang spesik: Diare dehidrasi ringan/sedang 3 hari Periksa balita sesuai instruksi Diare tanpa dehidrasi 3 hari Gunakan informasi untuk mengenali tanda-tanda bahaya yang dialami balita untuk memberikan perawatan yang sesuai - Lihat jika ada kemajuan anak (semakin membaik atau tidak) atau berikan pengobatan lain jika balita tidak membaik - Mungkin perlu mencoba obat jenis lain (second-line drug) - Untuk kunjungan lanjutan berikutnya jika: Balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan lanjutan 2 hari berikutnya Balita dengan diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan 5 hari berikutnya
31
KASUS 2:
Heryawan, anak umur 5 bulan, keluhan ibu walau Heryawan tetap bermain seperti biasa, minum seperti biasa tetapi Heryawan sudah mengalami diare selama 5 hari dengan batuk dan pilek dan Heryawan terlihat kurus. Sejak 1 bulan yang lalu, ibu memberi bubur encer 1x sehari dan susu sapi segar 2 kali setengah botol sehari. Tugas Kelompok: 1. Apa jenis diare yang dialami oleh Heryawan? 2. Apa perilaku yang salah dari ibu dalam merawat Heryawan? 3. Pengobatan yang dianjurkan? 4. Praktek konseling
32
KASUS 3:
Ibu membawa Rina anak perempuan, umur 11 bulan ke klinik karena menderita diare dan sudah diberikan teh manis selama diare yang sudah berlangsung 3 hari ini. Rina biasanya makan bubur beras, daging, sayuran dan buah. Ibu meneruskan pemberian makan tersebut dan tetap memberi ASI. Ibu mengatakan rumahnya jauh dari klinik sehingga ia tidak mungkin kembali ke klinik, walaupun keadaan anak memburuk. Pertanyaan: 1. Apa perilaku yang salah dari ibu tersebut? 2. Pengobatan apa yang dianjurkan 3. Praktek konseling
PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan berusaha mengerjakan hal-hal yang disampaikan petugas kesehatan. Setelah memberi ORALIT beberapa menit, sampaikan pada petugas kesehatan bahwa Yayuk memuntahkan cairan yang diberikan.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi B dan amati permainan peran ini. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
33
34
PERAN IBU:
Ibu mendengarkan keterangan petugas kesehatan dan mengikuti saran petugas kesehatan untuk melakukan tatalaksana diare di rumah.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A dan anjuran makan yang baik amati pemain peran ini. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
PERAN IBU:
Ibu memberikan keluhan yang dialami Rina dan situasi rumahnya yang jauh dari klinik.
PERAN PENGAMAT:
Lihat Rencana Terapi A. Perhatikan apakah petugas kesehatan memberi keterangan dengan baik dan hal apa lagi yang dapat dilakukan lebih baik.
35
Ya
Tidak
Catatan
36
Daftar Referensi
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Buku Saku Petugas Kesehatan: LINTAS DIARE-Lima Langkah Tuntaskan Diare, 2009. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Kader Untuk Memberantas Diare, 2007. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare, Edisi ke-5, 2007. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Pengendalian Penyakit Diare, 2009. Departemen Kesehatan RI, Buku Modul-4 Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008. Departemen Kesehatan RI, Buku Bagan Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008. Departemen Kesehatan RI, Buku Panduan Fasilitator Managemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Rev. 2008. Departemen Kesehatan RI, WHO, IDAI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit-Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota, cetakan 1, 2009. Fontaine, Oliver. 2008. Konika XIV-Ikatan Dokter Anak Indonesia, Sari Pediatri, Edisi Khusus, Suplemen, Vol. 10, No. 1. IMCI-Session 9 Counseling and Follow Up Care. http://www.scribd.com/doc/10508418/IMCI-Session-9Counseling-and-Followup-Care. Juffrie, M. Dr., PhD, SpA(K), 2008. Zinc: Tatalaksana Baru Diare. Makalah disajikan dalam Kongres XIV Ikatan Bidan Indonesia, Padang, Sumatera Barat, 2-6 November. Juffrie, M. Dr., PhD, SpAK, dan Mulyani, N.S., Dr., SpAK. Modul Pelatihan Diare, UKK Gastro-hepatologi IDAI, edisi pertama, 2009. Keamanan dan Efektivitas Pengobatan Zink Pada Managemen Diare. Medika, Desember 2008., No. 12 Tahun ke XXXIV, Desember 2008. LINKAGES. Facts for Feeding: Feeding Infants and Young Children During and After Illness., November 2006. Sulani, Fatni, dr. Hj. DTM&H, MSi. Analisa Situasi Balita Di Indonesia: SDKI 2007, Riskesdas 2007, Susenas 2007, Presentasi Direktorat Bina Kesehatan Anak, Departemen Kesehatan RI. WHO/UNICEF. Joint Statement Clinical Management of Acute Diarrhea. The United Nation Childrens Fund/ World Health Organization, 2004. Zinc Dalam Penatalaksanaan Diare .Ethical Digest, Agustus 2008., hlm. 44. Zinc sebagai Pengobatan Baru Untuk Semua Kasus Diare. Medika, Agustus 2008., No. 8 Tahun ke XXXIV. Zink sebagai Terapi Baru Tatalaksana Diare. Medika, Oktober 2008., No. 10 Tahun ke XXXIV. Zink Sangat Poten Untuk Pengobatan Diare. Medika, November 2008., No. 11, Tahun Ke XXXIV.