You are on page 1of 95

KAJIAN PUSTAKA FARMASI

EDISI REVISI IV

Oleh Drs Frans A.Rumate,Apt.

FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDDIN

2004

KATA PENGANTAR Pengadaan buku ini dimaksudkan untuk mengisi kelangkaan pustaka berbahasa Indonesia, khususnya pustaka kefarmasian, dengan tujuan untuk membantu mahasiswa, terutama mahasiswa Farmasi agar dapat berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan mengenai bidang keahliannya. Mengkomunikasikan suatu masalah ilmiah memerlukan bentuk dan tata cara tertentu, yang perlu dikuasai mahasiswa sebagai calon ilmuwan. Kemampuan ini perku diberikan pada awal tahun perkuliahan, agar selama menjalani proses belajar sampai tingkat akhir penyusunan Skripsi, mahasiswa sudah terbiasa untuk berpikir ilmiah, dan mampu mewujudkannya dalam bentuk tulisan ilmiah menggunakan format dan tata cara penulisan yang baku, dengan menggunakan ahasa Indonesia yang baik dan benar. Kompetensi seperti itu hanya dapat dikuasai mahasiswa dengan banyak membaca pustaka ilmiah, yang sebagian besar masih berbahasa asing, khususnya ahasa Inggris. Inti dari buku ini ialah penulisan ilmiah di perguruan tinggi, khususnya penulisan makalah atau !assignment" dan penulisan Skripsi. Meskipun buku ini khusus ditujukan untuk mahasiswa Farmasi, namun dapat pula digunakan oleh mahasiswa bidang studi lain dan praktisi kefarmasian di lapangan, terutama untuk keperluan tulis#menulis ilmiah. uku ini terdiri atas $ bagian agian I memaparkan ruang lingkup kefarmasian yang merupakan bidang keahlian utama mahasiswa sesuai pilihannya. %i samping definisi dan sejarah perkembangan farmasi, dibicarakan pula orientasi farmasi dan perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia dan beberapa pendidikan tinggi farmasi di luar negeri. agian II berisi ihwal tulis menulis di perguruan tinggi serta tata cara dan format penulisan ilmiah yang sangat diperlukan seorang ilmuwan. Mahasiswa sebagai calon ilmuwan perlu pula menghayati mengenai proses penalaran dalam pembentukan ilmu pengetahuan melalui proses berpikir ilmiah. agian III meruapakn pelengkap bagi kemampuan dan kompetensi penulisan ilmiah, yang meliputi penelusuran pustaka dan membaca efektif, teknik penerjemahan dari bahasa asing &Inggris' sebagai bahasa sumber ke ahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. (ulisan ilmiah seringkali perlu dipresentasikan dalam suatu forum tertentu. Karena itu sebagai pelengkap, diberikan pula teknik presentasi yang dikhususkan pada pembuatan dan pemakaian )*P+)*( sebagai media ,isual. %aftar Pustaka terdapat pada akhir setiap bagian. %an akhirnya, penulis menyadari bahwa sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. -ntuk itu diharapkan adanya balikan berupa koreksi dan komentar dari sejawat staf pengajar dan sejawat praktisi di lapangan demi penyempurnaan buku ini. Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih. uku ini telah mengalami re,isi ke#$ &(ahun.//.' sejak semula diterbitkan oleh 0embaga Penerbitan -1*2S pada tahun 3456. Karena adanya perkembangan baru, baik pada Struktur )rganisasi %epKes, Kurikulum Pendidikan (inggi Farmasi, dan perkembangan lain maka disusunlah 7disi 8e,isi yang I9 ini. Kampus (amalanrea, September .//: Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi i

DAFTAR ISI Halaman i ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI VISI DAN MISI DEPARTEMEN KESEHATAN BAGIAN I RUANG LINGKUP FARMASI I II III IV V VI VII ab PENDAHULUAN PERUBAHAN ORIENTASI FARMASI SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI PENGETAHUAN, ILMU DAN PROFESI VOKASI DAN KARIR DALAM BIDANG FARMASI PENDIDIKAN KEFARMASIAN PENDIDIKAN TINGGI FARMASI DI LUAR NEGERI DAFTAR PUSTAKA

1 1 3 4 7 1 17 !3

BAGIAN II PENULISAN ILMIAH Ba" I PENDAHULUAN II KAR$A ILMIAH III PEREN&ANAAN SKRIPSI IV PENALARAN DALAM TULIS MENULIS V METODE ILMIAH VI BENTUK DAN FORMAT PELAPORAN VII TEKNIK PENULISAN ILMIAH DAFTAR PUSTAKA BAGIAN III PELENGKAP PENULISAN ILMIAH Ba" I II III IV PENDAHULUAN MEMBA&A EFEKTIF TEKNIK MENERJEMAHKAN TEKNIK PRESENTASI DENGAN OHP(OHT DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 7! 7! '! )' )) !# !% 41 43 4' % %# 71

ii

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

V s Pem!an"unan Kesehatan ambaran masyarakat Indonesi di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memlili kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya di seluruh !ilayah Republik Indonesia" #ambaran keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai berikut$ INDONESIA SEHAT #$%$ Dalam Indonesia sehat 20%0, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusi& bagi ter!ujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan ka!asan yang ber!a!asan kesehatan serta ter!ujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai nilai budaya bangsa" 'erilaku masyarakat Indonesia Sehat 20%0 yang diharapkan adalah yang bersi&at proakti& untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi akti& dalam gerakan kesehatan masyarakat" Selanjutnya kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah yang mampu menjangkau pelayang kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersi&at ekonomi, maupun non ekonomi" 'elayanan kesehatan bermutu yang dimaksudkan disini adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan pro&esi" Diharapkan dengan ter!ujudnya lingkungan dan perilaku sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat tersebut diatas, derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal"

M s Pem!an"unan Kesehatan (ntuk dapat me!ujudkan )isi I*D+*ESI, SE-,. 20%0, ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan sebagai berikut$ %. Men""era&&an pem!an"unan nas 'nal !er(a(asan &esehatan /eberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata mata ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan , tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positi& pelbagai sektor pembangunan lainnya"(ntuk optimalisasi hasil serta kontribusi positi& tersebut, harus dapat diupayakan masuknya !a!asan kesehatan sebagai asas pokok program pembangunan nasional" Dengan perkataan lain untuk dapat ter!ujudnya I*D+*ESI, SE-,. 20%0, para penanggungja!ab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

iii

pembangunannya" 'rogram pembangunan yang tidak berkontribusi positi& terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negati& terhadap kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan" (ntuk dapat terlaksananya pembangunan nasional yang berkontribusi positi& terhadap kesehatan seperti dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem /esehatan *asional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional ber!a!asan kesehatan" #. Men)'r'n" &eman) r an mas*ara&at untu& h )up sehat /esehatan adalah tanggung ja!ab bersama dari setiap indi)idu, masyarakat , pemerintah dan s!asta" ,papun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran indi)idu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai" 'erilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan" +leh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat" +. Memel hara )an men n"&at&an pela*anan &esehatan *an" !ermutu, merata )an ter,an"&au" 0emelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau mengandung makna bah!a salah satu tanggungja!ab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat" 'enyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak semata mata berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan sebesar besarnya peran serta akti& segenap anggota masyarakat dan pelbagai potensi s!asta" -. Memel hara )an men n"&at&an &esehatan n) . )u, &eluar"a )an mas*ara&at !eserta l n"&un"ann*a 0emelihara dan meningkatkan kesehatan indi)idu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya mengandung makna bah!a tugas utama sektor kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap !arga negaranya, yakni setiap indi)idu, keluarga dan masyarakat Indonesia, tanpa meninggalkan upaya menyembuhkan penyakit dan atau pemulihan kesehatan" (ntuk terselenggaranya tugas ini penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah yang bersi&at promoti& dan pre)enti& yang didukung oleh upaya kurati& dan atau rehabilitati&" ,gar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan indi)idu, keluarga dan masyarakat diperlukan pula terciptanya lingkungan yang sehat, dan oleh karena itu tugas tugas penyehatan lingkungan harus pula lebih diprioritaskan"

i,

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

1,D,* 'E*#,2,S +1,. D,* 0,/,*,* LATAR BELAKANG


Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan igni!ikan pada indu tri !arma i" obat a li #ndone ia" makanan" ko metika dan alat ke ehatan$ %engan menggunakan teknologi modern" indu tri-indu tri ter ebut kini mampu memproduk i dalam kala yang angat be ar mencakup berbagai produk dengan &range& yang angat lua $

%engan dukungan kemajuan teknologi tran porta i dan entry barrier yang makin tipi dalam perdagangan interna ional" maka produk-produk ter ebut dalam waktu yang amat ingkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan di tribu i yang angat lua dan mampu menjangkau eluruh trata ma yarakat$

Kon um i ma yarakat terhadap produk-produk termak ud cenderung teru meningkat" eiring dengan perubahan gaya hidup ma yarakat terma uk pola kon um inya$ 'ementara itu pengetahuan ma yarakat ma ih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk ecara tepat" benar dan aman$ %i lain pihak iklan dan promo i ecara gencar mendorong kon umen untuk mengkon um i ecara berlebihan dan eringkali tidak ra ional$

(erubahan teknologi produk i" i tem perdagangan interna ional dan gaya hidup kon umen ter ebut pada realita nya meningkatkan re iko dengan implika i yang lua pada ke ehatan dan ke elamatan kon umen$ Apabila terjadi produk ub tandar" ru ak atau terkontamina i oleh bahan berbahaya maka ri iko yang terjadi akan ber kala be ar dan lua erta berlang ung ecara amat cepat$

)ntuk itu #ndone ia haru memiliki 'i tem (engawa an *bat dan +akanan ,'i (*+- yang e!ekti! dan e!i ien yang mampu mendetek i" mencegah dan mengawa i produk-produk termak ud untuk melindungi keamanan" ke elamatan dan ke ehatan kon umennya baik di dalam maupun di luar negeri$ )ntuk itu telah dibentuk Badan (*+ yang memiliki jaringan na ional dan interna ional erta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilita pro!e ional yang tinggi$

VISI
+enjadi in titu i terpercaya yang diakui ecara interna ional di bidang pengawa an obat dan makanan untuk melindungi ke ehatan ma yarakat$

MISI
.$ +elindungi ke ehatan ma yarakat dari ri iko peredaran produk terapetik" alat ke ehatan" obat tradi ional" produk komplemen dan ko metik yang tidak memenuhi per yaratan mutu" keamanan dan kha iat/keman!aatan erta produk pangan yang tidak aman dan tidak layak dikon um i$ +elindungi ma yarakat dari bahaya penyalahgunaan dan penggunaan yang alah dari produk obat" narkotik" p ikotropik dan 1at adikti! erta ri iko akibat penggunaan produk dan bahan berbahaya$

0$

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

2$

+engembangkan *bat A li #ndone ia dengan mutu" kha iat dan keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan ecara ilmiah dan dapat digunakan untuk meningkatkan ke ehatan ma yarakat (engaturan" regula i" dan tandardi a i4 Li en i dan erti!ika i indu tri di bidang !arma i berda arkan 5ara-cara (roduk i yang Baik4 E6alua i produk ebelum dii1inkan beredar4 Post marketing vigilance terma uk ampling dan pengujian laboratorium" pemerik aan arana produk i dan di tribu i" penyidikan dan penegakan hukum$ (re-audit dan pa ca-audit iklan dan promo i produk4 Ri et terhadap pelak anaan kebijakan pengawa an obat dan makanan4 Komunika i" in!orma i dan eduka i publik terma uk peringatan publik

3)NG'# BA%AN (*+


,i

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

BAGIAN I I*

RUANG LINGKUP FARMASI

PENDAHULUAN

Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan &selection', aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat &drugs' dan sediaan obat &medicine'. Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep &prsecription' dokter beri;in, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai +4,* Kata farmasi diturunkan dari bahasa <unani !pharmakon", yang berarti cantik atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan selanjutnya berubah lagi menjadi obat atau bahan obat. )leh karena itu seorang ahli farmasi &Pharmacist' ialah orang yang paling mengetahui hal ihwal obat. Ia satu#satunya ahli mengenai obat, karena pengetahuan keahlian mengenai obat memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai semua aspek kefarmasian seperti yang tercantum pada definisi di atas. agian I tulisan ini membicarakan ruang lingkup farmasi, meliputi perkembangan orientasi farmasi= sejarah farmasi, farmasi sebagai ilmu dan profesi, karir dan pekerjaan Farmasis, dan pendidikan farmasi. Perkembangan farmasi suatu negara tercermin dalam kurikulum pendidikan tingginya, karena kurikulum pendidikan merupakan gambaran kebutuhan masyarakat akan jenis kemampuan dan keterampilan dalam bidang keahlian tertentu. )leh karena itu sebagai perbandingan dibicarakan pula pendidikan Farmasis pada beberapa perguruan tinggi diluar negeri. II* PERUBAHAN ORIENTASI FARMASI

Mengikuti perkembangan ;aman, telah terjadi pula perubahan penekanan pada pengertian dan orientasi farmasi. Pada awalnya profesi farmasi itu dikatakan merupakan seni &arts' dan pengetahuan &science'. *al ini dapat dilihat pada buku teks yang digunakan di perguruan tinggi farmasi pada awal pertengahan abad ke#./, yang antara lain berjudul !Sco,ille>s (he 2rt of ?ompounding ! &Seni Meracik )bat', dan !8ecepteerkunde" &Ilmu 8esep' karangan ,an %uin, dan ,an der @ielen. %efinisi obat menurut -ndang#-ndang 1o. A (ahun 34B/ tentang Farmasi C .. obat yang dibuat dari bahan yang berasal dari binatang, tumbuh#tumbuhan, mineral, dan obat sintetis . %efinisi ini lebih menekankan sumber atau asal diperolehnya obat. Perkembangan farmasi setelah itu berorientasi pada teknologi seperti tergambar oleh buku teks yang populer pada saat itu, dan masih digunakan sampai sekarang C ! Pharmaceutical (echnology" oleh 0achman. %alam Kebijaksanaan )bat 1asional &K)12S, 345/' C DD obat ialah bahan atau paduan bahan yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

%efinisi obat ini lebih ditekankan pada tujuan penggunaannya

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

Perkembangan farmasi sangat dipengaruhi pula oleh perkembangan orientasi di bidang kesehatan. !@orld *ealth )rgani;ation" &@*)' yang beranggotakan negara#negara di dunia, termasuk Indonesia, pada tahun 5/#an mencanangkan semboyan !*ealth for 2ll by the year .///", yang merupakan tujuan sekaligus proses yang melibatkan seluruh negara untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya, suatu derajat kesehatan yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat memperoleh kehidupan yang produktif secara sosial maupun ekonomis. Semboyan tadi dirumuskan melalui suatu konsep bernama !Primary *ealth ?are" dalam konperensi internasional di 2lma 2tta 34A5, sehingga konsep itu dikenal dengan nama %eklarasi 2lma 2tta. %eklarasi ini merupakan kunci dalam pencapaian tujuan pengembangan sosio#ekonomi masyarakat dengan semangat persamaan hal dan keadilan sosial. Perkembangan terakhir pengembangan di bidang kesehatan pada milenium baru ini ialah konsep !Paradigma Sehat". Paradigma sehat, bukan paradigma sakit, berorientasi pada bagaimana mempertahankan keadaan sehat, bukan menekankan pada manusia sakit yang sudah menjadi tugas rutin bidang kesehatan. Eadi jelas perkembangan farmasi yang menjadi bagian dari bidang kesehatan, juga harus mengikuti perkembangan yang terjadi di bidang kesehatan. (he 2merican Society of ?olleges of Pharmacy &22?P' +1, mendefinisikan farmasi sebagai "suatu sistem pengetahuan &knowledge system' yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan &health ser,ice'". Memang agak sulit untuk mendefinisikan farmasi secara lengkap, yang bukan saja melihatnya dari aspek asal atau sumber obat, atau tujuan pemakaian obat. Pada 7kspose Perkembangan Ilmu Kesehatan oleh ISFI+I%I di Eakarta bulan Maret 345B +), oleh suatu (im dari Institut (eknologi andung telah dikemukakan definisi Farmasi sebagai berikut C Fa-ma.i /a0a 0a.a-n1a m2-3/a4an .i.52m /2n625a7a3n 8ilm3, 524n9l96i 0an .9.ial "30a1a: 1an6 m2n63/a1a4an 0an m2n12l2n66a-a4an ;a.a 42.27a5an 02n6an m2li"a54an 0i-in1a 0alam m2n0alami, m2m/2-l3a., m2n67a.il4an 0an m2n62m"an64an /2n625a73an 52n5an6 9"a5 0alam a-5i 0an 0am/a4 9"a5 1an6 .2l3a.<l3a.n1a .2-5a 2=24 0an /2n6a-37 9"a5 /a0a man3.ia 0an 72>an* Un534 m2n3m"374an 49m/252n.i 0alam .i.52m /2n625a73an .2/2-5i 0i3-ai4an 0i a5a., =a-ma.i m2n1a-in6 0an m2n12-a/ /2n625a73an 1an6 -2l2?an 0a-i ilm3 "i9l96i, 4imia, =i.i4a, ma52ma5i4a, /2-ila43 0an 524n9l96i@ /2n625a73an ini 0i4a;i, 0i3;i, 0i9-6ani.i-, 0i5-an.=9-ma.i 0an 0i52-a/4an* S2"a6ian "2.a- 49m/252n.i =a-ma.i ini 0i52-;2ma74an m2n;a0i /-9034 1an6 0i42l9la 0an 0i0i.5-i"3.i4an .2Aa-a /-9=2.i9nal "a6i 1an6 m2m"35374ann1a* P2n625a73an =a-ma.i 0i.am/ai4an .2Aa-a .2l245i= 42/a0a 52na6a /-9=2.i9nal 0alam "i0an6 42.27a5an 0an 42/a0a 9-an6 a>am 0an ma.1a-a4a5 3m3m a6a- /2n625a73an m2n62nai 9"a5 0an /-9034 9"a5 0a/a5 m2m"2-i4an .3m"an6an n1a5a "a6i 42.27a5an /2-9-an6an 0an 42.2;a752-aan 3m3m ma.1a-a4a5* (idak dapat disangkal bahwa sistem pengetahuan farmasi, karena penerapannya untuk tujuan kesehatan, merupakan bagian yang berarti secara kuantitatif maupun secara kualitatif dalam setiap upaya kesehatan. . Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

III*

SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI

+4,

Sejak dahulu nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal penggunaan obat tradisional &jamu' dan pengobatan secara tradisional &dukun'. Pada ;aman itu sebenarnya dukun melaksanakan dua profesi sekaligus, yaitu profesi kedokteran, &mendiagnose penyakit' dan profesi kefarmasian &meramu dan menyerahkan obat kepada yang membutuhkannya'. Penggunaan obat dapat ditelusuri sejak tahun ./// S.M. pada ;aman kebudayaan Mesir dan abilonia telah dikenal obat dalam bentuk tablet tanah liat &granul', dan bentuk sediaan obat lain. Saat itu juga sudah dikenal ratusan jenis bahan alam yang digunakan sebagai obat. Pengetahuan tentang obat dan pengobatan selanjutnya berkembang lebih rasional pada ;aman <unani, ketika *ippocrates &:B/ S.M.' memperkenalkan metode dasar ilmiah dalam pengobatan. %alam ;aman <unani itu dikenal pula 2sklepios atau 2esculapius &A S.M.' dan puterinya *ygeia. 0ambang tongkat 2sklepios yang dililiti ular saat ini dijadikan lambang penyembuhan &kedokteran', sedangkan cawan atau mangkok *ygeia yang dililiti ular dijadikan lambang kefarmasian. Perkembangan profesi kefarmasian pada abad selanjutnya dilakukan dalam biara, yang telah menghasilkan berbagai tulisan tentang obat dan pengobatan dalam bahasa latin yang hampir punah itu, sampai saat ini dijadikan tradisi dalam penulisan istilah di bidang kesehatan. Perkembangan kefarmasian yang pesat pula telah terjadi dalam ;aman kultur 2rab dengan terkenalnya seorang ahli yang bernama al#Saidalani pada abad ke#4. 1amun demikian tonggak sejarah yang penting bagi farmasi ialah tahun 3.:/ di Sisilia, 7ropa, ketika dikeluarkan surat perintah raja &edict' yang secara legal &menurut undang#undang' mengatur pemisahan farmasi dari pengobatan. Surat perintah yang kemudian dinamakan "Magna ?harta" dalam bidang farmasi itu juga mewajibkan seorang Farmasis melalui pengucapan sumpah, untuk menghasilkan obat yang dapat diandalkan sesuai keterampilan dan seni meracik, dalam kualitas yang sesuai dan seragam. "Magna ?harta" kefarmasian ini dikembangkan sampai saat ini dalam bentuk Kode 7tik 2poteker Indonesia dan Sumpah 2poteker* +4, IV* PENGETAHUAN, ILMU DAN PROFESI

Semua ilmu adalah pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Manusia mempunyai perasaan, pikiran, pengalaman, panca indera, intuisi, dan mampu menangkap gejala alam lalu mengabstraksikannya dalam bentuk ketahuan atau pengetahuan= misalnya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan filsafat. 2pa yang diperoleh dalam proses mengetahui itu dilakukan tanpa memperhatikan obyek, cara &ways of knowing' dan kegunaannya, maka ini dikategorikan dalam ketahuan atau pengetahuan, dalam bahasa Inggris disebut "knowledge". Ilmu atau "Science" ialah pengetahuan yang diperoleh melalui "metode ilmiah", yaitu suatu cara yang menggunakan syarat#syarat tertentu, melalui serangkaian langkah yang dilakukan dengan penuh disiplin* +', IV*1 Fa-ma.i S2"a6ai Sain. Semua bentuk pengetahuan dapat dibeda#bedakan atau dikelompokkan dalam berbagai kategori atau bidang, sehingga terjadi di,ersifikasi bidang ilmu pengetahuan atau disiplin ilmu, yang berakar dari kajian filsafat, yaitu Seni &2rts', 7tika &7thics', dan Sains &Science'. %i satu pihak Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi $

Farmasi tergolong seni teknis &technical arts' apabila ditinjau dari segi pelayanan dalam penggunaan obat &medicine'= di lain pihak Farmasi dapat pula digolongkan dalam ilmu#ilmu pengetahuan alam &natural science'. %alam tinjauan pengelompokan bidang ilmu atau kategori di atas digunakan kriteria C 3. O"124 9n59l96i.* %i sini ditinjau obyek apa yang ditelaah sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut. Sebagai contoh, obyek ontologis dalam bidang 7konomi ialah hubungan manusia dan benda atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup= obyek telaah pada Manajemen ialah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama= obyek ontologis pada Farmasi ialah obat dari segi kimia dan fisis, segi terapetik, pengadaan, pengolahan sampai pada penyerahannya kepada yang memerlukan. .. Lan0a.an 2/i.52m9l96i., yaitu cara atau metode apa yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tersebut. ?ontoh landasan 7pistemologis Matematika ialah logika deduktif= landasan epistemologis kebiasaan sehari#hari ialah pengalaman dan akal sehat= landasan epitemologis Farmasi ialah logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis, yang dinamakan pula metode logiko#hipotetiko#,erifikatif. $. Lan0a.an a4.i9l96i., yaitu mempertanyakan apa nilai kegunaan pengetahuan tersebut. 1ilai kegunaan pencak silat, matematika dan farmasi sudah jelas berbeda. %alam hal ini nilai kegunaan atau landasan aksiologis Farmasi dan Kedokteran itu sama karena kedua#duanya bertujuan untuk kesehatan manusia. +', Sebagai ilmu, Farmasi menelaah obat sebagai "materi", baik yang berasal dari alam maupun sintesis &sama dengan bidang Kimia dan Fisika' dan menggunakan metode logiko#hipotetiko# ,erifikatif sebagai metode telaah yang sama seperti digunakan pada bidang Ilmu Pengetahuan 2lam. )leh karena itu, Farmasi merupakan ilmu yang dapat dikelompokkan dalam bidang Sains. IV*! Fa-ma.i S2"a6ai P-9=2.i

%ari kajian filsafat di atas terlihat bahwa di samping sebagai Ilmu atau Sains, Farmasi meliputi pula pelayanan obat secara profesional. Istilah Profesi dan Profesional saat ini semakin dikaburkan karena banyak digunakan secara salah kaprah. Semua pekerjaan &job, ,acation, occupation' dan keahlian &skill' dikategorikan sebagai profesi. %emikian pula istilah profesional sering digunakan sebagai lawan kata amatir. Menurut *ughes, 7.?* +4, C
D..Profesion profess to know better than other the nature of certain matters, and to know better than their clients what ails them or their affairs.

%efinisi ini menggambarkan suatu hubungan pelayanan antar#manusia, sehingga tidak semua pekerjaan atau keahlian dapat dikategorikan sebagai profesi. Menurut Schein, F.*. +4, C
D(he profession are a set of occupation that ha,e de,eloped a ,ery special set or norms deri,ing from their special role in society .

Kelompok profesional dapat dibedakan dari yang bukan profesional menurut kriteria berikut C 3. Memiliki Pengetahuan Khusus, yang berhubungan dengan kepentingan sosial. Pengetahuan khusus ini dipelajari dalam waktu yang cukup lama untuk kepentingan masyarakat umum. Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi :

.. Sikap dan Prilaku Profesional. Seorang profesional memiliki seperangkat sikap yang mempengaruhi prilakunya. Komponen dasar sikap ini ialah mendahulukan kepentingan orang lain &altruisme' di atas kepentingan diri sendiri. Menurut Marshall, seorang profesional bukan bekerja untuk dibayar, tetapi ia dibayar agar supaya ia dapat bekerja. $. Sanksi Sosial. Pengakuan atas suatu profesi tergantung pada masyarakat untuk menerimanya. entuk penerimaan masyarakat ini ialah dengan pemberian hak atau lisensi &lincense' oleh negara untuk melaksanakan praktek suatu profesi. 0isensi ini dimaksudkan untuk menghindarkan masyarakat dari oknum yang tidak berkompetensi untuk melakukan praktek profesional. 2pabila kriteria di atas diperinci lebih lanjut maka diperoleh sikap dan sifat sebagai berikut C 3. Profesi itu sendiri yang menentukan standar pendidikan dan pelatihannya. .. Mahasiswa yang mengikuti pendidikan profesi tertentu harus memperoleh pengalaman sosialisasi menuju kedewasaan yang lebih intensif dibanding mahasiswa pada bidang pekerjaan lain. $. Praktek profesional secara legal &menurut hukum' diakui dengan pemberian lisensi. :. Pemberian lisensi dan dewan penilai dikendalikan oleh anggota profesi. 6. -mumnya peraturan yang berkaitan dengan profesi dibentuk dan dirumuskan oleh profesi itu sendiri. B. )kupasi ini akan berkembang dari segi pendapatannya, kekuasaan, dan tingkat prestise, sehingga dapat menetapkan persyaratan yang lebih tinggi bagi calon mahasiswanya. A. Praktisi profesi secara relatif tidak die,aluasi dan dikontrol oleh orang awam. 5. 1orma#norma praktek yang dikeluarkan profesi itu lebih mengikat dibanding kontrol legal. 4. 2nggota profesi sangat erat terikat dan terafiliasi dengan profesinya dibanding dengan anggota okupasi lain. 3/. Profesi ini biasanya merupakan terminal, dalam arti tidak ada yang akan beralih ke profesi lain* +7, V* VOKASI DAN KARIR DALAM BIDANG FARMASI

Perhatian utama para dokter, dokter gigi dan dokter hewan yang menulis resep ialah pada efek obat pada penderita, nilai terapetika, dan toksiologinya. Para perawat bertugas untuk memberikan obat, tanggap terhadap bentuk sediaan obat, dan terhadap manifestasi toksisnya. Maka ahli Farmasi &Farmasis' itulah satu#satunya ahli mengenai obat. Ia diberikan tanggung jawab legal untuk menangani obat dan pengetahuan segala sesuatu mengenai obat itu adalah tanggung jawab profesinya. (idak ada program studi lain selain Farmasi yang memberikan dasar#dasar pengetahuan lengkap mengenai segala sesuatu yang perlu diketahui tentang obat. Eadi hanya seorang Farmasis yang mempunya kompetensi keahlian obat secara lengkap. Farmasis Komunitas (Community Pharmacist) Farmasis atau 2poteker memberikan kesan umum bahwa tempat kerja seorang farmasi hanyalah di 2potik, yaitu salah satu tempat pengabdian profesi seorang 2poteker. Seorang Farmasis di 2potik langsung berhadapan dengan masyarakat sehingga fungsi tersebut dikelompokkan dalam Farmasi Masyarakat &?ommunity Pharmacy'. Fungsi Farmasis Masyarakat di 2potik merupakan kombinasi seorang profesional dan wiraswastawan. %engan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah 1o. .6+5/ tentang 2potik, bahwa 2potik adalah tempat pengabdian profesi seorang Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi 6

2poteker, maka makin besar harapan yang diberikan pemerintah kepada para Farmasis, baik dari segi jumlah tenaga farmasi maupun dari segi kemampuan profesionalnya. Farmasi Rumah Sakit (Hospital Pharmacy) Farmasi 8umah Sakit ialah pekerjaan kefarmasiaan yang dilakukan di rumah sakit pemerintah maupun swasta. Fungsi kefarmasian ini yang sudah sangat berkembang di negara maju, juga sudah mulai dirintis di Indonesia dengan pembukaan program spesialisasi Farmasi 8umah Sakit. Eumlah kebutuhan Farmasis di rumah sakit di masa depan akan semakin meningkat karena $ hal C 3. Faktor pertambahan penduduk. .. Meningkatnya kebutuhan untuk perawatan yang lebih baik di rumah sakit. $. Fungsi dan peranan Farmasis 8umah Sakit akan lebih meningkat dalam berbagai aspek mengenai penggunaan dan pemantauan obat. Pedagang Besar Farmasi (PBF) Mata rantai sebagai perantara industri farmasi dan masyarakat dalam hal penyaluran obat ialah Pedagang esar Farmasi &P F'. %i luar negeri P F ini mempunyai tenaga Farmasis terdaftar sebagai super,isor disebabkan oleh sifat khas produk yang ditanganinya itu sehubungan dengan peraturan perundang#undangan. %i Indonesia hanya dipersyaratkan tenaga menengah farmasi &2sisten 2poteker F 22' sebagai penanggungjawab, mengingat belum cukup tersedianya tenaga ahli berpendidikan tinggi. P F sangat berperanan sebagai sumber penyalur obat dari berbagai industri farmasi yang secara cepat dapat melayani kebutuhan Farmasis Komunitas &2poteker' untuk secara cepat pula melayani kebutuhan penderita akan obat. P F juga mengurangi beban finansial 2poteker dalam hal menyimpan stok obat dalam jumlah besar dan menjembatani kerumitan negosiasi dengan ratusan industri farmasi sebagai produsen obat. Industri Farmasi Farmasis di industri farmasi terlibat pula dalam fungsi pemasaran produk, riset dan pengembangan produk, pengendalian kualitas, produksi dan administrasi atau manajemen. Fungsi perwakilan pelayanan medis &medical ser,ice representati,e' atau "detailman" yang bertugas dan langsung berhubungan dengan %okter dan 2poteker untuk memperkenalkan produk yang dihasilkan industri farmasi mungkin juga dijabat seorang Farmasis atau tenaga ahli lain. 1amun paling ideal apabila fungsi itu dipegang seorang Farmasis atau tenaga ahli lain. 1amun paling ideal apabila fungsi itu dipegang seorang Farmasis karena latar belakang pengetahuannya. Saat ini memang tidak banyak Farmasis yang mengisi jabatan ini karena jumlahnya belum mencukupi, dan lebih dibutuhkan di tempat pengabdian profesi yang lain. Peningkatan karir jabatan ini dapat mencapai tingkat super,isor dalam pemasaran produk, dan direktur pemasaran produk dalam organisasi industri farmasi. Pada unit produksi dan pengendalian kualitas &Guality control' industri dipersyaratkan seorang 2poteker. -ntuk bidang riset dan pengembangan &8 H % F 8esearch and %e,elopment' biasanya diperlukan lulusan pendidikan pascasarjana, meskipun bukan merupakan persyaratan. B Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

Instansi Pemerintah %epartemen Kesehatan adalah instansi pemerintah yang paling banyak menyerap tenaga Farmasis, terutama %irektorat Eenderal Pengawasan )bat dan Minuman &%itEen P)M' dan jajaran Pusat Pemeriksaan )bat &PP)M' dan alai Pemeriksaan )bat dan Makanan & alai P)M' di daerah. %emikian pula idang Pengendalian Farmasi dan Makanan pada setiap Kantor @ilayah %epartemen Kesehatan &sekarang dihapus, hanya ada %inas Kesehatan Propinsi' dan jajaran %inas Kesehatan sampai ke %aerah (ingkat II dan Iudang Farmasi. Fungsi utama Farmasis pada instansi pemerintah ialah administrastif, pemeriksaan, bimbingan dan pengendalian. Sejak tahun .//3, telah terjadi perubahan struktur, %irektorat Eendral P)M tidak lagi bernaung di bawah %epartemen Kesehatan, tetapi menjadi adan Pengawas )bat dan Makanan & adan P)M' yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden 8I. %emikian pula struktur alai &besar,kecil' P)M di daerah tingkat I, yang langsung berada di bawah adan P)M, tidak berada di dalam %inas Kesehatan Propinsi. %epartemen *21K2M, juga memerlukan Farmasis yang terutama berfungsi pada bagian logistik dan penyaluran obat dan alat kesehatan. %epartemen Pendidikan dan Kebudayaan merekrut Farmasis untuk jabatan dosen di perguruan tinggi. Sesuai (ri %harma Perguruan (inggi, maka fungsi seorang Farmasis ialah dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Persyaratan untuk diterima menjadi dosen akan ditingkatkan menjadi lulusan Pascasarjana, atau mempunyai Sertifikat Mengajar Program P7K78(I+22 &Pengembangan Keterampilan %asar (eknik Instruksional+2pplied 2pproach', yaitu program penataran dosen dalam akti,itas instruksional atau proses belajar mengajar. Sebagai tenaga kesehatan, seorang Farmasis atau 2poteker diwajibkan untuk mengabdi pada negara selama $ tahun setelah lulus ujian 2poteker sebelum dapat berpraktek swasta perorangan. @ajib kerja sarjana ini dikenal sebagai Masa akti 2poteker &M 2' yang dapat dilaksanakan pada instansi pemerintah seperti tersebut di atas atau penugasan khusus dari Kepala Kantor @ilayah %epartemen Kesehatan sebagai wakil Menteri Kesehatan di daerah. %engan dihapuskannya Kantor @ilayah, tugas ini diambil alih Kepala %inas Kesehatan Propinsi. Warta an Farmasi (Pharmaceutical !ournalism) Profesi ini mulai berkembang di luar negeri bagi Farmasis yang memperoleh latihan khusus dalam kewartawanan dan mempunyai bakat menulis dan mengedit. Pekerjaan ini diperlukan oleh instansi pemerintah atau industri farmasi untuk publikasi, mengedit atau menulis tulisan yang berlatar belakang kefarmasian. "ana#emen Perusahaan Khususnya instansi swasta banyak memerlukan tenaga ahli berlatar belakang kefarmasian dengan berkembangnya organisasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. -ntuk ini diperlukan pendidikan tambahan, misalnya Magister Manajemen &M 2 F Master of usiness 2dministration'.

