You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

Nama Anggota : Maria E.B.B Horang Ritna Hani 1343057006 1343057018

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2013 /2014


Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

SIMPLISIA BROTOWALI (Tinospora crispa, L. Miers)

A. TUJUAN Mengetahui senyawa yang terkandung dalam simplisia brotowali Memisahkan senyawa yang terdapat dalam simplisia berdasarkan kepolarannya B. TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Brotowali Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledon Ordo : Ranunculales Famili : Menispermaceae Genus : Tinospora Species : Tinospora crispa (L.) MIERS Morfologi Tumbuhan Brotowali Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5 m atau lebih, biasa tumbuh liar di hutan, ladang atau ditanam di halaman dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking, berbintil- bintil rapat, dan rasanya pahit. Daun tunggal, bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar, berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar merata hampir diseluruh wilayah Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka atau semak belukar di daerah tropis. Cara perbanyakan tanaman ini sangat mudah yaitu dengan stek batang.

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

Kandungan Brotowali Tanaman brotowali banyak mengandung bahan seperti alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, berberin, palmatin dan kolumbin.
Sifat dan Khasiat Brotowali Tanaman brotowali dapat untuk mengatasi rematil artritis, rematik sendi pinggul (sciatica), memar, demam, merangsang nafsu makan, demam kuning, kencing manis dan malaria. C. METODOLOGI PERCOBAAN 1. Alat Erlenmeyer Tabung reaksi Pipet Corong Kompor Penjepit tabung reaksi Beaker Glass Gelas Ukur Kertas saring 2. Bahan Simplisia Brotowali Pelarut Heksan Pelarut Etil Asetat Pelarut Metanol Pereaksi Meyer, Dragendorf, Bouchardad HCL p, HCL e, H2SO4 p, NH4OH, Asam Asetat Anhidrat, Alkohol, Aquadest, KOH 3. Cara Kerja Pembuatan Sari Heksan Simplisia kering dan halus ditimbang 20 gram Masukkan ke dalam erlenmeyer Tambahkan hexan hingga simplisia terendam seluruhnya, lalu ditutup dengan corong Panaskan di penangas air sampai bagian Angkat, kemudian aduk dan disaring dengan menggunakan kertas saring sampai terpisah antara ampas dan sari heksan Masukkan sari heksan ke dalam vial Periksa sesuai prosedur

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

SARI HEKSAN (Tabel 1) NO UJI 1 Minyak Atsiri CARA KERJA Sari heksan diuapkan sampai kering dalam cawan uap + alkohol, lalu diuapkan Larutan alkohol sisa pemeriksaan minyak atsiri diuapkan, lalu dilakukan penyabunan dengan penambahan KOH 0,5% dan dikocok Sari heksan diuapkan sampai kering + asam asetat anhidrat dan kloroform + asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi Ekstrak dalam plat tetes + asam sulfat pekat + asam asetat anhidrat Sari heksan + HCl, jika bening langsung diuji, jika tidak + amonium hidroksida (untuk membusakan garam alkaloid) + kloroform, kocok, ambil lapisan kloroform + HCl 2N, ambil lapisan air, bagi menjadi 4 tabung 1. Sebagai pembanding 2. + Mayer 3. +Dragendorf 4. + Bouchardat Ekstrak diuapkan sampai kering + air panas, dinginkan, bagi menjadi 2 tabung 1. Sebagai pembanding 2. + Amonia 10% TEORI Terdapat bau aromatis
PENGAMATAN

HASIL
-

Cawan uap

Lemak dan Asam Lemak

Terdapat tetestetes minyak

Kertas saring

Sterol dan Triterpenoid

Sterol Cincin hijau biru Terpen Cincin hijau/merah

Terpen Ungu, merah, coklat Steroid Hijau, biru

Alkaloid

Endapan putih Endapan jingga Endapan coklat Lihat di UV Terdapat fluorosensi kehijauan/kebirua n

Kumarin

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

Pembuatan Sari Etil asetat Ampas sari heksan dikeringkan, kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan dengan kloroform hingga simplisia terendam Kocok erlenmeyer hingga pelarut (kloroform) berubah warna atau menjadi keruh Masukkan sari etil asetat ke dalam vial Periksa sesuai prosedur

