Professional Documents
Culture Documents
Dokumen Penting
Konvensi Hak-hak Anak (1989). Agenda 21 Bab 25 (1992). Agenda Habitat dan Child Friendly City (1996). A World Fit For Children (2002). Plan of Implementation of the World Summit on Sustainable Development (2002). WEHAB (Water, Energy, Health, Agriculture and Biodiversity) (2002) Copenhagen Protocol (2009)
Doc. djunaedird.wordpress.com
Alasan
Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, mantan Direktur WHO untuk Kawasan Asia Tenggara, perkembangan dan pertumbuhan kota dan industri kurang terencana telah menambah resiko baru untuk kesehatan anak. Banyak penyakit yang diderita oleh anak, berkait erat dengan lingkungan tempat mereka tinggal, belajar, dan bermain.
Tesis, 2004
Menurut David Sucher, perancang kota (US) (David, 1995:65), anak seperti burung kenari di tambang batu bara. Mereka kecil, rentan dan butuh perlindungan. Mereka belum merasa tenang dan nyaman berkegiatan sehari-hari seperti bersekolah, bermain, dan berekreasi, terutama yang tinggal di daerah kumuh dan permukiman liar yang berdesak-desakan, perumahan yang kurang sehat dan kurang mendapatkan pelayanan umum seperti fasilitas air bersih, sanitasi dan pembuangan sampah.
Konvensi Hak-Hak Anak dan UU Perlindungan Anak menjamin bahwa suara anak didengar. Namun menurut alm. Mansour Fakih, doktor pendidikan alumni University of Massachusetts (Johnson, 2002:xxv), sistem, struktur, dan mekanisme yang merupakan cerminan ideologi dan keyakinan di kalangan orang dewasa yang meremehkan dan salah menafsirkan suara anak, telah mengakar (tak tersentuh) dalam sistem yang telah tumbuh di masyarakat. Orang dewasa sangat menolak kehadiran peran serta anak dalam politik, sosial dan budaya. Sebagai anak mereka dianggap belum perlu diminta atau didengar pandangannya tentang bagaimana proses pengambilan kebijakan yang terkait dengan pembangunan tempat mereka tinggal, belajar dan bermain.
Harapan
Lingkungan Tempat Tinggal. Lingkungan Komuniti. Lingkungan Sekolah. Lingkungan Bermain. Pelayanan Transportasi. Pelayanan Kesehatan.
Dari lingkungan tersebut seharusnya anakanak tinggal di lingkungan yang tenang dan nyaman dengan kondisi:
lingkungan rumah yang menyediakan fasilitas yang sesuai kebutuhan anak untuk perkembangannya sesuai dengan usia dan gender; tempat tinggal yang dilengkapi dengan akses ke air, dan listrik; dan tidak tercemar oleh polusi udara dan suara, lingkungan komuniti yang aman dan bebas kejahatan, serta mempunyai tempat bermain yang aman, lingkungan sekolah yang membuat anak dapat berinteraksi sosial, belajar berdiskusi dan bebas dari pelecehan seksual, lingkungan bermain yang aman dan di bawah pengawasan orang dewasa, pelayanan transportasi yang ramah anak, tercapai (accessible) dan terjangkau (affordable), pelayanan kesehatan yang tercapai (accessible) dan terjangkau (affordable).
Pada tahun 1972, Kevin Lynch, arsitek MIT melakukan penelitian dengan judul Persepsi anak terhadap ruang. Penelitian tersebut dilaksanakan di 4 kota Melbourne, Warsawa, Salta dan Mexico City, dengan menggunakan metode pengamatan, wawancara dan menggambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang terbaik untuk anak adalah mempunyai:
1. komuniti yang kuat secara fisik dan sosial; 2. komuniti yang mempunyai aturan yang jelas dan tegas; 3. adanya pemberian kesempatan pada anak; dan 4. fasilitas pendidikan yang memberi kesempatan anak untuk mempelajari dan menyelidiki lingkungan dan dunia mereka.
penerangan jalan lebih baik dan tidak terkesan tertutup; penerangan gang-gang; secara teratur membersihkan permukiman dan jalan; memindahkan taman yang tidak ramah anak; berkonsultasi dengan anak perempuan untuk memperbaiki taman tempat bermain; sensitif menggunakan bahan-bahan pembuat pagar atau tembok untuk taman dan bangunan; areal bermain tertutup untuk dimanfaatkan pembangunan rumah; aturan dasar di lingkungan, anak bebas mengakses kegiatan dalam rangka mengisi waktu luang; dan desain ruang untuk anak-anak di permukiman.
