You are on page 1of 14

TENSION PNEUMOTHORAKS

Latar Belakang Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/ rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4 cm H2O. Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumotoraks dan non-tension pneumotoraks. Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan. Non-tension pneumothorax tidak seberat Tension pnemothorax karena akumulasi udara tidak makin bertambah sehingga tekanan terhadap organ di dalam rongga dada juga tidak meningkat. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TENSION PNEUMOTHORAKS Pengertian Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi udara dalam rongga pleura akan bertambah setiap kali bernapas. Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya organ mediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami tekanan. Tension pneumothorax is the accumulation of air under pressure in the pleural space. This condition develops when injured tissue forms a 1-way valve, allowing air to enter the pleural space and preventing the air from escaping naturally. Arising from numerous causes, this condition rapidly progresses to respiratory insufficiency, cardiovascular collapse, and, ultimately, death if unrecognized and untreated. Favorable patient outcomes require urgent diagnosis and immediate management. Tension pneumothorax is a clinical diagnosis that now is more readily recognized

because of improvements in emergency medical services (EMS) and the widespread use of chest x-rays. (Tension pneumothoraks adalah pengumpulan/ penimbunan udara di ikuti peningkatan tekanan di dalam rongga pleura. Kondisi ini terjadi bila salah satu rongga paru terluka, Sehingga udara masuk ke rongga pleura dan udara tidak bisa keluar secara alami. Kondisi ini bisa dengan cepat menyebabkan terjadinya insufisiensi pernapasan, kolaps kardiovaskuler, dan, akhirnya, kematian jika tidak dikenali dan ditangani. Hasil yang baik memerlukan diagnosa mendesak dan penanganan dengan segera. Tension pneumothoraks adalah diagnosa klinis yang sekarang lebih siap dikenali karena perbaikan di pelayanan-pelayanan darurat medis dan tersebarnya penggunaan sinar-x dada.) Etiologi Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena iatrogenik atau berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut: Trauma benda tumpul atau tajam meliputi gangguan salah satu pleura visceral atau parietal dan sering dengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak menjadi hal yang penting bagi terjadinya Tension Pneumotoraks) Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat), biasanya vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter subklavia). Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks sederhana ke Tension Pneumotoraks Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka ke pneumothoraks sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup Patofisiologi Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Ventiel, terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke dalam rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara dari rongga pleura tidak dapat keluar. Semakin lama tekanan udara di dalam rongga pleura akan meningkatkan dan melibihi tekanan atmosfir. Akupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks

Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas. Tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong kearah kontralateral dan diafragma tertekan kebawah sehingga menimbulkan rasa sakit. Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus segera ditangani kalau tidak akan berakibat fatal. Manifestasi Klinis Clinical interpretation of the presenting signs and symptoms of a tension pneumothorax is crucial for diagnosing and treating the condition. Early findings : Chest pain, Dyspnea, Anxiety, Tachypnea, Tachycardia, Hyperresonance of the chest wall on the affected side and Diminished breath sounds on the affected side. Late findings : Decreased level of consciousness, Tracheal deviation toward the contralateral side, Hypotension, Distention of neck veins (may not be present if hypotension is severe) and Cyanosis. (Manifestasi klinis dari tanda dan gejala yang muncul pada tension pneumothoraks penting sekali untuk mendiagnosa dan mengetahui kondisi pasien. Manifestasi awal : nyeri dada, dispnea, ansietas, takipnea, takikardi, hipersonor dinding dada dan tidak ada suara napas pada sisi yang sakit. Manifestasi lanjut : tingkat kesadaran menurun, trachea bergeser menuju ke sisi kontralateral, hipotensi, pembesaran pembuluh darah leher/ vena jugularis (tidak ada jika pasien sangat hipotensi) dan sianosis.) Berikut adalah keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang berbahaya dan mematikan bila tidak dikenali dan ditatalaksana dengan segera : dispnea, hilangnya bunyi napas, sianosis, asimetri toraks, mediastinal shift.

