You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN Sinusitis adalah penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai

penyebab gangguan kesehatan tersering di dunia. Sinusitis sering juga disebut sebagai rhinosinusitis. Sinusitis sendiri adalah suatu peradangan pada mukosa sinus paranasal yang disebabkan oleh adanya sumbatan atau blokade pada ostio-meatal complex. Penyebab terjadinya sumbatan sendiri bermaca-macam, antara lain adanya kelainan bentuk pada hidung, adanya deviasi septum, polip, hipertrofi konka , infeksi dari gigi ( dentogen) dan rinitis. Sinus paranasal adalah rongga yang terbentuk pada tulang kepala dan berhubungan dengan cavum nasi. Sinus paranasal terhubung dengan hidung melalui lubang yang disebut sebagai ostio-meatal complex. Sinus paranasal terbagi menjadi yaitu, sinus maksila kiri dan kanan, sinus frontal kiri dan kanan, sinus etmoid anterior dan posterior, dan sinus sphenoid. Sinus maksila,sinus frontal dan sinis etmoid anterior bermuara pada meatus media, sementara sinus sphenoid dan sinus etmoid posterior bermuara pada meatus superior. Sinus paranasal dilapisi oleh mukosa yang sama dengan mukosa hidung oleh sebab itu sinusitis sering juga disebut sebagai rhinosinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis yang paling banyak ditemui dibandingkan dengan sinusitis yang lain. !al ini disebabkan oleh banyak faktor seperti letak anatomis sinus maksilaris dan bah"a sinusitis maksilaris adalah sinus paranasal yang paling besar dan dasarnya terletak lebih rendah daripada meatus media . Sinus maksila sudah terbentuk sejak seseorang lahir, dan pada umumnya perkembangannya mencapai volume maksimal pada usia remaja. Sinusitis maksilaris dapat terjadi secara bilateral maupun unilateral, pada umumnya pasien sinusitis maksila datang dengan keluhan hidung tersumbat, nyeri di daerah pipi yang menjalar hingga ke gigi, dan adanya sekret hidung yang jatuh ke tenggorokan (post nasal dripping). Sinusitis maksilaris diklasifikasikan menjadi #, yaitu sinusitis maksilaris akut, sinusitis maksilaris sub-akut dan sinusitis maksilaris kronik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur $aka berdasarkan definisi tersebut sinusitis maksilaris adalah inflamasi mukosa sinus maksilaris. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama # minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama #-% minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). &ila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. 'ari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis. Secara klinis sinusitis dibagia atas ( ). Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu. *. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan. #. Sinusitis +ronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun. Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis ). ,hinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. -ontohnya rinitis akut (influen.a), polip, dan septum deviasi *. 'entogenik/0dontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). $enurut penelitian bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza, Steptococcus viridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis B. ANATOMI SINUS $anusia memiliki sekitar )* rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinus1sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang "ajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Seluruh sinus dilapisi oleh epitel saluran pernafasan yang mengalami modifikasi,
2

yang mampu mengkasilkan mukus, dan bersilia. Sekret yang dihasilkan disalurkan ke dalam kavum nasi. Pada orang sehat, sinus terutama berisi udara.

2ambar ) anatomi sinus

Sinus maksilaris merupakan satu 1 satunya sinus yang rutin ditemukan pada saat lahir. Sinus maksilaris terletak di dalam tulang maksilaris, dengan dinding inferior orbita sebagai batas superior, dinding lateral nasal sebagai batas medial, prosesus alveolaris maksila sebagai batas inferior, dan fossa canine sebagai batas anterior. C. ETIOLOGI &erbagai faktor infeksius dan nonifeksius dapat memberikan kontribusi dalam terjadinya obstruksi akut ostia sinus atau gangguan pengeluaran cairan oleh silia, yang akhirnya menyebabkan sinusitis. Penyebab nonifeksius antara lain adalah rinitis alergika, barotrauma, atau iritan kimia. Penyakit seperti tumor nasal atau tumor sinus (squamous cell carcinoma), dan juga penyakit granulomatus (Wegeners granulomatosis atau rhinoskleroma) juga dapat menyebabkan obstruksi ostia sinus, sedangkan konsisi yang menyebabkan perubahan kandungan sekret mukus (fibrosis kistik) dapat menyebabkan sinusitis dengan mengganggu pengeluaran mukus. 'i rumah sakit, penggunaan pipa nasotrakeal adalah faktor resiko mayor untuk infeksi nosokomial di unit pera"atan intensif. 3nfeksi sinusitis akut dapat disebabkan berbagai organisme, termasuk virus, bakteri, dan jamur. 4irus yang sering ditemukan adalah rhinovirus, virus parainfluen.a, dan virus influen.a. &akteri yang sering menyebabkan sinusitis adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan moraxella catarralis. &akteri anaerob juga terkadang ditemukan sebagai penyebab sinusitis maksilaris, terkait dengan infeksi pada gigi premolar. Sedangkan jamur juga ditemukan sebagai penyebab
3