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

VI*

PENDIDIKAN KEFARMASIAN

Pendidikan Farmasi, khususnya pendidikan tinggi sering berubah dengan perubahan tuntutan ;aman. Pendidikan tinggi secara umum dituntut untuk menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan lebih rele,an terhadap kebutuhan masyarakat. Khususnya bidang Farmasi di era reformasi ini semakin banyak didirikan perguruan tinggi swasta yang menyelenggarakan pendidikan Farmasi. %emikian pula terjadi pada pendidikan program profesional di bidang kesehatan, yang semakin dituntut mutu lulusan yang tinggi, sehingga Sekolah Perawat, Sekolah Menengah Farmasi, dan lain#lain ditingkatkan menjadi setingkat 2kademi &Program %#$ atau %# :', yang dikelola oleh %inas Kesehatan Propinsi, dan dikelompokkan dalam Politeknik Kesehatan &P)0(7KK7S'. VI*1 S2;a-a7 P2-42m"an6an P2n0i0i4an Fa-ma.i 0i In09n2.ia* +%,

Perkembangan pendidikan tinggi kefarmasian di Indonesia dapat dibagi dalam era pra Perang %unia II, Jaman Pendudukan Eepang dan pasca Proklamasi Kemerdekaan 8.I. Sebelum Perang %unia II, selama penjajahan elanda hanya terdapat beberapa 2poteker yang berasal dari %enmark, 2ustria, Eerman dan elanda. (enaga kefarmasian yang dididik di Indonesia hanya setingkat 2sisten 2poteker &22', yang mulai dihasilkan tahun 34/B. Pelaksanaan pendidikan 2.2. ini dilakukan secara magang ada 2potik yang ada 2potekernya dan setelah periode tertentu seorang calon menjalani ujian negara. Pada tahun 3435 dibuka sekolah 2sisten 2poteker yang pertama dengan penerimaan murid lulusan M-0) agian &Setingkat SMP'. Pada tahun 34$A jumlah 2potik di seluruh Indonesia hanya $A. Pada awal Perang %unia ke#. &34:3' banyak 2poteker warga negara asing meninggalkan Indonesia sehingga terdapat kekosongan 2potik. -ntuk mengisi kekosongan itu diberi i;in kepada dokter untuk mengisi jabatan di 2potik, juga diberi i;in kepada dokter untuk membuka 2potik#%okter &%okters#2potheek' di daerah yang belum ada 2potiknya. Pada ;aman pendudukan Eepang mulai dirintis pendidikan tinggi Farmasi dengan nama <ukagaku sebagai bagian dari Eakarta Ika %aigaku. Pada tahun 34:: <akugaku diubah menjadi <aku %aigaku. Pada tahun 34:B dibuka Perguruan (inggi 2hli )bat di Klaten yang kemudian pindah dan berubah menjadi Fakultas Farmasi -ni,ersitas Iadjah Mada di <ogyakarta. (ahun 34:A diresmikan Eurusan Farmasi di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu 2lam &FIPI2', andung sebagai bagian dari -ni,ersitas Indonesia, Eakarta, yang kemudian berubah menjadi Eurusan Farmasi, Institut (eknologi andung pada tanggal . Mei 3464. 0ulusan 2poteker pertama di -IM sebanyak . orang dihasilkan pada tahun 346$. Saat ini di Indonesia terdapat 5 perguruan tinggi farmasi negeri dan belasan perguruan tinggi swasta KBL. VI*! S249la7 M2n2n6a7 Fa-ma.i

%ari sejarah perkembangan kefarmasiaan di Indonesia tampak besarnya peranan pendidikan menengah farmasi &Sekolah 2sisten 2poteker', khususnya pada saat langkanya tenaga kefarmasian berpendidikan tinggi. Pada saat peralihan sampai dikeluarkannya PP .6 tahun 345/, masih dimungkinkan adanya "2potik %arurat" yaitu 2potik yang dikelola oleh 2sisten 2poteker yang sudah berpengalaman kerja. (enaga menengah farmasi ini masih sangat diperlukan dan 5 Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

berperanan, khususnya pada Farmasi Komunitas, baik di 2potik maupun di 8umah Sakit. %engan bertambahnya tenaga farmasi berpendidikan tinggi, peranan ini akan semakin kecil, sehingga perlu dipikirkan untuk meningkatkan pendidikan 22 ini setingkat akademi &lulusan SM2'. Mulai tahun .///, pendidikan menengah ini mulai !phasing out", ditingkatkan menjadi 2kademi Farmasi. VI*3 P-96-am Di/l9ma Fa-ma.i Sejak 3443 telah dirintis pembukaan pendidikan tenaga farmasi ahli madya dalam bentuk Program %iploma &%#III' oleh %epartemen Kesehatan, yaitu Program Studi 2nalis Farmasi. Kebutuhan ini merupakan konsekuensi perkembangan di bidang kesehatan yang semakin memerluka tenaga ahli, baik dalam jumlah maupun kualitas, dan semakin memerlukan di,ersifikasi tenaga keahlian. (ujuan utama program studi ini ialah menghasilkan tenaga ahli madya farmasi yang berkompetensi untuk pelaksanaan pekerjaan di bidang pengendalian kualitas &Guality control'. 2dapun peranan yang diharapkan dari lulusan program Studi 2nalis Farmasi ialahC Melaksanakan analisis farmasi dalam laboratoriumC obat, obat tradisional, kosmetika, makanan#minuman, bahan berbahaya dan alat kesehatan= di industri farmasi, instalasi farmasi rumah sakit, instansi pengawasan mutu obat dan makanan#minuman atau laboratorium sejenisnya, di sektor pemerintah maupun swasta, dengan fungsi C Pelaksanaan analisis, pengujian mutu, pengembangan metode analisis dan peserta aktif dalam pendidikan dan penelitian di bidang analisis farmasi. Program ini diharapkan dapat dikelola oleh perguruan tinggi negeri yang mempunyai fakultas atau Eurusan Farmasi dengan status Program %iploma &%#III'. Kemungkinan besar Sekolah Menengah Farmasi di masa yang akan datang dapat ditingkatkan menjadi Program %iploma seperti yang diuraikan di atas. +3, 8amalan kami lebih dari 3/ tahun yang lalu, sekarang ini sudah menjadi kenyataan melalui ketentuan yang mengharuskan pendidikan menengah ditingkatkan menjadi 2kademi. VI*4 P2n0i0i4an Tin66i Fa-ma.i +%,

Perkembangan pendidikan tinggi Farmasi di Indonesia sejak berdirinya perguruan tinggi farmasi yang pertama di Klaten dan andung, sampai saat ini terdapat 5 pendidikan tinggi Farmasi negeri dan belasan perguruan tinggi swasta. Menurut catatan tahun 345$ jumlah lulusan Farmasis &2poteker' di Indonesia $66. orang, yang merupakan peningkatan sebesar $6/M dari jumlah 2poteker di tahun 34BB. Proyeksi jumlah 2poteker pada tahun ./// adalah BBBB orang berdasarkan rasio 3 2poteker untuk $/./// jiwa, hanya untuk bidang pelayanan saja. &8asio yang ideal untuk perbandingan kebutuhan minimum yang la;im diproyeksikan untuk profesi ini di bidang kesehatan ialah 3 C 36.///'. Saat ini jumlah 2poteker diperkirakan sebanyak 3/./// orang. (antangan pembangunan di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang yang merupakan tantangan bagi Pendidikan (inggi Farmasi di Indonesia ialah menghasilkan produk pendidikan tinggi yang memenui Standar Profesi 2poteker &Standard )perating Procedure F S)P' sebagai berikut C +#,

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

# # # # # # # #

turut mengupayakan obat yang bekerja spesifik, relatif aman yang dapat meringankan penderitaan akibat penyakit. memberikan sumbangan untuk mengungkapkan mekanisme terinci dari fungsi normal dan fungsi abnormal organisme. mengupayakan obat yang bekerja spesifik, relatif aman yang dapat memodifikasi penyakit= memulihkan kesehatan= mencegah penyakit. mengupayakan obat yang dapat membantu kebehrasilan inter,ensi dengan cara lain &bukan obat' dalam upaya kesehatan. menciptakan metode untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan fungsional pada manusia. menggali dan mengembangkan sumber alam Indonesia yang dapat diperbaharui atau pun tidak dapat diperbaharui untuk tujuan kefarmasian. menciptakan cara baru untuk penyampaian obat ke sasaran yang harus dipengaruhinya dalam organisme. mengembangkan metode untuk menguji, menciptakan norma dan kriteria untuk meningkatkan secara menyeluruh daya guna dan keamanan obat dan komoditi farmasi, maupun keamanan lingkungan dan bahan lain yang digunakan manusia untuk kepentingan kehidupannya. membangun sistem farmasi Indonesia dan sistem pengejawantahan profesi farmasi yang efisien dan efektif selaras dengan konstelasi budaya, geografi dan lingkungan Indonesia.

VI*# K3-i43l3m P2n0i0i4an Tin66i Fa-ma.i Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun perubahan orientasi Farmasi sebagai ilmu dan profesi juga berkembang mengikuti ;aman. Kurikulum Pendidikan (inggi Farmasi mulai berubah secara drastis pada awal tahun 5/#an. Perubahan ini ditandai oleh penerapan Sistem Kredit Semester, penerapan Kurikulum Inti dalam rangka penyeragaman pendidikan tinggi Farmasi di seluruh Indonesia, dan terbitnya Peraturan Pemerintah 1o. .6 tahun 345/ tentang dikembalikannya fungsi 2potik sebagai tempat pengabdian profesi 2poteker. Perkembangan di era sembilan puluhan dimulai dengan terbitnya -ndang#-ndang 1o. . tahun 3454 tentang Sistem Pendidikan 1asional, Peraturan Pemerintah 1o. $/+(ahun 344/ tentang Pendidikan (inggi, Konsep 0ink and Match &344$' oleh %ep%ik ud= dan di sektor kesehatan diterbitkan -ndang#-ndang 1o. .$ tahun 344. tentang Kesehatan. Perkembangan terakhir ialah diterbitkannya PP B/+ (ahun 3444 tentang Pendidikan (inggi, yang merupakan penyempurnaan PP 1o.$/+(ahun 344/ (entang Pendidikan (inggi, dan PP 1o.B3+ (ahun 3444, tentang Penetapan Perguruan (inggi sebagai adan *ukum. Peraturan Pemerintah yang terakhir ini pada dasarnya memberikan otonomi kepada perguruan tinggi untuk penyelenggaraan pendidikan akademik dan profesional, yang disertai akuntabilitas &pertanggungjawaban', melalui akreditasi, yang dilakukan melalui e,aluasi, untuk meningkatkan kualitas secara berkelanjutan. &Paradigma aru Pendidikan (inggi ,KPP(#EP 344B#.//6' Kebijaksanaan pemerintah yang tertuang dalam berbagai perundang#undangan itu semuanya mengacu pada (ujuan Pembangunan 1asional seperti yang tercantum dalam Iaris#Iaris esar *aluan 1egara, yang mempengaruhi pula arah, tujuan dan orientasi pendidikan kefarmasian, dan kurikulum pendidikannya. 3/ Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

VI*% Si.52m K-20i5 S2m2.52Sistem Kredit Semester ialah sistem pengadministrasian pendidikan yang memberikan bobot SKS pada hasil upaya peserta didik maupun pendidik. -ntuk Sarjana Farmasi ditetapkan jumlah bobot 33:#3B/ SKS sebagai suatu kebulatan studi yang dapat diselesaikan dalam 4 Semester, dan . Semester untuk program profesi 2poteker. VI*7 K3-i43l3m In5i

Kurikulum Inti idang Farmasi merupakan hasil rumusan Konsorsium Matematika dan Ilmu Pengetahuan 2lam, %ep%ik ud pada tahun 345/ yang diberlakukan tahun 345$ dengan SK %irEen%ik(i. Kurikulum Inti &345$' dapat dilihat pada (abel berikut menurut pengelompokan mata kuliah dan sebaran SKS C Kelompok Mata kuliah %asar -mum &MK%-' Mata Kuliah %asar Keahlian &MK%K' Mata Kuliah Keahlian -tama &MKK-' &Kimia Farmasi Farmasetik Farmakognosi Farmakologi (ugas 2khir Mata kuliah Pilihan&MKP' Kurikulum Inti &SKS' B 6: 6: %i luar Kurikulum Inti &SKS' 5 # 3/ 33 # 35 33 # 35 Eumlah SKS 3: # 3B B6 # A. B6 # A.

3. 3. 3. 3. B &termasuk mata kuliah di luar Kurikulum Inti' 33: 33: # 3B/

?atatan C 3. 2ntara MK%K dan MK%- dibuat berimbang dengan maksud agar supaya mahasiswa lebih fleksibel untuk mengembangkan diri baik terjun ke masyarakat, maupun melanjutkan ke program Pascasarjana. .. Masing#masing MKK- mendapat jumlah SKS yang sama dengan maksud memberi kesempatan yang seimbang kepada masing#masing bidang untuk berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi masing#masing uni,ersitas+institut. $. MKP dapat diisi dengan mata kuliah dalam bidang studi atau di luar bidang studi untuk memperluas wawasan, juga dimaksudkan untuk diisi dengan mata kuliah yang sesuai dengan Pola Ilmiah Pokok masing#masing uni,ersitas+institut. VI*' K3-i43l3m P2n0i0i4an Tin66i Fa-ma.i Ta73n ! Melalui Keputusan Menteri Pendidikan 1asional &Men%ik1as' 1o..$.+.///, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan (inggi dan 7,aluasi hasil elajar, dan 1o./:6+.//., tentang Kurikulum Pendidikan, telah terjadi perubahan mendasar pada penyusunan kurikulum, yang saat Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi 33

ini ditekankan pada kompetensi lulusan &?ompetency# ased ?urriculum'. %engan demikian maka perlu diadakan tinjauan kembali mengenai kompetensi yang akan dirumuskan dalam (ujuan Program Studi Farmasi sesuai dengan elemen kompetensi seperti diberikan pengelompokannya. Kalau pada kurikulum mata kuliah dikelompokkan menurut MK%-, MK%K, MKK dan MKP, maka dalam kurikulum .//. diadakan pengelompokan menurut C Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok MPK &mata kuliah pengembangan kepribadian' MKK &mata kuliah keilmuan dan ketrampilan' MK &mata kuliah keahlian berkarya' MP &mata kuliah perilaku berkarya' M &matakuliah berkehidupan bermasyarakat'

Pada dasarnya, masing#masing pendidikan tinggi dapat menyusun kurikulumnya sendiri berdasarkan pedoman tersebut. Kurikulum yang baru ini sedang dalam proses penyusunannya. Selanjutnya oleh 2sosiasi P(FI &lihat di bawah' telah diterbitkan kesepakatan mengenai Kisi#Kisi Matakuliah Kurikulum Inti Program Studi Farmasi (ahun .//., yang berisi silabus dan uraian singkat masing#masing matakuliah. Kisi#Kisi Mata Kuliah Kurikulum Inti Program Studi Farmasi .//. telah disusun untuk mata kuliah C 3' iologi Sel dan Molekul & . SKS ' .' Mikrobiologi Farmasi &.N3' $' Morfologi, 2natomi dan Fisiologi (umbuhan &.N3' :' 2natomi Fisiologi Manusia &.N3' 6' Kimia 2nalisis &.N3' B' Kimia Fisika &.' A' Kimia )rganik &:N3' 5' iokimia &.N3' 4' Farmasi Fisika &.N3' 3/' Farmasetika %asar &.N3' 33' Kimia Farmasi 2nalisis &.N3' 3.' (eknologi Sediaan Farmasi &:N.' 3$' iofarmasi &.' 3:' Farmakokinetika &.' 36' Kimia Medisinal &.' 3B' Farmakognosi &$N3' 3A' Fitokimia &.N3' 35' Farmakologi#(oksikologi &:N3' ############################################################################### Eumlah Mata Kuliah F 35 Eumlah SKS F &:$ N 3:' Eumlah Mata kuliah dan obot SKS masih perlu dilengkapi dengan muatan lokal sampai menjadi &3::#3B/' SKS

3.

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

VI*) F9-3m K9m3ni4a.i P2n0i0i4an Tin66i Fa-ma.i N262-i Sejak 345: telah dibentuk Forum Komunikasi oleh pimpinan pendidikan tinggi Farmasi 1egeri &%ekan atau Ketua Eurusan' yang bertemu sekali setahun sebagai wadah sumbang saran dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pendidikan. eberapa kesepakatan penting antara lain C 3. usaha penyeragaman status pendidikan tinggi Farmasi menjadi Fakultas Farmasi. .. usaha penyeragaman lulusan Farmasis, khususnya 2poteker dengan menetapkan kurikulum minimal selain Kurikulum Inti. $. pelaksanaan ujian negara bagi Perguruan (inggi Swasta &sekarang ini sudah dihapus' :. pengembangan program studi baru, misalnya %#III Farmasi, Pascasarjana Farmasi, dan Spesialis. F)8K)M P(F1 beranggotakan 5 perguruan tinggi negeri yang menyelenggarakan pendidik Farmasi dan 2poteker. Sejak tahun ./// perkembangan perguruan tinggi swasta semakin pesat sehingga dibentuk A.9.ia.i P2n0i0i4an Tin66i Fa-ma.i In09n2.ia , yang beranggotakan semua pendidikan tinggi farmasi, negeri dan swasta. (ercatat saat ini perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Sarjana Farmasi di Indonesia berjumlah 5 &negeri' dan .$ &swasta' VI*1 Dam/a4 PP !#(' 52-7a0a/ P2n0i0i4an A/95242-

Sejak dikeluarkannya PP .6+5/ diwajibkan kepada para 2poteker untuk mengikuti pelatihan tambahan sebagai 2poteker Pengelola 2potik &2P2'. %engan dikeluarkannya PP tersebut maka kemampuan dan keterampilan 2poteker sebagai Pengelola 2potik perlu ditingkatkan, khususnya dalam bidang manajemen, komunikasi personal, farmakologi dan kewiraswastaan dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pengabdian profesi di 2potik. Pelatihan ini dilaksanakan untuk semua 2poteker yang sudah mempunyai i;in kerja dengan pemberian sertifikat 2poteker Pengelola 2potik &2P2'. Setelah itu pada tahun 345: materi kompetensi 2P2 itu diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan 2poteker. VI*11 K9n.2/ Lin4 an0 Ma5A7 %alam rangka pembinaan Sistem Pendidikan 1asional, sejak 2gustus 344$ oleh %epartemen Pendidikan dan Kebudayaan diumumkan kebijakan keterkaitan &link' dan keterpadanan &match' sebagai salah satu strategi di bidang pendidikan. Inti dari konsep ini ialah rele,ansi pendidikan yang perlu dijabarkan lebih lanjut dalam program#program pendidikan, sedangkan latar belakang permasalahan yang mendasari konsep ini ialah kenyataan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara kesempatan kerja menurut proyeksi penyediaan tenaga kerja &%ep(enaKer', dengan luaran pendidikan menurut tingkat pendidikannya. -paya peningkatan rele,ansi dalam sistem pendidikan dapat diartikan bahwa hasil pendidikan harus memberikan dampak bagi pemenuhan dunia kerja, kehidupan di masyarakat, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. -paya peningkatan rele,ansi ini perlu dioptimalkan agar lulusan dapat memperoleh keterampilan dan keahlian sesuai &keterpadanan' kebutuhan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan lapangan kerja &keterkaitan' pada khususnya baik dilihat dari segi jumlah dan komposisinya menurut keahlian, mutu keahlian dan keterampilannya maupun sebaran serta efisiensinya. Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi 3$

%ikaitkan dengan konsep %ep%ik ud tersebut, pendidikan tinggi farmasi perlu membenahi diri untuk menghasilkan tenaga yang jumlahnya cukup &kuantitas' untuk mengisi kebutuhan lapangan kerja yang diproyeksikan, dan lebih meningkatkan kualitasnya lulusan agar mempunyai keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan tinggi farmasi di Indonesia baik negeri maupun swasta setiap tahun diperkirakan dapat memproduksi lulusan 2poteker sebanyak 6// orang. Eumlah 2poteker saat ini &344$' diperikirakan :6// orang. %engan perhitungan rasio 3 orang 2poteker untuk ././// orang, dan perkiraan penduduk Indonesia pada tahun ./// berjumlah .// juta orang, berarti diperlukan tenaga 2poteker sebanyak 3/./// orang, yang belum dapat dihasilkan oleh perguruan tinggi di Indonesia &A tahun O 6// F $6// orang'. %ari segi kualitas 2poteker sebagai profesi ang mendapat pengakuan masyarakat, perlu ditingkatkan dan diadakan di,ersifikasi menurut keahlian yang sepadan denga kebutuhan masyarakat. Konsep !0ink and Match" saat ini masih dilanjutkan dengan nama lain. VII PENDIDIKAN TINGGI FARMASI DI LUAR NEGERI +1,!,

Kurikulum pendidikan tinggi Farmasi dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan kefarmasian &state of the art' dalam suatu negara, karena perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kefarmasian akan diejawantahkan dalam kurikulum pendidikan tingginya. Sekedar melakukan perbandingan, pada tabel di bawah ini disajikan perbedaan pendidikan tinggi Farmasi di Indonesia dengan beberapa pendidikan tinggi di luar negeri C Indonesia 2ustralia Farmasis : P th. N 3 th. profesi $ th. N 3 th. Profesi &akan diseragamkan : th N 3' . th. &Pre# professional' : th. &Professional' Pharm. %octor' Master N . th. Master of Pharmacy N . th. %oktor N $ th. %octor of Philosophy N $ th. &Ph.%'

2merika Serikat

Master of Science N . th.

%octor of Philosophy N $ th. &Ph.%'

Sejak tahun 344B di 2merika Serikat hanya ada 3 jalur untuk mencapai profesi Pharmacist, yaitu Pharmaceutical %octor yang membutuhkan waktu B tahun &. tahun pre#professional N : tahun professional'. %i 2ustralia juga akan diseragamkan lama waktu studi Pharmacist & achelor of Pharmacy F .P.' menjadi &: N 3' tahun. %i samping program pascasarjana di bidang penelitian &Master dan %octor', sama halnya di Indonesia, di 2ustralia juga disediakan program Iraduate %iploma di bidang tertentu &*ospital Pharmacy= Industrial Pharmacy' bagi Farmasis yang ingin meningkatkan keahliannya, khususnya keterampilan. 3: Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

VII*1 P2n0i0i4an Tin66i Fa-ma.i 0i A3.5-alia +!, Pendidikan tinggi Farmasi di 2ustralia secara khusus mendidik calon Farmasis untuk dapat bekerja sebagai seorang profesional di masyarakat, berbeda dengan di Indonesia yang mendidik mahasiswa juga sebagai calon peneliti &ada jalur akademik dan jalur profesi'. <ang dapat menjadi peneliti hanya terbatas pada lulusan yang mencapai *onours %egree &lulusan dengan pujian' agar dapat melanjutkan ke jenjang Master of Pharmacy atau %octor of Philosophy. *al ini tergambarkan pada (ujuan Pendidikan dan Materi sebagai berikut C $u#uan Pendidikan 3. memahami ilmu dasar dan terapan yang cukup, agar dengan bertambahnya pengalaman, mampu mengintegrasikan dan menerapkan pengetahuannya pada lingkungan profesi praktis. .. memiliki keterampilan "dispensing" dan keterampilan lain yang sesuai agar setelah menjalani magang &3 th.' dapat berpraktek sebagai Farmasis yang kompeten. $. memperoleh keterampilan berkomunikasi yang cukup untuk berpraktek sebagai Farmasis yang kompeten dengan bertambahnya pengetahuan. :. mengembangkan ciri, kualitas dan pandangan pribadi terhadap etika dan standar profesi yang diperlukan untuk berpraktek sebagai profesional di bidang kesehatan secara bertanggung jawab. 6. mempunyai komitmen untuk mempertahankan dan mengembangkan pengetahuan dasarnya dengan cara melanjutkan proses pendidikan selama karirnya. Pengetahuan mendalam (detailed kno ledge)%& Materi yang diperlukan untuk pencapaian tujuan di atas yang perlu dikuasai secara mendalam ialah mengenai C &a' ciri struktur dan sifat fisiokimia obat sebagai dasar untuk memahami mekanisme molekuler dari aksi obat= faktor yang mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi= dan tentang desain bentuk sediaan. &b' fisiologi manusia dan farmakologi sebagai dasar untuk pengobatan penyakit= optimasi pengobatan, menghindari efek samping, kontraindikasi, efek bertentangan dan reaksi toksis. &c' formulasi dan pembuatan obat menjadi bentuk sediaan yang tepat untuk optimasi kemanfaatn terapetik. &d' penyerahan obat kepada penderita &indi,idu' sesuai dengan persyaratan legalitas, terapetik dan profesional. &e' peraturan perundang#undangan tentang praktek profesional farmasi. Pengetahuan secara umum (general kno ledge) tentang%% &f' keadaan penyakit manusia secara umum agar dapat memahami dasar#dasar terapi obat secara rasional. &g' pengenalan dan pengobatan penyakit biasa &minor ailments' dan kemampuan menentukan perlunya merujuk penderita kepada profesional kesehatan lain.

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

36

&h' teknik membimbing penderita dan berkomunikasi dengan profesi kesehatan lain mengenai penggunaan obat yang sesuai dan tentang masalah lain yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan. &i' sumber informasi yang rele,an dan kemampuan untuk menge,aluasi dan menggunakannya secara kritis. Pengertian mengenai%& &j' proses yang berkaitan dengan pengembangan obat baru dan persetujuan mengenai bahan obat baru untuk tujuan terapetik. &k' pereaksi dan uji diagnostik yang umum digunakan, yang sesuai dengan praktek kefarmasian. &l' kedudukan Farmasi dalam sistem pemeliharaan kesehatan. &m' bahaya yang berkaitan dengan bahan kimia tertentu yang umum digunakan. &n' penggunaan salah dan penyalahgunaan obat, bahan obat dan ;at lain. &o' nutrisi, yang berpengaruh pada penyakit dan pengobatannya. 'aris Besar "atakuliah Matakuliah kefarmasian di 2ustralia itu sifatnya "berorientasi#obat" dan berorientasi#pasien", meliputi : bidang utama C 3. Pharmaceutical ?hemistry &segi kimia dari obat'. .. Pharmacology &aksi obat'. $. Pharmaceutics &bentuk dan pemberian obat' :. Pharmacy Practice &aplikasi ketiga di atas pada praktek kefarmasian' VII*! P2n0i0i4an Tin66i Fa-ma.i 0i Am2-i4a S2-i4a5 Pendidikan (inggi Farmasi &Pharmacist' di 2merika Serikat, sejak tahun 344B telah diseragamkan hanya melalui 3 jalur, yaitu Pharmaceutical %octor yang berlangsung selama B tahun. Perubahan kurikulum pendidikan ini disebabkan oleh tuntutan kemampuan profesional seorang Farmasis di masyarakat yang semakin meningkat dan memerlukan tambahan pengetahuan, khususnya ilmu#ilmu dasar dan pengetahuan lain di luar kefarmasian, misalnya pengetahuan mengenai komputer. Pada saat itu, profesi Pharmacist menempati ranking teratas paling mulia di mata masyarakat. *al ini disebabkan karena keahlian dan kemampuan profesi pharmacist seanntiasa dikaji dan dikembangkan agar lebih sesuai dengan kebutuhan &link and match'. Kajian tentang perubahan kurikulum pendidikan pharmacist ini dihasilkan oleh suatu Satuan (ugas Pendidikan Farmasi &(ask Force on Pharmacy 7ducation' yang dibentuk oleh Ikatan Sarjana Farmasi 2merika Serikat &2merican Pharmaceutical 2ssociation, (he 1ational Professional Society of Pharmacists', yang telah bekerja dalam kurun waktu yang cukup lama. Standar Pro(esi Farmasis )*+ Salah satu hasil kajian dari Satuan (ugas Pendidikan Farmasi ialah mengenai Standar Profesi Farmsis &Professional Standards of Practice F S)P' yang rumusan terakhirnya berbunyi sebagai berikut C A* Seorang Farmasis hendaknya mampu bertukar pikiran dengan dokter dan praktisi perawatan kesehatan lain, yang menyangkut perawatan dan perlakuan terhadap pasien, dan senantisa 3B Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

B*

&*

D*

E*

F*

G*

H*

mempertebal kepercayaan pasien akan perawatannya. Farmasis hendaknya dapat menghargai esensi diagnosis klinis dan memahami pengelolaan medis untuk pasien. Farmasis hendaknya memiliki pengetahuan tentang obat yang akan digunakan terhadap pengobatan status sakit pasien= mekanisme aksinya, bentuk sediaan dan kombinasi obat dalam perdagangan= nasib dan disposisi obat= faktor#faktor yang dapat mempengaruhi kemanfaatan fisiologis dan akti,itas biologis obat dalam bentuk sediaannya= pengaruh umur, seks atau status sakit sekunder yang dapat mempengaruhi lancarnya pengobatan= dan kemungkinan interaksi dengan obat lain, makanan dan prosedur diagnostik yang dapat memodifikasi akti,itas obat. Fungsi keseluruhan Farmasis hendaknya menghasilkan terapi obat secara maksimum. Farmasis hendaknya memahami penggunaan yang sesuai dan regimen takaran dari terapi obat yang dilakukan, kontraindikasi dan kemungkinan reaksi tak diinginkan yang diakibatkan oleh terapi obat. Farmasis hendaknya mempunyai cukup informasi mengenai kemungkinan obat paten mana yang interaksinya berlawanan dengan terapi atau mungkin berguna sebagai tambahan dalam memperbaiki pemberian obat atau perawatan secara keseluruhan. Farmasis harus mengetahui aksi terapi obat paten sesuai penegasan &claim' yang dikemukakan, komposisinya dan keunikan maupun keterbatasan bentuk sediaan tersebut. Farmasis hendaknya mampu menilai secara obyektif kemampuan suatu produk sesuai iklannya. Eika diminta oleh pasien, Farmasis hendaknya mampu menegaskan kemungkinan kegunaan terapetik suatu obat paten sehubungan dengan keluhan pasien. Farmasis hendaknya mampu mere,iuw publikasi ilmiah dan mampu mencari implikasi praktis suatu hasil penelitian yang berkaitan dengan kegunaan klinis suatu obat. Farmasis harus mampu menganalisis suatu laporan pustaka percobaan klinis mengenai kesesuaian desain penelitian dan analisis statistik yang dibuat dari data. Farmasis hendaknya mampu menyiapkan suatu abstrak yang obyektif mengenai kebermaknaan data dan kesimpulan si penulis. Farmasis hendaknya merupakan seorang spesialis mengenai karakteristik kestabilan dan persyaratan penyimpanan obat dan bahan obat, mengenai faktor#faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari bentuk sediaannya, bagaimana tempat pemberian obat atau lingkungan di sekitar tempat itu pada tubuh dapat mempengaruhi absopsi obat tertentu dari bentuk sediaan yang diberikan, dan bagaimana kemungkinannya berinteraksi untuk mempengaruhi aksi awal &onset', intensitas, atau lamanya &duration' aksi terapetik. Farmasis hendaknya paham benar akan pengaturan legal tentang pengadaan, penyimpanan, dan distribusi obat. Farmasis hendaknya mengetahui tentang penggunaan obat yang dii;inkan seperti yang terperinci oleh pejabat negara dan daerah, praktek medis yang benar, dan tanggung jawab legalnya terhadap pasien dalam penggunaan obat pada prosedur terapetik eksperimental. Farmasis hendaknya mampu, dengan terdapatnya bahan sumber yang sesuai, untuk merekomendasi produk obat atau bentuk sediaan mana yang mungkin secara potensial berguna untuk kebutuhan terapetik tertentu, dan Farmasis hendaknya secara obyektif mampu mendukung pilihan yang diambil. Farmasis hendaknya juga mampu untuk mengidentifikasi produk obat berdasarkan bentuk dan warna yang dirinci, dan mungkin penggunaannya yang dianjurkan dengan menggunakan bahan sumber yang sesuai. Farmasis akan tanggap, berdasarkan gejala yang akan diuraikan dalam wawancara dengan pasien, tentang informasi tambahan yang masih perlu diusahakan diperoleh dari pasien mengenai kondisi pasien itu. erdasarkan informasi ini Farmasis hendaknya dapat merujuk pasien itu kepada praktisi medis yang sesuai, spesialis, atau badan yang paling berkompeten untuk membantu pasien dalam kasus spesifik. Farmasis hendaknya memperoleh dan Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi 3A

I* J*

K* L* M*

N*

O*

menyimpan kartu data sakit &profil' pasien untuk digunakan dalam melakukan keputusan farmatesis yang menyangkut perawatan pasien. Melalui pemanfaatan profil demikian dan materi pembantu yang sesuai, Farmasis hendaknya melaksanakan program re,iuw pemanfaatan obat dalam lingkungan daerah praktek. Farmasis hendaknya memantapkan dan melaksanakan program untuk memastikan tidak lalainya pasien menggunakan obat dengan tujuan terapetik. Farmasis hendaknya mempunyai pengetahuan tentang manifestasi toksis dari obat dan tindakan yang diperlukan yang merupakan cara terbaik untuk pengobatan gejala keracunan ini. Farmasis hendaknya mampu berkomunikasi secara efektif dengan pasien mengenai petunjuk mengenai penanganan yang sesuai dari resep dan obat paten. Farmasis hendaknya mengetahui tentang pembatasan yang perlu ditekankan pada konsumsi makanan, pengobatan lain dan akti,itas fisik. Farmaisis hendaknya mampu berkomunikasi dengan profesional kesehatan lain atau orang awam tentang topik obat yang baik, masalah kesehatan masayrakat, dan pendidikan kesehatan perorangan. Farmasis hendaknya mampu untuk meracik obat yang sesuai atau campuran obat dalam bentuk sediaan yang baik. Farmasis hendaknya mampu untuk menginterpretasi resep dari penulis resep yang sepatutnya berlisensi, secara teliti meracik bahan terapetik yang sesuai, memeriksa ketepatan resep yang sudah selesai sesuai isinya, dan menempelkan label petunjuk sesuai diperlukan agar membantu pemahaman pasien tentang maksud si penulis resep. Selanjutnya Farmasis hendaknya memberitahu pasien secara lisan atau tertulis, mengenai efek merugikan dari obat yang diracik menurut resep, apabila mengandung obat yang mungkin berbahaya bagi orang yang memakannya. Farmasis hendaknya memastikan bahwa pasien mengerti betul mengenai petunjuk obat yang ditulis. Farmasis hendaknya memahami prinsip dan teknik prosesur manajemen yang baik, dan akan memberikan pelayanan kefarmasian yang efisien untuk memastikan kesinambungan perawatan pasiennya. Farmasis hendaknya menyadari tentang pertimbangan finansial dari perawatan kesehatan, dan senantiasa berusaha memberikan perawatan pasien yang berkualitas. Farmasis akan mengambil langkah#langkah yang seuai dalam mempertahankan tingkat kompetensi dalam setiap bidang yang disebutkan di atas.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia &ISFI' pada Kongres 1asional ISFI Q9 di Semarang, pada tahun 34BB juga sudah merumuskan Standar Profesi 2poteker dalam Pengabdian Profesi di 2potik. *al ini merupakan sebagia materi pada mata kuliah Perundang#undangan dan 7tik, Program Profesi 2poteker. Kurikulum Pendidikan Farmasi di ,merika Serikat -..Sejak 344B pendidikan profesi Farmasis di 2merika Serikat bergelar %octor of Pharmacy &Pharm.%.' berlangsung selama B tahun= terbagi atas . tahun prasyarat &Prepharmacy' dan : tahun magang &residence' untuk program profesional dan pengalaman kerja. %i samping itu ditawarkan juga program Master of Science &M.S' dan Philosophical %octor &Ph.%.' dalam bidang farmasi tertentu, misalnya M.S. in Pharmaceutical Policy and 7,aluati,e Sciences, yang 35 Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

dapat dilanjutkan ke Program Ph.%. dalam bidang Pharmacoepidemiology, atau Ph.%. dalam bidang Pharmacoeconomics and Policy. ?ontoh Kurikulum Pendidikan ialah sebagai berikut C A* G2n2-al &9ll262, SA799l 9= P7a-maA1, Uni?2-.i51 9= N9-57 &a-9lina a5 &7a/2l Hill +11, PREPHARMA&$ REBUIREMENTS
7nglish ?omposition 7lementary Statistics 2nalytical Ieometry and ?alculus Ieneral iology with 0aboratory Ienearl ?hemistry with 0aboratory Ieneral ?ollege Physics Microbiology with 0aboratory Ieneral 7ducation ?ourses

& min. B/ Semester *ours ?redits'


1otes

Min. Sem. *ours B $ $ : 5 5 5 35

2ll topics traditionally included in )rg.?hem. ?ourses 2ll topics incl. in introductory Physics ?ourse. SiR courses are to be selected C . 2esthetic perspecti,e ?ourses, . *istorical Perspecti,e, 3 Philosophical, 3 Social Science perspecti,e

Foreign 0anguage Physical 7ducation 2cti,ities

B#4 .

