You are on page 1of 32

STATUS UJIAN PSIKIATRI

Disusun oleh : Chrasnaya Rosa D. ( 2005730013 )

Pembimbing: dr. Metta Desvini P. Siregar, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RS. JIWA ISLAM KLENDER 2013


STATUS PSIKIATRI

A. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Tempat/Tanggal Lahir Usia Agama Suku bangsa Pendidikan Status pernikahan Alamat Pekerjaan Datang Ke Rumah Sakit Riwayat perawatan Rawat Jalan Rawat Inap : (-) : RS Jiwa di Bengkulu tahun 2005, RS Jiwa : Ny. YE : Perempuan : Pekanbaru, 23 Juli 1973 : 40 tahun : Islam : Indonesia : SMA : Janda : Pondok Gede, Bekasi :(-) : 12 Januari 2013

di Padang tahun 2007, RS Jiwa Grogol tahun 2012

B. RIWAYAT PSIKIATRI Berdasarkan Autoanamnesa Alloanamnesis : Diambil tanggal 11 Februari 2013 : Diambil tanggal 11 Februari 2013, dengan saudara sepupu pasien

Keluhan Utama Pasien gelisah dan marah marah sejak 1 bulan terakhir.

Riwayat Gangguan Sekarang Pasien datang ke RSJIK diantar oleh saudaranya pada tanggal 12 Januari 2013 karena pasien gelisah dan marah - marah. Selain keluhan tersebut ia juga selalu curiga, kurang tidur dan lebih suka menyendiri. Pasien menyangkal bahwa pikirannya dapat diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya. Saudara pasien mengatakan bahwa pasien akan marah dan mengamuk bila permintaan nya tidak dituruti. Ia juga terganggu karena adanya bisikan yang terus menerus memanggil namanya. Ia terganggu karena bisikan tersebut. Selain mendengar bisikan, pasien terkadang juga melihat sosok ayah atau ibunya. Pasien pertama kali mengalami gangguan jiwa pada tahun 1998. Hal ini terjadi karena keluarga tidak menyetujui dan melarang hubungan dengan pacarnya. Ia menjadi gelisah, murung, menyendiri dan bicara kacau. Pasien akan mengamuk dan merusak perabotan apabila sedang berbicara dengan kakak kakanya mengenai pacarnya tersebut. Ketika marah pasien tidak sampai memukul siapapun. Pasien juga dikatakan mendengar bisikan yang terus menerus memanggil namanya. Pasien akan mengamuk apabila mendengar suara suara tersebut. Ia selalu merasa kakak kakaknya tidak sayang dan selalu berbeda pendapat. Ia juga merasa bahwa orang orang disekitarnya berusaha untuk mencelakai dirinya. Tahun 1998, ketika pertama kali pasien menunjukkan perilaku yang tidak wajar keluarga tidak membawanya ke dokter dengan alasan mengganggap bahwa ketika pasien marah itu hanyalah emosi yang sesaat yang tidak lama kemudian akan reda dan kembali normal. Pada tahun 2005 barulah pasien dibawa untuk diperiksakan ke RS Jiwa Bengkulu dan dirawat selama kurang lebih 2 tahun, lalu tahun 2007 pasien pernah dirawat dan sering keluar masuk RS Jiwa di Padang selama 5 tahun. Karena dirasa tidak ada perbaikan keluarga lalu membawa pasien untuk berobat alternatif di Banten, pengobatan tersebut berlangsung selama 6 bulan. Setelah 6 bulan, ternyata keluarga juga merasakan bahwa pengobatan tersebut belum berhasil hingga akhirnya pasien dibawa dan dirawat di RS Jiwa grogol pada bulan Desember 2012, setelah

seminggu di rawat disana, akhirnya pasien dipindahkan dan di rawat di RSJI Klender pada tanggal 12 Januari 2013.

Riwayat Gangguan Sebelumnya 1) Gangguan Psikiatri Pasien terakhir di rawat inap bulan Desember tahun 2012, pasien dirawat selama 1 minggu karena di rumah pasien marah marah sampai membanting perabotan yang ada di rumahnya. Saat itu menurut keluarga pasien tampak gelisah, marah - marah, tidak bisa tidur, dan mulai mendengar bisikan-bisikan yang tidak ada sumbernya, pasien mulai curiga terhadap orang orang yang da disekitarnya.