Save the Children, lingkungan rumah yang ramah anak adalah (Save the Children, 1996: 16):
lingkungan rumah yang menyediakan fasilitas yang sesuai kebutuhan anak untuk perkembangannya sesuai usia dan gender; rumah yang aman dan terlindungi dari perlakuan salah, kekerasan dan kejahatan; kesempatan untuk bermain dan belajar; tersedia ruang pribadi; konstruksi rumah yang memadai dari bahan bangunan yang tidak terkontaminasi dengan bahan beracun berbahaya; akses ke air, listrik, pengaturan air buangan; dan terlindungi dari kemacetan dan bahaya kendaraan, polusi udara dan racun, serta kebisingan dan kepadatan permukiman.
komuniti yang aman dan bebas kejahatan; daerah hijau dan ruang terbuka; tempat bermain yang aman, sehingga anak dapat bermain dan berinteraksi sosial; dan anak memperoleh akses pelayanan kesehatan, pendidikan dasar, dan transportasi umum.
definisi
Anak & Lingkungan
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Undang-Undang No. 32 tahun 2009
Lingkungan Fisik
Lingkungan Sosial
Brolin, 2002:7
Brolin, 2002:19
Brolin, 2002:22-23
Bartlett, 2002:5-6
Prinsip KHA
Langkah-langkah untuk mengurangi kesenjangan geografis. Pembentukan standar sesuai dengan semua lembaga, layanan dan fasilitas. Langkah-langkah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menjamain kelangsungan hidup dan perkembangan.
Bartlett, 2002:7
Bartlett, 2002:7
Bartlett, 2002:7
Doc.SC,2008
Perlindungan khusus
Menjamin hak untuk kelangsungan hidup dan pengembagan untuk anak pengungsi. Menjamin pemulihan dan reintregasi bagi anak dalam konflik bersenjata, serta anak yang dirampas kebebasannya. Memastikan terpantaunya kondisi anak di lembaga pemasyarakatan. Menjamin perlindungan anak dari pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan atau mengembangkan dan menyediakan peraturan yang sesuai dengan kondisi kerja. Menjamin anak minoritas untuk menikmati budaya mereka.
Bartlett, 2002:8
Implikasi
Bartlett, 2002:16-19
Kesamaan Pengetahuan
Hubungan timbal balik antara anak dan lingkungan hidup. Lingkungan mempengaruhi anak dalam berbagai cara, dan anak menjelajahi dan memanipulasi lingkungan. Faktor budaya dan sosial ekonomi serta pengetahuan, persepsi, pengalaman dan prioritas anak merupakan bagian integral dari suatu basis pengetahuan. Pola dan penyebab berbagai jenis persoalan perlu diidentifikasi untuk menemukan titik masuk yang paling efektif dalam bertindak. Analisa situasi apa sumber masalahnya? Apa masalahnya? Apa yang perlu dilakukan dan di mana? Siapa yang harus didekati? Data dari satu daerah tidak bisa secara otomatis diekstrapolasikan ke daeral lain. Data di Aceh tidak mungkin secara otomatis relevan di Manado.
Brolin, 2002:5
Brolin, 2002:5-7
doc.www.medicastore.com
Kecelakaan
Kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu pembunuh anak dan remaja. Dapat dibatasi dengan mengadaptasi lingkungan, aturan dan penegakan peraturan kepada mereka. Peraturan lalu lintas diperketat.
Brolin, 2002:7-8
Faktor atau sifat lingkungan fisik untuk kesejahteraan anak dan perkembangan sosial, emosional, dan intelektual anak. Perencanaan fisik dengan menciptakan dan mendukung lingkungan yang aman dan nyaman. Tempat dan lingkungan harus meningkatkan kepercayaan diri, rasa memiliki dan tidak membuat anak merasa malu.
Organisasi lingkungan harus memungkinkan anak-anak untuk bermain. Pencahayaan di jalan dan jendela rumah menghadap ke jalan menciptakan suasana lingkungan yang aman dan positif bagi anak. Mengurangi kepadatan rumah untuk menghindari stres. Penanaman pohon mengurangi kelelahan mental.
Brolin, 2002:9
Hak anak untuk pendidikan berkaitan dengan lingkungan fisik di rumah dan di sekolah. Faktor pencahayaan dan ketenangan di rumah dan di ruang kelas. Faktor lokasi dan fisik sekolah dapat mempengaruhi pendaftaran, prestasi dan tingkat drop-out. Jarak rumah dan sekolah. Rancangan bangunan sesuai kepentingan terbaik anak perempuan dan anak laki-laki. Tempat bermain yang aman.
Aksi Nasional
Lingkungan fisik faktor yang mungkin sama pentingnya dengan layanan kesehatan untuk anak. Sejumlah faktor yang mempengaruhi anak hak anak untuk perkembangan, pendidikan, dan bermain. Ini tidak selalu tercermin dalam anggaran nasional dan struktur di lembaga-lembaga nasional. Aksi untuk mempengaruhi para politisi dan para pengambil keputusan, undang-undang, media massa, dan para opinion leader. Perubahan dalam institusi pendidikan untuk guru, staf kesehatan, arsitek, perencana dan profesional lainnya terkait anak.