D9A59- 9= P7a-maA1 &3--iA3l3m 8P7a-m*D9A59-: 8UN& a5 &7a/2l Hill:

Fall

S/-in6
Pharmacology I iochemistry II asic Pharmaceutics II Pharmaceutical ?are Pharm.?are 0ab II

First Pro(essional /ear


?ommunity *ospital 7Rternship Physiology iochemistry I asic Pharmaceutics *ealth ?are Systems Pharm.?are 0ab.I

Second Pro(essional /ear


?ommunity+*ospital 7Rternship Pharmacology II Pharmacotherapy I 0iterature 2nalysis 21S Med. ?hem. Pharmacokinetics Professional 7lecti,e Pharm.?are 0ab. III Pharmacology III Pharmacotherapy II Pharmacotherapy III Pharmacotherapy I9 2pplied Pharmacokinetics Professional 7lecti,e Pharm.?are 0ab. I9 Pharmacy )perations Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi 34

$hird Pro(essional /ear


Pharmacy 0aw H 7thics

Pharmacotherapy 9 Pharmacotherapy 9I Immunology 1onprescription %rugs Professional 7lecti,e Seminar

Physi,al 2ssessment Professional 7lecti,e Professional 7lecti,e Prob.in Pharmacotherapy Seminar

Fourth Pro(essional /ear


?lerkships B* Uni?2-.i51 9= Minn2.95a +1 , Program %oktor Farmasi &Pharmaceutical %octor Program' mempersiapkan mahasiswanya untuk mengidentifikasi, mengambil keputusan dan mencegah permasalahan yang berkaitan dengan obat. Mahasiswa belajar untuk menguasai perawatan pasien dalam hal menghasilkan terapi obat yang positif, yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Program ini tidak lagi mempersyaratkan gelar !bachelor", namun terdapat sejumlah mata kuliah yang harus dilulusi sebelum memasuki program ini yang dinamakan !pre#pharmacy reGuirements" . Program profesi Pharm.%octor : tahun ini merupakan pendidikan didaktik dan praktek, dan merupakan satu# satunya gelar yang resmi untuk memperoleh i;in praktek kefarmasian di 2merika Serikat. 0ulusan program ini dipersiapkan untuk memasuki praktek kefarmasian, program pelatihan profesi lanjut, atau untuk pendidikan lanjut pasca sarjana &graduate education', dan penelitian. Program ini meliputi ilmu#ilmu kimia, biologi, fisika, sosial, dan klinis yang mendasari ilmu farmasi. Proses perawatan pasien secara umum digunakan untuk mengajarkan mahasiswa bagaimana caranya memenuhi kebutuhan akan obat pada tingkat spesifik#pasien. Mahasiswa mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah, komunikasi, dan berpikir analitis. Program ini menekankan pada etika profesional, tanggungjawab sosial, kewarganegaraan profesional, dan komitmen pada pendidikan seumur hidup. Selama tiga tahun pertama kurikulum profesi diberikan komponen dasar pendidikan farmasi yang diperlukan untuk berpraktek pada berbagai lingkungan kerja. Mulai tahun kedua, mahasiswa sudah dapat memilih jurusan yang diinginkannya, dengan cara mengambil mata kuliah dalam salah satu dari : bidang konsentrasi &penekanan', yaitu &a' farmakoterapi umum, &b' perawatan komunitas dan rawat jalan, &c' manajemen, dan &d' penelitian. Kebanyakan mata kuliah bidang konsentrasi diambil pada tahun terakhir. idang Konsentrasi C 3' Farmakoterapi -mum, mempersiapkan farmasis untuk kegiatan perawatan pasien pada berbagai lingkungan kerja. Mata kuliah yang wajib meliputi farmakokinetika dan terapi obat bukan#resep. Mata kuliah pilihan meliputi komunikasi, proses pengembangan obat baru, manajemen, dan farmakoterapi bagi usia lanjut. .' Perawatan komunitas dan rawat#jalan, mempersiapkan mahasiswa untuk praktek pada farmasi komunitas &2potik', dan lingkungan pasien yang tidak dirawat di rumah sakit. Mata kuliah wajib meliputi manajemen farmasi komunitas, terapi obat bukan#resep, dan praktek perawatan#jalan. ./ Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi ?lerkships

$' Manajemen, mempersiapkan farmasis untuk pekerjaan dalam pengelolaan pelayanan farmasi dan keuntungan terapi obat. Mata kuliah wajib meliputi manajemen komunitas atau institusional, re,iew dan manajemen penggunaan obat, dan ekonomi farmasi dan kebijakan publik. Mata kuliah pilihan meliputi hukum perdagangan, pemasaran, ekonomi kesehatan, manajemen personalia, dan perilaku organisasi. :' Penelitian, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi dalam penelitian, dan mempersiapkan mereka untuk pendidikan pasca sarjana. %engan melihat beberapa contoh program pendidikan dan kurikulum di luar negeri, mahasiswa dapat membandingkannya dengan kurikulum pendidikan di Indonesia. (idak tertutup kemungkinan adanya mahasiswa yang akan melanjutkan studinya di luar negeri, sehingga pengetahuan dasar ini dapat membantu dalam menentukan pilihannya. DAFTAR PUSTAKA 3. 2merican Pharmaceutical 2ssociation, (he 1ational Professional Society of Pharmacicts, !(he Final 8eport of the (ask Force on Pharmacy education, @ashington %?. .. ?ollege *andbook &1o,.344.', M)12S* -ni,ersity, (he )ffice of -ni,ersity %e,elopment for the 9ictorian ?ollege of Pharmacy, Melbourne, 9ictoria. $. Forum Komunikasi Perguruan (inggi Farmasi 1egeri se Indonesia, *asil 8apat (ahunan &344.'. :. Iennaro, 2.8. K7d.L &344/' ! 8emington>s Pharmaceutical Sciences", Mack Publishing ?o, 7aston, Pennsyl,ania. 6. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Keputusan Kongres 1asional QIII, 1/.QIII+Kongres QIII+ISFI+3454 tentang Standar Profesi 2poteker dalam Pengabdian Profesi di 2potik. B. Ketut Patra dkk. &3455' ! B/ (ahun %r. Midian Sirait, Pilar#Pilar Penopang Pembangunan di idang )bat", Penerbit P.(.Priastu, Eakarta. A. Smith, 2.K. &345/' ! Principles and Methods of Pharmacy Management", Second 7dition, 0ea Febiger, Philadelphia. 5. Suryasumantri, <.S &3456' ! Filsafat Ilmu, Suatu Pengantar Populer", Penerbit Sinar *arapan, Eakarta. 4. @attimena, E.8. dkk. &345B' makalah dalam 7kspose Perkembangan Ilmu Kesehatan oleh I%I+ISFI, Eakarta. 3/. -ni,ersity of Minnesota , &.//3' !?ollege of Pharmacy ?atalog", the 8egents of the -ni,ersity of Minnesota, Catalog On Line. 33. -ni,ersity of 1orth ?arolina at ?hapel *ill, &.//.' ! School of Pharmacy", Catalog on Line.

Bagian I. Ruang Lingkup Farmasi

.3

B A G I A N II
I*

PENULISAN ILMIAH

PENDAHULUAN

Pada pendidikan formal terdapat kecenderungan untuk lebih menekankan pada karya tulis sebagai bagian dari persyaratan lulus suatu matakuliah, dan untuk tujuan pengukuran &assessment' keberhasilan mahasiswa. Kecenderungan ini khususnya tampak pada perguruan tinggi yang semakin merasa tidak puas apabila hanya mengandalkan ujian akhir sebagai satu# satunya cara menge,aluasi kinerja &performance' mahasiswanya. Pengukuran kemampuan mahasiswa pada kebanyakan perguruan tinggi di luar negeri dilakukan melalui uji berkala dan tugas laporan &assignment', bukan hanya berdasarkan ujian tengah semester dan akhir semester. Pengukuran kinerja mahasiswa melalui ujian berkala yang berkesinambungan ini jelas lebih menguntungkan mahasiswa maupun staf pengajar. 2pabila mahasiswa harus menyelesaikan suatu tugas laporan, skripsi, tesis atau disertasi, tentu perlu dilakukannya hal ini dalam tata cara penulisan dan bentuk serta format penulisan yang benar. -mumnya mahasiswa dihadapkan pada masalah penulisan ini tanpa persiapan yang baik= untuk itulah perlu diadakan pembimbingan cara penulisan, baik penulisan laporan ilmiah, karya tulis, maupun skripsi yang cukup rumit. Perguruan (inggi di Indonesia sejak tahun ./// menggunakan Kurikulum erdasar#Kompetensi &?ompetency# ased ?urriculum', sehingga konsekuensinya ialah bahwa pengukuran hasil belajar mahasiswa juga perlu disesuaikan. Pengukuran tradisional menggunakan ujian dengan kertas dan pinsil &paper and pencil test', berupa pertanyaan ujian berbentuk tes esei &essay test' atau pilihan ganda &multiple choice'. -ntuk pengukuran kompetensi mahasiswa, sekarang ini sudah dikembangkan pengukuran alternatif &2lternati,e 2ssessment' sebagai pengganti pengukuran tradisional itu. Pengukuran 2lternatif meliputi antara lain, Pengukuran erdasar Kinerja &Performance 2ssessment', Penelitian Singkat &Short In,estigations', Pertanyaan (erbuka &)pen# 8esponse Suestions', 7,aluasi Sendiri &Self 7,aluation', 2sesmen Portfolio &Portfolio 2ssessment' dan penggunaan 8ubrik Penskoran &Scoring 8ubrics'. %i sini tidak akan dibicarakan mengenai pengukuran alternatif, tetapi akan digunakan pada e,aluasi hasil belajar mahasiswa, yaitu penggunaan rubrik penskoran. agian . buku ini merupakan usaha untuk mengkaji persamaan dan perbedaan penulisan (ugas 0aporan Ilmiah, (ugas 0aporan Praktikum, Makalah Ilmiah &Scientific Paper', Skripsi, (esis dan %isertasi. Perencanaan suatu tulisan ilmiah memiliki suatu teknik tersendiri yang perlu dilatih sejak awal. %emikian pula tata cara penulisan suatu karya ilmiah, yang meliputi teknik penulisan, bentuk serta formatnya merupakan modal utama seorang calon ilmuwan. Perlu ditekankan di sini bahwa bentuk serta format pelaporan tulisan ilmiah hendaknya tidak dijadikan sebagai suatu aturan yang kaku agar tidak mematikan kreati,itas penulis, akan tetapi perlu dipahami betul#betul tentang lika#liku karya ilmiah. %alam menghasilkan karya ilmiah itu, seorang ilmuwan menerapkan penalaran dan metode ilmiah dalam tulisannya. II* KAR$A ILMIAH

Karya ilmiah merupakan suatu produk yang dituangkan dalam bentuk nyata, misalnya dalam bentuk suatu desain di bidang (eknik 2rsitektur, atau berbentuk suatu karya tulis. Produk karya ilmiah demikian itu merupakan hasil dari suatu penalaran. %atanya diperoleh melalui suatu .. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

sur,ei, eksperimen atau studi pustaka, dengan menggunakan metode atau cara tertentu, yaitu metode ilmiah, yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan atau laporan ilmiah. Salah satu fungsi perguruan tinggi yang tercermin dalam (ri %harma Perguruan (inggi &Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat', ialah menghasilkan produk ilimiah yang dilakukan melalui penelitian. Produk ilmiah ini ber,ariasi menurut bobotnya, mulai dari yang sangat sederhana sampai yang berbobot tinggi, apakah dihasilkan oleh mahasiswa atau dosen sebagai peneliti= dan menurut forum di mana produk tersebut dikomunikasikan atau dipublikasikan. Penentuan tinggi rendahnya nilai bobot suatu karya ilmiah ditentukan pula oleh kriteria masing#masing jenjang pendidikan tinggi &S#3, S#., dan S#$', oleh nilai kegunaannya di masyarakat, maupun oleh peranannya dalam pengembangan suatu disiplin ilmu tertentu. -mumnya suatu karya ilmiah dituntut merupakan produk yang baru dan orisinil &bukan jiplakan' yang diperoleh melalui penelitian. II*1 T36a. La/9-an 8A..i6nm2n5: Menulis suatu karya ilmiah merupakan hal yang sangat penting bagi seorang ilmuwan. Mahasiswa sebagai calon ilmuwan perlu secara awal diberikan pengetahuan tentang teori penulisan ilmiah, sehingga dapat berlatih menulis sepanjang waktu selama mengikuti jenjang pendidikannya. Membuat tugas laporan biasanya ditugaskan kepada mahasiswa melalui suatu rangkaian perkuliahan dan asistensi, meskipun sering pula ditugaskan kepada mahasiswa untuk menyusun suatu tulisan ilmiah mengenai topik yang tidak secara langsung berkaitan dengan suatu mata kuliah. (ugas laporan ini dapat berbentuk 0aporan (ugas Pustaka, dan dapat pula berbentuk 0aporan (ugas Praktikum yang harus diserahkan kepada dosen atau asisten setelah mahasiswa menyelesaikan suatu tugas praktikum. Mahasiswa mungkin ditugasi suatu topik tertentu sebagai pokok tulisan, atau diberikan suatu daftar judul oleh dosen yang dapat dipilih oleh mahasiswa. Mahasiswa hanya diberikan instruksi mengenai panjangnya karangan dan batas waktu untuk menyelesaikannya. imbingan dapat diberikan oleh dosen dalam bentuk saran#saran mengenai pustaka atau daftar pustaka. Pada mata kuliah yang telah dirancang dengan baik, biasanya dosen memberikan penugasan dalam bentuk laporan tugas penelusuran pustaka pada awal perkuliahan, agar mahasiswa dapat merencanakan sendiri pelaksanaan tugas tersebut secara berhasilguna atau efektif. Eudul yang disediakan untuk karya tulis dapat memberikan gambaran mengenai bidang materi yang penting dalam suatu mata kuliah. %engan penugasan ini, mahasiswa dirangsang untuk membaca secara kritis mengenai bidang materi tersebut, mencari dan memilih materi sesuai yang dibutuhkannya, memusatkan perhatiannya pada satu judul tertentu, lalu membiasakan diri dan berlatih dalam mengkomunikasikan buah pikirannya melalui suatu pembuktian yang telah diambil sarinya dan die,aluasi menuju suatu kesimpulan tertentu. %alam bidang sains, umumnya matakuliah disertai dengan praktikum, yang dapat meliputi pengembangan, penerapan, atau pengujian suatu teori yang telah dipelajari. Kalau pada perkuliahan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan atau proses belajar mahasiswa dalam ranah kognitif &cogniti,e domain' dan afektif &affecti,e domain', maka penekanan pada praktikum lebih pada kemampuan dalam ranah psikomotor &psychomotor domain' dan afektif. Setiap akhir praktikum mahasiswa perlu menyusun 0aporan (ugas Praktikum, yang pada Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah .$

prinsipnya tidak berbeda dengan format dan tata cara penyusunan laporan yang bersifat telusuran pustaka. %i samping untuk tujuan mempelajari bidang materi suatu mata kuliah, proses belajar mandiri melalui tugas penyusunan laporan dan penelusuran pustaka maupun tugas praktikum, pada gilirannya mempunyai nilai besar bagi pendidikan mahasiswa, yaitu pemecahan masalah melalui penalaran ilmiah. Eika pada ujian secara kon,ensional mahasiswa mengalami situasi yang menegangkan menghadapi ujian, sebaliknya pada cara penyajian tugas laporan atau karya tulis ia diberikan kesempatan cukup untuk mengadakan perencanaan, dan mengatur sendiri waktu dan cara kerjanya. %i sini ia tidak diburu waktu untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan pada perkuliahan, atau yang tercantum dalam buku teks, tetapi diberikan kesempatan untuk membuat rencana secara cermat, banyak membaca, mengorganisasikan pikirannya, lalu merekamnya dalam tulisan menurut tatacara penulisan yang benar. %engan demikian dituntut dari mahasiswa suatu karya pikir yang lebih tinggi kualitasnya, dan sekaligus melatih daya nalar mahasiswa. -mumnya suatu karya tulis yang berbentuk tugas laporan tidaklah harus berbentuk penelitian orisinil. %i sini lebih ditekankan pada proses belajarnya dan fungsi melatih diri, bukan pada hasil akhir yang dicapai, karena hasil karya itu biasanya tidak dipublikasikan. Pemberi tugas akan menilai dan memberikan komentar sebagai balikan &feedback' terhadap tugas laporan itu untuk diperbaiki, agar mahasiswa dapat menggunakannya di kemudian hari. II*! S4-i/.i, T2.i. 0an Di.2-5a.i Sebagai penutup suatu program pendidikan tinggi, khususnya pada jalur akademik, biasanya mahasiswa harus menyelesaikan suatu produk akhir berupa (ugas 2khir, Skripsi, (esis atau %isertasi. %alam PP 1o.B/+(ahun 3444 telah diberikan batasan mengenai (ugas 2khir ini, yaitu penulisan Skripsi untuk jenjang program Sarjana, (esis untuk jenjang program Magister, dan %isertasi untuk program %oktor. -ntuk melihat perbedaan kompetensi berbagai jenjang akademik itu yang memberikan gambaran tentang bobot penelitian, maka dikutip kualifikasi lulusan jenjang Program sebagai berikut C & KepMendiknas No.232/Tahun 2000 tentang Kurikulum ) 3' Program sarjana diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut C a. menguasai dasar#dasar ilmiah dan ketrampilan dalam bidang keahlian tertnetu sehingga mampu menemukan, memahami, menjelaskan, dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di dalam kawasan keahliannya= b. mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya sesuai dengan bidang keahliannya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat dengan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tata kehidupan bersama= c. mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya di bidang keahliannya maupun dalam berkehidupan bersama di masyarakat= d. mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan+atau kesenian yang merupakan keahliannya= .' Program magister diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki ciri#ciri sebagai berikut C .: Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

a. mempunyai kemampuan mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan+atau kesenian dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai ketrampilan penerapannya= b. mempunyai kemampuan memecahkan masalah di bidang keahliannya melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah= c. mempunyai kemampuan mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan, keserbacukupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa= $' Program doktor diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kualifikasi sebagai berikut C a. mempunyai kemampuan mengembangkan kosep ilmu, teknologi, dan+atau kesenian baru di dalam bidang keahliannya melalui penelitian= b. mempunyai kemampuan mengelola, memimpin, dan mengembangkan program penelitian= c. mempunyai kemampuan pendekatan interdisipliner dalam berkarya di bidang keahliannya. um!er permasalahan untuk diteliti (ugas 2khir atau Skripsi mahasiswa lebih luas daripada tugas laporan yang biasa. Skripsi biasanya merupakan perpaduan dan puncak suatu karya mandiri dalam bentuk penelitian yang dikerjakan dalam waktu sekurang#kurangnya selama 3 semester. Sebagian penelitian dapat merupakan pengulangan penelitian terdahulu dengan tujuan pengujian kembali hasil karya yang telah dilaporkan, atau pengujian rele,ansi suatu hasil penelitian yang dilakukan pada latar lingkungan yang berbeda. Penelitian yang lain lagi dimulai dari akhir suatu penelitian terdahulu, untuk meneruskan hal atau masalah baru yang muncul, atau untuk mempertajam atau memantapkan suatu hasil penelitian. Permasalahan yang dapat diangkat menjadi judul penelitian dapat pula diperoleh melalui gejala yang diamati , apakah dari sekitar lingkungan, dari media cetak maupun elektronik, dan dari pustaka yang rele,an. Semua jenis penelitian itu diharapkan dapat memberikan sumbangan yang orisinil bagi ilmu pengetahuan. "er!edaan dan "ersamaan kripsi, Tesis dan #isertasi Meskipun kepada mahasiswa yang akan menulis Skripsi dapat saja diberikan judul atau diarahkan judulnya oleh dosen pembimbing ilmu atau spesialisasi tertentu, mahasiswa itu sendiri yang akan bertanggungjawab untuk memilih dan membatasi lingkup bidang penelitiannya. erbeda dengan (ugas 0aporan, penguji dari luar juga akan ikut menilai Skripsi. Setelah dikomunikasikan dan diterima melalui suatu forum tertentu &seminar', maka Skripsi yang telah dijilid baik itu akan ditempatkan di perpustakaan dan akan menjadi milik umum. 1amun demikian, sesuai dengan aturan bahwa Skripsi itu merupakan suatu mata kuliah, yang merupakan !latihan meneliti" bagi mahasiswa dengan bimbingan penuh seorang atau beberapa dosen, maka !bobotnya" pun belum memadai sebagai ilmu yang baru. iasanya Skripsi mahasiswa ditingkatkan bobotnya oleh dosen pembimbing dengan melakukan perubahan dan pemolesan seperlunya, kemudian dipublikasikan dalam majalah ilmiah. Meskipun demikian !hak cipta" dari Skripsi tersebut tetap berada pada penyusunnya, termasuk dosen pembimbingnya. %engan demikian maka nama baik mahasiswa penyusun Skripsi, dosen Pembimbing dan lembaga Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah .6

pendidikannya akan dipertaruhkan. )leh karena itu persyaratan Skripsi haruslah lebih tinggi daripada tugas pustaka biasa. (esis dan %isertasi pada hakekatnya tidak berbeda dengan Skripsi dalam hal bentuk dan formatnya, hanya persyaratan mutu yang hendaknya lebih tinggi menurut jenjang programnya. 8uang lingkup permasalahan biasanya lebih luas dan antar disiplin. %emikian pula sifat pembimbingannya berbeda, yaitu dalam hal peneliti yang semakin mandiri sesuai dengan jenjang program yang semakin tinggi. %i sini dituntut hasil penelitian yang benar#benar orisinil. II*3 Ma4ala7 Ilmia7 8SAi2n5i=iA Pa/2-: *asil penelitian merupakan suatu karya ilmiah yang dipublikasikan, yang pengelolaannya dikoordinir oleh 0embaga Penelitian uni,ersitas. Semua staf pengajar di perguruan tinggi diwajibkan untuk menghasilkan karya ilmiah melalui penelitian dalam rangka pengembangan karirnya. Mutu suatu perguruan tinggi akan dinilai berdasarkan kuantitas dan kualitas karya ilmiah yang dihasilkan, sehingga ada yang membedakan kualifikasi perguruan tinggi menurut !teaching institution" dan !research institution". -1*2S baru akan merintis untuk menjadi !research uni,ersity". Suatu makalah ilmiah &scientific paper' adalah laporan tertulis yang dipublikasikan, yang menguraikan hasil penelitian orisinil. entuk, format serta proses perolehan laporan ilmiah ini sama dengan penyusunan Skripsi oleh mahasiswa. edanya terletak pada tempat atau wadah yang sahih &,alid publication' dimana tulisan ini dipublikasikan. Suatu hasil penelitian yang berbentuk 8ingkasan, Skripsi, (esis atau 0aporan Konperensi belum tentu memenuhi persyaratan publikasi yang sahih, karena publikasi itu sahih ialah apabila dimuat melalui media tertentu, misalnya jurnal primer. Sebaliknya pula, suatu laporan pemerintah, pustaka konperensi &seminar' belum memenuhi syarat sebagai pustaka primer apabila tidak memenuhi persyaratan penulisan ilmiah. 0ihat pustaka primer dan sekunder pada bagian lain. Menurut %ay, 8.2. &34AB', suatu makalah ilmiah ialah C +4, 3' publikasi pertama dari hasil penelitian orisinil, .' dalam bentuk yang dapat diualing eksperimennya, dapat diuji dan diambil kesimpulannya oleh orang lain, $' dalam suatu jurnal atau dokumen sekunder lain yang mudah diperoleh dalam lingkungan ilmiah Isi artikel hendaknya baru, benar, penting dan mudah dimengerti, dan memenuhi persyaratan kualitas pemikiran yang sama seperti yang diperlukan pada pembentukan ilmu pengetahuan, yaitu logika, kejelasan dan ketelitian. Komponen suatu makalah ilmiah terdiri atas C a' Pendahuluan &yang menguraikan apa permasalahannya' b' Materi dan Metode &bagaimana masalah itu dipecahkan' c' *asil &apa temuannya' d' Pembahasan &apa makna penemuan itu' "u!likasi Makalah $lmiah Publikasi suatu makalah ilmiah yang sahih ialah apabila menggunakan media jurnal primer &majalah ilmiah'. Eurnal demikian disebut juga sebagai sumber primer bagi peneliti, tetapi .B Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

biasanya sulit diperoleh, karena meskipun tersebar laus, pemilikannya hanya terbatas pada kalangan ilmuwan bidang ilmu yang sejenis. )leh karena itu 0embaga Penelitian atau Perpustakaan Pusat suatu negara mendirikan suatu lembaga khusus yang mendokumentasikan dan mengindeks semua hasil penelitian dan selanjutnya memberikan pelayanan informasi ini kepada lembaga lain atau peneliti dalam bentuk pelayanan indeks &IndeR Ser,ice' atau pelayanan abstrak &2bstract Ser,ice'. *asil penelitian di Indonesia didokumentasi oleh Pusat %okumentasi Ilmiah Indonesia &P%I1', 0embaga Ilmu Pengetahuan Indonesia &0IPI'. ?ontoh lain ialah 0embaga iologi 1asional &0 1, 0IPI'. Pusat dokumentasi seperti itu pada hakekatnya merupakan lembaga pengolahan dan penyebarluasan informasi. Selain lembaga di tingkat pusat, setiap departemen yang mempunyai bagian riset dan pengembangan juga mempunyai lembaga pengolahan informasi demikian. %i 2merika Serikat terdapat suatu lembaga pengindeks untuk setiap bidang ilmu, misalnya ?hemical Indeks, iological IndeR dan sebagainya. 1amun di bidang Farmasi belum ada lembaga yang secara khusus menangani layanan indeks ini.. Pada umumnya penelitian di bidang Farmasi dikelompokkan dalam iological Sciences &0ife Sciences' atau Medical Sciences. %alam rangka pendokumentasian ini, maka judul suatu artikel penelitian haruslah menggunakan kata#kata kunci yang tepat, agar tepat pula pengkategoriannya yang dilakukan oleh lembaga pengindeks. Secara berkala lembaga pengindeks ini menyebarluaskan artikel penelitian terakhir dalam bentuk daftar indeksnya saja, yaitu judul artikel, nama pengarang dan kata#kata kunci artikel tersebut. Kadang#kadang daftar tersebut berupa indeks beranotasi, yaitu diberikan keterangan tambahan atau komentar pada setiap indeks. %i samping melayani indeks, berdasarkan permintaan, lembaga demikian itu juga melayani permintaan abstrak &2bstract Ser,ice' tertentu. )leh karena itu, maka nilai ilmiah suatu artikel yang disajikan dalam bentuk makalah pada suatu pertemuan ilmiah tidaklah sebesar nilai ilmiah artikel yang disajikan dalam jurnal + majalah ilmiah, yang kemudian diindeks oleh lembaga pengindeks. Makalah yang disajikan dalam suatu pertemuan ilmiah belum tentu dipublikasikan dalam risalah atau !proceedings" pertemuan. 8isalah dari suatu pertemuan ilmiah juga merupakan publikasi primer. &0ihat juga bagian lain mengenai Sumber acaan'. %engan demikian maka tidak semua publikasi ilmiah merupakan karya ilmiah apabila tidak dipublikasikan sesuai dengan wadah atau media tertentu. Sebagai contoh, !8e,iew Paper", atau !2bstract", tidak memenuhi syarat karya ilmiah, karena merupakan ikhtisar, analisis atau sintesis informasi yang telah dipubilkasikan. !?onference 8eport" juga jarang menyajikan data yang orisinil, dan tidak dipublikasikan dalam jurnal primer. II*4 P2-.2/a4a5an P2n3li.an 0an Ga1a P2n3li.an Ilmia7 Suatu karya tulis yang berbentuk laporan tugas pustaka &assignment' biasanya mempunyai ruang lingkup yang sangat terbatas, dan biasanya lebih pendek daripada Karya Ilmiah atau Skripsi., yang merupakan penelitian orisinil. 1amun demikian dalam penyajiannya tidak banyak berbeda, baik mengenai format, tata cara maupun gaya penulisannya. Semua tulisan ilmiah menggunakan tatacara penulisan, gaya penulisan, bentuk dan format tertentu. (erdapat berbagai macam cara Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah .A

penulisan yang dianut. %i samping isi tulisan, cara penyajiannya dalam bentuk format baku juga penting. Penelitian yang baik akan dinilai buruk apabila cara penyajiannya tidak baik. Suatu penelitian akan berguna bagi ilmu pengetahuan apabila dapat dikomunikasikan dengan baik. Karena itu maka tata cara penulisan ilmiah itu sangatlah penting. %a&a penulisan, 'ahasa dan "enggunaan $stilah Pemilihan kata yang tepat akan memberikan pengertian yang tepat. Kata atau kalimat yang baik untuk mengungkapkan suatu pemikiran bukanlah berbentuk kalimat yang panjang. Istilah yang digunakan harus didefinisikan &ditakrifkan' dengan tepat dan seterusnya digunakan secara taat a;as &konsisten'. ahasa tutur atau bahasa percakapan dan cara pengungkapan yang lain, misalnya bahasa bahasa prokem atau bahasa puisi tidaklah cocok untuk digunakan dalam penulisan ilmiah. (ulisan ilmiah bukan pula sesuatu yang bersifat pribadi atau berbentuk percakapan biasa, karena itu selalu dihindari penggunaan kataganti orang &saya, kami, mereka, dsb.nya' , kecuali dalam hal tertentu misalnya nukilan &Guotations' %alam tulisan ilmiah tidak boleh terdapat laporan pengalaman atau pendapat pribadi= yang dituliskan dalam laporan ialah analisis secara kritis tentang suatu masalah dan sajian pembuktian yang berkaitan dengan permasalahan itu, sehingga gaya bahasa yang digunakan haruslah yang bukan bersifat pribadi, melainkan bersifat ilmiah. Seorang penulis harus menggunakan cara penulisan yang mudah ditangkap orang lain. entuk kalimat tidak boleh terlalu sulit atau kompleks. Seringkali ditemukan dalam tulisan mahasiswa, kalimat majemuk yang sangat kompleks sehingga sulit menentukan mana pokok kalimatnya T Penulisan ilmiah bukanlah suatu permainan kata, bersifat ambigu &ambigous' atau mendua arti, merupakan penonjolan kepintaran seseorang, atau sesuatu yang melebih#lebihkan. *endaknya dihindari pernyataan yang memelas atau minta dikasihani, atau pernyataan yang berlebihan. Pernyataan yang dibuat itu hendaknya benar#benar sesuai. Penalaran yang benar dan kejujuran intelektual adalah tujuan utama pada penulisan ilmiah. Kutipan atau nukilan dari buku atau pustaka lain harus dilakukan dengan teliti dan dikatakan secara jujur. Kontribusi atau hasil karya orang lain haruslah dihormati, sehingga jelas bagian mana yang merupakan kontribusi penulis sendiri dan mana yang merupakan kutipan. Karena isi tulisan adalah sesuatu yang telah dikerjakan &berbentuk laporan ilmiah', maka biasanya digunakan waktu lampau &past tense' dalam penulisan atau kalimat pasif, kecuali dalam hal khusus, misalnya nukilan. 7jaan kata yang tepat sangat diperlukan. Perlu pula diperhatikan khususnya mengenai tatabahasa dan penggunaan tanda baca. Singatan seperti dg. tidak boleh digunakan, kecuali singkatan yang la;im digunakan secara internasional, misalnya satuan cm &sentimeter', g &gram' dan Ir &grain'. Eadi misalnya, corpis &corong pisah' tidak la;im digunakan pada tulisan ilmiah. Selain itu perlu diperhatikan ketaata;asan penggunaan kata dan istilah. %engan demikian maka sesuai dengan tujuannya, baik pelaksanaan penelitian maupun pelaporannya haruslah dilaksanakan secara teliti, taata;as, dengan menggunakan gaya bahasa dan tatacara penulisan yang baku dan mudah dimengerti. II*# P2-2nAanaan La/9-an T36a. P3.5a4a 8A..i6nm2n5: +!,