2) Gangguan Medik Pasien tidak memiliki kelainan bawan sejak lahir. Pasien tidak pernah dirawat di RS ataupun berobat ke RS. Pasien tidak memiliki riwayat kejang dan trauma kepala.

3) Gangguan Zat Psikoaktif Pasien tidak pernah minum minuman beralkohol dan merokok. Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang maupun zat psikotropika jenis apapun.

Riwayat Kehidupan Pribadi Sebelum Sakit 1) Riwayat Prenatal dan Perinatal Selama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami penyakit atau hal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin. Pasien lahir dari pernikahan yang sah, kurang bulan. dan lahir secara normal. Tidak ada penggunaan obat-obatan selama masa kehamilan.

2) Masa Kanak-Kanak Dini (0-3 tahun) Pasien diasuh oleh ayah dan ibunya. Ia anak kedelapan. Pasien tidak pernah menderita sakit berat. Tidak ada riwayat trauma dan kejang.

3) Masa Kanak-Kanak Pertengahan (3-11 tahun) Ayah pasien meninggal saat pasien berusia 8 tahun, ibu pasien meninggal 2 tahun setelah ayahnya meninggal. Setelah saat itu pasien sering terlihat sedih. Tumbuh kembang pasien seperti anak seusianya. Tidak pernah tinggal kelas. Ia dapat bergaul baik dengan teman temannya.

4) Masa Pubertas dan Remaja Hubungan Sosial Pasien memiliki banyak teman, cepat akrab dan mudah bergaul dengan orang orang yang ada di sekitarnya. Riwayat Pendidikan Formal Pasien bersekolah SD, lalu melanjutkan ke SMP dan SMA hingga lulus. Nilai pasien cukup bagus sesuai rata - rata. Perkembangan Motorik dan Kognitif Dalam Perkembangan motorik dan kognitif pasien tidak ada gangguan. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam hal keterampilan intelektual maupun motorik. Gangguan Emosi dan Fisik Pasien termasuk orang yang pendiam, tidak pernah mau terbuka dengan keluarganya untuk menceritakan kehidupan pribadinya dalam bergaul. Riwayat Psikoseksual Pasien tidak mempunyai riwayat gangguan psikoseksual. Pasien memiliki sifat tertutup.

5) Masa Dewasa Riwayat pekerjaan

Pasien tidak bekerja, setelah ayah dan ibunya meninggal hingga sekarang pasien tinggal bersama kakaknya, biaya hidup ditanggung oleh kakaknya. Aktivitas sosial Hubungan pasien dengan tetangganya kurang baik karena pasien selalu merasa bahwa orang orang disekitarnya akan berusaha untuk mencelakai dia. Masalah seksual Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak pernah mengalami masalah seksual. Riwayat Keagamaan Pasien dibesarkan dalam keluarga yang menganut agama Islam. Riwayat Hukum Pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

Riwayat Keluarga
Keterangan : bagian diarsir adalah pasien

= Laki - laki = Perempuan

Keterangan : Pasien adalah anak kedelapan dari delapan bersaudara. Terdiri dari empat kakak laki laki dan tiga kakak perempuan . Pekerjaan ayah pasien adalah pegawai negeri dan ibu pasien adalah pedagang. Hubungan pasien dengan kakak - kakaknya kadang kadang tidak harmonis, pasien marah karena terkadang ada perbedaan pendapat. Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita gangguan jiwa.

C. STATUS MENTAL I. Deskripsi Umum

A. Penampilan Pasien seorang perempuan, usia 40 tahun-an, postur tubuh sedang. Penampilan fisik sesuai usia, kulit sawo matang. Ia menggunakan pakaian atas dan bawah berwarna kuning, kuku dan rambut tampak terawat.

B. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Selama wawancara pasien duduk dengan tenang. Pasien langsung menjawab pertanyaan yang diajukan. Saat berbicara pasien menatap dokter muda, tidak ada gerakan yang tidak disadari selama wawancara. Setelah wawancara dokter muda berpamitan dengan pasien dan pasien menerima dengan baik.

C. Sikap terhadap Pemeriksa Pasien cukup kooperatif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan ketika wawancara. Pasien bersikap tenang dan berprilaku sopan.

II.

Keadaan Afektif Suasana Perasaan / Mood Afek Keserasian : Eutim : Terbatas : Sesuai

III.

Pembicaraan Volume Irama Kelancaran Kecepatan : sedang : teratur : agak terbata-bata, artikulasio dan intonasi kurang jelas : sedang

Gaya berbicara : tidak tegang Gangguan berbicara : tidak ada afasia, disartria, tidak ada ekolalia.

IV. Gangguan Persepsi a. Halusinasi Auditorik : Ada Pasien sering mendengar suara-suara yang memanggil manggil namanya, menyuruhnya untuk solat dan berdoa Visual : Ada

Pasien mengaku melihat sosok ayah atau ibunya Taktil : tidak ada.

Olfaktorik : tidak ada. Gustatorik : tidak ada. : Tidak ada

b. Ilusi

c. Derealisasi : tidak ada d. Depersonalisasi : tidak ada

V.

Proses Pikir 1. Proses Pikir o Produktivitas o Kontinuitas - Assosiasi longgar: ada - Inkoherensia - Flight of ideas - Neologisme : tidak ada : tidak ada : tidak ada : cukup ide

2. Isi pikir Preokupasi Waham Waham kebesaran Waham kejar Waham refensi : tidak ada : ada (Pasien yakin orang orang yang ada : tidak ada

di dekatnya punya niat jahat terhadapnya) : ada (Pasien yakin kakaknya sering

membicarakan kejelekannya keluar)

Thought echo manggil namanya). Thought broadcasting Thought withdrawal Thought insertion Thought control Delusion of passivity

: ada (Bisikan-bisikan yang memanggil

: tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada : ada (Pasien tidak dapat melawan bisikan-

bisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja). Gagasan bunuh diri dan membunuh : tidak ada Obsesi dan konvulsi Fobia : tidak ada : tidak ada

VI.

Sensorium dan Kognitif 1. Kesadaran : kompos mentis 2. Orientasi o Waktu buruk (pasien tidak dapat menyebutkan hari, tanggal, bulan, tahun saat di wawancara) o Tempat buruk (pasien tidak dapat menyebutkan bahwa saat ini pasien sedang berada dimana) o Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda dan mengenali beberapa pasien lainnya) 3. Daya ingat : o Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat kejadian yang terjadi saat ia SD) o Daya ingat jangka pendek buruk (pasien tidak dapat mengingat hari pasien masuk rumah sakit) o Daya ingat yang baru-baru ini terjadi baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi) o Daya ingat segera baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara ajukan)

4. Konsentrasi : buruk Pasien tidak mampu mengurangi penjumlahan seratus kurang tujuh sebanyak 5 kali berturut-turut dan tidak dapat mengeja terbalik kata DUNIA 5. Kemampuan Visuospasial : baik Pasien dapat menggambar jam, segi lima berhimpitan 6. Pikiran abstrak : baik Pasien dapat mengetahui persamaan buah jeruk dan apel, pulpen dan pensil 7. Pengetahuan umum dan intelegensi : baik o Pasien mengetahui nama presiden RI sekarang o Pasien dapat menghitung uang kembalian dari Rp.10.000 setelah dibelanjakan Rp.3500

VII. Pengendalian Impuls Kemampuan mengendalikan impuls kehendak dan keinginan pada pasien baik, pasien bersedia mendengarkan dan menjawab pertanyaan pewawancara dengan baik.

VIII. Pertimbangan dan Tilikan o Pertimbangan : baik Misalnya bila menemukan dompet di jalan dan didalam dompet tersebut terdapat KTP pemilik dompet, dia akan mengembalikannya kepada pemiliknya. o Tilikan : derajat IV (pasien sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri sendiri).