SARI ETIL ASETAT (Tabel 2 ) NO UJI CARA KERJA 1 Tanin Sari etil asetat + 3 tetes FeCl3 2 Gula Sari etil asetat +2 tetes Pereduksi Fehling A+B, panaskan di waterbath (WB) 3 Alkaloid Sari etil asetat + NH4OH, saring dan ekstrak diuapkan + HCL 2N/ H2SO4 2N, kocok dan ambil lapisan asam, bagi 4 tabung : 1. Pembanding 2. + Mayer 3. + Dragendorf 4. +Bouchardad

TEORI Biru kehijauan/ hijau tua Merah bata

PENGAMATAN

HASIL -

Putih Jingga coklat

Emodol

Flavonoid

Kumarin

Sterol dan Triterpenoid

Sari etil asetat dipekatkan, dinginkan +NH4OH 25%, kocok Sari etil asetat + HCl pekat + logam Mg merah + amil alkohol, dikocok : - Merah naik ke atas - Merah tetap di bawah Ekstrak diuapkan sampai kering + air panas, dinginkan, bagi menjadi 2 tabung 1. Sebagai pembanding 2. + Amonia 10% - Sari etil asetat diuapkan sampai kering +asam asetat anhidrat+ etil asetat + asam sulfat pekat melalui dinding

Warna merah

Flavonoid Tanin Kuning kehijauan/ kebiruan Lihat di UV

Terpen Cincin hijau/merah Steroid Cincin hijau/biru

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

tabung reaksi. - Ekstrak dlm plat tetes + H2SO4p

+ Terpen Ungu, merah coklat

Pembuatan Sari Metanol Ampas sari etil asetat dikeringkan, kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan dengan metanol hingga simplisia terendam Kocok erlenmeyer hingga pelarut (metanol) berubah warna atau menjadi keruh Masukkan sari metanol ke dalam vial Periksa sesuai prosedur

SARI METANOL (Tabel 3) NO UJI CARA KERJA 1 Tanin Sari metanol + 3 tetes FeCl3 2 Gula Sari metanol +2 tetes Pereduksi Fehling A+B, panaskan 3 Alkaloid Sari metanol + HCL jika bening langsung diuji, jika tidak + NH4OH (untuk membusakan garam alkaloid) + kloroform, kocok ambil lapisan kloroform + HCl 2N, ambil lapisan air, bagi 4 tabung : 1. Pembanding 2. + Mayer 3. + Dragendorf 4. +Bouchardad 4 Emodol Sari metanol dipekatkan, dinginkan +NH4OH 25%, kocok 5 Flavonoid Sari metanol + HCl pekat + logam Mg merah + amil alkohol, dikocok : - Merah naik ke atas - Merah tetap di bawah 6 Kumarin Ekstrak diuapkan sampai kering + air panas, dinginkan, bagi menjadi 2 tabung 1. Sebagai pembanding 2. + Amonia 10%
Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

TEORI Biru kehijauan / hijau tua Endapan merah bata

PENGAMATAN

HASIL -

Waterbath

Putih Jingga coklat Merah

Flavonoid Tanin Terdapat fluorosensi kuning kehijauan/kebiruan

Sterol dan Triterpenoid

- Sari metanol diuapkan sampai kering +asam asetat anhidrat+kloroform+ asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. - Ekstrak dlm plat tetes + H2SO4p + Asam asetat anhidrat

Steroid Cincin hijau/biru Terpen Cincin hijau/merah

Steroid Hijau/biru Terpen Ungu, merah coklat

Pembuatan Sari Hidrolisa Sari metanol ditambahkan HCL 2N Dipanaskan di penangas air selama 1 jam lalu didinginkan Kemudian disari dengan eter, lalu di kocok dengan eter di lemari asam Ambil lapisan paling bawah (yang bening) sebagai sari air yang bersifat asam Identifikasi sesuai prosedur HIDROLISIS (Tabel 4) NO UJI CARA KERJA 1 Tanin Sari hidrolisa + 3 tetes FeCl3 2 3 Gula Pereduksi Alkaloid Sari hidrolisa +2 tetes Fehling A+B, panaskan Sari hidrolisa + HCL jika bening langsung diuji, jika tidak + NH4OH (untuk membusakan garam alkaloid) + kloroform, kocok ambil lapisan kloroform + HCl 2N, ambil lapisan air, bagi 4 tabung : 1. Pembanding 2. + Mayer 3. + Dragendorf 4. +Bouchardad Sari hidrolisa dipekatkan, dinginkan +NH4OH 25%, kocok Sari metanol + HCl pekat + logam Mg merah + amil alkohol, dikocok :