sinusitis pada pasien dengan gangguan sistem imun, yang menunjukkan infeksi invasif yang mengancam ji"a. 5amur yang menyebabkan infeksi antara lain adalah dari spesies Rhizopus, rhizomucor, ucor, !"sidia, #unninghamella, !spergillus, dan $usarium. Semua keadaan anatomik atau fisiologik yang dapat menimbulkan sumbatan drainase dari sinus , menyebabkan stasis sekret, dan hal ini menyebabkan infeksi. #&eberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain 3SP6 akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada "anita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan ostio-meatal (+0$), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma +artagener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik.) Penyebab lokal lain yang merupakan predisposisi terjadinya sinusitis adalah polip alergi dengan lokasi yang tidak menguntungkan.# 3nfeksi apikal dari akar gigi yang menonjol ke dalam sinus maksila dapat menyebabkan infeksi. !al ini terutama terjadi jika gigi yang terinfeksi seperti ini diangkat dan terjadi fistel ke dalam sinus maksila.# 7aktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. +eadaan ini lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.) Klasifikasi sinusitis maksila is akut +onsensus internasional tahun )889 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai % minggu dan kronuk jika lebih dari % minggu.) +onsensus tahun *:: membagi menjadi akut dengan batas sampai antara D. minggu sampai # bulan, dan kkronik jika lebih dari # bulan.) minggu, sub-akut

EPIDEMIOLOGI Sinusitis adalah penyakit yang benyak ditemukan di seluruh dunia, terutama di tempat

dengan polusi udara tinggi. 3klim yang lembab, dingin, dengan konsentrasi pollen yang tinggi terkait dengan prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Sinusitis maksilaris adalah sinusitis dengan insiden yang terbesar. 'ata dari ';P+;S ,3 tahun *::# menyebutkan bah"a penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke-*9 dari 9: pola penyakit peringkat utama atau sekitar ):*.%)< penderita ra"at jalan di rumah sakit. 'i 6merika Serikat, lebih dari #: juta orang menderita sinusitis. 4irus adalah penyebab sinusitis akut yang paling umum ditemukan. =amun, sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan
4

pemberian antibiotik. >ima milyar dolar dihabiskan setiap tahunnya untuk pengobatan medis sinusitis, dan ?: milyar lainnya dihabiskan untuk pengobatan operatif sinusitis di 6merika Serikat. +ejadian sinusitis umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga disebut dengan rhinosinusitis. ,inosinusitis adalah penyakit inflamasi yang sering ditemukan dan mungkin akan terus meningkat prevalensinya. ,inosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup yang berat. E. PATOFISIOLOGI 'alam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. >ingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme patogen. 6pabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Pada dasarnya patofisiologi dari sinusitis dipengaruhi oleh # faktor yaitu obstruksi drainase sinus %sinus ostia&, kerusakan pada silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa. Sebagian besar episode sinusitis disebabkan oleh infeksi virus. 4irus tersebut sebagian besar menginfeksi saluran pernapasan atas seperti rhinovirus, influenza 6 dan &, parainfluenza, respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus. Sekitar 8: @ pasien yang mengalami 3SP6 akan memberikan bukti gambaran radiologis yang melibatkan sinus paranasal. 3nfeksi virus akan menyebabkan terjadinya oedem pada dinding hidung dan sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi pada ostium sinus, dan berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain itu inflamasi, polyps, tumor, trauma, scar, anatomic varian, dan nasal instrumentation juga menyebabkan menurunya patensi sinus ostia. 4irus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi en.im dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. !al ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen. Silia yang kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi cairan pada sinus. Aerganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kehilangan lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang cepat, virus, bakteri, environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan mukosa, parut, primary cilliary dyskinesia %'artagener syndrome&.
5

