You are on page 1of 39

LATAR BELAKANG Tujuan nasional bangsa adalah: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah serta

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan. Perlu program pembangunan Nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan itu sendiri adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

SISTEM KESEHATAN NASIONAL Suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya bangsa Ind secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam UUD 1945. Hakekat SKN adalah wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya bangsa dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.

LANDASAN SKN

Landasan SKN adalah sama dgn Landasan Pembangunan Nasional. Secara lebih spesifik lagi, landasan tersebut adalah: 1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila; 2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD: a. Pasal 28 A b. Pasal 28 B ayat (2) c. Pasal 28 C ayat (1) d. Pasal 28 H ayat (1) e. Pasal 34 ayat (2)

PRINSIP DASAR SKN Adalah norma, nilai dan aturan pokok yang bersumber dari falsafah dan budaya bangsa, yaitu: o Prikemanusiaan o Hak Asasi Manusia o Adil dan merata; o Pemberdayaan dan kemandirian bangsa o Kemitraan o Pengutamaan dan manfaat o Tata kepemerintahan yang baik

TUJUAN SKN Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa; baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasilguna dan berdayaguna, shg tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

SISTEM
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi guna mencapai suatu tujuan tertentu.

SUBSISTEM SKN

Sebagai suprasistem SKN mempunyai subsistem, yaitu: o Subsistem Upaya Kesehatan; o Subsistem Pembiayaan Kesehatan; o Subsistem Sumber Daya Manusia; o Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan; o Subsistem Pemberdayaan Masyarakat; o Subsistem Manajemen Kesehatan.

SISTEM JAMINAN SOSIAL


Setelah UU SJSN diundangkan, kemudian disusul dengan UU BPJS untuk mengelola pembiayaan kesehatan maka: 1. Pelayanan kesehatan yang semula tidak terstruktur menjadi terstruktur; 2. Layanan sekunder harus melalui Layanan Primer lebih dulu (kecuali emergensi), sehingga menempatkan Dr Umum sebagai gate keeper.
Bagi PDUI, sistem ini merupakan tantangan !!!

PRINSIP GOOD GOVERNANCE 1. Accountability --- setiap yang dikerjakan harus bisa dipertanggungjawabkan kepada stakeholders dan shareholders (termasuk moral, etika, hukum). 2. Probity --- harus ada absolute standard of honesty dalam menangani aset lembaga dimana soal integritas harus dijadikan the hallmark of personal conduct dalam membuat keputusan yang dapat mempengaruhi pasien, staf, suppplier, dsb-nya. 3. Openness --- harus ada transparansi yang cukup guna meningkatkan kepercayaan semua pihak (dokter, pasien, publik, dll). (Sherry, Pearce, Tingle, 2007)

MENGAPA

SISTEM LAYANAN KESEHATAN


HARUS BERUBAH ??? KARENA

LAYANAN KESEHATAN
HARUS TETAP EKSIS DAN TIDAK

BOLEH PUNAH !!!

MENGAPA LAYANAN KESEHATAN TIDAK BOLEH PUNAH Karena layanan kesehatan merupakan layanan publik esensial dan dibutuhkan oleh masyarakat sepanjang masa utk memberikan layanan kritikal.

MENGAPA HARUS BERUBAH


Karena layanan kesehatan merupakan sebuah sistem yang akan terus-menerus berinteraksi dg lingkungan eksternal & internal sehingga harus dinamis dan adaptif.

PERUBAHAN MASYARAKAT 1. 2. 3. 4. Semakin materialistis dan hedonistis. Semakin memahami hak-haknya. Semakin litigious (gemar menuntut). Semakin melihat dokter bukan sebagai partnership, melainkan sbg orang bayaran. 5. Semakin menerima konsep HAM sebagai acuan bagi kebijakan sosial dan hukum. 6. Semakin tinggi penghargaannya terhadap prinsip konsumerisme (misalnya: he who pays the piper calls the tune).

PASIEN JUGA SUDAH BERUBAH


More educated. Easy access to information through internet. Lifestyle change. Looking for value. Demands & expectations different.
(Timothy Low, 2004)

PHYSIOLOGICAL CHANGE

Perubahan sistem layanan kesehatan bisa mempengaruhi individu secara fisiologis. ENVIRONMENTAL CHANGE Perubahan sistem layanan memaksa orang harus bekerja menurut sistem yang baru dan harus belajar mengenai tugas rutin yang baru pula. Penting bagi manajemen layanan kesehatan untuk menyadari perlunya program pelatihan bagi mereka yang terkait dg tugas rutin baru.