IX. Reabilitas o Reabilitas pasien terganggu o Taraf dapat Dipercaya secara umum dapat dipercaya meskipun keterangan pasien suka berubah ubah.

D. STATUS FISIK 1. Status Interna Keadaan umum Kesadaran Tanda vital > Tekanan Darah > Nadi > Suhu > Pernapasan : 90/60 mmHg : 80 x/menit : afebris : 20 x/menit : Baik : Compos mentis

Kepala Mata

: Normosefal : Pupil bulat, isokor, refleks cahaya langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.

Telinga Hidung Tenggorokan Thoraks

: Normotia : Bentuk normal, sekret -/: Faring tidak hiperemis, T1/T1 tenang : Cor : S1S2 Reguler, Murmur -/-, Gallop -/Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/: Datar, supel, nyeri tekan (-), H/L tidak membesar : Akral hangat

Abdomen Ekstremitas

2. Status Neurologik : Tanda Rangsang Meningeal :Tidak ada Refleks Fisiologis Refleks Patologis Tonus Turgor Kekuatan Koordinasi Sensibilitas Kelainan khusus :Normal :Tidak ada : Baik : Baik : Baik : Baik : Baik : Tidak ada

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA 1. RTA 2. Kesadaran 3. Mood 4. Afek 5. Kesesuaian 6. Gangguan persepsi 7. Gangguan isi pikir : terganggu : kompos mentis : eutim : terbatas : serasi : halusinasi auditorik dan visual : waham paranoid (waham kejar dan referensi),

waham pengendalian (Thought echo, Delusion of passivity) 8. Gangguan proses pikir : asosiasi longgar 9. Tilikan 10. Reabilitas : derajat IV : dapat dipercaya

F. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I : Skizofrenia paranoid o Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual yang berlangsung selama 2 tahun. o Di temukan juga gangguan isi pikir berupa waham paranoid (waham kejar dan referensi), waham pengendalian (Thought echo, Delusion of passivity) o Menurut DSM IV ini termasuk skizofrenia paranoid karena : Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun Halusinasi dengar yang berulang kali Tidak ada bicara kacau, prilaku kacau atau katatonik, afek datar atau tidak sesuai Aksis II Aksis III Aksis IV : Tidak ditemukan gangguan kepribadian : Tidak ditemukan kelainan organobiologik : Masalah dengan keluarga

Aksis V sedang

: GAF scale (60 - 51) Gejala sedang (moderate), disabilitas

G. DIAGNOSA Diagnosa banding o Skizofrenia paranoid o Skizoafektif Diagnosa kerja : Skizofrenia Paranoid

H. PENATALAKSANAAN 1. Psikoterapi : a. Psikoterapi Suportif Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya akan hilang dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat secara teratur agar gejala penyakitnya berkurang dan menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat. b. Psikoterapi Ventilasi Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk

mengemukakan isi hatinya agar pasien merasa lega serta keluhannya berkurang. c. Terapi berorientasi keluarga Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhn pasien. d. Sosial budaya Terapi kerja : memanfaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal. Terapi rekreasi : olahraga ringan, berlibur.

e. Religius Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa, dan berdzikir.

2. Farmakoterapi : a. Risperidon 2 x 2 mg b. Triheksiphenidyl 3 x 2 mg c. Lorazepam 2 x 0,5 mg

I. PROGNOSIS Dubia ad malam Faktor yang memperberat : Gangguan berulang Masalah ekonomi yang dapat membuat pasien tidak teratur minum obat Etiologi tidak jelas

Faktor yang memperingan : Onset pada usia dewasa Tidak adanya faktor genetik Dukungan dari keluarga dari segi motivasi untuk sembuh sangat baik

TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negatif, dan gangguan dalam hubungan interpersonal. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear

consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. Subtipe paranoid. DSM-IV menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terorganisasi atau katatonika jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat samai akhir usia 20-30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukan regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersikap bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka sendiri secara adekuat di dalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oeleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak. Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi, memilki

ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek. B. Symptom skizofrenia Gangguan pikiran : Gangguan proses pikir Pasien biasanya mengalami gangguan proses pikir. Pikiran mereka sering tidak dapat dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah : a. Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak menyambung (terjadi keseimbangan penyampaian dari satu ke ide yang lain). Ide tersebut seolah dapat melompat dari satu topic ke topic yang lain yang tak berhubungan sehingga membingungkkan pendengar. Gangguan ini sering terjadi misalnya di pertengahan kalimat sehingga pembicaraan sering tidak koheren.

b. Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien secara terus-menerus mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki informasi yang tidak relevan. c. Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka mungkin mengandung arti simbolik) d. Terhambat : pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada

pertengahan kalimat) dan disambung kembali beberapa saat (atau beberapa menit) kemudian, biasanya dengan topic yang lain. Ini dapat menunjukan bahwa ada interupsi. Biasanya pikiran-pikiran lain masuk ke dalam ide pasien sering sangat mudah teralih dan jangka waktu atensinya singkat. e. Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya. f. Ekolalia : pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja diucapakan oleh seseorang. g. Konkritisasi : pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya. h. Alogia : pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan oleh reistensi yang disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang disampaikan (miskin isi pembicaraan)

Gangguan isi pikir a. Waham Waham adalah suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tak sesuai dengan fakta dan kepercayaan tersebut mungkin aneh (misalnya; mata saya adalah computer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula tidak aneh (han ya sangat tidak mungkin, misalnya; FBI mengikuti saya) dan tetap dipertahanan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.

Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut skizofrenia semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham tidak sistematis: o Waham kejar o Waham kebesaran o Waham rujukan, yaitu pasien meyakini ada arti di balik peristiwa-peristiwa dan meyakini bahwa peristiwa-peristiwa atau perbuatan orang lain tersebut seolah-olah diarahkan kepada mereka. o Waham penyiaran pikiran yaitu kepercayaan bahwa orang lain dapat membaca pikiran mereka. o Waham penyisipan pikiran yaitu kepercayaan bahwa pikiran orang lain dimasukkan ke dalam benak pasien.

b. Tilikan Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak menyadari penyakitnya serta

kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

Gangguan persepsi Halusinasi Halusinasi paling sering ditemui, bilasanya bentuk

pendengaran tetapi bisa juga bentuk penglihatan, penciuman dan perabaan. Halusinasi pendengaran (paling sering suara, satu atau beberapa orang) dapat pula komentar tentang pasien atau peristiwaperistiwa sekirar pasien. Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau perintah perintah langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi komando). Suara-suara sering (tetapi tidak selalu) diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar

kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiranpikiran mereka sendiri berbicara keras (sering memalukannya atau suara yang memalukan). Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali pada fase awal skizofrenia.

Ilusi dan depersonalisasi Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.

Gangguan emosi Pasien skizofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan dapat berpindah dari satu emosi ke emosi yang lain dalam jangka waktu singkat. Ada tiga efek dasar yang sering (tetapi tidak patognomonik): a. Afek tumpul atau datar: ekspresi emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek tersebut seharusnya diekspresikan. Pasien tidak menunjukkan kehangatan. b. Afek tak serasi : afeknya mungkin bersemangat atau kuat tetapi tidak sesuai dengan pikiran dan pemikiran pasien. c. Afek labil : dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.

Gangguan perilaku Berbagai perilaku tak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tumbuh yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan, agresif, dan perilaku seksual yang tidak pantas. Skizofrenia dapat berlangsung berapa bulan atau bertahun-tahun (lebih sering). Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan, dalam bentuk episode aktif, secara periodic, dalam kehidupannya, secara khas dengan jarak beberapa bulan atau tahun. Selama masa pengobatan, pasien biasanya memperlihatkan gejala residual (sering dengan derajat

keparahan yang meningkat setelah beberapa tahun). Walaupun demikian, ada sebagian kecil pasien yang mengalami remisi. Sebagian besar pasien-pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi dapat memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tandatanda awal tersebut meliputi peningkatan kegelisahan dan ketegangan, penurunan napsu makan, depresi ringan dan anhedonia, tidak bisa tidur, dan konsentrasi terganggu.

