You are on page 1of 4

PERAN IBU DALAM MENJAGA

DAN MENGAWASI ANAK

Sesungguhnya wanita merupakan salah satu unsur terpenting bagi terbentuknya


sebuah generasi dan batu pijakan pertama dalam pendidikan anak. Hal ini
dikarenakan ibu adalah orang yang paling dekat dan kuat hubungannya dengan
anak, dialah orang yang pertama kali menanamkan dasar-dasar agama dalam dada
anak serta kecintaan terhadapnya. Seorang wanita muslimah sejati akan mampu
menggoyangkan ayunan dengan tangan kanan-nya sementara tangan kirinya dapat
menggetarkan singgasana orang-orang kafir, yaitu dengan lahirnya generasi-generasi
pilihan.

Maka jadilah engkau wahai muslimah dan para ibu sebaik-baik generasi penerus
yang meniti jalan para pendahulu kita (salaf). Perhatikan putra-putri yang ada di
hadapanmu, karena mereka penerus kehidupan kita, calon ayah, pejuang dan calon
ibu dimasa mendatang.

Siapa tahu bahwa bayi di gendong-anmu yang tangan mungilnya selalu menarik-
narik bajumu adalah calon pemimpin umat, siapa tahu dia natinya akan menjadi
pahlawan kebajikan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Para musuh Islam tahu persis akan besarnya peran wanita dalam pemben-tukan
generasi yang tangguh. Oleh karena itu mereka berupaya keras ba-gaimana dapat
mengusir dan mengeluarkan wanita dari pos strategisnya ”rumah” dengan harapan
anak-anak kaum muslimin terlantar pendidikan-nya, sehingga cita-cita mereka
meng-hancurkan Islam akan tercapai dengan mudah.

Selain bersungguh-sungguh dalam mendidik dan membentuk mental anak, para


orang tua dan lebih khusus lagi ibu, haruslah menjaga dan mengawasi anak secara
fisik. Hendaknya mengawasi aktivitas mereka, berada di mana, sedang apa, kalau
sedang bermain maka bermain apa dan lain seba-gainya. Kesemua itu tak lain
adalah untuk menjaga si anak agar tidak mengalami kecelakaan atau kejadian yang
tak diinginkan yang terkadang sampai berakibat meninggalnya sang anak. Jika sudah
demikian maka tentu sebagai orang tua ia akan sangat menyesal dan diliputi
perasaan bersalah, karena penyebab utama dari kecelakaan itu adalah keteledoran
dan kelalaiannya.

Menjaga dan Mengantisipasi Adalah Lebih Baik

Mungkin di antara kita pernah mendengar berita kematian anak kecil karena
jatuh dari tangga loteng, tercebur di dalam air panas yang baru dimasak sang ibu,
karena salah mengambil obat yang ternyata adalah racun atau karena sebab-sebab
lain yang boleh dikatakan merupakan sebuah bentuk keteledoran dan kekurang hati-
hatian orang tua.

Kematian memang merupakan takdir dari Allah, namun itu bukan ber-arti bahwa
kita bisa sembarangan membiarkan adanya sesuatu yang jelas-jelas berbahaya bagi
si anak tanpa melakukan tindakan yang bersifat preventif. Sebab menjaga anak-anak
dari sesuatu yang berbahaya merupa-kan kewajiban dan bentuk dari sikap tanggung
jawab orang tua terhadap mereka. Maka segala sesuatu yang membahayakan wajib
untuk disingkir-kan.