PSYCHOLOGICAL CHANGE

Perubahan juga bisa menyebabkan orang mengalami disorientasi sebelum sistem yang baru dapat dicerna dengan baik.
RESISTANCE OF CHANGE Resistensi bisa terjadi karena: a. orang menyangsikan keberhasilannya; b. orang harus bekerja dalam suasana baru; b. orang mungkin terganggu kepentingannya akibat perubahan.

MENGATASI RESISTENSI 1. 2. 3. 4. 5. 6. Education and communication Participation and involvement Facilitation and support Negociatiations and agreements Manipulation Explicit and implicit coercion

DIFFICULT PEOPLE Adalah: a. orang yang tidak mau melakukan apa yang kita diinginkan; atau b. orang yang melakukan apa yang tidak kita inginkan. Pada hakekatnya kita tidak akan bisa merubah difficult people. Kita hanya bisa melakukan komunikasi agar mereka merubah dirinya sendiri.

MANAJEMEN PERUBAHAN
Merupakan sebuah pendekatan terstruktur utk merubah individu, tim dan organisasi dari keadaan sekarang menuju keadaan baru yang diinginkan. Kotter mengartikan manajemen perubahan sebagai penggunaan struktur dasar dan perangkat untuk mengendalikan setiap upaya perubahan suatu organisasi. Tujuan manajemen perubahan adalah untuk meminimalkan dampaknya pada karyawan dan mencegah gangguan serta moral hazard.

PERUBAHAN
o o o o Vision changes; Strategic changes; Mission changes; Operational changes (including structural changes); o Technological changes; o Changing the attitudes and behaviors of personnel.

HEALTH SERVICE QUALITY


Health service quality has three dimentions: 1. Client Quality: mutu layanan seperti apa yang diingini pasien (individual maupun populasi) dari layanan kesehatan. 2. Professional Quality: mutu layanan seperti apa yang secara profesional (teknik & prosedurnya) mampu memenuhi harapan pasien. 3. Management Quality: mutu manajemen yang seperti apa yang mampu menggunakan sumber daya yang paling efisien yang mampu memenuhi kebutuhan pasien.
(Ovretveit, J., Townsend, C., 1992)

Peril

= serious and immediate danger.


(Oxford Dictionary)

= the cause of any loss.


(Webster Dictionary)

= peristiwa atau kejadian yang bisa menimbulkan kerugian.


(Soeisno Djojosoedarso)

Hazard = danger, or risk.


(Oxford Dictionary)

= keadaan kondisi yg memperbesar terjadinya peril.


(Soeisno Djojosoedarso)

KLASIFIKASI HAZARD
1. PHYSICAL HAZARD: Bersumber pada karakteristik fisik dari objek. 2. MORAL HAZARD: Bersumber pada prilaku yang berkaitan dengan moralitas. 3. MORALE HAZARD: Bersumber pada perasaan hati yang berlebihan (misalnya over confident). 4. LEGAL HAZARD: Bersumber pada perbuatan yg tak mengindahkan peraturan (termasuk hukum).

Morale Hazard (terlalu konfiden)

Physical Hazard (bangunan fisik yang buruk)

RISIKO

Moral Hazard (melanggar moral)

Legal Hazard (melanggar hukum atau aturan)

MORAL HAZARD
1. RISK: Uncertainty as to economic loss.
2. RISK AVOIDANCE: A conscious decision not to expose oneself or ones firm to a particular risk exposure. 3. MORAL HAZARD: A hazard resulting from the indifferent or dishonest attitude of an individual in relation to insured property.

4. MORALE HAZARD: A hazard resulting from the mental attitude of a careless or accident-prone person.

PROFESI KEDOKTERAN

o Merupakan noble profession. o Diperlukan syarat kompetensi agar dapat melaksanakan profesinya.
o Orientasi primernya lebih ditujukan bg kepentingan masyarakat (altruistic). o Wajib memperhatikan nilai-nilai dan hak-hak pasien (termasuk HAM).

o Terikat oleh moral, etik, hukum serta Sumpah Dokter (social contract).

PASIEN
Menginginkan penyakitnya dpt diatasi. Umumnya tidak faham medis shg sering membuat penilaian salah berdasarkan logika awam atau dari informasi sepotong yang diakses dari internet. Tidak memiliki kemampuan mengontrol kinerja dan prilaku Dr (vulnerable group), o.k. itu diberi hak atas second opinion. Karena rentan, mereka perlu dilindungi
(melalui Moral, Etika, Hukum dan Sumpah Dr).