Penulisan tugas atau laporan ilmiah di perguruan tinggi biasanya berbentuk judul yang sudah disiapkan oleh dosen, yang dapat dipilih mahasiswa atau ditetapkan oleh dosen. Eudul tugas menggambarkan suatu masalah yang akan ditelaah oleh mahasiswa dalam bentuk penelusuran .5 Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

pustaka. Permasalahan ialah suatu perbedaan keadaan yang ada &what is' dengan keadaan yang seharusnya &what should'. Materi permasalahan yang ditelaah harus berupa materi dalam ruang lingkup bidang ilmu atau keahlian yang sedang dipelajari. 0angkah pertama yang dilakukan ialah mencoba mendefinisikan &mentakrifkan' dan mengadakan pembatasan masalah yang diutarakan. Mende(inisikan masalah Mendefinisikan masalah meliputi penentuan masalah, tugas atau karangan yang akan dikerjakan. %ari judul karangan yang dipilih itu harus tergambarkan kegiatan yang akan dilakukan mengenai masalah itu. Sebelumnya perlu dipelajari kata#kata kunci yang tepat untuk menghindari salah pengertian. Kata kunci yang perlu dipahami terlebih dahulu dari masalah itu ialah C 3. menganalisis, yaitu mempertimbangkan berbagai komponen dari suatu keseluruhan, dan mencoba memperinci antar hubungan komponen itu. .. membandingkan, yaitu mengadakan pemerian &description' karakteristik obyek dengan maksud untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaannya. $. mengkontraskan, yaitu mengadakan pemerian untuk tujuan membedakannya :. mendefinisikan &mentakrifkan', yaitu memberikan definisi atau menetapkan syarat sesuai dengan rujukan &reference'. 6. menguraikan , yaitu memberikan penjelasan. B. menghubungkan, yaitu melihat keterkaitan antara antara . aspek atau objek. A. mendiskusikan, yaitu mempertimbangkan berbagai aspek masalah itu. 5. menyebutkan, yaitu memberikan contoh dalam suatu daftar 4. menge,aluasi, yaitu memeriksa berbagai sudut suatu masalah dan mencoba mencapai suatu keputusan &judgment'. 3/. memeriksa secara kritis, yaitu berfungsi sebagai hakim. 33. mengilustrasikan, yaitu memberikan contoh, menjelaskan, menggambarkan. 3.. mengikhtisarkan, yaitu menuliskan butir#butir utama secara ringkas. -ntuk memperoleh penjelasan suatu kata atau istilah, perlu dilihat dalam kamus atau ensiklopedi. %engan demikian tidak ada keragu#raguan tentang apa yang akan ditulis, dan tidak akan menimbulkan interpretasi berlainan bagi pembacanya. "enulisan )udul Eudul tulisan ilmiah menggambarkan permasalahan yang akan diangkat dalam isi tulisan. %ari definisi masalah di atas terlihat bahwa selalu terdapat lebih dari satu aspek atau objek yang akan dipaparkan dalam tulisan ilmiah yang disebut !kata kunci". Eudul tulisan ilmiah memberikan informasi lengkap kepada pembaca mengenai isi tulisan. )leh karena itu judul hendaknya bersifat informatif, tidak terlalu pendek tetapi juga tidak terlalu panjang. iasanya suatu judul yang baik terdiri atas 5 sampai 36 kata, namun ada yang menganjurkan tidak melebihi 3. kata. 2pabila tidak dapat dihindari penggunaan jumlah kata yang banyak, pisahkanlah menjadi subjudul untuk memudahkan pemahamannya secara tepat. Pada umumnya judul tulisan ilmiah bukan merupakan suatu proses atau kegiatan yang menggambarkan pelaksanaan penelitian. Sebab itu tidak dimulai dengan katakerja. ?ontoh judul * Menetapkan Kadar "arasetamol dalamTa!let &ang !eredar di Makassar menggunakan metode +,id #&e. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah .4

&Kata kunci C (ablet, Kadar Parasetamol, Metode 2cid %ye' Eudul tersebut sudah benar dari segi bahasa dan sangat informatif, namun tidak efisien, karena dapat diubah tanpa mengubah artinya menjadi C "enetapan Kadar Ta!let "arasetamol &ang !eredar di Makassar menggunakan metode +,id #&e (ampaknya judul ini sudah baik, tetapi dari segi ahasa Indonesia masih ambigu &ambiguous F mendua arti', karena metode 2cid %ye dapat pula menerangkan cara beredarnya di Makassar, bukan menerangkan penetapan kadar. Karena itu sebaiknya judul diubah menjadi C Metode +,id #&e pada "enetapan Kadar Ta!let "arasetamol "em!atasan Masalah Kesalahan yang sering dibuat mahasiswa ialah apabila terlalu berambisi untuk menulis suatu judul yang terlalu luas. 2da anggapan bahwa judul yang sederhana tidak akan menyulitkan pada proses pengembangannya. Pada kenyataannya semakin sederhana suatu judul, justru semakin banyak yang perlu dituliskan. )leh karena itu terlebih dahulu perlu sekali diadakan pembatasan masalah, tetapi bukan dengan cara menghilangkan informasi yang mungkin penting, atau menghilangkan detail yang mungkin diperlukan , atau hanya menyediakan sebagian data. Pembatasan masalah dilakukan dengan cara mempersempit jangkauan atau ruang lingkup telaahan. ?ontoh judul C &Katakunci pada judul ini ialah C 9itamin ?, entuk (ablet' a. -itamin C dalam !entuk ta!let Eudul ini terlalu luas, karena mungkin akan meliputi pembicaraan mengenai khasiat 9itamin ?, cara pembuatannya, aspek penggunaannya, atau aspek bentuk sediaannya. Eudul ini pendek, tetapi justru meliputi permasalahan yang sangat luas, sehingga mungkin cocok untuk dijadikan judul suatu buku teks. Karena terlalu luas, maka ludul itu dapat dipersempit jangkauannya, menjadi D !. Metode pem!uatan ta!let -itamin C Eudul inipun masih terlalu luas untuk tugas laporan karya tulis biasa, bahkan untuk dijadikan judul Skripsi. 2pabila dipersempit lagi ruang lingkupnya, akan menjadi D. ,. Metode granulasi !asah pada pem!uatan ta!let -itamin C %alam judul seperti ini akan diuraikan keuntungan dan kerugian metode granulasi basah pada pembuatan tablet 9itamin ? yang mudah terurai oleh adanya lembab dan cahaya, dan penggunaan berbagai bahan penambah, misalnya bahan pengisi, bahan pengkilat, bahanpenghancur dalam dan luar, bahan pelicin, bahan pelincir, dan bahan korigensia &pewarna, pembau, pemberi rasa'. Eudul ini cocok untuk Skripsi. -ntuk suatu laporan karya tulis, judul ini masih dapat dipersempit lagi menjadi D. d. "enggunaan 'ahan . se!agai 'ahan "engikat pada "em!uatan ta!let -itamin C Pada judul ini ruang lingkup permasalahan sudah semakin dipersempit. %engan demikian jelas bahwa semakin sempit ruang lingkup masalah, akan semakin spesifik bidang telaahnya, tetapi akan semakin panjang judulnya. $/ Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

2pabila tidak dilakukan pembatasan masalah pada awalnya, akan terlalu banyak data yang akan dikumpulkan, yang akhirnya akan terbuang percuma= atau isi tulisan akan menjadi terlalu umum. ?ontoh judul lain yang terlalu pendek C +ksi +nti!iotika terhadap 'akteri &Katakunci pada judul ini ialah 2ksi 2ntibiotika, akteri' 2ntibiotika yang sudah ditemukan sudah ratusan jenis malah mungkin ribuan jenis. %emikian pula halnya jenis bakteri. )leh karena itu perlu dipersempit jenis antibiotikanya dan jenis bakterinya. Eadi, patokan lain pada pemilihan judul tulisan ialah perumusan yang jelas dan spesifik mengenai ruang lingkup penelitian atau telaahan. II.B P2n;a0>alan P242-;aan Penjadwalan pekerjaan perlu dilakukan agar tugas dapat diselesaikan dalam waktu yang ditentukan. *al ini khususnya sangat perlu pada waktu menyusun Skripsi. %alam penjadwalan perlu dimasukkan frekuensi pertemuan dan konsultasi dengan pembimbing. Pada awalnya memang sering ditemukan kesulitan, apalagi jika belum terbiasa mengerjakan tugas karya tulis. Kadang#kadang seseorang perlu terlebih dahulu memperoleh inspirasi untuk dapat menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan. II.A S3m"2- BaAaan ersama dengan tugas yang diberikan dosen, sering telah disertai sumber rujukan yang dianjurkan dalam rangka penelusuran pustaka. %alam pustaka rujukan itu sendiri terdapat rujukan selanjutnya. Penelusuran pustaka farmasi mungkin hanya terbatas pada topik tertentu, tetapi mungkin pula merupakan suatu sur,ei umum, sehingga metode penelusurannya juga perlu disesuaikan, apakah akan mencari suatu informasi khusus atau umum, dan apakah untuk kepentingan mahasiswa, sarjana, praktisi profesi, pasca sarjana atau peneliti. Sumber pustaka ilmiah secara umum dapat dikelompokkan dalam pustaka primer dan pustaka sekunder. Meskipun buku teks merupakan sumber referensi yang penting, namun bagi seorang peneliti sumber yang lebih penting ialah majalah ilmiah dibanding buku. *al ini disebabkan keuntungan dalam tenggang waktu antara suatu penemuan dalam penelitian dengan waktu publikasinya. Majalah ilmiah yang mutakhir akan memuat penemuan atau hasil penelitian yang mutakhir pula dibanding dengan buku yang sudah lama diterbitkan. Media publikasi ilmiah berbentuk majalah biasanya diterbitkan secara berkala &periodical', apakah mingguan, bulanan, kuartalan, setengah tahunan atau tahunan= sedangkan suatu buku teks biasanya dire,isi selang 6 tahun. )leh karena itu informasi dalam buku kadang#kadang sudah kuno &obsolete' dibanding informasi dalam majalah ilmiah. um!er primer Sumber primer meliputi rekaman laporan penelitian ilmiah, teknologi atau profesional dari tangan pertama. Materi yang disajikan merupakan pengetahuan baru yang terdiri atas informasi terakhir dan mutakhir. Media yang digunakan untuk pelaporan ini meliputi majalah &ilmiah', laporan penelitian, risalah konperensi, paten, standar & misalnya Standar Industri Indoensia FSII', Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah $3

pustaka perdagangan, tesis dan disertasi. Sumber primer ini biasanya tersebar sangat luas dan sukar diperoleh. Majalah &periodicals' dapat diklasifikasikan dalam majalah ilmiah &scientific', profesi &professional', dan komersial &commercial'. <ang membedakan majalah ilmiah dengan yang bukan ilmiah ialah tidak ditolerir adanya iklan di dalam majalah ilmiah. um!er sekunder Sumber sekunder mengandung informasi tangan kedua, namun lebih terorganisasi sehingga mudah diperoleh. (ermasuk kategori ini ialah majalah, pelayanan indeks dan abstrak, indeks sitasi &citation indeR', pelayanan melalui komputer, buku referensi &ensiklopedi, kamus, buku pegangan atau !handbook", tabel, formularium', risalat &treatise', monograf &misalnya F.I.' kompendia dan buku teks &teRtbook' Indeks sitasi &?itation IndeR' %i Indonesia belum dilembagakan. 0embaga indeks sitasi ini mengumpulkan data mengenai berapa kali seorang penulis atau artikelnya disitasi &dikutip' oleh penulis lain. Kualitas seorang peneliti di luar negeri ditentukan selain oleh jumlah artikel yang dipublikasikannya, juga ditentukan oleh berapa kali karya tulisnya disitasi oleh penulis atau peneliti lain berdasarkan indeks sitasi. uku uku merupakan sumber sekunder yang paling umum. %aftar uku atau !bibliography>" sebenarnya kurang tepat= lebih tepat dinamakan %aftar Pustaka, karena dalam praktek bukan saja terdiri atas buku, tetapi juga meliputi artikel dalam majalah, pamflet, rekaman pandang# dengar &audio ,isual', dan materi cetak maupun non#cetak lain seperti micro#fiche, ,ideo kaset, !compact disc" dan ?%#8)M. 8eferensi &8eference' 8eferensi dapat berbentuk sembarang buku atau majalah yang dapat digunakan sebagai acuan, misalnyaC
7nsiklopedi &7cyclopedias', biasanya terdiri atas banyak jilid &,olume', yang berisi informasi umum dan peristilahan. elum ada ensiklopedi khusus Farmasi= ada untuk bidang alamiah dasar &basic sciences' dan ilmu terapan lain. Karena penerbitan maupun re,isi ensiklopedi memerlukan puluhan tahun, biasanya informasi di dalamnya sudah !out of date". Kamus &%ictionaries'. Selain kamus bahasa terdapat pula kamus istilah untuk setiap bidang ilmu. Sampai sekarang bidang farmasi belum mempunyai kamus istilah tersendiri, namun terdapat kamus istilah lain yang penting bagi farmasi, misalnya kamus istilah kedokteran, kimia organik, kimia analitik, dan lain#lain. uku Pegangan &*andbook'. uku pegangan merupakan kompilasi fakta dan angka dalam bentuk tabel. (ermasuk buku pegangan ialah manual, buku data, buku referensi, buku sumber, dan ,ademekum. %irektori atau uku (ahunan, berisi daftar nama, alamat yang dapat memberikan informasi mengenai orang &indi,idu', organisasi, tempat, dan lain#lain.

um!er 'a,aan Khusus /armasi %i samping buku teks dalam bidang farmasi terdapat pula buku#buku khusus, yang merupakan buku standar mengenai obat, bahan obat dan bahan pembantu. $. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

Farmakope atau Formularium, ialah buku yang berisi daftar obat &medicinal substances' dan bahan pembantu &de,ice' disertai uraian, cara uji, dan formula untuk pembuatan obat yang sama, yang telah dikumpulkan oleh suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah dan disahkan berlaku untuk suatu negara tertentu. %i 2merika Serikat, badan ini terdiri atas organisasi swasta. Farmakope Indonesia 7disi terakhir ialah 7disi#I9, tahun 3446. %i 2merika Serikat terdapat !-nited States Pharmacopeia" 7disi ke#QQ3 tahun 344/ dan !1ational Formulary" &1F 7disi Q9I tahun 344/' yang dikelompokkan sebagai !official compendia", sedangkan buku lain dikelompokkan dalam !non#official drug compendia". Sekarang ini sudah ada terbitan -SP+1F yang mutakhir. uku !Materia Medika" yang berisi uraian tentang simplisia obat tradisional dapat dikategorikan sebagai formularium. 8isalat &(reatise', adalah buku mengenai suatu topik yang luas atau mengenai keseluruhan suatu bidang ilmu dengan pendekatan yang sistematik, luas , dan komprehensif, dan kadang#kadang kritis. iasanya ini ditulis untuk keperluan para spesialis. Monografi, merupakan tulisan mengenai satu topik saja, biasanya mengandung informasi terakhir, dan diusahakan komprehensif dan sistematik, tetapi tanpa latar belakang dan data historis seperti dalam suatu risalat. uku (eks, fungsi utama buku teks ialah mengajukan prinsip#prinsip suatu topik atau disiplin ilmu dalam cara sedemikian rupa agar informasi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk pengajaran. Suatu buku teks ditulis menurut tingkat kesulitan dan kecanggihan tertentu, disesuaikan dengan forum yang dituju sesuai keinginan penulisnya. Suatu buku teks biasanya berkonsentrasi pada prinsip#prinsip, bukan pada perkembangan terakhir dari bidang ilmu tertentu, sehingga dapat digunakan selama jangka waktu yang panjang.

Penulis lain membagi sumber informasi ke dalam $ kategori, yaitu sumber primer, sekunder dan tersier. Seperti telah diuraikan, contoh sumber sekunder ialah terjemahan, ikhtisar atau ringkasan dari sumber primer, buku pegangan, dan publikasi lain yang mengandung informasi fakta, komentar dan lain#lain= sedangkan buku teks dikategorikan sebagai sumber tersier, karena buku teks merupakan kompilasi dari sumber#sumber sekunder. Sumber tersier memberikan suatu tinjauan atau ringkasan yang agak luas mengenai suatu bidang ilmu, dan hal ini dapat diterima sebagai acuan, karena buku teks telah menjadi semacam patokan. Khusus untuk penelitian pasca sarjana diharuskan berkonsultasi pada sumber primer. "enelusuran "ustaka (ermasuk penelusuran pustaka ialah metode pencarian pustaka di perpustakaan. uku#buku tersimpan di rak menurut pengaturan tertentu, umumnya menurut klasifikasi %ewey. Pencarian buku dapat dilakukan secara langsung, melalui Cmicro fiche" atau melalui katalog buku. Metode lain penelusuran pustaka ialah melalui internet. II*' P2m"3a5an &a5a5an 2gar mudah ditemukan kembali catatan disimpan menggunakan !card system". Setiap catatan ditulis dalam selembar kartu menurut abjad pengarang atau menurut subjudul. Perlu diingat untuk setiap kali mencatat nama buku, pengarang, penerbit dan tahun penerbitannya. Eika perlu dicatat pula halaman buku. II.4 K2-an64a La/9-an Kerangka laporan suatu karya ilmiah umumnya terdiri atas $ bagian, yaitu Pendahuluan, (ubuh atau Isi, dan Kesimpulan atau Penutup. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah $$

"endahuluan Pada ab Pendahuluan diberikan perumusan yang jelas tentang masalah. %efinisikan istilah yang digunakan , dan batas#batas telaah. (empatkan masalah itu dalam latar belakang &setting' yang mempunyai arti. -ntuk ini mungkin digunakan beberapa bentuk C diuraikan latar belakang permasalahan diadakan telusuran penelitian sebelum itu ditunjukkan dimensi waktunya diadakan pembatasan ruang lingkup bahasan Pendahuluan ini hendaknya memberikan kepada pembaca semua informasi yang akan diperlukan selanjutnya. agian ini hendaknya bersifat padat dan informatif. &Khusus untuk penulisan Skripsi dapat dilihat pada bagian yang lain' $si agian ini merupakan argumentasi logis atau suatu sudut pandang tertentu mengenai permasalahan &0ihat C Mendefinisikan masalah'. %i sini diusahakan untuk menyelesaikan masalah yang telah dirumuskan dalam pendahuluan. %iusahakan agar cara penulisan itu bergerak maju, jangan terhambat oleh penulisan detai yang terlalu terperinci, yang dapat mengalihkan konsentrasi pembaca dari permasalahan pokoknya. "enutup agian ini menyajikan hasil telaahan atau penelitian, kesimpulan atau pendekatan ke arah kesimpulan yang telah dirumuskan semula. II*1 La/9-an T36a. P-a45i43m

Pada dasarnya 0aporan (ugas Praktikum tidak berbeda dengan 0aporan (ugas Pustaka mengenai tatacara penulisannya. Perbedaan mungkin terletak pada format laporan yang berbeda menurut jenis percobaan yang dilakukan. Suatu laporan praktikum meliputi bagian#bagian C 3. Eudul. Eudul laporan praktikum ialah nama percobaan yang mengilustrasilkan masalah yang akan ditanggulangi, yang sebenarnya adalah (ujuan Instruksional yang sudah dirumuskan, misalnya C # Pembuatan injeksi &Steril' Morfin *?l 3M # Penentuan Kadar 2setaminofen secara Spektroskopi u, # Isolasi 2lkaloida dari rugmnabsia sp. # -ji (oksisitas akut )bat (radisional .. Sebagai pendahuluan diuraikan C # (ujuan Percobaan &permasalahan apa yang akan diambil kesimpulannya' # Prinsip penentuan &pada analisis misalnya diuraikan mekanisme reaksi' # 0atar elakang &uraian singkat mengenai permasalahan' # Formula 8esep &uraian permasalahan' -rutan ini mungkin pula berbeda menurut jenis praktikumnya. $. Pengerjaan. (ermasuk bahan, alat dan metode yang digunakan pada percobaan Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah $:

:. Pengamatan &hasil yang diamati, perhitungan dan pembahasan' 6. Kesimpulan &hasil' B. Pustaka Eadi sama dengan laporan tugas pustaka, laporan inipun secara garis besar meliputi bagian Pendahuluan, Isi, dan Penutup &Kesimpulan', yang mungkin terdapat keragaman menurut sifat praktikum yang dilakukan. Perhatikan bahwa judul praktikum juga terdiri atas . katakunci. III* PEREN&ANAAN SKRIPSI

Pemilihan judul Skripsi yang sesuai keinginan merupakan tugas yang paling sulit, karena setelah menetapkan pilihan, jarang sekali terjadi perubahan judul karena biasanya sudah dibuatkan Surat (ugas oleh pimpinan. -ntuk ini diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai bidang studi yang sedang dipelajari, atau disiplin ilmu tertentu. Selain pengetahuan yang mendalam, juga faktor minat mahasiswa sendiri sangat penting dalam menentukan dan memilih bidang apa yang akan ditekuni. Semakin bertambah pengetahuan seseorang dalam bidang studi tertentu, semakin tampak adanya kesenjangan &gap' dan permasalahan baru yang memerlukan penelitian. &2da pemeo yang mengatakanDThe more &ou learn, the more &ou don0t kno1) . Kemampuan menemukan masalah inilah yang harus dikembangkan pada mahasiswa, karena setiap skripsi hendaknya menjelaskan suatu masalah tertentu. Pertanyaan pertama yang akan ditanya oleh penguji ialah C 2pakah kontribusi atau sumbangan tulisan itu bagi ilmu pengetahuan= mengapa 2nda memilih judul tersebut= apakah ini merupakan suatu masalah yang perlu diteliti lebih lanjut, dan apakah skripsi ini dapat menjawab pemecahan masalah tersebut. um!er masalah untuk penelitian Salah satu sumber masalah yang baik ialah akhir dari suatu penelitian. iasanya pada bagian akhir skripsi terdapat saran#saran untuk penelitian lebih lanjut. Staf pengajar yang aktif meneliti juga dapat dijadikan narasumber permasalahan, karena biasanya ada penelitian dosen yang dapat dipecah#pecah menjadi penelitian kecil yang dapat dikerjakan oleh mahasiswa. Semakin banyak masalah yang diteliti, semakin banyak pula masalah yang timbul untuk diteliti. Sumber lain ialah tulisan dalam majalah+jurnal ilmiah yang mutakhir, karena dari publikasi tersebut seseorang dapat terinspirasi untuk melihat permasalahan baru. %apat pula diadakan pengulangan penelitian yang sama dalam lingkunagn &setting' yang berbeda, misalnya faktor waktu, tempat &geografis' dan ,ariasi lainnya, misalnya metode dan peralatan yang berbeda. %emikian pula dapat ditemukan gejala yang timbul di masyarakat, yang ada hubungannya dengan bidang yang ditekuni, misalnya di masa lalu pernah terjadi kasus biskuit yang beracun karena tertukarnya bahan kimia, kasus bumbu masak 2jinomoto, penggunaan asam borat dalam bakso, penggunaan formalin pada tahu, pestisida di perkebunan, pencemaran lingkungan oleh surfaktan yang terkandung dalam sabun detergen, dan masalah aktual lain yang perlu penjelasan secara ilmiah. Kriteria pemilihan )udul Setelah diadakan pembatasan ruang lingkup masalah yang akan diteliti, dan telah ditemukan beberapa masalah yang mungkin dapat dijadikan objek penelitian, perlu diperanyakan beberapa hal mengenai judul yang dipilih itu. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah $6

Pertama, ialah adakah pembimbing untuk bidang penelitian yang dipilih itu. )leh karena cenderung terjadi spesialisasi dalam bidang ilmu, maka kemungkinan tidak ada pembimbing yang cocok atau yang berminat membimbing 2nda dengan judul itu. Kedua, apakah judul itu memang menarik bagi 2nda. Selama waktu yang cukup lama 2nda diharuskan menggeluti judul tersebut, sehingga seyogianya judul itu menarik bagi 2nda. (anpa minat yang besar, kemungkinan pekerjaan 2nda akan terbengkalai dan berhenti di tengah jalan. Ketiga, masalah waktu yang tersedia untuk penelitian. Eudul#Eudul yang berkaitan dengan pertumbuhan atau kecenderungan &trend' yang memerlukan waktu menunggu atau yang memerlukan waktu pengerjaan yang lama. Sebagai contoh di bidang Farmakognosi, misalnya yang menyangkut pembudidayaan tanaman obat, mungkin tidak akan dipilih mahasiswa karena risiko waktu dan kegagalan pekerjaan. agaimanapun menariknya suatu judul, apabila tidak dapat diselesaikan dalam waktu tertentu, lebih baik ditinggalkan saja. Keempat, peralatan yang diperlukan. Kebanyakan penelitian di bidang farmasi memerlukan peralatan khusus yang mungkin cukup canggih &sophisticated'. ?ontohnya ialah instrumen Kromatografi Ias, Kromatografi ?air Kinerja (inggi &*P0?' atau Spektrofotometer Serapan 2tom yang belum dipunyai sendiri. Selain faktor peralatan, juga faktor bahan kimia yang mungkin harus dipesan dari luar negeri merupakan kendala yang harus dipertimbangkan pada pemilihan judul. Kelima, subyek penelitian. Khususnya dalam bidang Ilmu#Ilmu sosial diperlukan subyek. %alam bidang Ilmu#Ilmu Kesehatan mungkin diperlukan probandus &manusia percobaan' atau hewan percobaan. Keenam, fasilitas perpustakaan. Fasilitas perpustakaan sangat penting untuk penelitian kepustakaanmaupun analitis. Suatu judul tertentu mungkin tidak sesuai disebabkan oleh tidak adanya sumber pustaka yang diperlukan. Seringkali mahasiswa perlu bantuan perpustakaan di tempat lain. 2kan tetapi dalam era perkembangan informasi yang pesat ini, bukan lagi merupakan penghambat. eberapa institusi farmasi di Indonesia sudah menggunakan ?%#8)M untuk pembelajaran. %emikian pula dengan mengakses melalui internet dapat diperoleh semua informasi yang diperlukan. Ketujuh, kelayakan &feasibility' penelitian. Selain kelayakan peralatan, subjek, kepustakaan dan waktu, masalah kelayakan lain ialah apakah teknik riset yang diperlukan untuk pengujian masalah tertentu telah dikembangkan atau sudah cukup teruji. %engan demikian sudah harus diperhitungkan sebelumnya alat uji apa &statistik' yang akan digunakan dalam penelitian. Kedelapan, kebermaknaan &significancy' penelitian. Pertanyaan ini sulit dijawab. Seperti pengamatan Stimpson &34:6' C D.Secara umum tidak ada fakta yang dapat dianggap sepele. Kekuatan
suatu matarantai ditentukan oleh kekuatan pada ikatannya yang terlemah, dan semua fakta akan cocok secara keseluruhan. Suatu fakta yang tampaknya sepele, mungkin berubah menjadi sesuatu yang sangat penting di tangan seorang ilmuwan.

Si pelaksana sendiri yang dapat menilai apakah waktu, usaha dan biaya untuk menangani suatu masalah itu wajar untuk dapat melaksanakan penelitian itu. IV* PENALARAN DALAM TULIS MENULIS +#,7,),

erpikir dilakukan oleh semua orang. (idak semua kegiatan batin dapat disebut berpikir, misalnya melamun atau berangan#angan. )rang mulai berpikir apabila berhadapan dengan suatu masalah, lalu mencoba untuk mencari jalan keluarnya. Masalah yang sekecil apapun dapat menyebabkan orang berpikir. Sebagai contoh, orang harus berpikir bagaimana harus $B Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

menyeberangi jalan raya yang ramai. Ia harus memperhatikan arus lalu lintas, arah datangnya serta kecepatan kendaraannya. Kalau diperhatikannya lebih lanjut, akan ditemukannya tempat khusus penyeberangan, apakah jembatan penyeberangan atau !;ebra cross". Pada tempat khusus penyeberangan itu orang dapat menyeberang dengan aman pada saat tertentu. %i tempat lain selain itu akan sangat berbahaya untuk menyeberang jalan. %ari sejak orang itu berniat untuk menyeberang jalan sampai pada saat ia mengayunkan langkahnya untuk menyebrang, terdapat proses pemikiran dalam diri orang itu. 'erpikir Logis dan +nalitis %alam proses itu ia bernalar, artinya ia menggunakan akal sehatnya &logika'. )rang dikatakan bernalar apabila ia membanding#bandingkan kemungkinan yang satu dengan kemungkinan yang lain, menimbang#nimbang mana yang lebih menguntungkan, dan mana yang justru merugikan. Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan= jadi penalaran adalah proses berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran ilmiah. Karakteristik atau ciri pertama penalaran ialah, adanya suatu pola berpikir luas yang dinamakan logika= atau dapat dikatakan bahwa penalaran ialah proses berpikir logis. ?iri kedua dari penalaran ialah sifat analitis dari proses berpikir itu, yaitu kegiatan berpikir berdasarkan langkah#langkah tertentu. Proses berpikir menurut %ewey &346A' terdiri atas 6 langkah C 3' merasakan ada kesulitan .' mendefinisikan kesulitan itu $' mengajukan &alternatif' penyelesaian yang mungkin :' memberi gambaran mengenai pertautan atau hubungan 6' menguji lebih lanjut hingga usulan itu akhirnya diterima atau ditolak. Penalaran dapat disertai, tetapi dapat pula tidak disertai logika. Pada penalaran secara logis terdapat pernyataan yang disebut dalil atau premis, dan pernyataan yang disebut kesimpulan. 2pabila pernyataan itu wajar, maka uraian itu disebut berlogika. Sebaliknya bila tidak tersusun secara wajar, maka orang menyebutnya tidak menurut logika. "enalaran $lmiah -ntuk melakukan kegiatan analisis, maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari suatu sumber kebenaran. Pada dasarnya pengetahuan yang digunakan pada penalaran bersumber pada rasio atau fakta. Sebagian orang menganut faham bahwa rasio adalah sumber kebenaran &rasionalisme', sebagian lagi menganut faham yang menyatakan bahwa sumber kebenarnan ialah fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia &empirisme'. Penalaran ilmiah yang merupakan bagian dari usaha untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, merupakan gabungan dari penalaran deduktif yang terkait dengan rasionalisme, dan penalaran induktif yang terkait dengan empirisme. Setiap penulis hendaknya berusaha sedapat mungkin untuk menyampaikan buah pikirannya dengan sebaik#baiknya. %engan usaha demikian itu pesan yang hendak disampaikan dapat terjaga dari cacat yang melekat padanya. Pada dasarnya dapat dibedakan berbagai pola pemikiran dalam cara penyampaiannya secara tulisan, seperti yang terlihat pada pola paragraf. &0ihat pola paragraf pada Membaca 7fektif' Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah $A

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. 2gar pengetahuan itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan menurut cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan dianggap sahih &,alid', apabila proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara atau metode tertentu. (erdapat . cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif. Penarikan kesimpulan dibedakan pula atas sebelum &apriori' dan sesudah &posteriori'. Logika $ndukti( 0ogika induktif berkaitan dengan pengambilan kesimpulan dari kasus#kasus indi,idual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat indi,idual. Penalaran induktif dimulai dengan pernyataan#pernyataan yang mempunyai ruang lingkup khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi, yang diakhiri dengan pernyataan &kesimpulan' yang bersifat umum. ?ontoh sederhana ialah fakta bahwa7
Kambing mempunyai mata Iajah mempunyai mata Kucing dan hewan lain mempunyai mata Kesimpulannya yang bersifat umum ialah C Semua hewan mempunyai mata

?ara pembuatan kesimpulan yang bersifat umum ini mempunyai . keuntungan C 3. Pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusia untuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoretis. .. %imungkinkannya proses penalaran selanjutnya, baik secara induktif maupun secara deduktif. Secara induktif, dari berbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang lebih bersifat umum lagi. -mpamanya, dengan melanjutkan contoh tadi, dari kenyataan bahwa semua hewan mempunyai mata dan manusia mempunyai mata, dapat ditarik kesimpulan umum bahwa semua mahluk hidup mempunyai mata. Penalaran demikian itu memungkinkan disusunnya pengetahuan secara sistematis, yang mengarah pada pernyataan#pernyataan yang makin lama makin berisfat fundamental. ?ontoh di atas itu merupakan pengungkapan dengan rekaan yang disebut induksi. Secara umum induksi dapat diperoleh dengan cara generalisasi atau penyamarataan hubungan sebab akibat dan analogi. Penyamarataan ialah kesimpulan yang didasarkan pada penelitian dari beberapa anggota atau komponen. %engan sendirinya penelitian itu harus merata atau mewakili, dan tidak dilakukan pada bagian yang terpilih saja, agar kesimpulan yang diperoleh itutidak timpang. Sebenarnya a;as yang terpakai disini ialah a;as statistika, yaitu arah kecenderungan. ?ontoh lain di bidang analisis farmasiC
2nalisis tablet 9alium . menghasilkan kadar 44,4 M 2nalisis tablet %ia;epin . menghasilkan kadar 3/.,6 M 2nalisis tablet Mentalium . menghasilkan kadar 3//,3 M Kesimpulan C 2nalisis tablet %ia;epam . yang beredar di Makassar menghasilkan kadar dalam batas persyaratan &46#3/6' M.