Brolin, 2002:11-12
Aksi Nasional:
Legislasi undang-undang tentang perencanaan fisik dan lingkungan perlu dirumuskan sesuai dengan Konvensi Hak-hak Anak kepentingan terbaik anak. Hukum dan peraturan tentang ketersediaan dan aksesibilitas air, fasilitas sanitasi dan jasa lainnya harus mempertimbangkan kebutuhan dan kegiatan anak Regulasi mengenai transportasi perlu disesuaikan dengan hak untuk memiliki rasa aman. Pengembangan peraturan disesuaikan dengan hak anak untuk merasa aman di rumah, sekolah dan lingkungan sekitarnya dengan risiko minimum dari kecelakaan dan eksploitasi anak. Menyadarkan kepada para pengambil keputusan, bahwa semua keputusan yang mereka buat benarbenar mempengaruhi kualitas hidup anak-anak.
Mempengaruhi sikap individu di masyarakat melalui media massa tentang pentingnya lingkungan fisik untuk anak. Mempengaruhi para produsen untuk memproduksi produk yang sesuai kebutuhan anak. Upaya efektif adalah menjadikan mereka sebagai mitra. Mendukung partisipasi anak lembaga nasional dapat memainkan peran penting untuk memberikan kesepatan pada anak untuk bersuara. Lembaga penelitian nasional perlu didorong untuk melakukan penelitian, di mana anak-anak sendiri berpartisipasi. Lembaga Ombudsman dan lembaga lain perlu advokasi, dukungan dan laporan tentang kegiatan lingkungan di mana anak-anak secara aktif terlibat. Laporan KHA secara periodik.
NGO Internasional
Plan International Save the Children Child Fund WWF Greenpeace Friends of the Earth International Youth Foundation The Greendbelt Movement International Toy Libraries Association
Badan/Lembaga/Organisasi Nasional
Kementerian Kesehatan (2 orang) Kementerian Pendidikan Nasional Kementerian Pekerjaan Umum (2 orang) Kementerian Perumahan Rakyat Kementerian Perhubungan (3 orang) Kementerian Lingkungan Hidup (3 orang) Kementerian Dalam Negeri Kementerian Sosial Kementerian Kesejahteraan Rakyat YKAI
Daftar Kepustakaan
Adams, Eillen & Sue Ingham. (1998). Changing Places: Childrens Participation in Environmental Planning. London: The Childrens Society. Al-Zoabi, Ahmad, Y. DR. (2002). Childrens Mental Maps and Neighborhood Design of Abu-Nusier, Jordan. Saudi Arabia: King Saud University. Australian Institute of Family Studies Family Matters. (1998). About Growing Up. No.49 Autumn 1998. Bartlett, Sheridan. (2002). Urban Children and the Physical Environment. Amman, Jordan: International Conference on Children and The City. Bartlett, Sheridan. (2002). The UN Convention on the Rights of the Child Reporting System and the Physical Environment. Sweden: Save the Children Sweden Brolin, Lillemor Andersson. (2002). Childrens Right to a Good Physical Environment: Central Concepts and Problem Definition.Sweden: Save the Children Sweden
Brolin, Lillemor Andersson. (2002). Childrens Rights from an Environmental Perspective: Implications for Action. Sweden: Save the Children Sweden Burhan, Merina. (1999). Kondisi Lingkungan Bermain Anak di Kotakota Besar Sebagai Dampak Proses Urbanisasi. Tokyo: Tokyo Institute of Technology. Chawla, Louise. (2001). Evaluating Childrens Participation: Seeking Areas of Concensus. PLA Notes, Oktober No.42. Christencen, Pia & Margaret OBrien (edit.). (2003). Children in the City Home, Neighbourhood and Community. New York & London: Routledge Falmer. Fisher, J.D., Paul A Bell & A. Baum. (1984). Environmental Psychology. (2nd ed). New York: Holt, Rinehart & Winston. Hardoy, Jorge E., Diana & David Satterthwaite (2001). Environmental Problems in an Urbanizing World: Finding Solution for Cities in Africa, Asia, & Latin America. London: Earth-scan Publication
Johnson, Victoria, dkk. (2002). Anak-anak Membangun Kesadaran Kritis. Jakarta: Read Book. Kruger, Jill Swart & Louise Chawla. (2002). We Know Something Someone doesnt Know: Children Speak Out on Local Conditions in Johannesburg. Environment & Urbanization Vol.14 No. 2 October. Lynch, Kevin. (2000). Good City Form. Cambridge, Massachusetts, London, England: The MIT Press. Patilima, Hamid. (2004). Persepsi Anak Mengenai Lingkungan Kota Studi Kasus Di Kelurahan Kwitan, Jakarta Pusat. (Tesis). Jakarta: Kajian Pengembangan Perkotaan, Pascasarjana Universitas Indonesia Save the Childern. (1996). Children on Their Housing. Swedia: Radda Barnen. Sucher, David. (1995). City Comforts: How to Build an Urban Village. Seattle: City Comforts Press. UNICEF & UNEP. (1990). Children and Environment. New York:UNICEF.
Hamid Patilima
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia Jl. Tebet Timur Dalam V No. 38 Tebet, Jakarta 12810 Telpon/Fax. 021.8296199 HP 081318897405 dixie240803@yahoo.com