6danya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus. +onsumsi oksigen oleh bakteri akan menyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaero"( Penurunan jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit. Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh fungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga drainase sekret terganggu, dan terdapatnya beberapa bakteri patogen. 6ntrum maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi pre molar dan molar atas. !ubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti infeksi yang berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila dia"ali dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses inflamasi ini akan menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. +eterlibatan antrum unilateral seringkali merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab. &ila hal ini terjadi maka organisme yang bertanggung ja"ab kemungkinan adalah jenis gram negatif yang merupakan organisme yang lebih banyak didapatkan pada infeksi gigi daripada bakteri gram positif yang merupakan bakteri khas pada sinus. Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan gambaran radiologi yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya menimbulkan bau busuk. Pada sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan memperberat atau mengganggu drainase terlebih bila meatus medius tertutup oleh oedem atau pus atau kelainan anatomi lain seperti deviasi, dan hipertropi konka. 6kar gigi premolar kedua dan molar pertama berhubungan dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubungan langsung dengan mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri langsung dari akar gigi ke sinus dapat terjadi.

F.

MANIFESTASI KLINIS $anifestasi klinis sinusitis sangat bervariasi. +eluhan utama yang paling sering

ditemukan adalah tidak spesifik, dan dapat berupa sekret nasal purulen, kongesti nasal, rasa tertekan pada "ajah, nyeri gigi, nyeri telinga, demam, nyeri kepala, batuk, rasa lelah, halitosis, atau berkurangnya penciuman. 2ejala seperti ini sulit dibedakan dengan infeksi saluran nafas atas karena virus, sehingga durasi gejala menjadi penting dalam diagnosis. Pasien dengan gejala diatas selama lebih dari < hari mengarahkan diagnosis ke arah sinusitis. Sinusitis maksilaris akut biasanya menyusul infeksi saluran napas atas yang ringan. 6lergi hidung kronik, benda asing, dan deviasi septum nasi merupakan faktor-faktor predisposisi lokal yang paling sering ditemukan. 2ejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di ba"ah kelopak mata dan kadang menyebar ke alveolus hingga terasa di gigi. =yeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga. Bajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya se"aktu naik atau turun tangga. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Selama berlangsungnya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya pus dalam hidung. Sekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. &atuk iritatif non produktif seringkali ada. 2ambaran radiologik sinusitis akut mula-mula berupa penebalan mukosa, selanjutnya opasifikasi sinus lengkap akibat mukosa yang membengkak hebat, atau akibat akumulasi cairan yang memenuhi sinus. &iakan bakteri yang muncul biasanya Streptococcus pneumoniae, !aemophilus influen.ae, bakteri anaerob, &ranghamella catarrhalis. 5ika tidak mendapatkan penanganan yang adekuat Sinusitis maksilaris akut dapat berubah menjadi sinusitis maksilaris kronis yang berlangsung selama beberapa bulan atau tahun.

2ambar * sinusitis maksilaris

G.

DIAGNOSA

'iagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan nasoendoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang leih tepat dan dini.) +riteria diagnosis sinusitis ( G!"ala ma#$ =yeri atau rasa tertekan pada "ajah Sekret nasal purulen 'emam +ongesti nasal 0bstruksi nasal !iposmia atau anosmia 'iagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau pada pasien dengan gejala lebih dari < hari. Selama berlangsungya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan mengungkapkan adanya pus dalam hidung, biasanya dari meatus media, atau pus atau sekret mukopurulen dalam nasofaring. Sinus maksilaris terasa nyeri pada palpasi dan perkusi. Pada pemeriksaan transiluminasi sinus, transiluminasi berkurang bila sinus penuh cairan. Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Aransiluminasi sinus memberikan informasi yang objektif atas kondisi sinus maksila dan frontal. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.),*,# 5enis pemeriksaan hidung dan sinus paranasalis terdiri atas ( )) Pemeriksaan dari luar, yang bisa didapati dalam pemeriksaan ini adalah adanya nyeri tekan di daerah sinus maksilaris, adanya oedema kulit ringan, nyeri perkusi di daerah sinus maksilaris, dan ada tidaknya kelainan bentuk hidung .
8

