You are on page 1of 3

Scylla serrata Inayah M0411026

Kepiting bakau (S. serrata) merupakan salah satu biota potensial yang hidup di daerah mangrove memiliki nilai ekonomis tinggi. Dan merupakan spesies yang khas di kawasan hutan bakau (mangrove) dan hidup di daerah muara sungai dan rawa pasang surut yang banyak ditumbuhi vegetasi mangrove dengan substrat berlumpur atau lumpur berpasir. Di Indonesia banyak sekali jenis kepiting yang tersebar, mulai dari lingkungan air tawar, laut hingga daratan. Meskipun mampu hidup di air maupun di daratan, tetap ada tempat-tempat yang sangat disukai oleh jenis kepiting tertentu. Setiap kepiting mempunyai tempat hidup yang spesifik dan mungkin berbeda satu dengan yang lainnya, Pada umumnya kepiting ini banyak ditemukan di daerah hutan bakau. Berbagai jenis kepiting dapat dijumpai di perairan Indonesia. Diperkirakan terdapat 2500 jenis spesies di Indonesia dari total 4500 spesies yang terdapat di seluruh dunia. Namun tak semuanya bisa dikonsumsi. Ada empat jenis kepiting yang umumnya dikonsumsi. Mereka adalah S. serrata (duri di sikut dan dahinya sama-sama runcing), S. tranquebarica (duri di sikut sedikit runcing dan lunak di dahi), S. paramamosain (duri di dahi runcing tapi di siku lunak), S. olilvacea (duri di dahi dan sikutnya sama-sama lunak). Menurut Nontji (1993), S. serrata merupakan jenis kepiting yang paling popular sebagai bahan makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal. a. Klasifikasi Kepiting bakau (Scylla spp.) Sulistiono et al. (1992) dalam Mulya (2002) mengklasifikasikan kepiting bakau sebagai berikut: Filum Sub Filum Kelas Ordo Sub Ordo Famili Genus Spesies : Arthropoda : Mandibulata : Crustacea : Decapoda : Pleocyemata : Portunidae : Scylla sp. : Scylla serrata.

b. Morfologi Kepiting Bakau (Scylla sp.) Bentuk (habitus) kepiting bakau disajikan pada gambar:1 dibawah ini. Terlihat bentuk badannya yang didominasi oleh tutup punggung (karapas ) yang berkulit chitin yang tebal. Seluruh organ tubuh yang penting tersembunyi dibawah karapas itu. Anggota badannya berpangkal pada bagian dada (cephalus) tampak mencuat keluar di kiri dan

kanan karapas, yaitu 5 pasang kaki jalan. Kaki jalan terdepan (nomer 1) berbentuk capit yang besar; kaki jalan nomer 2,3 dan 4 berujung runcing yang berfungsi untuk berjalan; kaki jalan nomer 5 berbentu pipih berfungsi sebagai dayung bila ia berenang. Pada cephalus (dada) terdapat organ2 pencernaan, organ reproduksi (gonad pada betina dan testis pada jantan). Sedangkan bagian tubuh (abdomen) melipat rapat dibawah (ventral) dari dada. Pada ujung abdomen itu bermuara saluran cerna (dubur).

Gambar: bentuk morfologi kepiting bakau

c. Habitat dan daur hidup Tingkat perkembangan kepiting bakau dapat dibagi atas tiga fase yaitu fase telur (embrionik), fase larva dan fase kepiting. Selanjutnya Moosa et.al. (1985) dalam Mulya (2002) menyatakan perkembangan Scylla spp. mulai dari telur hingga mencapai kepiting dewasa mengalami beberapa tingakat perkembangan. Tingkat perkembangan tersebut antara lain tingkat zoea, tingkat megalopa, tingkat kepiting muda dan tingakat kepiting dewasa, pada tingkat zoe membutuhkan waktu 18 hari selanjutnya berganti kulit menjadi megalopa yang bentuk tunuhnya sudah mirip kepiting dewasa. Dari tingkat megalopa ke tingkat kepiting muda membutuhkan waktu 11-12 hari. Perairan di sekitar mangrove sangat cocok untuk kehidupan kepiting bakau karena sumber makanannya seperti benthos dan serasah cukup tersedia. Di alam biasanya kepiting bakau yang besar akan memakan kepiting bakau yang kecil, waktu makan kepiting bakau tidak beraturan tetapi malam hari lebih aktif dibanding siang hari sehingga kepiting bakau digolongkan sebagai hewan nocturnal yang aktif makan di malam hari (Queensland Departement of Primary Industries, 1989). d. Fisiologi kepiting bakau Alat reprodusi Kepiting bakau jantan dan betina dapat dibedakan dengan mengamati alat kelamin yang terdapat dibagian perut. Pada bagian perut jantan umumnya terdapat organ kelamin berbentuk segi tiga yang sempit dan dapat meruncing di bagian depan. Organ kelamin betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan di bagian depan agak tumpul. Kepiting jantan dan betina dibedakan oleh ruas abdomennya. Ruas abdomen kepiting jantan berbentuk segitiga, sedangkan pada kepiting betina berbentuk agak membulat dan lebih lebar. Dan perkawinan terjadi di saat suhu air mulai naik,biasanya betina akan mengeluarkan cairan kimiawi perangsang,yaitu pheromone kedalam air untuk menarik perhatian kepiting jantan,setela jantan berhasil terpikat maka kepiting jantan akan naik ke atas karapas kepiting betina untuk berganti kulit (molting),selama kepiting betina molting maka kepiting jantan akan melindungi kepiting betina selama 2-4 hari sampai cangkang

terlepas,kepiting jantan akan membalikkan tubuh kepiting betina untuk melakukan kopulasi/perkawinan.biasanya,kopulasi berlangsung 7-12 jam dan hanya akan terjadi jika karapas kepiting betina dalam ke adan lunak. spermatofor kepiting jantan akan di simpan di dalam supermateka kepiting betina sampai telur siap di buahi.telur di dalam tubuh kepiting betina yang suda matang akan turun ke oviduk dan akan di buahi oleh sperma. proses pemijahan kepiting bakau tidak halnya seperti udang yang hanya terjadi pada malam hari ( kondisi gelap ).kepiting bakau juga dapat melakukan perkawinan/pemijahan pada siang hari.

Daftar Pustaka Moosa, M.K., I. Aswandy dan A. Karsy. 1985. Kepiting Bakau-Scylla Serrata (Forskal) Dari Perairan Indonesia . LON-LIPI. Jakarta Nontji. A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan : Jakarta Sulistiono. N., Watanabe, S, Yokota and R. Fusera. 1996. The Fishing Gears And Methods Of The Mud Crab In Indonesia Cancer (S). Hal 23-26 (In Japanese) http://westpak44.blogspot.com/2009/12/fisiologi-kepiting-bakau.html waktu akses 4:39 PM 10 Januari 2013

You might also like