C. Kriteria Diagnosis skizofrenia 1. Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil) : Waham Halusinasi Bicara terdisorganisasi (misalnya, sering menyimpang atau inkoheren) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas Gejala negative, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition) Catatan : hanya satu gejala criteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya. 2. Disfungsi social atau pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lenih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah ini tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).

3. Durasi : tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang menenuhi criteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk perode gejala prodromal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negative atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam criteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyanikan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim). 4. Penyingkiran gangguan skizofektif dan gangguan mood: gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena : (1) tidak ada episode depresi berat, manik, atau campuran yang telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relative singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual. 5. Penyingkiran zat/kondisi medis umum: gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang

disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum. 6. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif: jika terdapat riwayat adanya gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jiwa waham atau halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil). Kriteria Diagnosis Tipe Paranoid Suatu tipe skizofrenia di mana criteria berikut ini terpenuhi : o Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi yang menonjol.

o Tidak ada dari berikut ini yang menonjol : bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai.

D. Diagnosis banding Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama (durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia. Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh (nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia lainnya atau suatu gangguan mood.

E. PROGNOSIS Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada: 1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk. 2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik. 3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik. 4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat. 5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik. 6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek. 7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.

Prognosis Baik

Prognosis Buruk

8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

Onset lambat Faktor pencetus yang jelas Onset akut

Onset muda Tidak ada factor pencetus Onset tidak jelas social dan pekerjaan

Riwayat sosial, seksual dan Riwayat pekerjaan premorbid yang baik Gejala Menikah Riwayat mood Sistem pendukung yang baik Gejala positif keluarga gangguan

premorbid yang buruk Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

mood Prilaku menarik diri atau autistic

(terutama gangguan depresif)

gangguan Sistem pendukung yang buruk Gejala negatif Tanda dan gejala neurologist Riwayat trauma perinatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat penyerangan

F. PENATALAKSANAAN Perawatan di Rumah Sakit Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah : 1. Untuk tujuan diagnostik. 2. Menstabilkan medikasi. 3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh. 4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai. 5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara pasien dan system pendukung masyarakat.

Terapi somatik 1. Antipsikotik

Prinsip-Prinsip Terapetik 1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati 2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus digunakan lagi. 3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada dosis yang adekuat. 4. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu adalah jarang diindikasikan. 5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.

Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada klien. Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain : a. Antagonis Reseptor Dopamin Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu: Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang

potensial adalah tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.

Yang termasuk antipsikotik antagonis reseptor dopamine adalah : Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral. Trifluoperazine Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari. Haloperidol Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis awal : 30,5 mg sampai 3 mg.

b. Serotonin dopamin antagonis (SDA) Risperidone Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor dopamine tipe 2 ( d2 ). Risperidone menjadi obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal. Clozapine Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya belum diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis

lemah terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek samping yang mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah. Obat ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut. Kontraindikasi Utama Antipsikotik: 1. Riwayat respon alergi yang serius 2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat. 3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik. 4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan aktivitas antikolinergik yang bermakna.

2. Anti Parkinson Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari

3. Anti Depresan Amitriptylin Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari. Imipramin

Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.

4. Anti Ansietas Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan

somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obatobat yang termasuk anti ansietas antara lain: Fenobarbital : 16-320 mg/hari Meprobamat : 200-2400 mg/hari Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari

5. Obat Lain Lithium Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50 persen pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk dicoba pada pasien menggunakan medikasi antipsikotik. Antikonvulsan Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika digunakan sendiri-sendiri mungkin efektif dalam menurunkan episode kekerasan pada beberapa pasien skizofrenia. yang tidak mampu

Benzodiazepin

Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi pasien yang tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien skizofrenia yang berespon terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja. Tetapi keparahan psikosis dapat di eksaserbasi seteloah putus dari benzodiazepine. Kegagalan Pengobatan 1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alasan utama untuk terjadinya relaps dan kegagalan percobaan obat. 2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi. Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi antipsikotik, dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang berbeda dari obat yang pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi antipsikotik dengan lithium (eskalith), suatu antikonvulsan seperti carbamazepine atau valproate terapi (depakene), atau suatu jarang

benzodiazepine.