Managemen / Penatalaksanaan Prinsip : 1. Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey secondary survey). 2. Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan) 3. Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan

memindahkan pasien dari ruang emergency. 4. Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa. 5. Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma. 6. Penanganan pasien trauma toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang telah memiliki sertifikasi pelatihan ATLS (Advance Trauma Life Support). 7. Oleh karena langkah-langkah awal dalam primary survey (airway, breathing, circulation) merupakan bidang keahlian spesialistik Ilmu Bedah Toraks Kardiovaskular, sebaiknya setiap RS yang memiliki trauma unit/center memiliki konsultan bedah toraks kardiovaskular. Primary Survey Airway Assessment :

perhatikan patensi airway dengar suara napas perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada Management :

inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas

re-posisi kepala, pasang collar-neck lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal) Breathing Assesment

Periksa frekwensi napas Perhatikan gerakan respirasi Palpasi toraks Auskultasi dan dengarkan bunyi napas Management:

Lakukan bantuan ventilasi bila perlu Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks Circulation Assesment

Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi Periksa tekanan darah Pemeriksaan pulse oxymetri Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis) Management

Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv lines Torakotomi emergency bila diperlukan Operasi Eksplorasi vaskular emergency Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak napas berat dan keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan. Tekanan intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan jantung. Himpitan pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan venous return juga terganggu. Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi darah (hemodinamik).

Penanganan segera terhadap kondisi yang mengancam kehidupan meliputi dekompresi pada hemitoraks yang sakit dengan menggunakan needle thoracostomy (ukuran 14 16 G) ditusukkan pada ruang interkostal kedua sejajar dengan midclavicular line. Selanjutnya dapat dipasang tube thoracostomy diiringi dengan control nyeri dan pulmonary toilet (pemasangan selang dada) diantara anterior dan mid-axillaris. Penanganan Diit dengan tinggi kalori tinggi protein 2300 kkal + ekstra putih telur 3 x 2 butir / hari. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian dasar data Pasien a. Aktivitas / istirahat Gejala : Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat b. Sirkulasi Tanda : takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung gallop, nadi apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam mediastinum). c. Psikososial Tanda : ketakutan, gelisah. d. Makanan / cairan Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan. e. Nyeri / kenyamanan Tanda : Perilaku distraksi, mengerutkan wajah Gejala : nyeri dada unilateral meningkat karena batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam. f. Pernapasan Tanda : pernapasan meningkat / takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun/ hilang (auskultasi mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang dalam rongga pleura), fremitus menurun, perkusi dada : hipersonor diatas terisi udara, observasi dan

palpasi dada : gerakan dada tidak sama bila trauma, kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan. Gejala : kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis, inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan (mis. Obstruksi tumor). g. Keamanan Gejala : adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan. Pemeriksaan Diagnostik a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural; dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal. b. GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. c. Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosa. d. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah Diagnosa Keperawatan Pola pernafasan tak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), nyeri, ansietas Ditandai : dispnea, takipnea, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA tak normal 1. Resiko tinggi trauma penghentian napas b/d kurang pendidikan

keamanan/pencegahan. Ditandai : dispnea, takipnea, perubahan kedalaman pernapasan, hilangnya suara nafas, pasien tidak kooperatif 2. Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan pengobatan b/d kurang menerima informasi. Ditandai : kurang menerima informasi, mengekspresikan masalah, meminta informasi, berulangnya masalah

Intervensi Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil 1. Pola pernafasan tak efektif b/d Tujuan dilakukan : Setelah dan Intervensi Rasional

Mandiri

1. Kesulitan

bernafas

dengan

ventilator

atau

asuhan 1. Awasi kesesuaian pola pernapasan bila

peningkatan tekanan jalan nafas diduga terjadi komplikasi.

penurunan ekspansi paru (akumulasi

keperawatan 1 X 24 jam pola pernafasan pasien efektif. Kriteria Hasil :

menggunakan ventilasi mekanik, perubahan catat tekanan

udara/cairan, nyeri, ansietas

Menunjukkan pernapasan

pola

udara. b. Area atelektasis tak ada bunyi nafas dan sebagian area kolaps menurun bunyinya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui pertukaran gas dan memberi data evaluasi perbaikan pneumothoraks. c. Kaji pasien adanya area nyeri, nyeri tekan c. Sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif atau mengurangi

normal 1. Auskultasi bunyi nafas atau efektif dengan Gas

Darah

dalam

rentang normal. Bebas sianosis dan tanda/ hipoksia gejala

bila batuk. d. Evaluasi fungsi catat

trauma. d. Distres pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia / perdarahan.

pernapasan,

kecepatan/ pernapasan sesak, terjadinya dispnea, sianosis,

perubahan tanda vital. e. Catat pengembangan dada dan posisi trakea e. Pengembangan dada sama dengan ekspansi paru. Deviasi trakea dari area sisi yang sakit pada tension pneumotoraks. f. Bila dipasang selang dada evaluasi ketidaknormalan atau pada pasien, f. Tak adanya gelembung udara dapat

menunjukkan ekspansi paru lengkap (normal) atau tidak adanya komplikasi.

kontinuitas gelembung botol penampung. Kolaborasi 1. Mengidentifikasi kesalahan posisi selang

a.

