You are on page 1of 14

ANTIVIRAL

Kelompok 1 :
1. Widya Dwi Saputri 2. Rizky Gumpita Vidarsah 3. Rossella Ajeng Firyasiwy 4. Ita Chaerunnisa 5. Dewi Putri Rahayu 7. Andi Fauzi 8. Aditya Aprizayansyah 9. Evi Juliati Gani 0661 11 086 0661 11 090 0661 11 1097 0661 11 099 0661 11 100 0661 11 109 0661 11 127 0661 11 149

Farmakologi Toksikologi

Anti Viral
Pengembangan obat anti-virus utk profilaksis atau terapi belum memuaskan. Antiviral yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan dapat merusak sel hospes. Hal ini karena replikasi virus RNA maupun DNA berlangsung di dalam sel hospes dan membutuhkan enzim dan bahan lain dari hospes. Tantangan bagi peneliti: Bagaimana menemukan obat yang dapat menghambat secara spesifik salah satu proses replikasi virus seperti: Pelekatan, uncoating dan replikasi. Analisis biokimiawi dari proses sintesis virus telah membuka tabir bagi terapi yang efektif untuk beberapa infeksi seperti : virus herpes, beberapa virus saluran napas dan human imunodeficiency virus (HIV).

Anti Viral
Virus influenza dapat menyebabkan penyakit pada manusia, sehingga mengakibatkan kematian serta kerugian materi di seluruh dunia. Virus ini telah mengakibatkan beberapa-kali peristiwa pandemi, yang terakhir terjadi pada tahun 1977. Kemungkinan pandemi susulan dari galur virus yang baru juga diperkirakan akan terjadi.

Virus influenza adalah virus RNA yang bersegmen. Virus ini mempunyai selubung, termasuk famili orthomyxovirus dengan genom yang terdiri dari delapan segmen (virus influenza A dan B) atau tujuh segmen (virus influenza C). Virus influenza A dan B biasanya merupakan penyebab terjadinya wabah epidemi influenza setiap tahun pada manusia, sedangkan virus influenza C menyebabkan penyakit pada manusia dengan gejala yang ringan. Pada lapisan selubung virus, terdapat dua protein permukaan yang mempunyai sifat antigenik yang sangat penting, yaitu haemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Ada 16 subtipe HA yang berbeda (H1-H16) dan 9 subtipe NA (N19).

Obat antivirus influenza yang pertama ditemukan adalah derivat adamantan yaitu, amantadin dan rimantadin. Kedua obat ini merupakan penghambat protein saluran ion M2 virus influenza. Obat tersebut cukup efektif, tetapi hanya aktif terhadap virus influenza A dan tidak terhadap influenza B karena virus influenza B tidak memiliki protein M2. Virus influenza A yang resisten amantadin segera muncul sesudah kedua obat tersebut digunakan, karena adanya mutasi yang mengakibatkan hilangnya efek hambat terhadap fungsi saluran ion M2 oleh obat amantadin.

Mutasi ini pada beberapa galur influenza unggas terjadi secara alami. Hal ini mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap amantadin pada penderita yang mendapat pengobatan. Kemudian dikembangkan obat antivirus influenza penghambat neuraminidase. Terjadinya resistensi terhadap penghambat neuraminidase agak sulit, karena lokasi tempat

Penggolongan Obat Antivirus


Menghambat penetrasi : amantadin, imunoglobulin Menghambat sintesis asam nukleat: asiklovir, gansiklovir Obat anti retrovirus : NRTI, zidovudin, stavudin, NNRTI, nevirapin Inhibitor protease : saquuinavir, ritonavir Inhibitor neuraminidase : zanamivir

Mekanisme kerja Amantadin

Amantadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2 merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan protein-protein serta proses transpor DNA virus ke nukleus. Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH ke kompartemen itraselular, terutama aparatus Golgi. Perubahan kompartemental pada pH ini menstabilkan hemagglutinin virus influenza A (HA) selama transpor ke intrasel.

Resistensi dan Indikasi


Resistensi Resistensi terhadap amantadin dan rimantadin disebabkan oleh mutasi yang dapat mengubah asam amino pada kanal M2 virus. Strain virus yang resisten terhadap salah satu obat, resisten juga terhadap obat lainnya. Data terbaru menyebutkan bahwa strain yang resisten terhadap amantadin dan rimantadin sebanyak 25-35%. Indikasi Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A (amantadin juga diindikasikan untuk terapi penyakit parkinson) .

Dosis
Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari (2 kali 100 mg kapsul). Sedangkan rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari (2 kali sehari 150 mg tablet). Dosis amantadin harus diturunkan pada pasien dengan insufisiensi renal, namun dengan rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien dengan klirens kreatinin < 10 mL/menit.

Efek Samping
1. Efek gastrointestinal ringan yang tergantung dosis. Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi, insomnia, dan kehilangan nafsu makan terjadi pada 5-33% pasien yang mendapatkan amantadin. 2. Efek neurotoksis amantadin meningkat jika diberikan bersamaan dengan antihistamin dan obat antikolinergik/psikotropik, terutama pada usia lanjut.

Karakteristik Farmakologi Influenza


Amantadin Rimantadin

Spektrum (tipe influenza)


Rute/formulasi Bioavailabilitas oral Efek makanan pada AUC

A
Oral 50-90 % Dapat diabaikan

A
Oral >90% Dapat diabaikan

T1/2 plasma (jam)


Ikatan protein (%) Metabolisme (%) Ekskresi renal % (parent drug) Penyesuaian dosis

12-18
67% <10% 50-90% CLcr< 80% Umur > 65 tahun

24-36
40% ~75% ~25% CLcr<10 Umur > 65 tahun

You might also like