G!"ala min$ Sakit kepala &atuk ,asa lelah ,asa lelah !alitosis =yeri gigi satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor

*) ,inoskopi anterior, bisa didapati adanya pus dari meatus media, pada pasien rhinosinusitis didapati mukosa hidung oedema dan hiperemis. #) Pemeriksaan transiluminasi, bisa didapati hasil yang suram. =amun kesuraman pada hasil permeriksaan transiluminasi tidak selalu berarti sinusitis. ) Pemeriksaan sinuscopy

H. ).

PEME%IKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan transluminasi. Pada pemeriksaan transluminasi, sinus yang sakit akan tampak suram atau gelap. !al ini lebih mudah diamati bila sinusitis terjadi pada satu sisi "ajah, karena akan nampak perbedaan antara sinus yang sehat dengan sinus yang sakit. *. Pencitraan 'engan foto kepala posisi BaterCs, P6, dan lateral, akan terlihat perselubungan atau penebalan mukosa atau air)fluid level pada sinus yang sakit. -A Scan adalah pemeriksaan pencitraan terbaik dalam kasus sinusitis. #. +ultur +arena pengobatan harus dilakukan dengan mengarah kepada organisme penyebab, maka kultur dianjurkan. &ahan kultur dapat diambil dari meatus medius, meatus superior, atau aspirasi sinus. . ,ontgen gigi 'ilakukan untuk mengetahui apakah sudah timbul abses atau belum.

Aerdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu(

Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan adalah foto polos dengan posisi "aters, P6, dan lateral, umumnya hanya mampu menilai sinus maksila dan frontal. 2old standard untuk diagnosis sinusitis adalah -A-scan.)

I.

PENATALAKSANAAN ). $empercepat penyembuhan *. $encegah komplikasi #. $encegah perubahan menjadi kronik.

Aujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah(

Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan (medikamentosa) dan pembedahan (operasi). Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien sinusitis akut, yaitu( 6ntibiotik. &erikan golongan penisilin selama ):-) hari meskipun gejala klinik

sinusitis akut telah hilang. Sinusitis maksilaris akut umumnya diterapi dengan antibiotik spektrum luas seperti amoksisilin, ampisilin, penisilin-2 atau eritromisin lus sulfonimid, dengan alternatif lain berupa amoksilon/klavulanat, sefaklor, sefuroksim, dan trimetropimplus sulfonamid. 'ekongestan seperti pseudoefedrin juga bermanfaat, dan tetes hidung poten seprti fenilefrin (=eo-Synephrine) atau oksimeta.olin dapat digunakan selama beberapa hari pertama infeksi namun kemudian harus dihentikan.),*, ,9 'ekongestan lokal. &erupa obat tetes hidung untuk memperlancar drainase hidung. 6nalgetik. Dntuk menghilangkan rasa sakit. 3rigasi 6ntrum. 3ndikasinya adalah apabila terapi diatas gagal dan ostium sinus sedemikian edematosa sehingga terbentuk abses sejati. 3rigasi antrum maksilaris dilakukan dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa incisivus ke dalam antrum maksilaris. -airan ini kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui ostium normal. $enghilangkan faktor predisposisi dan kausanya jika diakibatkan oleh gigi 'iatermi gelombang pendek selama ): hari dapat membantu penyembuhan sinusitis dengan memperbaiki vaskularisasi sinus. Pembedahan (operasi) pada pasien sinusitis akut jarang dilakukan kecuali telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial. Selain itu nyeri yang hebat akibat sekret yang tertahan oleh sumbatan dapat menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan. Aerapi bedah dengan cara -ald"ell->uc &edah sinus endoskopi fungsional Aampon 6rgyrol >avase

10

J.