$5

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

erarti &secara umum' semua tablet yang mengandung %ia;epam . memenuhi persyaratan kadar. Setelah dilanjutkan dengan analisis berbagai tablet %ia;epam 6 dengan hasil yang sama, dapat diambil kesimpulan bahwa semua tablet yang mengandung psikotropika yang beredar di Makassar memenuhi persyaratan kadar Farmakope Indonesia. Logika #edukti( %eduksi adalah kegiatan berpikir sebaliknya dari induksi, yaitu cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. 0ogika deduktif dinamakan pula sebagai cara kerja yang apriori, yaitu menghasilkan kesimpulan sebelum adanya pengamatan indriawi sebagai suatu dasar pengetahuan &contohC perumusan hipotesis'. ?ara apriori tidak bersifat empiris, melainkan langsung berdasarkan pengetahuan &pengetahuan, konsep, intuisi' akal budi. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. ?ontoh C Semua mahluk mempunyai mata
Si Polan adalah seorang mahluk Eadi si Polan mempunyai mata &Premis mayor' &Premis minor' &Kesimpulan'

%alam contoh itu, !Semua mahluk mempunyai mata" merupakan dalil yang bersifat umum yang dinamakan premis mayor= kalimat berikutnya merupakan pernyataan yang bersifat khusus atau premis minor. Kesimpulan !si Polan mempunyai mata" adalah absah, karena ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Penalaran yang menggunakan $ kalimat seperti itu dinamakan silogisme. Pada silogisme, kita bertolak dari dalil utama, menurunkannya ke dalil yang kurang penting, lalu sampai pada suatu kesimpulan. Kebenaran suatu kesimpulan tergantung pada kebenaran premis yang mendahuluinya. Mungkin saja kedua premis itu benar tetapi cara pengambilan kesimpulannya yang salah. Eadi ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari $ hal, yaitu kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan kebenaran pengambilan kesimpulan. ?ontoh pengetahuan yang tersusun secara deduktif ialah Matematika. "ola "enelitian pada "enulisan kripsi Skripsi ialah laporan penelitian yang merupakan persyaratan bagi mahasiswa untuk menyelesaikan program Sarjana. Materi Skripsi ialah bidang keahlian mahasiswa sesuai program studi yang diambilnya. Keahlian dalam bidang Farmasi dapat dilihat pada uraian sebelum ini tentang Ilmu#Ilmu Farmasi. Karena bersifat ilmu, maka cara#cara dalam memperoleh pengetahuan kefarmasian itu harus memenuhi persyaratan tertentu yang dinamakan metode ilmiah. Ilmu#Ilmu Farmasi secara sistematik dan kumulatif tersusun setahap demi setahap melalui penyusunan argumentasi mengenai sesuatu hal yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. %engan demikian penyusunan ilmu pengetahuan dapat diibaratkan susunan batu bata &buiding blocks' pada suatu bangunan, yang lama kelamaan tersusun teratur di atas fondasi kuat yang telah ada. %engan perkataan lain, suatu ilmu yang baru haruslah didasarkan atas pengetahuan yang telah ada sebelumnya, sehingga permasalahan atau gejala dicari jawabannya berdasarkan ilmu yang telah ada itu. Salah satu persyaratan keilmuan ialah bahwa pengethuan yang baru harus bersifat konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya. Suatu perumpamaan dalam bahasa 0atin menggambarkan hal tersebut sebagai berikut C ! erpens nisi serpentum Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah $4

,omederit, non (it dra,o", yang secara harfiah berarti C -lar yang tidak memakan ular kecil lain, tidak akan menjadi naga, atau orang yang tidak belajar dari orang lain tidak akan menjadi orang besar +7,* %emikian pula halnya pada penyusunan ilmu pengetahuan, yang hanya dapat berkembang dengan mencontoh dan menggunakan ilmu orang lain. BAB V METODE ILMIAH

Metode ilmiah ialah prosedur untuk mendapatkan ilmu= atau dibalik, ilmu diperoleh melalui metode ilmiah. Metode ialah prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah#langkah sistematik. Metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari aturan#aturan dalam metode tersebut. Eadi metodologi ilmiah ialah pengkajian dari aturan#aturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Karena berpikir itu merupakan suatu kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan, maka dapat pula dikatakan bahwa metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Pengetahuan yang dihasilkan dengan menggunakan metode ilmiah mempunyai karakteristik tertentu, yang merupakan persyaratan pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji. Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam membangun ilmu pengetahuan. Kerangka berpikir ilmiah berintikan proses yang disebut proses logiko#hipotetiko#,erifikatif . 2lur berpikir dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam langkah#langkah C 3' Perumusan masalah .' Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis $' Perumusan hipotesis :' Pengujian hipotesis 6' Penarikan kesimpulan Suatu semboyan ilmiah ialah C 2akinkan se,ara logis dengan kerangka teoretis ilmiah, dan !uktikan se,ara empiris pengumpulan (akta &ang rele3an. oR, *unter dan *unter dalam &2ndi *akim 1asution, 345.' mengungkapkan dalam gambar mengenai proses penelitian itu &untuk memperoleh pengetahuan baru', sebagai proses belajar berulang dari pengalaman melalui penerapan deduksi dan induksi silih berganti sebagai berikut C %ata &fakta, gejala' deduksi induksi deduksi induksi

*ipotesis & konjektur, model, teori' Penjelasan agan C Suatu hipotesis awal mengantar kita melalui deduksi ke sekumpulan akibat, yang dapat dibandingkan terhadap data yang telah dikumpulkan melalui pengalaman. Kalau akibat hipotesis dan data itu tidak sesuai, maka disusunlah suatu hipotesis baru melalui induksi. *ipotesis baru ini selanjutnya dibandingkan dengan data yang telah ada. dan dengan data baru. Perbandingan ini kemudian dapat menimbulkan perbaikan terhadap hipotesis, maka muncullah pengetahuan baru. V*1 RanAan6an P2n2li5ian :/ Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

8ancangan penelitian pada dasarnya meliputi pemilihan metode atau teknik yang paling sesuai untuk memecahkan masalah dalam suatu penelitian. Sangatlah sulit untuk merumuskan rancangan penelitian yang bersifat umum, karena demikian luasnya keragaman tipe penelitian. 1amun demikian, secara umum tipe penelitian dapat dibagi . kategori besar C empiris dan analitis. Penelitian empiris atau eksperimental terutama dilaksanakan pada penelitian tipe#sains, sedangkan penelitian analitis atau penelitian pustaka, umumnya dilakukan pada banyak subjek bertipe#seni. 1amun demikian pada penelitian sains dapat pula dilakukan penelitian bersifat analitis atau deskriptif, yang non#eksperimental melalui suatu sur,ei, obser,asi atau pengukuran tertentu. 4antai "enalaran Salah satu logika berpikir dalam penelitian ialah rantai penalaran &pola penelitian atau pola berpikir', yang dapat diterapkan pada penelitian tipe#sains maupun tipe#ilmu sosial. Krathwohl +%, menyatakan bahwa penelitian itu merupakan suatu rantai penalaran melalui alur#alur berpikir yang dapat digambarkan dalam suatu bagan seperti pada halaman berikut. 8antai penalaran ini berfungsi sebagai model umum dari suatu argumentasi logis, yang sebenarnya masih berupa konsep abstrak. %engan menggunakan rantai penalaran, maka pola pikir yang digunakan pada contoh penelitian C Metode 2cid %ye pada Penetapan Kadar (ablet Parasetamol ialah sebagai berikutC 3' Misalnya, dari hasil penelitian terdahulu disarankan untuk mencari metode penetapan kadar Paresetamol yang lain, atau menurut pemberitaan di media massa ditemukan tablet parasetamol yang sub#standar, atau metode penetapan kadar resmi di F.I.I9 menggunakan instrumen yang canggih yang tidak dipunyai oleh umumnya laboratorium. .' %i sini peneliti memberikan dasar pemikiran dan sudut pandangnya dengan cara menghubungkan dan melihat keterkaitan antara butir#butir di atas. erdasarkan keterkaitan atau hubungan yang ada pada latar belakang tersebut di atas, maka didefinisikan masalah C perlu dicari metode penetapan kadar alternatif &yang lain', karena (ablet Parasetamol sangat luas digunakan oleh masyarakat, padahal ternyata ditemukan beredarnya (ablet Parasetamol sub#standar. 2cid %ye ialah suatu ;at warna asam yang dapat bereaksi dengan asetaminofen membentuk warna yang dapat diukur serapannya. %engan demikian maka mungkin saja kadar asetaminofen dalam (ablet Parasetamol dapat ditetapkan menggunakan pereaksi Jat @arna 2sam yang diukur secara Spektrofotometri. $' Pada tahapan ini timbul pertanyaan, prediksi atau model, tergantung seberapa banyak riset sebelumnya dapat memberikan dasar pemikiran bagi peneliti untuk mengetahui sesuatu. Pertanyaan timbul apabila tersedia cukup data untuk menunjukkan dimana dan apa yang akan dicari. Prediksi yang setingkat lebih tinggi dari pertanyaan , dapat dirumuskan apabila cukup banyak data dan jelas keterkaitannya dengan perlakuan. Eika dapat dikaitkan semua atau sebagian besar ,ariabel dalam situasi tertentu, maka dapat dirumuskan suatu model, misalnya *ipotesis C (idak ada perbedaan nyata pada kadar 2setaminofen dalam tablet &sesuai yang tertera pada etiket' menggunakan cara spektrofotometri Metode 2cid %ye. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah :3

&3' sebelumnya. F latar Iejala yang &.' diamati

*ubungan

dengan

penelitian

di masyarakat

%asar pemikiran atau 8ationale

belakang masalah F mendefinisikan masalah F perumusan hipotesis F Pola Peneltian

&$' &:' &6'

Pengajuan

pertanyaan, %esain

hipotesis,

model

Subjek

Perlakuan

)bser,asi

%asar pengamatan ciri atau perubahan

Prosedur

F 8encana Kerja F *asil dan Pembahasan

&B' &A' &5' &4'

2nalisis Kesimpulan *ubungan ke penelitian selanjutnya %asar pemikiran &baru' atau 8ationale dan seterusnya

:' Setelah menyatakan keterkaitan, maka perlu diuraikan bagaimana studi itu akan dilakukan dalam bentuk desain. Pada tahapan ini perlu diadakan !penerjemahan" berbagai keterkaitan dalam hipotesis itu ke dalam rancangan atau pola penelitian. Pola penelitian meliputi B aspek &dikenal dengan 6 @*', yaitu C @ho &subyek apa'. %alam contoh di atas subyeknya ialah asetaminofen dalam tablet @here &situasi di mana ia berada' . Sampel yang diambil ialah bentuk tablet yang beredar di Makassar @hy &penyebab atau perlakuan'. (ablet parasetamol dari berbagai jenis bentuk dan merk mungkin berbeda kadarnya, atau kadarnya tidak sesuai yang tertera pada etiket apabila ditetapkan menggunakan metode 2cid %ye. :. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

@hat 7ffect &pengamatan dan pengukuran'. *asil pengamatan dan pengukuran kadar masing#masing jenis tablet Parasetamol sesuai dengan yang tertera pada etiket, dibandingkan dengan standar. *ow &bagaimana diketahui terjadinya efek atau perbedaan'. -ntuk mengetahui adanya efek atau perbedaan antara sampel, digunakan analisis statistik. @hen &sekuens atau prosedur'. Sampel tablet parasetamol diambil secara acak dari berbagai lokasi, kemudian ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri metode acid dye di laboratorium. (ablet parasetamol yang beredar di Makassar terdiri atas berbagai jenis dan kemasan. 0angkah pertama dalam desain &Pola Penelitian' ialah mengambil sampel yang mewakili semua jenis dan kemasan (ablet Parasetamol &disini diperlukan pengetahuan mengenai metode sampling dan statistik'. 0angkah kedua ialah mencari Jat warna 2sam yang sesuai yang dapat membentuk warna stabil dengan asetaminofen, sehingga dapat diukur serapannya dengan Spektrofotometer ,isibel. Karena akan diukur dan dibandingkan serapannya, maka perlu dibuat kur,a baku menggunakan asetaminofen P &baku pembanding F reference standard'. 6' Konsep Pola Penelitian yang berupa pola pikir masih perlu dituangkan secara operasional dalam bentuk 8encana Kerja. Pada 8encana Kerja diidentifikasi 2lat &spektrofotometer dan alat lain' yang diperlukan, dan bahan &asetaminofen P, ;at warna asam dan bahan pereaksi lain', dan prosedur kerja sesuai dengan pustaka. B' erdasarkan 8encana Kerja ini dilaksanakan eksperimen. Pada pelaksanaannya diamati hasil yang diperoleh, dicatat kondisi dan kemungkinan penyimpangan yang terjadi, lalu di analisis dan dibahas untuk menarik kesimpulan sesuai dengan hipotesis.. A' Kesimpulan diambil berdasarkan analisis 5' erdasarkan pengamatan kondisi atau penyimpangan selama pelaksanaan eksperimen diajukan saran#saran untuk penelitian lanjut. 4' %ari saran itu dapat timbul masalah baru yang selanjutnya dapat dimulai lagi dari butir 3. V*! S5-3453- P2n2li5ian 8S5-3453- P2n64a;ian Ilmia7: +), Struktur penelitian merupakan rambu#rambu yang diterapkan dari pola pemikiran abstrak, yang secara logis dan kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah, yang selanjutnya dituangkan dalam suatu laporan ilmiah atau penulisan ilmiah. anyak bentuk dan tata cara penulisan ilmiah yang dapat ditemukan dalam pedoman penulisan ilmiah. Meskipun bentuk luarnya berbeda, namun jiwa dan penalarannya adalah sama. %engan demikian, yang lebih penting bukan saja memahami teknik pelaksanaannya, melainkan memahami dasar pikiran yang melandasinya. Penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. %emikian juga penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan dalam bahasa tulisan. -ntuk itu maka mutlak diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakekat keilmuan, agar dapat melakukan penelitian, dan sekaligus melaporkannya secara tertulis. %engan penguasaan tematik dan teknik yang menjamin suatu keseluruhan yang utuh, tidak lagi menjadi soal dari mana penulis akan mulai, apakah hipotesis ditulis langsung setelah perumusan masalah, di tempat mana akan ditempatkan postulat asumsi atau prinsip. Mereka yang belum menguasai logika penalaran ilmiah secara baik, Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah :$

biasanya akan memperlakukan bentuk dan tata cara penulisan secara baku, sesuai dengan pedoman tertentu. agan berikut ini menyajikan operasionalisasi penelitian yang dinamakan Struktur Pengkajian Ilmiah. M25902 Ilmia7 P2n2li5ian Ilmia7 P71I2E-21 M2S202*
# # # # # # 0atar belakang masalah Identifikasi masalah Pembatasan masalah Perumusan masalah (ujuan penelitian &secara umum' Kegunaan penelitian

M2S202*

P71<-S-121 K7821IK2 78PIKI8

P71<-S-121 K7821IK2 (7)87(IS %21 P71<-S-121 *IP)(7SIS


# Pengkajian teori yang digunakan # Pembahasan penelitian yang rele,an # Penyusunan kerangka berpikir di samping hipotesis # Perumusan hipotesis

*IP)(7SIS

M7()%)0)II P7170I(I21
# (ujuan penelitian &operasional' # (empat + @aktu penelitian # Metode penelitian # (eknik Pengambilan contoh # (eknik pengumpulan data # (eknik analisis data

M7()%)0)II P7170I(I21

*2SI0 P7170I(I21
# # # # # 9ariabel yang diteliti (eknik analisis Kesimpulan analisis data Penafsiran kesimpulan analisis data Kesimpulan pengujian hipotesis

P71I-EI21 *IP)(7SIS

8I1IK2S21 K7S70-8-*21
# %eskripsi singkat mengenai masalah, hipotesis, metodologi dan hasil penelitian

::

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

K7SIMP-021

# Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis dari seluruh aspek tersebut di atas # Pembahasan hasil penelitian dengan membandingkan terhadap penelitian lain dan pengalaman ilmiah yang rele,an # Pengkajian implikasi penelitian # Pengajuan saran

Penjelasan Struktur Pengkajian Ilmiah C Penga#uan "asalah& Suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri, tetapi terkait dengan faktor#faktor sekelilingnya. )leh karena itu perlu dikaji latar belakang permasalahan, yaitu situasi dimana permasalahan itu berada, apakah latar belakang ekonomi, sosial, politik, kebudayaan atau faktor lainnya. %alam konstelasi situasi tertentu demikian itu dapat diidentifikasi suatu permasalahan. Identifikasi masalah merupakan tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam jalinan situasi tertentu dapat dikenali sebagai suatu masalah. (ernyata identifikasi masalah menimbulkan banyak pertanyaan. %alam kegiatan ilmiah berlaku a;as, bahwa bukanlah kuantitas jawabannya yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian, melainkan kualitas jawabannya. Karena banyaknya pertanyaan yang memerlukan jawaban itu, maka perlu dibatasi ruang lingkupnya. Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas#batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk ke dalam ruang lingkup permasalahan dan mana yang tidak. %i sini pun masalah penelitian harus dibatasi lebih lanjut dengan menetapkan di mana dan kapan penelitian akan dilakukan &pembatasan ruang dan waktu'. %engan pembatasan masalah ini, maka fokus masalah menjadi bertambah jelas sehingga memungkinkan kita untuk merumuskan masalah itu dengan baik. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan#pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya, yang merupakan pertanyaan lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Masalah yang dirumuskan dengan baik, berarti setengah terjawab. Setelah masalah diidentifikasi dan dibatasi, yang tercermin pada pern&ataan &ang !ersi(at 5elas dan spesi(ik, maka dapatlah dikembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoretis berdasarkan pengetahuan ilmiah yang rele,an, serta memungkinkan kita untuk melakukan pengujian secara empiris terhadap kesimpulan analisis teoretis, maka secara konseptual masalah tersebut sudah berhasil dirumuskan. (anpa perumusan masalah yang spesifik, tidak mungkin kita mengidentifikasi pengetahuan ilmiah yang rele,an dalam membangun suatu kerangka pemikiran. %emikian pula metode ilmiah mensyaratkan adanya 7i/952.i. sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang diturunkan .2Aa-a 020345i= dari pengalaman ilmiah yang dikumpulkan, sehingga untuk dapat mengidentifikasi teori#teori yang diperlukan, maka perlu diketahui karakteristik permasalahannya. %engan perumusan masalah yang baik akan membantu pula dalam menetapkan data empiris yang harus dikumpulkan. Setelah masalah dirumuskan dengan baik maka seorang peneliti menyatakan tujuan penelitiannya. (ujuan penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berasarkan masalah yang telah dirumuskan. Setelah itu dibahas kegunaan penelitian, yang merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang diperoleh dari penelitian. Keseluruhan langkah dalam kegiatan keilmuan terpadu secara utuh dalam suatu logika ilmiah. )leh sebab itu haruslah benar# Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah :6

benar dipahami, bukan saja sekedar mengetahui langkah#langkah apa yang harus dilakukan, melainkan juga mengetahui dasar pikiran yang melatarbelakangi langkah#langkah tersebut. Penyusunan Kerangka $eoretis dan Penga#uan Hipotesis Setelah masalah dirumuskan dengan baik, maka langkah kedua dalam metode ilmiah ialah pengajuan hipotesis. *ipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Pemecahan masalah dalam kegiatan ilmiah menggunakan cara ilmiah. ?ara ilmiah dalam pemecahan masalah pada hakekatnya adalah mempergunakan pengetahuan atau teori#teori ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar didapatkan jawaban yang dapat diandalkan, berarti dipergunakan teori#teori ilmiah sebagai alat pembantu untuk menemukan pemecahan masalah. %engan mempergunakan pengetahuan ilmiah yang rele,an dengan permasalahan tersebut, maka dimulai melakukan analisis yang berupa pengkajian teoretis. Pada dasarnya pengkajian teoretis ini meliputi C 3' Mengkaji karakteristik masalah berdasarkan pengetahuan ilmiah= .' Mencari perbedaan dari karakteristik tersebut, $' %an mengkaji secara ilmiah mengenai hakekat masalah. erdasarkan pengkajian ini akan dirumuskan hipotesis yang berupa pertanyaan#pertanyaan. 2gar supaya kerangka teoretis dapat disebut meyakinkan, maka argumentasi yang disusun tersebut harus memenuhi beberapa syarat C 3' (eori yang dipergunakan dalam kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan#perkembangan terbaru. Sekiranya dipilih suatu pendekatan tertentu dari beberapa pendekatan sesuai teori, atau dipilih satu alternatif dari beberapa kemungkinan, perlu dijelaskan mengapa kita memilih pendekatan atau alternatif tersebut. .' Karena perkembangan ilmu sangat pesat, sebuah teori yang efektif di masa lalu mungkin sudah ditinggalkan saat ini. )leh karena itu teori yang dipilih hendaknya merupakan perkembangan terakhir dalam bidangnya. %engan demikian kita dapat berargumentasi menggunakan teori#teori yang representatif pada saat ini. !(he state of the art" merupakan lingkup yang bersifat menyeluruh dalam mencakup perkembangan terbaru dalam suatu disiplin keilmuan, yang dipergunakan sebagai dasar analisis dalam pengajuan hipotesis. Pengetahuan filsafati tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang pikiran#pikiran dasar yang melandasi tersebut dalam bentuk postulat, asumsi atau prinsip. Idealnya perkuliahan sarjana, apalagi pasca sarjana , pada hakekatnya paling tidak harus mencakup beberapa hal, yaitu # mengkaji !the state of the art" dari suatu disiplin ilmu yang mencakup seluruh perkembangan teori keilmuan sampai sekarang. # !analisis filsafati" dari teori#teori keilmuan yang difokuskan kepada cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan secara eksplisit mengenai postulat, asumsi dan prinsip yang mendasarinya. # mampu mengidentifikasi masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut. Seorang peneliti harus menguasai teori#teori ilmiah sebagai dasar dari argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kriteria utama agar :B Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur#alur pikiran logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan sementara berupa hipotesis. Ilmu mensyaratkan bahwa pengetahuan ilmiah baru harus bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya, dan hal ini harus tercermin dalam struktur logika berpikir dalam menarik kesimpulan. -ntuk ini harus dipenuhi . persyaratan C 3' mempergunakan premis#premis yang benar, dan .' mempergunakan cara penarikan kesimpulan yang sah. Pada hakekatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan kepada argumentasi deduktif dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis#premis dasarnya. Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar dalam kerangka argumentasi akan menjamin . hal C 3' Karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan, maka kesimpulan yang ditarik merupakan jawaban yang terandalkan. .' %engan mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui sebagai pengetahuan ilmiah, maka pengetahuan baru yang ditarik secara deduktif akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun. Patut disadari bahwa dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis, pada pokoknya kita mengembangkan argumentasi untuk memberi penjelasan sementara tentang masalah yang dihadapi. erpikir argumentatif ini selanjutnya berarti bahwa kita menyusun kerangka berpikir kita &bukan kerangka berpikir orang lain' secara sistematik dan analitik dengan mempergunakan khasanah teori ilmiah yang selektif. %i samping premis#premis tersebut, maka dalam kerangka teoretis dilakukan juga pengkajian terhadap penelitian#penelitian yang rele,an, yang telah dilakukan peneliti lainnya. Perumusan pikiran#pikiran dasar berupa postulat, asumsi, atau prinsip, lebih banyak digunakan dalam kajian bidang ilmu#ilmu soasial, relatif tidak banyak dalam kajian ilmu#ilmu alam. Sebagai contoh, penelitian di bidang pendidikan terdapat sejumlah pikiran dasar mengenai apa yang disebut proses pendidikan yang baik, kurikulum yang efektif, sistem pendidikan yang efisien, dan sebagainya. Pikiran#Pikiran dasar ini secara sistematik harus dinyatakan dalam serangkaian postulat, asumsi dan prinsip, agar alur kerangka berpikir kita dapat diikuti orang lain dengan jelas. "etodologi Penelitian Setelah dirumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari pengetahuan ilmiah yang rele,an, maka langkah berikutnya adalah menguji hipotesis tersebut secara empiris. 2rtinya bahwa dilakukan ,erifikasi apakah pernyataan yang dikandung dalam hipotesis yang diajukan tersebut didukung atau tidak oleh pernyataan yang bersifat faktual. Kalau dalam proses pengajuan hipotesis dilakukan penerimaan kesimpulan secara deduktif, maka dalam proses 3eri(ikasi dilakukan penarikan kesimpulan se,ara indukti(. Proses ,erifikasi ialah upaya untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum dari fakta#fakta yang bersifat indi,idual. Masalah dalam proses ,erifikasi ini adalah bagaimana prosedur dan cara dalam pengumpulan dan analisis data, agar kesimpulan yang ditarik itu memenuhi persyaratan berpikir induktif. Penetapan cara dan prosedur ini disebut metodologi penelitian. Metodologi adalah pengetahuan tentang metode# metode, jadi metodologi penelitian ialah pengetahuan tentang metode#metode yang digunakan Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah :A

dalam penelitian yang diturunkan dari tujuan penelitian. %alam proses ,erifikasi dituntut untuk melakukan penarikan kesimpulan secara induktif. Kegiatan pertama dalam menyusun metodologi penelitian adalah menyatakan secara lengkap dan operasional tujuan penelitian, yang mencakup bukan saja ,ariabel#,ariabel yang akan diteliti, dan karaktersitik hubungan yang akan diuji, melainkan sekaligus juga tingkat keumuman &le,el of generality' dari kesimpulan yang akan ditarik seperti tempat, waktu, kelembagaan dan sebagainya. erdasarkan tujuan penelitian ini akan dapat dipilih metode penelitian yang tepat, beserta teknik pengambilan contoh &sampel' dan teknik penarikan kesimpulan yang rele,an. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh dalam mencapai suatu tujuan, sedangkan teknik adalah cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur. Eadi metode penelitian mencakup beberapa teknik, misalnya teknik pengambilan contoh, teknik pengukuran, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Pada hakekatnya proses ,erifikasi adalah mengumpulkan dan menganalisis data, dimana kesimpulan yang ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan tersebut diterima atau ditolak. %engan demikian maka teknik#teknik yang tergabung dalam metode penelitian harus dipilih yang cocok dengan rumusan hipotesis. Sebagai contoh, pada teknik analisis statistika untuk menemukan perbedaan antara dua ,ariabel, R U y, atau pengujian hipotesis alternatif, digunakan analisis statistika yang bersifat dua arah, sedangkan untuk membandingkan . ,ariabel, R V y, atau pengujian hipotesis selektif, digunakan analisis statistika satu arah. )leh karena itu dalam teknik analisis data harus dinyatakan secara tersurat pengajuan hipotesisnya, yang dinyatakan dalam pernyataan statistis dengan menuliskan bersama#sama, baik hipotesis nol &* /' maupun hipotesis tandingan &*3' beserta rumus statistika yang dipergunakan. Pengajuan hipotesis dalam kerangka teoretis cukup diekspresikan dengan hipotesis konseptual, yang dinyatakan dalam bentuk nonstatistis. %alam teknik pengumpulan data harus dinyatakan ,ariabel yang akan dikumpulkan, sumber data dari mana keterangan mengenai ,ariabel tersebut akan diperoleh. %emikian pula halnya dengan teknik pengukuran, instrumen pengukuran &misalnya kuesioner' dan teknik memperoleh data &misalnya wawancara'. 2pabila pada pengumpulan data perlu menggunakan instrumen tertentu, maka instrumen itu harus diuji dulu sebelum dipergunakan. -ntuk itu dinyatakan secara tersurat langkah#langkah pengujian beserta hasilnya. Pada pokoknya sebuah instrumen harus teruji keabsahan &,alidity' dan keandalannya &reliability'. Hasil Penelitian Setelah perumusan asalah, pengajuan hipotesis dan penetapan metodologi penelitian, maka langkah berikutnya ialah melaporkan apa yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian. Sebaiknya bagian ini betul#betul dipergunakan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan selama penelitian untuk menarik kesimpulan. %eskripsi tentang langkah dan cara pengolahan data sebaiknya sudah dinyatakan dalam metodologi penelitian. %alam membahas hasil penelitian, harus diingat bahwa tujuannya adalah membandingkan kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan, dengan hipotesis yang diajukan. Secara sistematik dan terarah data yang telah dikumpulkan tersebut diolah, dideskripsikan, dibandingkan, dan die,aluasi, yang kesemuanya diarahkan kepada sebuah pengambilan kesimpulan apakah data tersebut mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Sebaiknya pula diadakan e,aluasi mengenai kesimpulan tersebut. Suatu kesimpulan yang menyebabkan ditolaknya suatu hipotesis sebaiknya juga dianalisis lebih lanjut. Mungkin juga ditemukan bahwa hipotesis tidak diterima, disebabkan oleh kerangka teoretis untuk pengajuan hipotesisnya tidak benar. %alam hal ini tidak dibenarkan untuk berbalik arah dengan mengubah kerangka teoretis untuk disesuaikan, sebab secara epistemologis :5 Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

hal itu tidak sah, dan kemungkinan menghasilkan kesimpulan yang salah. Seandainya terdapat keraguan dalam kesimpulan, sebaiknya kesimpulan ini dianggap sebagai kebenaran sementara, yang dapat disarankan untuk diuji kembali pada penelitian nerikutnya, agar dapat lebih dipastikan kebenarannya. %alam keadaan hipotesis yang ditolak, biasanya diberikan penjelasan berupa dugaan mengapa hal itu terjadi, kemudian disarankan menjadi hipotesis untuk diuji pada penelitian lain. -ntuk melaporkan hasil penelitian, maka secara singkat dan kronologis, pertama# tama diberikan deskripsi tentang ,ariabel yang diteliti, disusul dengan teknik analisis yang digunakan. Setelah itu hasil pengukuran dilaporkan, yang kemudian dilengkapi dengan kesimpulan analisis dari data yang dikumpulkan. 0aporan ditulis dalam bentuk esei dengan kalimat#kalimat ,erbal yang mencakup semua pernyataan yang sepatutnya dikemukakan, baik pernyataan yang bersifat kualitatif maupun yang kuantitatif. Sekiranya diperlukan, maka deskripsi bentuk esei ini dilengkapi dengan berbagai sarana pembantu seperti tabel, grafik atau bagan, yang berfungsi untuk lebih memperjelas pernyataan ,erbal, bukan sebaliknya. %emikian juga data yang ditempatkan dalam tubuh utama laporan haruslah merupakan data yang telah diolah. %ata mentah dan langkah#langkah dalam pengolahan data tersebut sebaiknya ditulis dalam lampiran. 0angkah berikutnya ialah pemberian penafsiran terhadap kesimpulan analisis data. Pada tahap ini harus ditafsirkan hubungan yang bersifat statistis seperti regresi dan korelasi, ke dalam hubungan yang bersifat ilmiah, misalnya hubungan kausalita. %emikian pula ditafsirkan tingkat keumuman &generality' dari kesimpulan yang ditarik berdasarkan contoh &sampel', kepada kesimpulan yang menyangkut populasi. Penafsiran terminologi analisis juga harus diberikan, misalnya apa yang dimaksud dengan koefisien korelasi tertentu yang besarnya diukur pada penelitian. Sekiranya diperoleh bahwa R dan y berkorelasi dengan koefisien sebesar r, maka harus dijelaskan hubungan yang terdapat antara kedua ,ariabel tersebut. Kiranya patut diingat bahwa statistika dan bermacam teknik analisis lainnya hanya sekedar alat dan bukan merupakan tujuan. 4ingkasan dan Kesimpulan Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoretis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Sintesis membuahkan kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian terpadu, dengan meletakkan berbagai apek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh. -ntuk itu maka diuraikan kembali secara ringkas pernyataan pokok aspek tersebut di atas dan meletakkannya dalam kerangka yang mengarah kepada kesimpulan. Itulah sebabnya bagian ini disebut ringkasan. Kesimpulan penelitian harus tetap dapat dipertanggungjawabkan dalam kerangka teori keilmuan yang didukung oleh penemuan penelitian. Kesimpulan ini kemudian dibahas dengan jalan membandingkannya terhadap penelitian dan pengetahuan ilmiah lain yang rele,an. +!strak 2bstrak merupakan ringkasan yang disarikan dari seluruh kegiatan penelitian, yang paling banyak terdiri atas $ halaman, namun ada yang memberi batas paling banyak .// kata. Keseluruhan abstrak merupakan esei yang utuh, dan tidak dibatasi dengan subjudul. &?atatan C karena tidak mempunyai subjudul, berarti hanya ada 3 topik kalimat yaitu abstrak. Karena hanya ada 3 topik kalimat, maka ada yang mengatakan bahwa abstrak sebaiknya hanya terdiri atas 3 paragraf. Khususnya, apabila abstrak ini akan dimuat dalam jurnal ilmiah, maka biasanya hanya Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah :4

diminta dalam satu paragraf saja'. Sesuai dengan langkah#langkah dalam peneilitan, maka abstrak mencakup keseluruhan pokok pernyataan penelitian, mengenai masalah, hipotesis , metodologi dan kesimpulan. Karena teralu panjang, maka kerangka pemikiran tidak dicantumkan dalam abstrak, atau dicantumkan hanya bagian pokoknya saja. (iap bagian ditulis secara utuh namun ringkas, tiap bagian harus mendapatkan perlakuan yang seimbang. Sebuah abstrak hendaknya menimbulkan minat kepada pembaca untuk membaca keseluruhan laporan. Karena dapat diibaratkan sebagai iklan, maka abstrak ditempatkan di halaman terdepan dari publikasi ilmiah.