ETHICS
Ethics come as a result of deeper and broader thoughts of problems. Ethics desires any body using their conscience to do good and right, and to avoid bad and wrong.
Landasan etika adalah MORAL, sehingga Dr harus melihat pandangan moralnya lebih dulu ketika hendak melakukan sesuatu tindakan medik.

MORAL (1)
= standar tentang benar dan salah yang dipelajari lewat hidup bermasyarakat. = dipengaruhi terutama oleh agama sehingga kita sekarang ini tahu perbuatan mana yang bermoral dan mana yang tidak bermoral (immoral).

= berbicara hanya tentang perbuatan saja. = selain landasan bagi ETIKA, juga landasan HUKUM. (moral principles is the foundation of law).

MORAL (2)
Berisi NILAI dan NORMA !!! Nilai:
= konsep yg memberi arti kpd kehidupan seseorang. = abstrak (sebab tidak bisa diamati secara empirik). = subjektif (karena mendasari keinginan, harapan, cita-cita, dan pertimbangan batiniyah seseorang).

Norma:
= merujuk pada statistik rerata yang berlaku umum. = bentuk konkrit dari suatu nilai. = objektif, sehingga bisa digunakan untuk menilai apakah seseorang telah melanggar atau tidak thd nilai-nilai yang berlaku umum.

MORAL PRINCIPLES - benefience - nonmaleficence - autonomy - justice MORAL STANDARDS merumuskan ciri-ciri baik untuk diikuti, dan ciri-ciri buruk agar dihindari

MORAL RULES
- merumuskan prilaku spesifik yang hampir selalu benar / salah - dikumpulkan menjadi KODE ETIK

ETHICAL CODE
o A written list of moral rules. o Provides a framework for decision making. o Undergoes periodic revision to reflect changes in society and the profession. o Usually exceeds ----- but never falls short of ------the bundaries established by law. o Each professional is responsible for upholding the values and standards establish in the ethical codes. o Usually is unenforceable. o KODEKI hanya berisi 21 pasal yang sudah tentu tidak akan mampu mengatasi semua masalah etika di lapangan kedokteran.

LAW & ETHICS

Hukum & etika berangkat dari basis yang sama, yaitu MORAL.
Umumnya apa yang baik dan buruk menurut etika, juga dipandang sama oleh hukum. Tetapi hukum tidak mengurusi hal-hal kecil dan sepele (sehingga tdk perlu diatur hukum). Pelanggaran etika ringan belum mengancam publik (shg tidak perlu diregulasi dan diberi sanksi oleh hukum) sebab masyarakat masih mampu mengatasi tanpa menimbulkan keos.

PROFESSIONAL ETHICS Merupakan applied ethics yg mengatur prilaku Dr dalam kaitannya dengan:

1. Pesakit yang datang membutuhkan pertolongan; 2. Patients (clients); 3. Health care team (co-workers); 4. Society (social context); dan 5. Profession.

KEWAJIBAN TERHADAP PESAKIT

Ketika pesakit datang meminta pertolongan, kewajiban Dr mulai muncul, a.l: 1. Memperlakukan pesakit dgn hormat sbg manusia bermartabat.
2. Tidak boleh membeda-bedakan pesakit berdasarkan: - suku bangsa; - ras dan warna kulit; - agama atau kepercayaan; - pandangan politik; dll.

KEWAJIBAN TERHADAP PASIEN 1. Memberikan layanan medis yang benar dan sesuai standar. 2. Menghormati hak asasi pasien. 3. Menghormati hak-hak lain dari pasien. 4. Menghormati kerahasiaan medis pasien. 5. Memberikan informasi yg jelas dan benar. 6. Menyerahkan ke ahli lain bila tidak mampu lagi menangani. 4. Menghormati hak pasien utk mendapatkan second opinion, dll.

KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT

1. Jujur & bersikap terbuka kpd masyarakat. 2. Mengingatkan masyarakat bila ditemukan hal-hal yg dapat mengancam masyarakat. 4. Melakukan upaya yang pantas untuk ikut menyesaikan problem kesehatan yang dialami masyarakat. 3. Mampu meletakkan garis keseimbangan yang adil antara social right dgn individual right, atau antara social interest dgn individual interest.

CLINICAL ETHICS Merupakan disiplin praktis yang menyediakan pendekatan terstruktur guna mengidentifikasi, menganalisis dan menyelesaikan isu-isu etik dalam kedokteran klinik.
Acuannya adalah: 1. Medical Indication. 2. Patient Preferences (mis: DNR). 3. Quality of Life. 4. Contextual Features.
(Jonsen, Siegler dan Winslade, 2006)

You might also like