DIAGNOSA BANDING 'iagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis tidak sensitif

dan spesifik. 3nfeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan kokain, rinitis alergika, rinitis vasomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang dengan gejala pilek dan kongesti nasal. Rhinorrhea cairan serebrospinal harus dipertimbangkan pada pasien dengan ri"ayat cedera kepala. Pilek persisten unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasma atau benda asing nasal. *ension headache, cluster headache, migren, dan sakit gigi adalah diagnosis alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri "ajah. Pasien dengan demam memerlukan perhatian khusus, karena demam dapat merupakan manifestasi sinusitis saja atau infeksi sistem saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau abses intrakranial.

K. KOMPLIKASI
+omplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukan antibiotik. +omplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut.)+omplikasi yang dapat terjadi antara lain ;ksoftalmus, =yeri orbita, Pembengkakan kelopak mata, Selulitis dan abses orbita, Sindroma fisura orbitalis superior, 0steomielitis dari maksila superior, $ucocoele, ;kspansi sinus maksilaris, +omplikasi gigi, +elainan intrakranial, dan kelainan paru.),*,#, ,9,%

11

BAB III PENUTUP III.& KESIMPULAN Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama # minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama #-% minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). &ila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. 'ari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan sinusitis ethmoidalis. 'alam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret, tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. >ingkungan ini cocok untuk pertumbuhan organisme patogen. 6pabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. +riteria diagnosis sinusitis ( G!"ala ma#$ =yeri atau rasa tertekan pada "ajah Sekret nasal purulen 'emam +ongesti nasal 0bstruksi nasal !iposmia atau anosmia 'iagnosis memerlukan dua kriteria mayor atau pada pasien dengan gejala lebih dari < hari. III.' SA%AN ). *. 'ilakukan penelitian epidemiologis tentang sinusitis maksilaris akut di 3ndonesia $ahasis"a diharapkan lebih mengenalkan kepada masyarakat tentang penyakit sinusitis maksilaris akut. G!"ala min$ Sakit kepala &atuk ,asa lelah ,asa lelah !alitosis =yeri gigi satu kriteria mayor dengan dua kriteria minor

12

BAB I( DAFTA% PUSTAKA

).

!igler P6. =ose( 6pplied 6natomy dan Physiology. 3n( 6dams 2>, &oies >,, !igler P6, editors. &oies 7undamentals of 0tolaryngology. ?th ed. Philadelphia, P6( B& Saunders -ompanyE )8%8. p.)<#-8:

*.

Sobol S;, Schloss $', Ae"fik A>. 6cute Sinusitis $edical Areatment. 6ugust %, *::9. 6vailable from( http(//""".emedicine.com. 6ccessed 'ecember *:, *:):

#.

,ubin $6, 2on.ales ,, Sande $6. 3nfections of the Dpper ,espiratory Aract. 3n( +asper '>, &raun"ald ;, 7auci 6S, !auser S>, >ongo '>, 5ameson 5>, editors. !arrisonCs Principle of 3nternal $edicine. )?th ed. =e" Fork, =F( $c2ra" !illE *::9. p. )%9-8#

$angunkusumo ;, ,ifki =. Sinusitis. 'alam( Supardi ;6, 3skandar =, editor. &uku 6jar 3lmu +esehatan Aelinga !idung Aenggorokan +epala >eher. ;d. 5akarta( &alai Penerbitan 7+D3E *::). p.)*:-

9. ?.

6dam,&oies, !igler, Boies Buku !+ar ,enyakit *H* edisi -, ;2-, 5akarta,)88< 2uyton,6-, !all,5;, Buku !+ar $isiologi 'edokteran, )88<, editor( ira"ati setia"an, ed. 8, )88<, 5akarta( ;2-

<. %.

Pearce, ;velyn -, !natomi dan $isiologi .ntuk ,aramedis( 2ramedia, 5akarta,*:: Soepardi, ;fiaty 6rsyad dkk, Buku !+ar /lmu 'esehatan *elinga Hidung *enggorok 'epala 0eher edisi 1, 7+ D3, *::?.

8.

'orlandE +amus +edokteran, Penerbit &uku +edokteran ;2-, ;disi *?, cetakan 33, 5akarta )88?.

13

14

You might also like