Di bawah ini adalah beberapa petunjuk dan langkah pencegahan yang -dengan
izin Allah- dapat mengurangi atau menekan terjadinya hal-hal yang tak diinginkan
pada anak-anak :

1. Letakkan segala jenis dan bentuk racun di dalam tempat/kotak khusus yang
terkunci, kemudian kunci harus disimpan di tempat yang aman. Pada bagian
luarnya tulis dengan jelas nama atau jenis racun yang disimpan, dan
jauhkanlah dari tempat makanan.
2. Seluruh obat-obatan yang tersisa dan tidak terpakai harus dibuang jauh-jauh,
jangan biarkan berada ditempat yang dapat dijangkau oleh anak-anak. Pada
saat menggunakan obat sebaiknya anak-anak tidak ada di dekat kita.
Letakkan dan simpan obat-obatan tersebut di tempat yang sekiranya tidak
dapat diambil oleh mereka.
3. Jangan memberi toleransi kepada anak untuk bermain-main dengan sesuatu
yang menyala/membara seperti lilin yang sedang dinyalakan, lampu minyak,
obor atau batang kayu yang masih ada baranya. Demikian pula dengan teko
yang berisi air panas, penggorengan atau panci yang berisi minyak/air
mendidih, sebab terkadang itu semua merupakan sumber bencana bagi anak-
anak. Berapa banyak anak atau bayi yang menjadi korban dari alat-alat dapur
tersebut dikarenakan kelalaian sang ibu. Ada di antaranya yang sampai
meninggal, ada pula yang mengalami luka bakar atau menderita cacat
seumur hidup.
4. Hendaknya melarang anak-anak mempergunakan segala macam main-an
yang menimbulkan api dalam acara-acara tertentu. Seperti menyalakan
mercon atau kembang api pada waktu lebaran (kecuali yang memang benar-
benar tidak membahayakan), hal ini untuk menjaga agar jangan sampai
mencelakainya. Kemudian jauhkan dari macam peralatan listrik atau
elektronik yang berbahaya, agar jangan sampai tersengat stroom.
5. Jauhkan mereka dari alat-alat dan benda tajam seperti gunting, berbagai
jenis pisau, silet, paku/paku payung dan segala peralatan pecah belah, yakni
dengan menyimpannya di tempat yang tidak dapat dijangkau anak-anak.
6. Jangan membiarkan anak-anak bermain dengan benda-benda sepele namun
terkadang mengandung bahaya, seperti main tali (untuk kuda-kudaan)
dengan mengikatkannya pada leher, atau main plastik dengan memasukkan
kepala ke dalamnya.Yang demikian itu terkadang dapat menyebabkan mereka
tercekik atau kekurangan oksigen.
7. Para ibu hendaknya berhati-hati ketika menidurkan bayinya (yakni meneteki
dalam posisi tiduran). Dikhawatirkan sang ibu lalu ikut tertidur sementara si
anak masih dalam posisi menetek, dan hanya karena gerakan sedikit yang
tidak dirasakan ternyata mengakibatkan si anak tertindih wajahnya sehingga
kesulitan bernafas, dan jika berlangsung cukup lama dapat mengakibatkan
kematiannya.
8. Jika rumah bertingkat maka harus dicek benar keamanan jendela di tingkat
atas yakni jangan sampai anak dapat melompatinya. Demikian pula loteng di
usahakan agar jangan sampai dapat dipanjat oleh mereka.
9. Harus berhati-hati ketika mempergunakan alat-alat mekanik(mesin),
peralatan listrik dan lebih-lebih mesin pemotong atau penghancur.
10. Harus senantiasa memperhatikan pintu rumah atau pintu gerbang, jangan
dibiarkan anak-anak keluar begitu saja tanpa sepengetahuan ibunya, sebab
dikhawatirkan terjadi sesuatu misalnya tertabrak kendaraan, jatuh ke sungai
atau selokan dan lain sebagainya.
11. Barhati-hati ketika akan menutup pintu atau jendela, baik itu di rumah
maupun ketika di kendaraan, karena biasanya tanpa disadari si anak mena-
ruh tangannya di ujung daun pintu/jendela atau menjulur ke arah itu. Dan
tanpa diketahui ketika menutupnya maka tangannya terjepit sehingga
menyebabkan sakit dan bahkan patah tulang jarinya.

Dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk diatas insya Allah dengan izin-Nya


anak-anak akan lebih terjaga dari marabahaya dan kejadian yang tak diinginkan.