BAB VI

BENTUK DAN FORMAT PELAPORAN

Pada prinsipnya tidak terdapat perbedaan bentuk dan format pada pelaporan karya tulis ilmiah= apakah karya tulis itu berbentuk tugas laporan pustaka &assignment', makalah ilmiah &scientific paper', laporan praktikum, skripsi, tesis atau disertasi. Suatu karya tulis ilmiah pada dasarnya terdiri atas Pendahuluan, Isi dan Kesimpulan atau Penutup. Format laporan dapat ber,ariasi menurut forum atau !audience" yang akan mempublikasikannya. Sebagai contoh, penulisan artikel untuk suatu jurnal tertentu, biasanya sudah ditentukan formatnya. %emikian pula format makalah yang akan disajikan dalam suatu pertemuan ilmiah, biasanya panitia sudah menentukan format makalah yang dapat diterima. -ntuk pelaporan hasil penelitian berbentuk Skripsi, setiap uni,ersitas atau fakultas mempunyai Pedoman Penulisan Skripsi sendiri. Seperti telah diuraikan sebelum ini, hendaknya jangan terlalu kaku dalam mengikuti pedoman tersebut, karena yang lebih penting ialah alur berpikir yang ingin dikemukakan penulis. Sebagai pedoman aturan pelaporan Skripsi itu hanya memberikan kerangka dasar format pelaporan yang tidak mengikat. VI* 1 &9n597 F9-ma5 P2n3li.an S4-i/.i +1 , Penulisan Skripsi pada dasarnya terdiri atas $ bagian besar C 3. .. $. agian Pendahuluan, yang memuat bahan preliminer agian Pokok, yang memuat teks pokok laporan + karya agian 2khir, yang memuat bahan#bahan referensi

Perincian kerangka laporan penelitian adalah sebagai berikut C I . 'agian "endahuluan 3. .. $. :. 6. B. Eudul laporan *alaman pengesahan &bila ada' Kata pembuka dan pengharagaan &-capan terima kasih' %aftar Isi %aftar tabel &jika ada' %aftar grafik, diagram atau gambar &jika ada'

II. 'agian "okok 2. P71I21(28 3. Penegasan mengenai judul .. 2lasan pemilihan judul. 6/ Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

$. (ujuan riset &jika belum digabung pada .'. :. Sistematika pelaporan. . 2120ISIS 021%2S21 (7)8I 3. 2nalisis hasil penelitian sebelumnya, pengamatan, dan diskusi tentang masalah yang berkaitan. .. 7ksposisi angapan#anggapan yang mendasari hipotesis yang diajukan. $. Pernyataan hipotesis yang hendak diselidiki. :. *asil yang diharapkan beserta implikasi#implikasi praktisnya. ?. 2120ISIS %21 P717(2P21 M7()%7 <21I %IP2K2I 3. Populasi, sampel, dan prosedur sampling .. Metode dan prosedur pengumpulan data $. Metode dan prosedur analisis data %. P71I-MP-021 %21 P71<2EI21 %2(2 3. -raian atau deskripsi secara singkat &jika perlu' .. Penyajian tabel#tabel &jika ada' $. Penyajian grafik, diagram, dll &jika ada' 7. 2120ISIS %2(2 3. 2nalisis statistik &jika ada' .. 2nalisis isi atau analisis kualitatif &jika ada' $. 2nalisis perbandingan atau komparatif &jika ada' :. Kesimpulan analisis F. 8I1IK2S21 %21 S2821#S2821 3. -ngkapkan kembali secara singkat permasalahannya .. 1yatakan kembali secara singkat metode yang digunakan untuk menggarap masalah itu. $. 1yatakan secara singkat penggarapan masalah dan kesimpulannya :. Saran#Saran atau rekomendasi yang rele,an $$$. 'agian +khir 3. %aftar pustaka atau bibliografi .. 0ampiran &jika ada' $. Indeks nama dan indeks masalah &jika ada' VI* ! P209man P2n3li.an S4-i/.i 8FARMASI<UNHAS: Karena sampai saat ini belum disahkan Pedoman Penulisan Skripsi yang baru, berikut disajikan pedoman yang digunakan pada tahun 344/ dan 3443, sebagai berikut. ab I II P71%2*-0-21 M2KS-% %21 (-E-21 ab ini telah dihapus dan dimasukkan dalam Pendahuluan Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 63

III

P)02 P7170I(I21. ab ini juga sudah dihapus, dimasukkan ab Pendahuluan, namun masih ada yang tetap memisahkannya dalam bab tersendiri. Kebanyakan masih menganggap Pola Peneltian ini sama dengan 8encana Kerja. Seharusnya Pola Penelitian merupakan pola pikir yang masih bersifat abstrak. Pola penelitian ini selanjutnya dioperasionalisasikan dalam 8encana Kerja.

I9. (I1E2-21 P-S(2K2 9. 871?212 K78E2 &untuk seminar I atau seminar proposal, untuk seminar II menjadi P7170I(I21 %21 *2SI0 P7170I(I21. 9I. P7M 2*2S21 9II. K7SIMP-021 %21 S2821 agian Inti atau Isi laporan akhir menurut pedoman &3443' terdiri atasC ab I P71%2*-0-21 , yang berisi gambaran singkat tentang C # # # # # ab II latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah ruang lingkup dan + atau manfaat penelitian metodologi penelitian maksud dan tujuan penelitian lokasi dan tempat

(I1E2-21 P-S(2K2, seharusnya hanya berisi tinjauan pustaka yang ada kaitannya dengan 2 I. Kadang#Kadang dimasukkan juga hal#hal yang tidak rele,an dalam (injauan Pustaka

ab III P7170I(I21 %21 *2SI0 P7170I(I21 ab I9 P7M 2*2S21 ab 9 K7SIMP-021 %21 S2821 VI* 3 F9-ma5 R2nAana P2n2li5ian 0an La/9-an P2n2li5ian

Skripsi sebagai mata kuliah pada Proram Studi Farmasi -1*2S terbagi atasC I. 8encana Penelitian, &Seminar I' II. Skripsi, dan III. 0aporan *asil Penelitian &Seminar II' agian II Skripsi dinilai hanya oleh Pembimbing. agian I 8encana Penelitian dan agian III 0aporan *asil Penelitian harus diseminarkan dalam forum seminar yang dihadiri dan dinilai oleh staf pengajar. %i sini timbul masalah, karena mahasiswa sebagai penyaji harus memperbanyak makalahnya untuk sejumlah peserta seminar yang cukup banyak, sehingga memerlukan biaya cukup banyak pula. -ntuk mengatasi hal itu telah diadakan pembicaraan antara pimpinan, 6. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

koordinator seminar dan wakil mahasiswa &: Mei 344/' yang menghasilkan kesepakatan sebagai berikut C 3. Penulisan 8encana Penelitian mahasiswa &Seminar I' dibuat hanya B#3/ halaman dengan pembagian isi sebagai berikut C # Pendahuluan # Pola Penelitian # 8encana Kerja # ?ara Pengambilan Kesimpulan # %aftar Pustaka .. 0aporan Penelitian &Seminar II', dibuat B#3/ halaman dengan pembagian sebagai berikut C # # # # # 2bstrak & ahasa Indonesia dan Inggris' Pendahuluan ?ara Kerja &dalam bentuk bagan' dan *asil Pembicaraan + Pembahasan Kesimpulan, Saran dan daftar Pustaka penguji, serta 3 eksemplar untuk Koordinator Seminar Skripsi. *al#*al yang belum diatur dalam kesepakatan ini akan dibicarakan kemudian. %alam pedoman Penulisan Skripsi 3443, Format 0aporan *asil Penelitian &Seminar II' telah mengalami sedikit perubahan sebagai berikutC 87S-M7 02P)821 P7170I(I21 3. Eudul Penelitian .. 1ama dan 1omor Pokok mahasiswa $. 1ama Pembimbing Skripsi :. 2bstrak &diusahakan dalam ahasa Indonesia dan Inggris'. 2bstrak hendaknya memuat ringkasan penelitian yang mencakup latar belakang, tujuan penelitian, metode dan hasil penelitian. Eumlah kata tidak lebih dari .// kata. 6. Metodologi atau Pelaksanaan Penelitian %isajikan dalam bentuk skema, bagan, gambar, tabel dan lainnya yang sangat teknis. B. *asil dan Pembahasan, disajikan dalam butir#butir yang runtut untuk memudahkan cara mengikutinya. A. Kesimpulan dan Saran. ?atatan C namanya saja I1(IS28I, jadi harus dapat dibuat secara singkat, jelas dan menarik. BAB VII TEKNIK PENULISAN ILMIAH Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 6$

$. 1askah hasil penelitian yang lengkap dibagikan hanya kepada semua dosen

(eknik penulisan ilmiah meliputi . aspek, yaitu gaya penulisan dan teknik notasi dalam menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. VII* 1 Ga1a P2n3li.an

Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat, yang memungkinkan penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak dapat diidentifikasi, mana yang merupakan subjek dan mana yang merupakan predikat, serta hubungan apa yang terkait antara keduanya, kemungkinan besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. (ata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir. )leh karena itu, langkah pertama dalam menulis karangan ilmiah yang baik adalah mempergunakan tata bahasa yang benar. %emikian juga penggunaan kata harus secara tepat, yaitu memilih kata#kata yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal. )leh karena itu tidak digunakan kata ganti orang pertama &saya, kami', dan orang ketiga &dia, mereka'= sebaiknya digunakan kalimat pasif. Menurut Purbo M. 34A/ +7,, terdapat B sifat atau ciri penulisan keilmuan C 3' Eelas, yang berarti tidak menimbulkan salah tafsiran atau memiliki makna ganda &ambigu F ambiguous', baik dalam pemilihan kata, istilah maupun dalam susunan kalimat. .' 8ingkas, dalam arti padat, tetapi bukan dengan cara pemendekan kata atau penggunaan akronim. $' 0engkap, berarti mencantumkan semua data yang diperlukan. :' (eliti, berarti teliti sampai hal#hal terkecil, misalnya penggunaan data, penerapan rumus, penulisan nama orang, nama tempat dan alat, penggunaan ejaan dan tanda baca. 6' (ersusun, dalam hal runtunan gagasan &pola pikir', pengertian secara kronologis atau berdasarkan alasan tertentu. B' Menyatu, bahwa semuanya tertuju ke suatu sasaran, tanpa adanya pencampuran pokok atau unsur lain di luar permasalahan yang sebenarnya. VII* ! T24ni4 N95a.i

%alam tulis menulis ilmiah dikenal suatu etik, sopan santun atau tatakrama, yang mengharuskan seorang penulis menyebutkan sumber dari mana diperoleh suatu pernyataan ilmiah. 2dalah suatu kebohongan besar, jika ada orang yang menganggap dirinya yang paling mengetahui segala# galanya. Padahal ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, diperolehnya melalui pergaulan dengan orang lain secara langsung atau melalui media cetak. )leh karena itu pengetahuan dan ilmu yang dibeberkan seseorang tidak lain merupakan perangkuman &integrasi' dari segala sesuatu yang diperolehnya sepanjang hidupnya. Salah satu aturan &tidak tertulis' dalam tulis menulis atau penyusunan naskah, ialah untuk menyebut sumber yang terpakai dalam suatu tulisan. Ini merupakan tatakrama yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Pernyataan yang diambil sebagian atau keseluruhan dari suatu sumber disebut nukilan &sitasi F citation', dan dalam tulisan ilmiah dikenal dengan teknik notasi. (anda notasi diletakkan pada ujung kalimat menggunakan angka +ra! &ang dinaikkan 6 spasi, atau angka +ra! dalam kurung di !elakang kalimat . +pa!ila seluruh paragra( merupakan nukilan, maka tanda notasi ditulis setelah titik pada akhir kalimat . Eika hanya sebagian, misalnya hanya Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 6:

kalimat terakhir saja yang merupakan nukilan, maka tanda notasi ditempatkan sebelum titik pengakhir kalimat. (eknik notasi ilmiah menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam tulisan, yang meliputi : hal C 3' )rang yang membuat pernyataan tersebut &penulis' .' Media komunikasi ilmiah di mana pernyataan itu disampaikan, apakah berbentuk makalah, buku, seminar, lokakarya, dan sebagainya. $' 0embaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut. :' (empat domisili dan waktu penerbitan itu dilakukan. Kewajiban mengutip suatu sumber juga untuk menyatakan penghargaan atas karya orang lain. (erdapat bermacam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya mencerminkan hakekat dan unsur yang sama, meskipun dalam format dan simbol berbeda#beda. VII*3 P2n2m/a5an &a5a5an Ka4i Penggunaan catatan kaki &footnote' dalam teks mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungannya ialah bahwa informasi yang perlu dibaca sesuai dengan sumber aslinya dapat langsung diperoleh. 2kan tetapi terlalu banyak catatan kakinya juga akan mengalihkan perhatian pembaca dari keutuhan topik pembicaraa. %ianjurkan agar tidak menggunakan kutipan langsung ini lebih dari $/M dari keseluruhan teks. ?atatan kaki juga merupakan kutipan langsung, yang berarti susunan kalimat tidak berubah dari kalimat aslinya, sedangkan kutipan taklangsung, berarti sudah menggunakan kalimat penulis sendiri. Penempatan catatan kaki dapat dilakukan dalam . cara C a' 0angsung mengikuti tanda notasi, tanpa menunggu berakhirnya paragraf, dicetak dengan huru( le!ih ke,il dari teks, atau di!atasi oleh 2 garis tak terputus sepan5ang garis. ?ontoh C )bat dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Menurut K)12S %ep.Kes.8.I. KAL D..
yang dimaksud dengan obat dalam Kebijakan )bat 1asional ialah bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan patologis dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

b' %itempatkan di bagian bawah halaman , berjarak satu spasi dan dibatasi dengan teks oleh garis tak terputus.
KAL Kebijaksanaan )bat 1asional &345$', %epartemen Keshatan 8.I.

Pada prinsipnya penulisan catatan kaki sama dengan penulisan pustaka secara umum, yang meliputi nama pengarang lengkap &didahului nama kecil atau nama pemberian yang sebaiknya tidak disingkat, disusul nama keluarga', judul karangan, data publikasi. Eika penulis lebih dari 3 orang, penulisan nama penulis lainnya sama denganpenulis pertama, dimulai dengan nama kecil. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 66

Seringkali dalam catatan kaki diadakan penyingkatan tertentu, yang baku demi efisiensi, misalnya C Ibid. singkatan dari ibidum, yang berarti sama dengan yang diatas, digunakan apabila nama pengarangnya sama, judul karangannya sama , hanya berbeda pada halaman yang dirujuk. Singkatan ini digunakan juga pada penulisan daftar pustaka apabila nama pengarangnya sama. ?ontoh C 3. 2nderson E. et al. &34A/' !(hesis and 2ssignment @riting", Eacaranda @iley, 1ew <ork, pp. ..#$6. .. Ibid. pp $B#:6 op.cit. , singkatan dari opere citato, yang berarti dalam karya yang telah dikutip sebelumnya. ?ontoh C E.2nderson, op.cit, pp. :6#B/ loc.cit. , singkatan dari locus citato, yang berarti pada tempat yang telah dikutip sebelumnya. Karena tempatnya sudah diketahui &nomor halaman', tidak perlu lagi menulis pada halaman berapa. ?ontoh C E.2nderson loc.cit. 7*4 P2n3li.an Da=5a- P3.5a4a Penulisan daftar pustaka dapat mengkuti . pola C I. Sistem 1ama (ahun &*ar,ard System' Kutipan dari buku teks W nama penulis. W tahun penerbitan & dalam kurung ', W !udul 0uku ( Italic 1 miring )2 W edisi. W nama penerbit, W tempat penerbit. W halaman & disingkat p.+pp. atau hal. '. ?ontoh C Iroenewegen, %. & 344A ', The 4eal ThingX * The 4o,k Musi, $ndustr& and the Creation o( +ustralian $mages, Moonlight Publishing, 9ictoria. pp. .$.#.$:. Kutipan dari J3-nal W nama penulis W tahun publikasi W !Eudul buku" diberi tanda kutip W )udul )urnal itali,/miring W 1omor ,olume & ,ol ' W 1omor terbitan W 1omor halaman ?ontoh C @ithrow, 8 H 8oberts, 0. & 345A ', ! (he 9ideodiscC Putting education on a sil,er platter", 7le,troni, Learning 3ol. 8, no. 9 . pp. :$#:: 6B Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah Y

Kutipan jurnal dari In52-n25 8 Ha-?a-0 : W 1ama penulis+7ditor &nama akhir, 7d ' W (ahun W Eudul artikel W )udul )urnal & $tali, + digaris' KonlineL W Eenis media yg dikutip KinternetL W (anggal publikasi W 1omor ,olume & ,ol.' dan no. isu W 2lamat web#site 8 ,3aila0le (rom http 4 11 W (anggal akses, nama bulan lengkap, tahun

?ontoh C Smith,E. &344B' (ime to go home. Eournal of *yperacti,ity KInternetL 3.th )ctober, B &:', pp.3..#$. 2,ailable fromC httpC++www.lmu.ac.uk K2ccessed Eune Bth,344AL Kumaidi, @. &3445' Pengukuran ekal 2wal elajar dan Pengembangan tesnya, )urnal $lmu "endidikan KInternetL, Eilid 6, 1o. :, 2,ailable fromC ZhttpC++www.malang.ac.id, diakses, ./ Eanuari ./// Kutipan di dalam naskah C 3. Manfaat bahan ajar bagi mahasiswa terasa lebih bermanfaatD &@eston 3455, p.:6' .. Scholt; &344/, p.::6' membantah bahwaD

II. Sistem 1omor yang terbagi pula sebagai berikut C a. menggunakan notasi menurut urutan nama pengarang berdasarkan abjad huruf awal nama pengarang. &2lphabetic' b.menggunakan urutan nama pengarang secara kronologis digunakannya notasi dari pengarang tersebut. &9ancou,er System'. # # # # # # # Kutipan dari "343 524. &9ancou,er' nama penulis atau editor tahun penerbitan & dalam kurung ', (idak digaris bawahi atau miring edisi. nama penerbit, tempat penerbit. halaman & disingkat p.+pp. atau hal. '.

?ontoh C &Satu Penulis' Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 6A

Iet;en (7. *ealth economicsC fundamentals of funds. 1ew <orkC Eohn @iley H Sons= 344A. ?ontoh C &0ebih dari enam penulis' Fauci 2S, raunwald 7, Isselbacker KE, @ilson E%, Martin E , Kasper %0, et al, editors. *arrison>s principle of internal medicine. 3:th ed. 1ew <orkC McIraw *ill, *ealth Professions %i,ision = 344A* Y Kutipan dari Eurnal W nama penulis W Eudul artikel W Eudul jurnal & disingkat sesuai gaya ' W (ahun publikasi= W 1omor ,olume & ,ol ' & no. terbitan'C W 1omor halaman Kutipan dari internet C # 2lamat web#site + -80 # tanda titik, koma # garis datar, garis miring # (anggal up:date # (anggal akses # Kutipan tetap mengikuti sistem penulisan yang dipilih KonsistenT

Kutipan jurnal dari Internet & 9ancou,er ' W 1ama penulis+7ditor &nama akhir, 7d ' W Eudul artikel W Eudul Eurnal dalam singkatan W K nomor seri online L W (ahun publikasi= W 1omor ,olume & ,ol.'no. isu. W 2lamat web#site & +3aila!le (rom http * // 111' W (anggal akses, nama bulan ditulis lengkap, tahun. ?ontoh C Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. 7merg Infect %is Kserial onlineL 3446 Ean#Mar=3&3'CKinternetL. 2,ailable fromC -80ChttpC++www+cdc+go,+ncidoc+7I%+ eid.htm. 2ccessed %ecember .6, 3444. Kutipan di dalam naskahC 3. Manfaat bahan ajar bagi mahasiswa terasa lebih bermanfaatD K3L .. Scholt; K.L membantah bahwaD

65

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

Keuntungan pola I ialah bahwa nama pengarang yang sama dapat langsung terlihat. 1amun pola apapun yang digunakan, asal digunakan secara konsisten sesuai kesepakatan. Eurusan Farmasi -1*2S menggunakan kombinasi Sistem *ar,ard, yaitu Sistem 1ama (ahun, dan Sistem 1omor secara kronologis penggunaan pustaka tersebut dalam teks. Kesepakatan terakhir di FMIP2 -1*2S, tahun publikasi buku atau karya ilmiah ditempatkan setelah nama pengarang, agar supaya langsung terlihat kapan &tahun' dipublikasikannya suatu tulisan oleh pengarang tertentu. 2kan tetapi kecenderungan terakhir, penulisan tahun penerbitan diletakkan pada bagian paling akhir. %engan berkembangnya media cetak, terdapat beberapa alternatif penulisan judul buku, artikel atau karya ilmiah untuk membedakannya dari nama penulis dan penerbit. Eudul dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf 52"al, atau di antara tanda kutip [tunggal> atau !ganda". Sebaiknya garis bawah digunakan untuk nama jurnal atau majalah, dan huru( miring digunakan untuk nama spesies tanaman atau hewan. 2pabila menggunakan mesin ketik biasa, nama spesies dapat digarisbawahi. %engan demikian, maka alternatif terbaik untuk penulisan judul suatu buku atau artikel dalam majalah, ialah menggunakan huruf biasa di antara tanda kutip, baik dengan mesin ketik atau komputer, atau huruf tebal dengan komputer. Iaris bawah digunakan pada majalah &judul artikel tetap di antara tanda kutip' atau penulisan nama spesies dengan mesin ketik biasa. Penulisan nama spesies dengan komputer dapat menggunakan huruf miring. *uruf awal setiap kata pada judul buku ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata penghubung, misalnya kataC dan, serta, dengan, dari, tentang, mengenai, dan sebagainya. erikut ini contoh#contoh penulisan pustaka di Eurusan Farmasi -1*2S Notasi &ang !erasal dari 'uku Mengikuti pola teknik notasi di atas, urutan teknik notasi ialah nama penulis,tahun, judul buku dan media, lembaga serta waktu penerbitan. ?ontoh K3L C rown, I. and M.2tkins &3455' !7ffecti,e (eaching in *igher 7ducation", Methuen H ?o, 0ondon. Perhatikan penggunaan Kkurung sikuL untuk notasi pustaka, bukan kurung &biasa'. %alam daftar pustaka, penulisan nama penulis pertama dudahulukan nama keluarga &marga' yang berbeda dengan penulisan nama pada catatan kaki. 1ama penulis ke#. dan ke#$ bila ada, kadang# kadang dimulai dengan nama marga, kadang pula dimulai dengan nama kecil. ?ontoh K.LC Kolthoff, I.M., 7l,ing, P.E. Treatise on +nal&ti,al Chemistr&, 9ol. 6, Part I, Interscience Publication, 1ew <ork, 345.. &dari C 8emington>s Pharmaceutical Sciences. 3456' Martin .0. and riggs 0.E. &345B' The +((e,ti3e and Cogniti3e #omain * $ntegration (or $nstru,tion and 4esear,h, 7ngelwood ?liffs, 1ew Eersey. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 64

?ontoh K$LC

2pabila penulis lebih dari $ orang, hanya nama penulis pertama yang dicantumkan, ditambah et al. &singkatan dari et alii, yang berarti dan kawan#kawan'. 2pabila penulis hanya berfungsi sebagai editor, perlu dicantumkan &ed.' di belakang nama penulis atau &penyad.' sebagai singkatan dari penyadur, atau &penerj.' sebagai singkatan dari penerjemah. 2pabila tanpa penulis, maka lengsung dituliskan lembaga yang menerbitkan, nama buku, edisi, dan tahun. ?ontoh K:LC %epartemen Kesehatan 8epublik Indonesia !Farmakope Indonesia" 7disi I9, 3446, Eakarta. %apat pula dituliskan anonim &tidak bernama', apabila tidak tidak diketahui nama penulisnya. Kutipan dari sumber kedua, sebagai contoh penulisan pustaka nomor tertentu dalam daftar pustaka C ?ontoh K6L C Smith, 8.P. &34B4' ! (he Significance of Methemoglobinemia in (oRicology ! dikutip dari lood,F.8. &ed.' !7ssay in (oRicology", hal. 5:,46 2cademic Press, 1ew <ork . Mc Iraw *ill, 1ew <ork. eberapa contoh lain C ?ontoh KBL C Mattulada, Latoa, atu Lukisan +nalitik tentang +ntropologi Orang 'ugis, Iajah Mada -ni,ersity Press, <ogyakarta, 3456. &dari Majalah 0ontara, *asanuddin -ni,ersity Press, (ahun QQIQ 1o.3 344$' ?atatan C Sebaiknya judul tulisan ditulis di antara tanda petik, atau menggunakan huruf tebal, agar huruf miring dapat digunakan untuk nama spesies tanaman dan hewan'. ?ontoh KAL C 0embaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan 7konomi dan Sosial &0P$7S', Metode Penelitian Sur,ei, Masri Singarimbun &7ditor' 3454.

1otasi yang erasal dari Eurnal atau Majalah -rutan unsur pokok dari majalah yang harus masuk dalam notasi ialah C nama penulis, judul tulisan, nama majalah, nomor penerbitan, bulan dan tahun penerbitan, dan halaman yang dikutip. 1ama dan tempat penerbit tidak lagi dicantumkan. ?ontoh K5LC Sudana 2tmawidjaja, Slamet Ibrahim, !Pengujian Kadar 8esidu eberapa Pestisida dalam (anaman olanum khasianum !, 2cta Pharmaceutica Indonesia, 9olum I9, 1omor $, September 344/, hal. 5:#4/. ?atatan C (idak semua sukubangsa di Indonesia menggunakan nama marga &family name'. Eadi apabila timbul keragu#raguan, maka nama penulis ditulis lengkap. Eika terdapat . penulis atau lebih, maka nama penulis ke#. dan ke#$ boleh dimulai dengan nama marga atau nama kecil. Notasi &ang !erasal dari urat Ka!ar B/ Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

1otasi dari surat kabar atau majalah populer hendaknya berisi sesuai urutan C 3. Eenis tulisan, apakah editorial, berita, mimbar pendidikan, ruang ekonomi, pojok, dan sebagainya. .. 1ama Surat Kabar, digarisbawahi atau dicetak tebal. $. (anggal, bulan, dan tahun penerbitan :. 1omor halaman dan kolom. ?ontoh K4L C !(ajuk 8encana" dalam Ha-ian KOMPAS, Selasa, ./ Euli 34B5, (ahun ke#III, hal.., kol,A#4 Notasi &ang !erasal dari sum!er lain Sumber lain yang dapat dikutip ialah kuliah, pidato, hasil wawancara, Skripsi, (esis, maupun %isertasi yang tidak dipublikasi. (eknik notasinya menggunakan cara yang sama dengan notasi buku, majalah atau sumber lain, dengan penjelasan mengenai sumber, tempat dan waktu. Sekarang ini banyak digunakan artikel dari internet. Sama halnya dengan penulisan artikel biasa, harus jelas pengarangnya atau sumbernya, karena setiap orang dapat membuat halaman webnya sendiri. -ntuk memudahkan penelusuran kembali, perlu dituliskan halaman @eb Sitenya. ?ontoh K3/L C Moskal, arbara M. ./// Scoring 8ubrics C @hat, @hen and *ow X Practical 2ssessment, 8esearch and 7,aluation, A &$' 2,ailable on line C httpC++ericae.net+pare+get,n.aspX,FAHnF$. @iggins, Irant 344/ The Case (or +uthenti, +ssessment 78I? %igest 7%$.5B33 &online' 2,ailable httpC++www.ed.go,+databases+78I? %igest+ed3.$5B33.html

?ontoh K33L C

Da=5a- P3.5a4a 3. 2hmad @atik Pratiknya, &345B' ! %asar#%asar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Penerbit ?.9. 8adjawali, Eakarta. .. 2nderson, E. et al. &34A/' ! (hesis and 2ssignment @riting", Eacaranda @iley, 1ew <ork. $. rown,I., and 2tkins M. &3455' ! 7ffecti,e (eaching in *igher 7ducation" Methuen H ?o, 0ondon. :. %ay, 8.2. &34AB' !*ow to @rite and Publish a Scientific Paper", ?ouncil of iology 7ditors, @ashington %.?. 6. %rost, E. et al. &345A' ! Ilmu 2lamiah %asar" , uku Panduan Mahasiswa Pusat Penelitian, -1IK2 2(M2 E2<2, Eakarta. B. Krathwohl, %.8. &344.' ! 8esearch as a ?hain of 8easoning", Instructional %e,elopments, 9ol.., 1o.3 pp.3#B, School of 7ducation, Syracuse -ni,ersity, 1ew <ork Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah B3

A. Purbo, M. ! Menulis 0aporan (eknik", Penerbit I( andung. 5. 8umate, F.2. & 345B' !Kajian Pustaka Farmasi", 0embaga Penerbitan , -1*2S 4. Suriasumantri, E.S. &3456' !Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer" Penerbit Sinar *arapan, Eakarta. 3/. Sutrisno *adi, &3455' ! imbingan Menulis Skripsi (hesis", Eilid I dan II <ayasan Penerbit Fak. Psikologi, -IM <ogyakarta.

BAGIAN III PELENGKAP PENULISAN ILMIAH


I* PENDAHULUAN

Penulisan ilmiah tidak lepas dari kegiatan membaca buku teks atau karya ilmiah yang dipublikasikan. Membaca efektif sama pentingnya dengan menulis karya ilmiah. udaya membaca yang telah dikembangkan sejak dini perlu ditingkatkan dan diperluas di perguruan tinggi. Meskipun media komunikasi informasi telah semakin canggih dengan perkembangan sarana pandang dengar &audio ,isual', dan akses melaui internet, media cetak masih menempati kedudukan penting, khususnya dalam pengkomunikasian temuan baru berupa hasil penelitian. Media cetak masih merupakan sarana yang paling sesuai untuk mempublikasikan suatu karya ilmiah. Kebanyakan buku teks di perguruan tinggi tertulis dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. (ak dapat disangkal, penguasaan bahasa Inggris oleh mahasiswa umumnya rendah. Meskipun sudah dipersiapkan pengajaran bahasa Inggris sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi, kemampuan mahasiswa belum memadai untuk dapat mencerna karya tulis berbahasa Inggris dengan baik. Pengalibahasaan suatu teks dari bahasa asing ke bahasa sasaran sudah menjadi bidang telaah tersendiri. -ntuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam teknik menterjemahkan, perlu dibicarakan beberapa kiat yang dapat digunakan dalam menerjemahkan teks dari bahasa Inggris sebagai bahasa sumber ke bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik &menggunakan ragam bahasa keilmuan' dan benar &menggunakan kaidah berbahasa yang benar' merupakan syarat mutlak dalam penulisan karya ilmiah. 8agam bahasa keilmuan mempunyai ciri tertentu, demikian pula susunan kalimat, grmatika, penggunaan istilah yang tepat, dan penggunaan ejaan maupun tanda baca yang tepat sangatlah penting dalam suatu karya tulis. Suatu karya ilmiah, apakah tugas laporan pustaka, makalah, skripsi, tesis, dan lain#lain, perlu dipresentasikan di hadapan forum atau audiens tertentu. Karena itu tkenik presentasi perlu pula dikuasai oleh si pemakalah. %alam tulisan ini diberikan pula rambu#rambu teknik presentasi menggunakan alat bantu ,isual, khususnya penggunaan )*P+)*(. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah B.