Pemakaian

antipsikotik

dosis-mega

diindikasikan, karena hamper tidak ada data yang mendukung praktek tersebut. Terapi Somatik Lainnya Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik dan bagi pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan antipsikotik ( kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu tahun adalah yang paling mungkin berespon. Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan insulin (insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat (barbiturate-induced coma).

Terapi Psikososial a. Terapi Perilaku Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan. Dengan demikian frekuensi perilaku mal adaptif atau menyimpang dapat diturunkan. Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning ) Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi ini dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami bagi terapi farmakologis. Latihan

keterampilan ini melibatkan penggunaan kaset videon orang lain dan pasien permainan simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan. b. Terapi Berorientasi Keluarga Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasik dan menghindari situasi yang kemungkinan

menimbulkan kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat. Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan

kecepatannya.

ANALISA KASUS Pada pasien ini ditegakkan diagnosis skizofrenia paranoid karena berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan kasus mental didapatkan kriteria sesuai dengan kriteria diagnostik DSM IV dan PPDGJ III, yaitu: 1. Halusinasi auditorik pasien sering mendengar suara-suara dari 1 atau 2 orang temannya yang menyuruhnya keluar dari rumah. 2. Halusinasi visual pasien mengaku melihat tuyul, pocong dan kuntilanak 3. Ilusi Pasien mendengar suara ibunya seperti suara kuntilanak. 5. Waham kejar Pasien yakin tetangganya punya niat jahat terhadapnya dengan mengguna-gunai, dan mengawasi pasien 6. Waham refensi Pasien yakin tetangganya sering membicarakannya dan ibunya sering membicarakan kejelekannya keluar 7. Thought echoBisikan-bisikan yang menyuruhnya kabur dari rumah terus berulang. 8. Thought broadcasting Pasien merasa bahwa pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahui isi pikirannya tetapi dia tidak dapat membaca isi pikiran orang lain. 9. Thought insertion Pasien juga mengaku pernah ada pikiran dari luar tubuhnya yang masuk ke pikirannya sehingga pasien teriak-teriak, dan bicara sendiri. 10. Thought control 11. Delusion of passivityPasien tidak dapat melawan bisikan-bisikan tersebut dan hanya dapat mengikutinya saja.

Terapi yang diberikan pada pasien ini a. Haloperidol injeksi diberikan karena dapt mengatasi gejala positif (waham dan halusinasi) dari pasien skizofrenia. b. Diazepam injeksi dapat diberikan untuk mengurangi episode manik atau kekerasan pada pasien skizofrenia. c. Risperidon 3 x 2 mg dapat mengatasi gejala positif dan ngeatif pada pasien skizofrenia, dapat juga dijadikan obat lini pertama dalam pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal. d. Triheksiphenidyl 3 x 2 mg sebagai profilaksis anti-parkinson atau mengurangi / mencegah efek samping dari penggunaan obat psikosis . Walaupun pengobatan psikofarmaka merupakan suatu lini pertama dalam pengobatan skizofrenia tetapi sebuah penelitian mengatakan bahwa intervensi psikososial termasuk didalamnya psikoterapi dan sosioterapi dapat

memberikan perbaikan klinis.Modalitas psikososial harus berintegrasi dengan psikofarmaka dan harus saling mendukung. Psikoterapi dan sosioterapi dilakukan dengan tujuan untuk membantu membantu meningkatkan kemampuan sosial, rasa percaya diri dan dalam perawatan diri. Sehingga diharapkan ketiga terapi inidapat meningkatkan taraf kehidupan pasien menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA 1. Kaplan & Sadock: Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Jilid 1, edisi 7, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1997, halaman 685-729. 2. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi 3,Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51. 3. W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas

Airlangga,1980, hal:215-35 4. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3, Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001, hal 14-23. 5. Hawari, Dadang:Skizofrenia dalam Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Penerbit FKUI, Jakarta, 2003. 6. http://www.schizophrenia.com 7. http://www.e-psikologi.com 8. http://www.savalintar.com 9. http://www.idionline.org/infoidi10. http://www.medicastore.com/cybermed

You might also like