TEORI Biru kehijauan/hijau tua Endapan merah bata

PENGAMATAN

HASIL -

Putih Jingga coklat merah

Emodol

Flavonoid

Flavonoid

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

Kumarin

Sterol dan Triterpenoid

- Merah naik ke atas - Merah tetap di bawah Ekstrak diuapkan sampai kering + air panas, dinginkan, bagi menjadi 2 tabung 1. Sebagai pembanding 2. + Amonia 10% - Sari metanol diuapkan sampai kering +asam asetat anhidrat+kloroform + asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. - Ekstrak dlm plat tetes + H2SO4p + Asam asetat anhidrat

Tanin

Terdapat fluorosensi kuning kehijauan/kebiru an

Steroid Cincin hijau/biru Terpen Cincin hijau/merah

Steroid Hijau/biru Terpen Ungu, merah coklat

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Tujuan 1. Pemisahan senyawa dari suatu kelompok senyawa 2. Identifikasi zat yang terkandung dalam senyawa 3. Mencari eluen yang cocok untuk kromatografi kolom 4. Identifikasi senyawa Teori Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom. Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida. Fase Diam Lapisan dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk KLT. Sebelu digunakan, lapisan disimpan dalam lingkunga yang baik lembab dan bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985). Penjerap yang umum ialah silica gel, aluminium oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida, dan lain-lain.

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

Fase Gerak Menurut Rohman (2007), Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Aplikasi (Penotolan Sampel) Larutan contoh yang akan diaplikasikan hendaknya berisi antara 0,1 dan 10 mg kation per cm3 dan dapat bersifat netral dan asam encer sekitar 1 l larutan ditotolkan dengan sebuah apuit mikro (micro syringe) atau mikropipet didekat salah satu ujung lempeng kromatografi (chromatoplate) (sekitar 1,5-2,0 cm dari pinggir lempeng) dan kemudian dibiarkan kering diudara (Pudjaatmaka, 1994). Deteksi Bercak Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia, fisika, maupun biologi. Cara kimia yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan pencacahan radioaktif dan fluoresensi sinar ultraviolet. Fluoresensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluoresensi, membuat bercak akan terlihat jelas. Jika senyawa tidak dapat berfluoresensi maka bahan penyerapnya akan diberi indikator yang berfluoresensi, dengan demikian bercak akan kelihatan hitam sedang latar belakangnyaa akan kelihatan berfluoresensi (Rohman, 2007).

Alat dan Bahan 1. 2. Alat Lempeng KLT Pipa kapiler Gelas ukur Corong Kertas saring Chamber Lampu UV

Bahan Ekstrak heksan, Metanol, Kloroform, Hidrolisa Eluen, Hexan : Etil Asetat (7:3) dan butanol : asam asetat glacial : aqua (4 : 1 : 5) Cara Kerja Ekstrak yang digunakan untuk KLT dipekatkan terlebih dahulu dengan cara diuapkan di waterbath Plat KLT disiapkan dengan ukuran 5x1 cm Tandai dengan pensil, batas bawah dan batas atas pada plat Totolkan ekstrak dengan menggunakan pipa kapiler yang telah dikecilkan lubangnya dengan dibakar. Keringkan sebentar di udara terbuka

3.

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

Isi chamber dengan eluen. Kemudian jenuhkan eluen dengan cara menambahkan kertas saring ke dalam chamber. Bila sudah jenuh, maka seluruh bagian kertas saring akan terbasahi dengan eluen. Masukkan plat yang telah ditotolkan ekstrak ke dalam chamber yang berisi eluen tersebut. Elusidasi sampai tanda batas atas pada plat KLT. Amati noda yang terbentuk secara visual dibawah sinar UV dan disemprotkan dengan pereaksi / penampak noda yang sesuai (H2SO4p dan FeCl3) Hitung Rf yang didapat

Hex

CHCL3

Met

Aqua

0.5 cm

1 cm

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

Rf

Jarak spot bergerak Jarak yang ditempuh eluen

Eluen heksan : Etil asetat (7 : 3) Rf heksan = 4,4 cm = 5 cm Rf etil asetat = 4,3 cm 5 cm Rf methanol = 4,4 cm 5 cm Rf hidrolisa = -