II*

MEMBA&A EFEKTIF +7,',

-ntuk memperoleh informasi ilmiah sebanyak#banyaknya, mahasiswa perlu banyak membaca pula. Penerbitan buku teks baru, majalah ilmiah yang beraneka ragam dan fasilitas perpustakaan yang semakin baik, belum banyak menimbulkan gairah mahasiswa untuk mengembangkan diri dalam sarana komunikasi perorangan ini. Pengembangan keterampilan membaca efektif merupakan salah satu gejala perkembangan mahasiswa dalam pendidikannya. %engan perkembangan yang pesat dalam bidang Ilmu dan (eknologi, keterampilan membaca menjadi faktor yang sangat penting untuk keberhasilan dalam berbagai bidang. Informasi mengenai perkembangan terakhir dalam suatu bidang ilmu perlu secara cepat diperoleh mahasiswa dalam pengembangan bidang ilmunya. %engan membaca secara efektif akan diperoleh masukan sebanyak#banyaknya dalam waktu yang relatif singkat. Seorang yang mengucapkan kata#kata yang tertulis dapat dianggap "membaca". agi si pendengar, cara membaca demikian mungkin mengandung arti, tetapi mungkin tidak mempunyai arti sama sekali bagi si pembaca sendiri. ?ara membaca demikian tidaklah mementingkan tujuan membaca. ?ara membaca komprehensif ialah cara membaca kombinasi kata dalam teks itu ditangkap artinya oleh si pembaca, tanpa perlu membaca keras.(erdapat : peringkat membaca, yaitu &3' membaca dasar, &.' membaca sidik, &$' membaca analitis dan &:' membaca sintopis. II*1 M2m"aAa Da.aMembaca dasar dibagi lagi dalam C "7N%7M'+N%+N K7T74+M"$L+N KO
+

K+T+

(anpa penggunaan kosa kata yang baik, membaca komprehensif akan kurang dan lambat. -ntuk dapat menangkap arti dari sesuatu yang dibaca, seseorang perlu mendefinisikan kata tersebut, dan bagaimana kata itu digunakan dalam konteksnya. -ntuk dapat mengembangkan keterampilan kosa kata terdapat berbagai cara, yaitu C 3. Mengenal kata kunci &key word'. Kata merupakan alat pemikiran. Kata#kata adalah kata manusia untuk mengerti pikiran orang lain. Contoh * 8. +setosal masih digunakan untuk menurunkan panas, se!a! !elum !an&ak dilakukan penelitian golongan o!at antipiretika. %alam kalimat ini sudah dijelaskan arti kata kunci antipiretika. 2. Meskipun sudah ditemukan metode analisis instrumen &ang ,anggih. -olumetri masih merupakan metode !aku untuk analisis kimia tertentu. Kata meskipun di sini memberi pengertian mengenai hal yang bertentangan. .. Mempelajari asal kata dan bagiannya. Kata dasar adalah inti dari sebuah kata, yang dapat diberi awalan, sisipan atau akhiran. 2pabila terdapat imbuhan ini, perlu dicari dahulu kata dasarnya. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah B$

Contoh * "engendalian kualitas o!at dilakukan se!elum, selama, dan setelah proses pem!uatann&a. Kata dasar dari pengendalian ialah kendali, yang berati mengekang &kuda' atau mengontrol. %i sini sekaligus terlihat bahwa arti kata itu harus dilihat dalam konteksnya, apakah mengendalikan kualitas obat atau mengendalikan kuda. $. Pemakaian Kamus. Kegunaan kamus bukan saja sebagai tempat mencari arti suatu kata, tetapi banyak pula menyimpan informasi lain, misalnya ejaan, cara ucapan, pembagian suatu kata, etimologi, arti, pemakaian, sinonim, dan antonim, asal kata, tata bahasa dan keterangan umum. -ntuk memperoleh informasi dari kamus dengan cepat terdapat kunci yang perlu diketahui, seperti adanya kata kunci pada sudut kiri dan kanan atas setiap halaman. Kata kunci sebelah kiri atas menunjukkan kata pertama di halaman tersebut, sedangkan kata kunci kanan menunjukkan kata terakhir pada halaman itu. %i samping itu perlu diingat bahwa kata#kata disusun menurut abjad &alphabetic'= jadi misalnya dua kata atau lebih yang dimulai dengan huruf sama, maka urutannya alam entri dilihat pada huruf kedua, apabila huruf kedua masih sama, dilihat huruf ketiga, dan seterusnya. Contoh C kata sakit dan sakti perbedaan terjadi pada huruf keempat i dan t, karena i dalam abjad berada sebelum t, maka kata sakit berada sebelum sakti. Mencari kata dalam kamus perlu dilakukan dengan cepat dan tepat, yang memerlukan latihan. "engem!angan Keterampilan Menanggapi ;"ersepsi) 2gar dapat membaca dengan cepat maka kata#kata yang dibaca itu harus terlihat dengan baik, yang disebut fiksasi. Fiksasi perlu dilatih menjadi cepat dan tepat, agar membaca itu juga cepat, demikian pula pengertiannya. ?ontoh fiksasi yang tidak terlatih ialah apabila orang membuat kesalahan membaca C Ia membawa !aki Ia membawa daki Karena kalimat kedua ini tidak memberikan pengertian &salah pengertian', maka harus dibaca kembali secara keseluruhan kalimat secara benar, yang berarti memperlambat membaca. Seorang pembaca lambat perlu membaca kata demi kata, seringkali menggunakan pinsil sebagai penunjuk kata. 2palagi kalau ia perlu membaca keras sehingga akan semakin memperlambat membaca. %engan menghindari kebiasaan itu seorang pembaca dapat mmbaca lebih cepat, dan dengan latihan, dalam satu fiksasi orang dapat melihat $ kata sekaligus. "engem!angan $ngatan <ngkapan =ar(iah ;#e3eloping Literal 4e,all) Mengembangkan ingatan arti harfiah dapat dilakukan melalui beberapa cara C 3. Mengenal ide pokok &utama' dan rinci &details' Suatu wacana biasanya terdiri dari beberapa paragraph yang terpisah satu dari yang lain, karena setiap paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang mempunyai satu ide pokok dan kalimat rinci yang mengembangkan ide pokok itu. %alam berlatih membaca cepat dan efektif, si pembaca perlu mencari ide pokok itu dan membaca sambil memfokus pada ide B: Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

pokok itu. Seorang penulis biasanya memperkenalkan satu pokok pembicaraan lalu mengembangkannya dan menutup dengan sebuah kesimpulan. Ide pokok biasanya ditulis dalam kalimat pokok, yang biasanya ditempatkan pada kalimat pertama atau kalimat terakhir suatu paragraf, jarang di tengah. %alam suatu paragraph yang baik hanya satu topik yang dibahas. (opik ini disebut benda topik. Kata benda topik ini akan muncul dalam berbagai bentuk dalam paragraf. Ia dapat berupa sinonim, kata ganti, atau sekumpulan kata yang artinya sama dengan akat benda topik itu. Kata#kata tersebut akan diulang dengan cara yang berlainan agar pembaca tetap mengingatnya. Karena itu fungsi kalimat topik ialah sebagai singkatan dan untuk menekankan inti dari seluruh paragraf. Kalimat topik menceritakan sesuatu tentang kata benda topik yang didukung oleh kalimat rinci. ?ontoh pola paragraph dengan kalimat topik pada permulaan C O!at ialah !ahan kimia &ang !erinteraksi dengan sistem !iologis tu!uh melalui ,ara tertentu. 'ahan kimia ini dapat mengaki!atkan kontraksi otot, pengeluaran sekresi oleh kelen5ar, pelepasan hormon, atau peru!ahan keakti(an s&ara(, mengu!ah ke,epatan pem!agian sel, atau mem!unuh sel. Keragaman aksi o!at ini demikian luas, sehingga pada prinsipn&a o!at ini memungkinkan modi(ikasi setiap proses !iologis. "ada ken&ataann&a telah ditemukan o!at &ang mempengaruhi hampir setiap proses !iologis. ;Mid Career Training in "harmo,o,hemistr&) ?ontoh pola paragraf dengan kalimat topik di tengah C /ormulasi o!at modern merupakan ,ampuran kompleks &ang selain mengandung satu atau ,ampuran !ahan !erkhasiat, 5uga mengandung se5umlah !ahan ineri, misaln&a !ahan pengen,er, penghan,ur, pe1arna dan pem!au. e!elum mengadakan analisis kuantitati( dalam rangka pengendalian kualitas dan kesta!ilan produksi akhir, ,ampuran !ahan terse!ut perlu dipisahkan komponen:komponenn&a. Kromatogra(i meliputi kumpulan metode untuk memisahkan ,ampuran molekul &ang ditentukan oleh per!edaan a(initas >at terlarut di antara dua (ase &ang tidak !er,ampur. alah satu (ase merupakan pelataran tetap &ang permukaann&a sangat luas, sedang (ase lainn&a merupakan ,airan &ang mengalir di atas atau pada pelataran tetap tadi. Komponen ,ampuran >at harus !erada dalam !entuk molekul dalam keadaan terlarut atau !entuk gas. ;4emington0s "harma,euti,al ,ien,es) ?ontoh pola paragraph dengan kalimat topik pada akhir C Titrasi adalah penger5aan eksperimen dalam analisis titrimetri. uatu larutan pereaksi &ang diketahui konsentrasin&a dengan tepat ;titran dan larutan !aku) ditam!ahkan pada larutan pereaksi kedua, &aitu larutan sample &ang akan ditentukan kadarn&a. Titran ditam!ahkan pada larutan sample sampai reaksi !erlangsung sempurna, &aitu 5umlah titran &ang ditam!ahkan itu eki3alen se,ara kiia dengan 5umlah sample. Tahapan ter5adin&a eki3alensi ini dinamakan titik eki3alen titrasi atau titik akhir titrasi, dari konsentrasin&a, dan dari kesetim!angan ;stokiometri) reaksi titrasi &ang diketahui, dapat dihitung 5umlah !ahan sample. 'iasan&a penghitungan diadakan dengan pengukuran 3olume titran, sehingga analisis titrimetri dinamakan 5uga -olumetri. ;Connors, K.+., + Te?t!ook o( "harma,euti,al +nal&sis) Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah B6

%apat dilihat bahwa paragraf adalah satu blok pemikiran dan suatu perkembangan dari kata benda topik. Kalimat topik menceritakan sesuatu tentang kata benda topik. %i samping kalimat topik yang eksplisit &yang tertulis', kadang#kadang terdapat pula kalimat topik yang implicit. Ini berarti bahwa kalimat topik itu tidak tertulis tetapi ada pada benak si penulis, dan pembaca perlu menyimak isi paragraf untuk mendapatkannya. erikut ini beberapa kata kunci untuk memformulasikan kalimat topik yang implisit C 3. perhatikan fungsi dari setiap kalimat. .. pertanyakan arti dari semua fakta yang dibeberkan, maka 2nda akan menemukan topik yang sedang dibicarakan. $. tuliskan kalimat topik yang seharusnya berupa ide pokok dari paragraf tersebut. Sekali lagi, ide pokok biasanya ditulis dalam salah satu kalimat dari paragraf. Kalimat lain merupakan perincian yang diperlukan untuk mengembangkan ide pokok. Kesukaran terjadi apabila tidak ada kalimat topik, sehingga pembaca perlu mencari sendiri ide pokok tersebut.

!* M2n62nal /9la /a-a6-a/7


Paragraf dapat dibagi atas berbagai macam pola, yaitu C a. Paragraf definisi. (ujuan dari pola ini ialah untuk mendefinisikan sesuatu, misalnya C
Farmakokimia dapat didefinisikan sebagai bidang ilmu antar disiplin, yang merupakan gabungan ilmu bidang kimia, yang saling bekerjasama= dan secara khusus menggunakan disiplin seperti kimia organic, biokimia, kimia analisis, kimia fisika, farmasi, farmakologi, fisiologi, mikrobiologi, patobiologi, dan toksikologi. Melihat kerja sama antardisiplin ini, dapat dikatakan bahwa famakokimia meliputi riset mengenai semua aspek senyawa biologis aktif mulai dari tahap pembuatan, melalui elusidasi struktur, analisis, dan uji biologis, sampai pada tahap interpretasi aksinya pada tingkat molekul. &Mid ?areer (raining in Pharmacochemistry'

b. Paragraf contoh. Seorang penulis akan memberi contoh untuk mengilustrasikan atau menopang ide pokok &pola ini dinamakan juga pola ilustrasi', misalnya C
Simbion sel alga diklasifikasikan dalam kelompok berdasarkan warnanya. JooRanthellae merupakan sel#sel yang berwarna coklat, kuning emas atau kuning kecoklatan dan Joochlorellae adalah sel yang berwarna hijau. Kelompok ketiga adalah kelompok#kelompok kecil yang berwarna biru atau hijau kebiruan, dan disebut ?ynellae. Pengelompokan berdasarkan warna ini tidak membedakan spesies# spesies alga yang sebenarnya terlibat. &1ybakken E.@. C iologi 0aut'

c.

Paragraf perbandingan dan kontras. %alam pola paragraf ini penulis mencoba untuk mengembangkan ide pokok melalui perbandingan atau kontras antara dua hal. Misalnya C
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. 2kan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya ;at berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan. )leh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. &%it.Een. P.).M %epKes C ?ara Pembuatan Simplisia'

d.

Paragraf deskripsi. Penulis dalam pola paragraph ini memberikan sesuatu yang dapat berupa deskripsi fisik sesuatu, atau tempat, atau proses bagaimana sesuatu dilakukan. Misalnya C
8impang jaringau &2corus calamus 0.' merupakan potongan#potongan berbentuk silindrik agak bengkok, liat, tidak bercabang. au khas aromatik, ras pahit dan agak pedas. Pada bagian atas terdapat parut daun berbentuk segitiga yang terentang melintang, pada bagian bawa terdapat parut#parut akar berbentuk bundar, menonjol dan letaknya tidak beraturan dalam baris yang berkelok#kelok= permukaan rimpang berkerut memanjang dan berwarna coklat kekuningan hingga coklat. &%it.Een. P.).M %epKes C ?ara Pembuatan Simplisia'

BB

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

e. Paragraf analisis. %alam pola ini sebuah topik dianalisis, misalnya C


0atar belakang pendidikan seorang Farmasis yang bersifat multidisiplin, pelatihan manajemen, terlatih dalam ketelitian dan kontrol, menyebabkannya memenuhi criteria untuk bekerja di industri farmasi. Pada bagian mana pun ia ditempatkan dalam organisasi perusahaan, pengetahuannya mengenai ilmu#ilmu kesehatan akan menjamin keamanan manusia yang akan menggunakan produk perusahaannya. %engan latar belakang pengetahuan berbagai disiplin ilmu ia dapat bekerja sangat efektif dalam organisasi yang meliputi berbagai macam keahlian. Secara singkat dapat dikatakan bahwa seorang ahli farmasi mempunyai kemampuan untuk memahami semua aspek yang kompleks dari industri yang berkaian dengan kesehatan, dan dapat mengisi semua peran yang terdapat di dalamnya. &8emington>s Pharmaceutical Sciences'

f. Paragraf urutan kejadian &kronologis'. %alam pola paragraf ini si penulis memberikan urutan kejadian secara kronologis. -ntuk mudah diingat pembaca, biasanya diberikan kata# kata kunci Pertama, Kedua, Ketiga dan sebagainya. Paragraph ini sering ditemukan pada prosedur pengerjaan di laboratorium yang urutannya harus sesuai. Sebagai berikut C "ilih salah satu sen&a1a monohidroksi untuk analisis, misaln&a etanol, isopropanol, n: !utanol, (enol dan seterusn&a. #itim!ang tepat @:A m,g sen&a1a itu lalu dimasukkan ke dalam la!u 7rlenme&er 829 ,, &ang !ertutup gelas. #i pipet tepat 9,0 ml pereaksi asetat anhidrat ke dalam la!u, lalu la!u diko,ok untuk melarutkan sample. 'iarkan larutan selama 9 menit agar reaksi asetilasi itu sempurna. ;Connors K.+. * "harma,euti,al +nal&sis) Mem!edakan /akta dan Opini Fakta biasanya didefinisikan sebagai suatu kebenaran, yaitu sesuatu yang dapat diuji dengan mengadakan eksperimen, obser,asi atau penelitian, misalnya C

An5i"i95i4a 0a/a5 m2n67am"a5 /2-53m"37an mi4-99-6ani.m2


Ini suatu fakta yang sudah dibuktikan. 2kan tetapi kebenaran dari suatu fakta di waktu sekarang mungkin tidak lagi merupakan kebenaran di waktu yang akan dating dengan kemajuan teknologi yang dapat menyanggah kebenarannya. )pini lebih mudah ditentukan karena berupa pemikiran, gagasan, keyakinan atau pendapat seseorang, misalnya C "em!uatan emulsi min&ak ikan lebih baik menggunakan gomara!. II*! M2m"aAa Si0i4

Membaca sidik &Inspectional 8eading', dibagi menjadi &3' pra#membaca dan &.' membaca sepintas 3' Pra#membaca &skimming'. Membaca sidik merupakang skimming secara sistematis= tujuannya ialah menyidik permukaan buku, mempelajari segala sesuatu yang dapat ditampilkan hanya oleh permukaan buku tersebut. Pada tahap ini dapat diajukan pertanyaanC (entang apa buku itu= bagaimana susuan buku itu= apa bagian#bagian buku itu= apakah merupakan buku ilmu pengetahuan X Eadi skimming mencakup membaca sekilas dan cepat untuk memperoleh kesan keseluruhan secara umum dari suatu buku atau artikel. .' Membaca sepintas &scanning', diartikan sebagai kemampuan untuk menemukan informasi khusus atau fakta secepat mungkin. Pada umumnya telah diketahui sebelumnya apa yang akan dicari, misalnya mencari acara jam ./.// pada program acara Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah BA

(98I= menelusuri ab suatu buku untuk mencari apa yang dibutuhkan. Scanning ini juga memerlukan latihan agar waktu yang digunakan untuk membaca itu seefektif mungkin. Kadang#kadang digunakan juga istilah penelusuran &sur,eying', yaitu apabila pembaca ingin menemukan struktur atau topografi suatu teks atau artikel. II*3 M2m"aAa Anali5i.

%alam membaca analitis atau membaca kritis digunakan : kaidah C 3. Perlu diketahui jenis buku yang akan dibaca secepat mungkin, sebaiknya sebelum mulai membaca. ?ara menerangkan dan penyajian dalam suatu buku ilmu pengetahuan berbeda dengan sebuah no,el, fiksi drama atau karya tulis lainnya. 0angkah#langkah yang ditempuh ialah melalu membaca sidik, yaitu membaca judul buku, subjudul atau bab, daftar isi, membaca sekilas kata pengantar atau prakata dan penjurua &indeks'. Semuanya ini merupakan petunjuk dari penulis untuk memberi arah kepada pembaca. Informasi apa yang diperoleh pembaca dari judul X iasanya terjadi kekeliruan dalam menginterpretasi judul artikel atau buku. Menginterpretasi judul artikel dan prakata dari suatu buku seringkali dianggap tidak penting oleh pembaca, padahal pengarahan ini merupakan inti bagaimana membaca selanjutnya. .. 1yatakan isi seluruh buku dalam satu kalimat atau paragraf pendek yang terdiri dari beberapa kalimat. Ini berarti bahwa pembaca harus dapat mengetahui isi buku dalam waktu sesingkat mungkin. *al ini dapat diketahui dari pokok bahasan buku itu atau ide pokok isi buku tersebut. $. Mengidentifikasi bagian#bagian penting buku itu dan bagaimana bagian#bagian buku itu tersusun menjadi satu kesatuan. %engan perkataan lain, perlu dibuat garis besar isi buku itu, dengan memperhatikan pembagian bab, subbab dan seterusnya. :. Memahami permasalahan yang dikemukakan penulis. %alam hal ini perlu diketahui tujuan dan maksud penulis menuangkan karyanya, pesan apa yang ingin disampaikannya serta kemungkinan adanya elon &bias' dari pihak penulis. %i samping itu berdasarkan hasil bacaannya, pembaca harus dapat menentukan apakah bersetuju atau tidak dengan penulis, apakah argumentasi penulis itu masuk akal atau tidak. II*4 M2m"aAa Sin59/i. 8S1n59/5iAal R2a0in6:

Membaca Sintopis terutama diperlukan apabila pembaca ingin mencari informasi tertentu sebanyak#banyaknya dari berbagai buku teks atau jurnal, dalam rangka menyusun suatu karya ilmiah atau penelitian. %alam hal ini informasi atau pokok bahasan hendaknya dicari dari buku atau artikel yang penad &rele,an' saja. Peringkat membaca suda dibicarakan itu bersifat akumulatif, artinya peringkat yang lebih tinggi mencakup pula peringkat membaca yang rendah. Misalnya membaca sepintas akan membantu 2nda dalam membaca analitis dan membaca analitis akan membantu dalam membaca sintopis. Membaca sintopis terdiri dari 6 langkah C 3. Mencari bagian#bagian yang penad. %iasumsikan bahwa pembaca sudah menguasai membaca analitis, sehingga dapat membaca setiap buku secara menyeluruh dan dalam B5 Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

..

$. :.

6.

&deep study reading'. erdasarkan keterampilan menyidik &membaca sidik', pembaca sudah dapat memilih bagian dari dua buku atau lebih yang sepadan atau kontras. awalah istilah dan paham penulis ke pemahaman 2nda. %alam menafsirkan bacaan &kaidah kedua membaca analitis', 2nda harus dapat mengerti penulis dan memahami istilah serta kunci yang digunakan penulis. Sekarang 2nda alihkan maksud penulis ke pemahaman 2nda sendiri. %engan kata lain, membaca sintopis pada tahap ini ialah menerjemahkan sesuatu ke pemahaman 2nda. Memperjelas permasalahan. Iagasan yang diajukan penulis mengenai suatu permasalahan dan pembahasannya oleh berbagai penulis harus diperjelas sendiri agar permasalahan itu mempunyai satu bahasa. Memperjelas pokok permasalahan. Penjelasan mengenai suatu pokok permasalahan oleh satu penulis dapat senada, dapat juga bertentangan dengan penulis lain. %i sini 2nda perlu memilah &to select' penjelasan mana yang senada dan mana yang tidak, agar pokok permasalahan semakin diperjelas. Menganalisis pembahasan. Pembahasan permasalahan oleh beberapa penulis yang mengemukakan berbagai pendapat hendaknya dianalisis dengan mencari alasan yang dikemukakan masing#masing penulis tersebut. 2pakah alasan yang dipakai itu masuk akal dan apakah penulis itu memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapi, dan bila tidak apakah alasannya. %engan demikian dapat pula dinilai buku mana yang bermutu dan yang tidak. Semua pembicaraan di atas merupakan keterampilan yang dapat dilatih. M2n62m"an64an S5-a526i M2m"aAa 8M25902 SB3R:

II* #

Seringkali kita dihadapkan pada suatu bacaan yang sulit dimengerti. Menangani hal demikian dikatakan bahwa sebaiknya membaca terus tanpa berhenti. Mekipun ada bagian yang sukar, perhatikan saja bagian yang mudah dimengerti, konsentrasikan pada bagian yang mudah dan jangan memperhatikan catatan kaki, komentar, dan referensi yang sukar. 1anti pada bacaan yang kedua kalinya akan menjadi lebih mudah karena 2nda telah membaca seluruh buku sekali. Mungkin pada pembacaan pertama harus dimengerti 6/M isi buku, yang akan meningkat pada pembacaan ulang. (erdapat suatu cara untuk mengembangkan strategi membaca yang disebut SS$8, berupa singkatan dari S&ur,ey', S&uestion', 8&ead', 8&ecite', dan 8&e,iew'. ?ara ini akan sangat bermanfaat bagi mereka yang banyak membaca buku teks. *asil penelitian menunjukkan bahwa sur,ei cepat mengenai topik dan subtopik dapat memberi orientasi yang mempercepat membaca dan menolong daya ingatan. Euga dibuktikan bahwa dengan mengajukan pertanyaan sebelum membaca akan menolong seseorang membaca. Penelitian lain menyatakan bahwa cepat melupakan apa yang telah dibaca dapat dikurangi dengan memaksa diri untuk mengatakan kembali dengan keras apa yang telah dibaca. Memberi garis besar dan menghubungkan materi yang telah dibaca dengan apa yang telah diketahui sebelumnya, dihubungkan dengan hal#hal yang menarik, dan mengulangi kembali pada akhir pembacaan, semuanya dapat sangat menolong pembaca untuk mengerti wacana yang telah dibaca. Lan64a7<lan64a7 SB3R C Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah B4

..

$. :.

6.

Sur,ei= dengan cepat bacalah judul dan subjudul dalam bab untuk mencari informasi penting yang akan dikembangkan. acalah juga ringkasan pada akhir bab. Sur,ei ini tidak boleh lebih dari 3 menit. )rientasi ini akan banyak membantu kemudian. Pertanyaan. Sekarang ubahlah judul ke kalimat bertanya atau buatlah suatu pertanyaan tentangnya. Ini akan menimbulkan ingin tahu dan karena itu menimbulkan pengertian yang lebih baik. Mengubah judul menjadi ertanyaan dapat dilakukan dengan cepat, tetapi memerlukan latihan yang tidak mudah. Membaca. acalah untuk menjawab pertanyaan tadi. Ini merupakan pekerjaan yang memerlukan akti,itas tinggi. Mengulang. Setelah pembaca pertama tadi, cobalah untuk mengungkapkan kembali dengan keras apa yang telah dibaca. Sebaiknya tulislah kata#kata kunci atau frasa dalam garis besar. -rutan 3#.#$#: dilakukan dengan bab lainnya, sampai seluruh buku atau pelajaran dibaca habis. Mengulas. Eika selesai membaca seluruh isi buku dengan cara seperti di atas, periksalah catatan 2nda, dan periksalah apa yang 2nda ingat dari bacaan di atas.

3.

ila dilaksanakan dengan baik, cara atau metode SS$8 akan membantu seseorang membaca lebih cepat, memilih topik yang penting, dan mengingatnya dengan tepat. Metode ini juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya piker dan daya tangkap 2nda. II* % PENUTUP Membaca dan membaca mempunyai perbedaan dalam hal efektif tidaknya apa yang dibaca. (eknik membaca efektif perlu dipelajari dan dilatih agar dapat diperoleh informasi dari media cetak itu sebanyak#banyaknya dalam waktu sesingkat mungkin. Para ilmuwan dan calon ilmuwan perlu memperoleh informasi yang mutakhir dalam rangka pengembangan ilmu dan profesinya, sehingga perlu mengembangkan teknik membaca yang efektif. III. (7K1IK M7178E7M2*K21 K6L

Pengetahuan tentang teori penerjemahan tidak dapat disangkal amat diperlukan oleh seorang penerjemah. Mahasiswa yang perlu banyak membaca buku teks berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris, perlu memperoleh sedikit pengetahuan mengenai teori maupun teknik ataupun kiat#kiat menerjemahkan dari bahasa asing sebagai sumber ke bahasa Indonesia sebagai bahasa sasaran. %engan menerjemahkan teks secara tepat dan cepat akan diperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya sebanyak#banyaknya tanpa kekeliruan. Menurut The Merriam:Be!ster #i,tionar&, 8CD@, penerjemahan ialah pengubahan suatu bentuk ke bentuk yang lain, atau pengubahan suatu bahasa ke bahasa yang lain, dan sebaliknya. Menurut Nida dan Charles 4. Ta!er, The Theor& and "ra,ti,e o( Translation, 8CAC , penerjemahan ialah pengungkapan kembali suatu amanat atau pesan yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. A/ Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

ahasan selanjutnya meliputi jenis#jenis terjemahan, tujuannya, masalah dalam penerjemahan serta contoh#contoh penerjemahan sebagai latihan. ?ontoh tersebut dititikberatkan pada penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengingat sebagian besar buku teks dan buku wajib di perguruan tinggi menggunakan bahasa Inggris. %iharapkan pembahasan ini akan dapat membantu mahasiswa yang kurang menguasai teks berbahasa Inggris. III*1 J2ni.<J2ni. T2-;2ma7an Eenis#jenis terjemahan dapat dikelompokkan dalam berbagai macam, misalnya C

3. (erjemahan kata demi kata ;1ord (or 1ord translation) .. (erjemahan harfiah ;literal translation) $. (erjemahan bebas ;(ree translation) Ter5emahan kata demi kata . (erjemahan kata demi kata ialah mengalihkan atau mengungkapkan kembali suatu amanat dari bahasa sumber &bsu' ke bahasa sasaran &bsa', dengan cara mengalihkan setiap unsure leksikal &yang berupa kata' bsu ke unsure leksikal bsa, misanya C a3ing (or a rain& da& diartikan * Mena!ung untuk suatu hari hu5an %i sini tidak diperhatikan rangkaian kata dalam bsu yang berbentuk idiom, sehingga pengertian dalam bsa tidaklah tepat. Ter5emahan har(iah, (erjemahan harifiah merupakan peralihan antara jenis terjemahan kata demi kata dengan jenis terjemahan bebas. %i sini juga diadakan penyesuaian bentuk yang lebih sesuai dalam bsa, misalnya dengan pengurangan atau penambahan kata. ?ontoh di atas menjadi C Mena!ung untuk hari hu5an. Ter5emahan !e!as %i sini penerjemah tidak lagi terikat pada bentuk bsu, dan mengadakan penyesuaian agar bentuk bsa merupakan ujaran yang wajar dan sesuai dengan aturan tata bahasa bsa. ?ontoh di atas diterjemahkan menjadi C Mena!ung untuk masa suram %alam suatu terjemahan bebas, suatu kalimat bsu dapat diterjemahkan menjadi frase dalam bsa, atau frase menjadi satu kata dalam bsa. %i sini sudah harus diperhatikan apakah dalam ujaran bsu itu merupakan idiom, yang mungkin ada padanannya berupa idiom dalam bsa. Eenis terjemahan lain mengutamakan bentuk kalimat III*! T2-;2ma7an 1an6 M2n24an4an K252-i4a5an B2n534*

(erjemahan ini disesuaikan dengan keseluruhan amanat bsu, atau amanat yang terkandung dalam bentuk aslinya &Padanan bentuk'. %i sini sedapat mungkin dipertahankan tata bahasa, Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah A3

kalimat, anak kalimat serta pemakaian kata#kata secara ajeg &konsisten' menurut batasan bsu. (erjemahan demikian itu hanya dapat diterapkan pada bahasa serumpun, karena ada kemiripan kosa kata, tata bahasa, dan latar belakang kebudayaan bsu dan bsa. Ter5emahan &ang !entuk !ahasann&a tidak terikat pada naskah sum!ern&a, terutama !ertu5uan untuk mengungkapkan ide atau tempat &ang terkandung alam !su. (erjemahan jenis ini paling mudah dipahami pembacanya, karena di dalamnya telah terjalin tafsiran dari penerjemah sendiri. (erjemahan jenis ini memungkinkan adanya perubahan, misalnya nama diri, benda nyata maupun tempat terjadinya peristiwa dalam ceritera naskah aslinya dalam bsu, yang disesuaikan dengan latar belakang budaya dan adat istiadat yang terdapat dalam lingkungan pemakai bsa. Penerjemahan yang terlalu bebas dinamakan saduran. Ter5emahan &ang mengutamakan unsur padanan &ang dinamis, makna, serta eki3alensi !uda&a antara !su dan !sa ;padanan makna). (erjemahan jenis ini berlawanan dengan yang sebelumnya., sebab tidak berdasarkan pada penerjemahan kata demi kata. (erjemahan ini dianggap paling baik, karena mengutamakan makna tanpa harus mengorbankan bentuk kalimat, dan dapat memberikan padanan kata dan eki,alensi budaya yang paling dekat. Pembagian jenis terjemahan lain diutarakan oleh Mildred 0aron, yang lebih sederhana, dengan membagi jenis terjemahan, yaitu C 3. Penerjemah harfiah .. Penerjemah idiomatis Pada hakekatnya penerjemahan harfiah ialah penerjemahan berdasarkan bentuk teks bsu, sedangkan penerjemahan idiomatis ialah penerjemahan berdasarkan makna, dan berusaha menyampaikan teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yang jajar. Penerjemahan baris demi baris &interliniear translation' merupakan penerjemahan harfiah mutlak. Penerjemahan harfiah tampak tidak mempunyai makna dan hampir tidak mempunyai nilai komunikasi yang bermakna. Penerjemahan yang disesuaikan, kadang#kadang berasal dari penerjamahan harfiah, yaitu mengubah urutan dan gramatika bsu supaya bsa#nya menjadi jelas, tetapi unsur leksikal &kata# kata' diterjemahkan secara harfiah. Kadang#kadang unsur leksikal hanya diubah untuk menghindari makna yang kosong, walaupun hasilnya belum wajar. Penerjemahan harfiah yang disesuaikan ini mengubah bentuk gramatika jika konstruksinya mengaharuskannya, tetapi jika penerjemah mempunyai pilihan, ia akan mengikuti bentuk teks bsu walaupun bentuk yang berbeda mungkin lebih wajar dalam bsa. III* A. 3 TUJUAN PENERJEMAHAN Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