Anak-Anak dan Bermain

Bermain merupakan salah satu hak dari sekian banyak hak anak, karena ia
merupakan simbol dari kelin-cahan dan giatnya mereka. Dan Islam pun melindungi
hak anak ini serta tidak menyumbatnya. Ada banyak tujuan baik dan mulia yang
dapat di capai dengan bermain, di antaranya adalah bahwa dengan bermain si anak
dapat belajar adab-adab berbicara, ziarah atau berkunjung, meminta izin dan selain-
nya yang berkaitan dengan pergaulan, di samping untuk menumbuhkan kreativitas
mereka.

Para ulama juga memandang bahwa bermain merupakan salah satu terapi
pendidikan bagi anak dalam berbagai kondisi tertentu yang terka-dang mereka lari
darinya, atau merasa bosan dan jenuh dalam mencapai suatu target tertentu.

Orang tua dan para pendidik dianjurkan untuk mendampingi anak ketika
bermain, sebab hal itu akan membuat bahagia hati mereka. Juga dianjurkan agar
memilihkan mainan yang baik dan bermutu yang dapat menumbuhkan kratifitas dan
daya pikir anak. Standarnya bukanlah yang berharga mahal atau yang mewah, akan
tetapi yang penting adalah dari ide yang bagus, memberi pengaruh positif serta
dapat merangsang daya imajinasi anak.

Hendaknya anak-anak juga dijauhkan dari berbagai bentuk mainan yang dilarang
dalam Islam, seperti alat-alat musik atau poster dan gambar-gambar makhluk yang
bernyawa.

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’udzdia berkata,”Aku mende-ngar Rasulullah


n bersabda, ”Sesung-guhnya orang yang paling pedih siksa-nya di hari kiamat
adalah para perupa.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Beliau juga bersabda,
“Sesungguhnya rumah yang di dalamnya ada gambar-gambar (makhluk bernyawa,
red) tidak akan dimasuki oleh malaikat.”(HR.Al-Bukhari dan Muslim)

Barangkali ada di antara kita yang mengemukakan alasan bahwa dirinya


bukanlah orang yang membuat gambar tersebut, namun hanya sekedar pengguna
saja. Alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena meskipun tidak
menggambarnya namun ia telah menghalangi masuknya malaikat ke dalam rumah di
samping telah tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran. Allah Subhanahu wa
Ta'ala telah berfirman,

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan


jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah
kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. 5:2)

Anak-anak dan Cerita

Cerita akan memberikan penga-ruh yang besar dalam jiwa anak, ia akan terus
tertanam dan terekam dengan kuat dalam benak mereka. Allah telah memberikan
kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam banyak sekali kisah, yakni kisah-
kisah terbaik dan pilihan (ahsanul qashash).

Maka selayaknya para pendidik mengambil cerita dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan jiwa anak.

Setelah selesai menyampaikan suatu kisah hendaknya orang tua me-ngajukan


beberapa pertanyaan kepada si anak tentang pelajaran dan faidah yang dapat
diambil dari cerita tersebut.

Orang tua harus menjauhkan anak-anaknya dari cerita-cerita yang tak ber-
manfaat, seperti cerita yang menyeramkan, tentang jin, setan dan hantu. Sebab hal
itu akan menimbulkan perasaan takut, sehingga si anak akan menjadi penakut dan
hilang keberanianya.

Jadikanlah anak-anak tertambat dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang salah


satunya dengan cara menyampaikan cerita-cerita menarik yang bersumber dari
keduanya. Sampaikan cerita itu dengan gamblang dan mudah sesuai dengan
pemahaman mereka, dan sebagi contoh misalnya cerita tentang Siti Hajar dan
Ismail, kisah tentang orang botak dan belang kulitnya yang tidak bersyukur ketika
diberi kesembuhan, dan kisah-kisah lain yang ada dalam buku-buku cerita induk
seperti “Al-Bidayah wa An-Nihayah” karya Imam Ibnu Katsir serta buku-buku sirah
lainnya. Wallahu ‘alam.

Dikutip dari buku, “Tarbiyatul Abraa’ Ahkam wa waqafat,” Syaikhah bin Abdullah.
Terbitan Darul QAsim Riyadh.

You might also like