Kaji

hasil

foto

endotrakeal, mempengaruhi inflamasi paru.

thoraks b. Awasi hasil Gas 1. Mengkaji status pertukaran gas dan ventilasi Darah c. Berikan oksigen 1. Untuk menurunkan kerja nafas dan menghilangkan sesuai distres respirasi dan sianosis

tambahan indikasi. 1. Resiko tinggi trauma penghentian b/d pendidikan keamanan/pencegah an napas Tujuan : Setelah Mandiri

1. Menurunkan

resiko

obstruksi

drainase

atau

dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk menghindari berbaring atau menarik selang.

terlepasnya selang.

kurang asuhan keperawatan 1 X 24 jam resiko trauma dicegah. Kriteria Hasil : - Mencari bantuan untuk

dapat 1. Kaji tujuan/ fungsi unit 1. Untuk mengetahui informasi tentang bagaimana drainase dada dengan pasien system bekerja memberikan keyakinan untuk menurunkan ansietas pasien.

mencegah 1. Identifikasi perubahan 1. Intervensi tepat waktu dapat mencegah komplikasi komplikasi. atau situasi yang harus serius.

10

perawatan

Memberi untuk

dilaporkan perawat.

pada

menghindari lingkungan bahaya fisik. 1. Observasi tanda distres 1. Pneumothoraks dapat memburuk karena dan pernafasan bila kateter mempengaruhi fungsi pernafasan dan memerlukan toraks tercabut. 1. Kurang pengetahuan mengenai aturan b/d kondisi Tujuan dilakukan keperawatan klien : Setelah Mandiri 1. Memberikan pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi lepas atau intervensi darurat.

asuhan 1. Kaji patologi masalah 1X24 individu

pengobatan

terapeutik. 1. Untuk menurunkan potensial komplikasi. terjadi jangka

kurang jam

menerima informasi.

dan 1. Identifikasi keluarga dapat kemungkinan mengerti tentang komplikasi kondisi kesehatan panjang. klien. Kriteria Hasil :

1. Kaji ulang praktik 1. Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan Pasien dapat kesehatan yang baik penyembuhan. mengidentifikasi contoh nutrisi baik, tanda atau gejala istirahat dan latihan

11

yang

memerlukan 1. Kaji gejala

ulang

tanda 1. / Berulangnya pneumotoraks memerlukan intervensi yang evaluasi medik untuk mencegah/ menurunkan potensial komplikasi.

evaluasi medik Mengikuti program pengobatan menunjukkan perubahan hidup yang pola perlu dan

memerlukan

medik cepat, contoh nyeri dada tiba-tiba, distres

dispnea,

pernapasan lanjut.

dicegah agar tidak menimbulkan masalah baru

12

Kesimpulan Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cedera. Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumothorax dan non-tension pneumathoraks. Semakin lama tekanan udara di dalam rongga pleura akan meningkatkan dan melibihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas. Pada pneumothoraks ventil/ tension pneumothoraks, penderita sering sesak napas berat dan keadaan ini dapat mengancam jiwa apabila tidak cepat dilakukan tindakan perbaikan. Tekanan intrapleura tinggi, bisa terjadi kolaps paru dan ada penekanan pada mediastinum dan jantung. Himpitan pada jantung menyebabkan kontraksi terganggu dan venous return juga terganggu. Jadi selain menimbulkan gangguan pada pernapasan, juga menimbulkan gangguan pada sirkulasi darah (hemodinamik).

13

DAFTAR PUSTAKA

Alagaff, Hood, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. Bosswick, John A., Jr. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC. Doenges, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. http://ansharbonassilfa.wordpress.com/2009/04/17/pneumotoraks/ http://askepsolok.blogspot.com/2008/08/trauma-thoraks-i.html http://medlinux.blogspot.com/2009/02/pneumotoraks.html http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/pneumothoraks.html Sudoyono, Aru W., dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : FK

14

You might also like