(ujuan utama suatu penerjemahan sudah jela digambarkan oleh definisi di atas, yaitu mencari padanan makna, atau pengalihan amanat atau pesan dari suatu bahasa sumber ke bahasa sasaran. 2manat itu disampaikan melalui kata#kata yang terangkai menurut pola yang sesuai, dan membentuk suatu ujaran bermakna dalam bahasa sasaran. Seorang penerjemah yang berusaha mencari padanan yang merupakan ungkapan yang wajar dalam bsa dapat pula dikatakan mencari padanan yang dinamis. Padanan hendaknya merupakan ungkapan yang wajar dalam bahasa sasaran dan kesan yang diperoleh dari ungkapan itu hendaknya sama dengan kesan yang diperoleh dari ungkapan bahasa sumber. a* Ma.ala7 Dalam P2n2-;2ma7an

Faktor penting yang perlu diperhatikan oleh penerjemah seperti yang diungkapkan oleh 7ugene 1ida terdiri atas 6 faktor C 3. 0ingkungan hidup ;7,olog&) .. Kebudayaan materi ;Material Culture) $. Kebuyaan sosial ; o,ial Culture) :. Kebudayaan agama ;4eligious Culture) 6. Kebudayaan bahasa ;Linguisti, Culture) /aktor Lingkungan =idup 2danya keragaman lingkungan hidup dapat mengakibatkan terjadinya kesukaran dalam mencari padanan istilah untuk bsa, yang lingkungan kehidupan masyarakatnya berbeda dengan masyarakat pemakai bsu. Sebagai contoh, di 7ropa mengalami : musim dalam setahun, sedangkan di daerah tropik hanya mengalami musim hujan dan musim panas. Keragaman lingkungan hidup ini berkaitan dengan keberadaan tumbuhan, hewan, alat yang menimbulkan keragaman "kata" atau "istilah" atau "ungkapan", yang kadang#kadang sulit dicarikan padanannya dalam bsa yang jauh berbeda ekologinya. ?ontoh C skating # kegiatan meluncur di atas es sleigh : kereta khusus untuk meluncur

/aktor Ke!uda&aan Materi Kebudayaan materi lebih kompleks daripada kebudayaan ekologi. enda atau materi yang digunakan sesuatu bangsa berbeda dengan yang digunakan bangsa lain. Misalnya, dalam suatu teks diceritakan seseorang sedang "makan pisang" &bsu', yang akan dicarikan padanan katanya dalam bsa yang tidak pernah mengenal pisang, sehingga "makan pisang" dapat membingungkan pemakai bsa. Ealan keluarnya ialah menerjemahkannya menjadi C Seseorang sedang makan buah yang disebut "pisang". %engan demikian jelas bagi pemakai bsa bahwa dalam ceriteranya tersebut orang itu sedang makan sejenis buah, bukan penganan lain. ?ontoh lain ialah kata "rice" dalam bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia dapat berarti padi, beras atau nasi. /aktor Ke!uda&aan osial Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah A$

%alam kehidupan sehari#hari bangsa 7ropa ungkapan "selamat malam" dapat diterjemahkan dengan good e3ening apabila bertemu seseorang dan good night apabila hendak masuk tidur. %alam bahasa Eawa dan bahasa Sunda dikenal beberapa tingkatan penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan siapa seseorang berkomunikasi, apakah dengan atasannya, orang tua, atau seseorang yang tingkatannya lebih rendah. *al ini tidak dikenal dalam bahasa 7ropa pada umumnya, kecuali di kalangan istana raja. /aktor Ke!uda&aan +gama %alam lingkungan suatu agama digunakan istilah#istilah yang mungkin sulit malahan tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lain. ?ontoh dari bahasa Melayu C Ibu menyuruh Eabar mengantar saya ke makam *abib 1oh untuk meminta keselamatan dari tempat keramat itu. %alam bahasa Inggris keselamatan dapat diartikan menjadi "safety", yang sebenarnya lebih tepat diterjemahkan menjadi "blessing" &berkat'. /aktor Ke!uda&aan 'ahasa Setiap bahasa mempunyai aturan, baik aturan gramatikal &tata bahasa' maupun leksikal &kata'. (erdapat : ciri bahasa yang berpengaruh langsung terhadap prinsip#prinsip penerjemahan. 3. Komponen makna dikemas dalam unsur leksikal, yang pengemasannya dalam suatu bahasa berbeda dengan bahasa lain, misalnya, komponen makna "jamak", yaitu tambahan s sebagai akhiran nomina atau ,erba dalam bahasa Inggris, yang tidak dikenal dalam bahasa Indonesia. Seringkali suatu kata dalam bsu diterjemahkan dalam beberapa kata bsa. .. Komponen makna yang sama, mungkin muncul dalam beberapa unsur &bentuk' leksikal struktur lahir &generik'. %alam bahasa Inggris dijumpai kata "sheep" &domba', "ram" &domba jantan' dan "e1e" &domba betina', yang semuanya mencakup makna domba. ?ontoh lain ialah ",hi,ken" &anak ayam', "hen" &ayam betina', dan "rooster" &ayam jantan'. $. Sebuah bentuk kata dapat digunakan untuk mewakili beberapa alternatif makna, misalnya kata "to go" mempunyai makna primer apabila diucapkan dalam bentuk kata dasarnya, akan tetapi kalau disertai kata lain, dapat mempunyai makna sekunder. ?ontoh C $ go to s,hool &makna primer C pergi' The apples go !ad &menjadi busuk' %o (or it E &raihlah' $t is no go &tidak dapat terjadi' :. Suatu makna dapat diungkapkan.dalam berbagai bentuk. entuk bahasa penting sekali dalam mempelajari perbedaan bahasa. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal hukum %# M &diterangkan#menerangkan', dalam bahasa Inggris hukum ini terbalik menjadi M#%. ?ontoh C "The &oung thrips are &eelo1ish, 3er& small, slender, a,ti3e ,reature" F (hrips muda adalah makhluk aktif, ramping, sangat kecil yang berwarna kekuningan. ?ontoh lain ialah perubahan bentuk yang maknanya sama C & ahasa Indonesia' C 3. anak nakal itu .. anak yang nakal itu atau perubahan bentuk aktif ke bentuk pasif C A: Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

3. Mereka mendorong mobil itu .. Mobil itu didorong oleh mereka ?ontoh perubahan bentuk dengan makna sama dalam bahasa Inggris C 8. The dog is !ro1n 2. The dog, 1hi,h is !ro1n 3. The !ro1n dog ahasa merupakan suatu perangkat hubungan yang kompleks antara makna dan bentuk, sehingga setiap bahasa mempunyai bentuk yang khas yang mewakili maknanya. Eadi makna yang sama mungkin harus diterjemahkan ke dalam bahasa lain dalam bentuk yang sangat berbeda. Menerjemahkan bentuk suatu bahasa secara harfiah dapat mengubah maknanya, atau paling tidak akan menghasilkan bentuk yang tidak wajar dalam bsa. )leh karena itu dalam penerjemahan, makna haruslah diutamakan daripada bentuk. "* P2-.ia/an P-9124 P2n2-;2ma7an 2pabila akan dimulai suatu proyek penerjemahan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat menghasilkan suatu terjemahan yang baik. *al#hal tersebut menyangkut (eks, Sasaran, (im, dan Sarana seperti yang diutarakan Mildred 0. 0arsen &$'. 3. (eks, merujuk ke naskah sumber yang akan diterjemahkan, apakah bermanfaat bagi pembacanya, siapa nanti yang akan membutuhkannya serta alasan#alasan lain. 2lasan yang umum ialah untuk menyampaikan isi informasi teks sumber kepada mereka yang bukan penutur bahasa sumber tadi. Eadi apa pun alasannya, pilihan teks bahasa sumber itu erat hubungannya dengan khalayak bahasa sasaran. .. Sasaran, merujuk ke khalayak, untuk siapa terjemahan itu dibuat. 2pakah terjemahan itu akan digunakan oleh mahasiswa, insan bisnis, atau untuk bacaan umum sebagai hiburan. *al ini penting, karena terjemahan akan dipengaruhi oleh dialek, tingkat pendidikan pemakai bsa, serta umur mereka. Euga populasi pembacanya nanti, apakah luas atau hanya sekelompok golongan tertentu saja, akan menentukan strategi penerjemahan. $. (im, merujuk pada orang yang akan terlibat dalam proyek terjemahan tersebut. 2da orang yang menguasai baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran, atau menguasai hal#hal tertentu saja, misalnya gramatika atau padanan kata saja. Suatu tim penerjemah dapat terdiri dari Ketua (im, co#penerjemah &rekan penerjemah', seorang penasehat atau konsultan yang bekerja bersama#sama. %alam tim tersebut juga dapat terlihat penerbit atau penyalur. Salah satu anggota tim harus dapat membaca, menulis, dan berbicara dengan bahasa sumber, dapat menentukan makna teks bsu serta kebudayaan bsu. %i samping itu penerjemah harus telah memahami kebudayaan dan bsa dengan baik.Penerjemah sendiri dapat melakukan pengujian hasil terjemahannya, tetapi alangkah baiknya apabila orang lain yang melakukannya agar sifat objektif dapat dicapai. Seorang pemeriksa kadang#kadang juga diperlukan, yang bertanggung jawab terhadap seluruh terjemahan, baik yang menyangkut struktur gramatika maupun gaya bahasanya, serta dapat memberi komentar kepada tim untuk perbaikan. :. Sarana, merujuk ke peralatan, tempat kerja, biaya dan materi yang berhubungan dengan penerjemahan. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah A6

Peralatan meliputi mesin ketik atau komputer, foto kopi, kertas, karbon, buku referensi, kamus serta buku gramatika. (idak kurang pentingnya ialah soal tempat kerja, haruslah tempat yang tenang sehingga memungkinkan bekerja dengan baik. (idak kalah pula pentingnya dari mana sumber dana itu tersedia untuk membiayai proyek penerjemahan itu. A* Lan64a7<Lan64a7 P-9.2. P2n2-;2ma7an 2pabila dikehendaki hasil penerjemahan yang baik dan tanpa kesalahan, maka urutan kerja berikut ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi penerjemah atau tim penerjemah. %alam praktek urutan tersebut tidak selalu mutlak, karena penerjemah dapat bekerja bolak balik, kadang#kadang analisis teks sumber, ke teks sasaran dan sebaliknya. 3. Persiapan. 2da dua macam persiapan, yaitu persiapan sebelum mulai kerja dan sewaktu penerjemahan dimulai. Persiapan jenis pertama mencakup latihan penulisan dan beberapa kajian ilmu bahasa. Penerjemah sebaiknya sudah pernah menulis semacam karya tulis dalam bsa. Persiapan jenis kedua ialah membaca keseluruhan teks bsu beberapa kali, mencatat bagian yang tidak jelas, memahami makna pesan bsu serta informasi apa yang akan dialihkan ke bsa. %i samping itu, penerjemah harus mempelajari latar belakang kebudayaan khalayak bsu, sejarah penulisan, serta waktu penulisannya. Selama membaca teks bsu, harus dilakukan pencatatan kata#kata penting, istilah, kata yang ambigu &ambigous' atau tidak jelas artinya. .. 2nalisis, ialah mempelajari kata#kata kunci &hasil pencatatan pertama' untuk mendapatkan padanan kata bsa. Proses analisis yang sebenarnya ialah dimulai dari keseluruhan teks, lalu beralih ke satuan yang lebih kecil itu. 2nalisis teks sumber dan pengalihannya ke bsa merupakan proses yang dinamis dan dapat bergerak dari satuan yang besar ke satuan yang lebih kecil, atau sebaliknya. $. Pengalihan, ialah proses pemindahan dai analisis struktur semantis ke konsep awal terjemahan. Sesudah analisis, penerjemah mengalihkan makna ke dalam bsa. %alam proses ini penerjemah mencari padanan leksikal yang baik untuk konsep bahasa dan kebudayaan sasaran. (anpa studi prinsip penerjemahan, proses pengalihan dapat menjadi sulit dan hasilnya tidak memuaskan. :. Konsep awal. *al ini dapat bergantung dengan hasil analisis dan pengalihan. Penerjemah harus mulai konsep awal dengan satu paragraf, dan apabila sudah merasa benar akan maknanya maka dapat menyusun paragraf dengan wajar tanpa melihat teks bsu. 2pabila konsep menulis paragraf sudah benar, penerjemah dapat memeriksa kembali ketepatannya. Sewaktu membuat konsep awal, penerjemah harus ingat akan khalayak pembacanya, tingkat pendidikan mereka dan sebagainya. 2pabila konsep awal sudah dianggap baik, maka akan lebih mudah untuk proses selanjutnya karena tidak banyak melakukan perubahan konsep awal tadi. 6. Pengerjaan kembali konsep awal, mencakup pemeriksaan ketepatan dan kewajaran. Proses ini tidak boleh dilakukan sebelum bagian yang lebih besar selesai dikerjakan. %alam membaca seluruh naskah, harus dilakukan C # pencarian bentuk gramatikal yang salah # mengubah bagian yang berbelit#belit # mengubah bentuk urutan yang salah atau janggal # mencari bagian yang penghubungnya salah # memperbaiki makna yang kedengarannya asing AB Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

# melihat gaya bahasanya, bila perlu diadakan modifikasi. Pengujian terjemahan, meliputi aspek alasan pengujian, penguji, cara pengujian dan penggunaan hasil pengujian. 2spek alasan pengujian ialah untuk memastikan ketepatan, kejelasan, dan kewajaran terjemahan. 2spek penguji ialah dengan anggapan bahwa terjemahan akan lebih baik bila melibatkan beberapa orang penguji. Sedangkan cara penguji meliputi pembahasan tentang C a. perbandingan dengan teks sumber b. terjemahan balik ke bahasa sumber c. pemeriksaan pemahaman d. pengujian kewajaran dan keterbatasan e. pengujian keajegan &consistency' 2spek penggunaan hasil pengujian menjelaskan bahwa jika hasil pengujian tidak dimasukkan ke dalam terjemahan, maka pengujian tersebut akan sia#sia. Sesudah semua uji dilakukan, hasilnya harus die,aluasi dan perubahan yang disarankan itu dapat diterima, ditolak, atau diganti. A. Penyempurnaan terjemahan, dilakukan apabila hasil penerjemahan masih mempunyai kekurangan atau ada bagian yang dapat disempurnakan. Proses ini merupakan proses terakhir sebelum persiapan naskah untuk pencetakan. 5. Persiapan naskah untuk penerbit. Proses ini merupakan proses penulisan teks dalam bsa yang sudah mengalami penyempurnaan semua proses sebelumnya. %alam hal ini haruslah sudah jelas formatnya, banyaknya halaman, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan pencetakan. B. III*4 P-9.2. P2n6ali7"a7a.aan Pada tahap proses pengalihan terdapat $ tahapan penting yang perlu ditelaah lebih lanjut, yaitu analisis, penalihan ;trans(er), dan penyusunan kembali ;restru,turing). +nalisis. 2nalisis teks dapat dilakukan dalam . tahap, yaitu analisis gramatikal dan analisis semantik. 3. 2nalisis gramatikal. %i sini penerjemah menentukan makna suatu teks bsu berdasarkan kata atau segi leksikal, dan tata hubungan kata atau segi gramatikal dari teks tersebut. Makna referensial ;re(erensial meaning) ialah makna kata yang melekat atau merujuk pada suatu benda tertentu yang dapat dibagi pula atas C a. Makna formal ;(ormal meaning), yaitu makna yang dimiliki sebuah benda dalam hubungannya dengan kata#kata lain dalam bahasa yang sama. b. Makna konstekstual ;,onte?tual meaning), yaitu makna sebuah kata dalam hubungannya dengan konteks dan bentuk situasi pada saat kata itu dipakai. &?atatan C %alam ragam bahasa ilmiah mungkin tidak ditemukan makna konstekstual ini' ?ontoh C 3. $ sa1 a black sheep gra>ing in the garden !* =e is the black sheep in the (amil& ?ontoh dalam bahasa Indonesia C 3. Ia berjalan#jalan di daerah lampu merah Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah AA

.. Ia diseret ke meja hijau 2nalisis ini perlu apabila pada teks terdapat ujaran yang dapat menimbulkan makna ganda atau ambigu ;am!igous), atau apabila suatu teks menggunakan kalimat yang panjang, bersusun, majemuk. -ntuk itu perlu dilihat struktur batin ;deep stru,ture) ujaran tersebut. %i dalam struktur batin tersebut akan ditemukan kalimat#kalimat inti ;kernel senten,es). ?ontoh kalimat ambigu C 8. The shooting o( the hunters 2. =e hit the man 1ith a sti,k Kalimat ini dapat diuraikan menjadi kalimat#kalimat inti yang dapat berbeda artinya C 8.a The& shoot the hunters 8.! The hunters shoot 2.a =e hit the man. =e hit 1ith a sti,k 2.! =e hit the man. The man had a sti,k ?ontoh suatu kalimat panjang yang perlu diuraikan menjadi kalimat#kalimat inti agar diperoleh makna yang sesuai dengan yang dimaksud C If it were possible to e,aluate and asses the manner in which all, or at least the important, factors affect the efficacy of a drug and relate these factors to the compleR biosystem through which the drug must sur,i,e in order to be efficacious, then, perhaps, one could intelligently construct a molucule that would be effecti,e in the treatment of a specific disease state. 2nalisis kalimat panjang ini akan menghasilkan kalimat#kalimat inti sebagai berikut C 8. $( it 1ere possi!le to e3aluate and assessF 2. ;e3aluate and assess) The manner in 1hi,h all, or at least the important (a,tors 3. ;(a,tors) 1hi,h a((e,t the e((i,a,& o( drugs @. and relate these (a,tors to the ,omple? !ios&stem 9. ;the !ios&stem) through 1hi,h the drug must sur3i3e in order to !e e((i,a,ious A. then, perhaps, one ,ould intelligentl& ,onstru,t a mole,ule G. ;a mole,ule) 1hi,h 1ould !e e((e,ti3e D. ;e((e,ti3e) in the treatment o( a spe,i(i, desease state Pengalibahasaan 3. Sekiranya dimungkinkan untuk menge,aluasi dan mengukur D .. &menge,aluasi dan mengukur' cara terjadinya semua atau setidak#tidaknya faktor yang penting $. &faktor' yang mempengaruh daya kedayagunaan obat :. dan mengkaitkan faktor#faktor ini dengan biosistem yang kompleks 6. melalui &biosistem' itu obat harus utuh agar tetap berdaya guna B. maka saat itulah seseorang mungkin secara cerdik dapat mengkonstruksi suatu molekul A. &molekul' yang akan efektif 5. &efektif' pada pengobatan suatu tahap penyakit tertentu *asil sintesis kalimat C Sekiranya dimungkinkan untuk menge,aluasi dan mengukur bagaimana semuanya faktor atau setidak#tidaknya faktor yang penting dapat mempengaruhi kedayagunaan obat, dan menghubungkan faktor#faktor ini dengan biosistem yang kompleks dimaa obat itu harus A5 Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

utuh agar tetap berdaya guna, maka saat itulah mungkin seseorang secara cerdik dapat mengkonstruksi suatu molekul yang efektif pada pengobatan setiap tahap sakit tertentu. .. 2nalisis semantis. %alam analisis semantis diteliti apakah kata#kata itu hanya mempunyai makna referensial atau juga mengandung makna konotatif, misalnya perempuan dan wanita mempunyai makna referensial yang sama, tetapi berbeda dalam makna konotatif. ?ontoh lain C 1ash room, po1der room, men0s room, la3ator&. $. Pengalihan ;trans(er) Proses penerjemahan yang sebenarnya terjadi pada tahap ini. *asil analisis dialihkan dari bsu ke bsa. Sebelum ini telah diuraikan masalah kata dan ungkapan yang dipengaruhi oleh latar belakang ekologi dan kultur. %i samping itu perlu pula diperhatikan masalah inti yang berkaitan dengan penyesuaian semantis, yang dapat dikelompokkan dalam 5 unsur sebagai berikut. a' Idiom ;idioms), ialah ungkapan dua kata atau lebih yang tidak dapat dimengerti secara harfiah, dan secara semantis berfungsi sebagai suatu kesatuan ?ontoh C 3. =e has a hard heart &seorang yang berani' .. The (armer called upon the president &mengunjungi' b' Makna kiasan ;(igurati3e meaning) ?ontoh C =e is a (o? &ia licik' c' Pergeseran komponen inti makna ;shi(ts in the ,entral ,omponents o( meaning) ?ontohC =ol& spirit menjadi 1hite ghost, yang sebenarnya berarti C roh suci d' Makna generik dan spesifik ?ontoh C generi, meaning &makna umum' C horse &kuda' spe,i(i, meaning &makna khusus' C stallion &jantan' mare &betina' pon& &anak kuda' ?ontoh lain C meat &makna umum C daging' mutton : daging domba !ee( # daging sapi pork # daging babi e' Pleonasme ;pleonasti, e?pression) ?ontoh C D spoke by the mouth o( &he prophets &diucapkan oleh nabi' f' 8umusan khusus ;spe,ial (ormulas) ?ontoh C +n e&e (or an e&e and a tooth (or a tooth &pembalasan yang setimpal' g' Pendistribusian kembali komponen makna ;redistri!ution o( semanti, ,omponents) ?ontoh C he 1as ,aught ha3ing se?ual relationship 1ith a man not her hus!and ; he 1as ,aught in aduller&) F @anita itu ber;ina h' Frase penuntun untuk memperjelas arti ;pro3ision (or ,onte?tual ,onditioning) Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah A4

?ontoh C

penggunaan ",lassi(ier" C +nimals ,alled ,amel Ia makan buah yang disebut pisang

:.

Penyusunan kembali ;restru,turing) Pada tahap penyusunan kembali atau tahap penyerasian, masih mungkin diadakan perubahan yang telah dilakukan pada tahap pengalihan tadi, yakni dapat berupa C a. reduksi, pemendekan bagian tes dengan menghilangkan kata#kata tertentu. b. suplementasi, penambahan kata#kata baru c. in,ersi, pengubahan urutan kata, ungkapan atau kalimat. d. ekui,alensi, pertukaran unsur#unsur, kata, ungkapan atau kalimat dalam bsu dalam padanannya dalam bsa. Selain keempat unsur pokok itu, unsur lain yang dianggap perlu ialah unsur gaya penulisan ;1riting st&le). (ermasuk dalam gaya penulisan ialah ragam penulisan, apakah suatu no,el, prosa atau tulisan ilmiah yang masing#masing mempunyai cara#cara penulisan tersendiri. Misalnya, suatu tulisan ilmiah harus memenuhi syarat jelas, ringkas, lengkap, teliti, tersusun dan menyatu. %alam melakukan penulisan kembali ini perlu diperhatikan beberapa hal C

a.

entuk alihan yang ditulis kembali harus merupakan bentuk bahasan sasaran yang tepat, yaitu sesuai dengan aturan tata bahasa bsa sehingga merupakan bentuk wajar dalam bsa. b. -ntuk mendapatkan bentuk#bentuk wajar dalam bsa, penerjemah harus membebaskan diri dari pengaruh struktur bsu. Pergerseran bentuk maupun pergeseran makna seringkali tidak dapat dihindari dalam suatu terjemahan. Pergeseran makna terutama terjadi pada idiom, makna figuratif, pergeseran komponen utama makna, makna generik, dan spesifik, ungkapan pleonastis dan sebagainya. ?ontoh pergeseran bentuk C 'ut his le(t hand has al1a&s !een a traitor &kata benda' (etapi tangan kirinya selalu berkhianat &kata kerja' ?ontoh pergeseran makna C =ere ,omes m& mother 1ah, itu ibu datang III* # P2n353/

Menerjemahkan dari suatu bahasa sumber &bsu' ke suatu bahasa lain &bahasa sasaran F bsa' memerlukan pengetahuan mendalam mengenai bsu dan bsa, dan pengetahuan yang cukup mengenai bidang ilmu atau materi yang akan diterjemahkan. %i samping itu seorang penulis buku ajar perlu pula mempelajari teori dan teknik menerjemahkan agar dapat dihasilkan suatu terjemahan yang baik dan berguna, khalayak sasaran buku ajar itu mungkin masyarakat ilmiah, rekan pengajar atau mahasiswa dan orang lain yang memerlukan informasi dalam bidang itu. 5/ Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

Pemadanan berdasar makna lebih diutamakan daripada pemadanan berdasar struktur kalimat. 2palagi dalam penulisan buku ajar yang bersifat tulisan ilmiah, lebih ditekankan pada pembentukan istilah baru dan pengayaan kosa kata. IV TEKNIK PRESENTASI

Suatu karya ilmiah perlu dikomunikasikan, apakah secara tertulis melalui media cetak, misalnya jurnal ilmiah, atau dipresentasikan secara oral di depan suatu forum tertentu. (idak banyak orang yang terbiasa berbicara di depan suatu forum atau audiens, apalagi menyajikan suatu karya ilmiah di depan forum ilmiah. Menghadapi hal ini biasanya membuat si penyaji gugup atau !stress" karena kurang percaya diri, sama halnya menghadapi suatu ujian dan tidak belajar dengan baik. -ntuk menghilangkan keadaan yang demikian itu, dan agar dapat membangkitkan percaya diri, maka diperlukan persiapan#persiapan tertentu. 2udiens yang dihadapi bukan saja terdiri atas 6 atau 3/ orang, tetapi seringkali lebih dari ./ orang, yang perlu memperoleh informasi secara jelas dari penyaji. Sebab itu si penyaji harus berbicara dengan suara cukup keras dan jelas, dan menyajikan makalahnya dengan menggunakan alat bantu. 2lat bantu pandang#dengar &2udio# ,isual aids' yang akan diberbicarakan di sini ialah !),erhead Projector dan !),erhead (ransparencies" &)*P+)*('. )*( adalah sarana ,isual berupa huruf, lambang, gambar, grafis maupun gabungannya yang dibuat pada bahan tembus pandang atau transparan, untuk diproyeksikan pada suatu layar atau dinding menggunakan alat )*P. Eadi sebenarnya yang bersifat media di sini ialah )*(, sedangkan )*P ialah alat &hardware' yang digunakan untuk media tersebut. Masih banyak terlihat kesalahan pada penggunaan media ini, sehingga tidak tercapai tujuan penggunaannya. Fungsi media )*P+)*( yang terutama ialah sebagai alat bantu untuk memperjelas apa yang dibicarakan= jadi apa gunanya )*( yang tulisannya kecil sehingga tidak terbaca oleh audiens yang duduk di depan, apalagi yang duduk di belakang ruangan. Kele!ihan dan Kekurangan Media O=T Seperti halnya jenis media proyeksi lain, )*( mempunyai kemampuan untuk membesarkan tayangannya di layar atau dinding, tergantung kekuatan lensa dan sinar proyeksinya. )leh karena itu )*( sangat sesuai untuk kegiatan presentasi di seminar, lokakarya, pelatihan atau perkuliahan yang melibatkan jumlah peserta yang besar. -ntuk dapat memanfaatkan media ini sebaik#baiknya, perlu dipelajari berbagai karakteristiknya. Media )*( mempunyai kelebihan maupun kekurangan sebagai berikut. Kelebihan )*( C 3. %apat menjangkau kelompok sasaran yang cukup besar &efektif sampai B/ orang' .. Memungkinkan penyaji selalu dapat bertatap muka dengan audiens. $. (idak memerlukan ruangan yang terlalu gelap &memungkinkan orang dapat membaca' :. Memberikan ,ariasi teknik penyajian yang menarik dan tidak membosankan 6. %apat menggunakan tampilan warna B. %apat dibuat salinan &fotokopi' A. %apat dilakukan penyajian secara sistematik. Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 53

5. %apat disimpan dan digunakan berulang kali 4. (idak memerlukan keterampilan khusus untuk menyajikannya Kekurangan )*( C 3. (ergantung pada sumber listrik .. Memerlukan alat )*P &*ardware' "eran,angan O=T &0ihat ?ontoh pada lampiran' eberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam merancang )*( ialah sebagai berikut C 3' %apat dibaca oleh audiens yang duduk di kursi paling belakang # -kuran huruf minimal B mm # Semua tulisan berada dalam bidang proyeksi .' Sederhana # dalam 3 lembar )*(, sebaiknya hanya mengandung 5 W 3/ baris # dalam 3 baris hanya terdapat 36 kata # setiap lembar )*( hanya mengandung 3 topik $' Eelas, sistematik dan tidak rumit &0ihat ?ontoh 0ampiran C 9IS-20S' :' (ata 0etak )*P &0ihat ?ontoh 0ampiran' # diletakkan di sebelah kanan penyaji, agar penyaji tetap berada di dalam bingkai pemandangan audiens, karena penyaji akan menunjuk dengan tangan kanan. # jarak terdekat tempat duduk adalah $ m # jarak terjauh tempat duduk ialah 3/ m # jarak layar dari lantai ialah 3 m # ukuran layar 36/ cm Q 36/ cm 6' (eknik penyajian )*( &0ihat ?ontoh 0ampiran' # menunjuk pakai pointer, bolpoint atau jari pada lembar )*(, jangan melihat atau menunjuk ke layar &dilarang membelakangi audiens' karena si penyaji harus senantiasa bertatap muka dengan audiens. # dapat menggunakan teknik !strip tease", yaitu menggunakan penutup dari selembar kertas, lalu penutup ini dibuka sedikit demi sedikit sesuai dengan materi yang akan dibicarakan. # menggunakan teknuk !o,erlay", yaitu menggunakan beberapa )*( sekaligus, tetapi ditempatkan satu demi satu, di atas yang lainnya. # menggunakan teknik !roll film". Sekarang jarang digunakan, transparansi berbentuk rol &gulungan', bukan lembaran &sheet' yang penggunaannya untuk ditulisi langsung &write on', sama seperti menggunakan papan tulis. B. Karakteristik pesan yang akan disampaikan, yaitu rele,an, jelas, mudah, sistematis, dan hanya mengandung 3 kata kunci Sekali lagi media )*P+)*( hanyalah alat bantu dalampenyajian makalah. Penguasaan materi yang baik, ditambah alat bantu yang dikuasai pula dengan baik akan meningkatkan rasa percaya diri, sehingga dapat mempresentasikan karya ilmiahnya dengan baik. Da=5a- P3.5a4a 3. 2djat Sakri &penyunting' &3456' !Ihwal Menerjemahkan", (erbitan ., Penerbit I( andung. .. rown, . 2tkins, M. &3455' ! 7ffecti,e (eaching in *igher 7ducation", Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 5.

Methuen, 1ew <ork. $. %epartemen Pendidikan dan Kebudayaan, &3454' ! Materi Penataran ?alon Penulis uku 2jar Peguruan (inggi", makalah dalam 0okakarya di ?isarua, ogor. :. %epartemen Pendidikan 1asional, %irektorat Eenderal Pendidikan (inggi, Pusat 2ntar -ni,ersitas, Peningkatan dan Pengembangan 2kti,itas Instruksional, -ni,ersitas terbuka C Penataran Program P7K78(I+22 &.//.' 6. 0arsen,M.0. &3455' !Penerjemahan erdasar Makna C Pedoman untuk Pemadanan 2ntarbahasa", (erjemahan oleh Kencanawati (aniran, Penerbit 28?21, Eakarta. B. 1ida, 7.2. and (aber, ?h.8. &34BB' !(he (heory and Practice pf (ranslation", 9ol.9III by 7.E. rill, 0eiden. A. 8usli, 8.S. &344$' ! Membaca 2kademik", Makalah dalam 0okakarya Membaca, -ni,ersitas (erbuka, Eanuari 344$. 5. Simatupang, M. &3453' ! Menterjemahkan C 2;as dan Kiatnya", dalam Majalah Pembinaan ahasa Indonesia, Eilid . , 1o.., hal. B4#5$. 4. Stageberg, 1.?. &34BA' !Some Structural 2mbiguities" dalam @ilson, I &ed.' 2 0inguistic 8eader, *arper H 8ow, 1ew <ork, pp.AB#56. 3/. (imisela#0uhulima, ?.M. !Membaca 7fektif", Makalah dalam @orkshop Membaca 7ffektif, di -ni,ersitas (erbuka, Eakarta, .. Eanuari 344$.

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

5$

LAMPIRAN 1

K7(71(-21 821?21I21 )*( 9 $ $'L7


%I0I*2(

C M-%2* C M7128IK C S7%78*212 C 78M21F22( C (70I(I C S2*

I NT74 7T$N% S $M"L7 - 7/<L 2 CC<4+T7 0 7%$T$M+T7


5:

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

S T4<CT<47#
LAMPIRAN !

C SIS(7M2(IS

P7%)M21 P7821?21I21 )*(


%2P2( %I 2?2 -K-821 *-8-F MI1IM20 B MM %202M I%21I P8)<7KSI S7%78*212 3 0 8 )*( (78%I8I %28I 5#3/
28IS

3 28IS C E21I21 07 I* 5 K2(2 3 0 8 )*( *21<2 2%2 3 ()PIK

E702S
(I%2K 8-MI( SIS(7M2(IS
Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah 56

E-%-0 P78S)2021 %I 2(2S P)K)K P78S)2021 %I 2@2*


LAMPIRAN 3

(7K1IK P71<2EI21 )*(


(7K1IK P)I1(78

PI1SI0 + 200P)I1( K28()1 78 71(-K 212K P212*


S(8IP(72S7 (7?*1IS-7

M71II-12K21 K78(2S P71-(-P K78(2S %I 2@2* )*(


(7K1IK )97802<

M71II-12K21 7 782P2 )*( M7M 2*2S 821IK2I21 P8)S7S


(7K1IK 8)00#FI0M

%II-12K21 S7
5B

2I2I P2P21 (-0IS

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

M71-0IS 021IS-1I P2%2 )*(


K)S)1I %I 2(2S )*P

LAMPIRAN 4

TATA LETAK
DAERAH TEMPAT DUDUK # JARAK TERDEKAT C 3 METER # JARAK TERJAUH C 1 METER LA$AR # JARAK TEPI BADAH C 1 METER #
DARI LANTAI UKURAN C 1# &M E
1,# M LA$AR 3M

1# &M

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

5A

TEMPAT DUDUK

55

Bagian III Pelengkap Penulisan Ilmiah

You might also like