0,88 cm = 0,86 = 0,88

Eluen butanol : asam asetat : aqua (4 : 1 : 5) Rf heksan = 5 cm = 0,91 cm 5,5 cm Rf etil asetat = Rf methanol Rf hidrolisa = = 3,6 cm 5,5 cm 3,2 cm 5,5 cm = 0,65 = 0,58

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

D. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 1. Pembahasan Pada tabel pengamatan ke-1 (Skrining Heksan), didapatkan bahwa simplisia brotowali mengandung asam lemak dan terpen. Asam lemak ditandai dengan adanya tetesan minyak pada kertas saring. Asam lemak adalah asam penyusun lemak, biasanya asam lemak yang ada di alam adalah asam palmitat, asam stearat, asam oleat, dan asam linoleleat. Terpen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah kecoklatan saat ekstrak ditamabah H2SO4p dan asam asetat anhidrat pada plat tetes. Pada tabel pengamatan ke-2 (Skrining Etil asetat), didapatkan bahwa simplisia brotowali mengandung alkaloid dan terpen. Alkaloid ditandai dengan adanya endapan coklat saat ditambahkan larutan bouchardad. Larutan berubah warna menjadi coklat setelah sari etil asetat ditambahkan H2SO4p dan asam asetat anhidrat, hal tersebut menunjukkan adanya kandungan terpen dalam simplisia brotowali. Pada tabel pengamatan ke-3 dan ke-4 (Skrining metanol dan hidrolisa) tidak ditemukan senyawa apapun pada percobaan tersebut. Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut : Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda. Pada percobaan KLT dengan menggunakan eluen heksan : etil asetat (7:3) didapatkan nilai Rf :

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

Sari heksan Sari etil asetat Sari Metanol Sari hidrolisa

= = = =

0,88cm 0,86cm 0,88cm -

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat dalam sari heksan dan sari methanol memiliki karakteristik yang sama atau mirip dibandingkan dengan senyawa yang terkandung dalam sari etil asetat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai Rf yang sama pada sari heksan dan sari methanol. Dalam percobaan KLT menggunakan eluen Butanol : Asam Asetat Glasial : Aqua (4:1:5) didapatkan nilai Rf sebagai berikut : Sari heksan = 0,91 cm Sari Etil asetat = Sari Metanol = 0,65 cm Sari Hidrolisa = 0,58 cm Data di atas menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam sari heksan, sari methanol dan sari hidrolisa adalah senyawa yang berbeda- beda. Selain itu juga data tersebut menunjukkan bahwa senyawa yang terdapat pada sari heksan bersifat kurang polar/non polar dibandingkan senyawa yang terkandung di dalam sari methanol dan sari hidrolisa. Banyak kandungan kimia yang terkandung dalam simplisia brotowali, tetapi dalam beberapa percobaan yang dilakukan tidak ditemukan adanya kandungan kimia tersebut, seperti sterol, alkaloid, flavonoid, kumarin dan emodol. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1. Cara mendapatkan simplisia brotowali Simplisia didapatkan dari pasar tradisional, dimana tidak diketahui apakah simplisia tersebut merupakan simplisia brotowali murni atau campuran dengan bahan lain. 2. Pembuatan simplisia brotowali Orang yang membuat simplisia tidak mengerti bagaimana cara membuat simplisia dengan baik dan benar, sehingga tidak memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi mutu simplisia, seperti : Suhu pengeringan Kelembaban udara Aliran Udara Waktu pengeringan Luas permukaan bahan 3. Penyimpanan Simplisia Selama penyimpanan dapat terjadi penurunan mutu dan kerusakan simplisia. Penyebab kerusakan utama simplisia adalah air dan kelembaban. Perlu diperhatikan cara penyimpanan, mulai dari pengepakan, pembungkusan, wadah, kondisi gudang, sistem pengawetan dan pemeriksaan mutu secara berkala pada penyimpanan dalam jangka lama.

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

4. Human error Praktikan kurang ahli dan teliti dalam melakukan percobaan, misalnya pada proses penyarian, praktikan kurang lama dalam pengocokan dan perendaman sehingga kandungan kimia pada simplisia brotowali tidak tertarik masuk ke dalam pelarut. 2. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, simplisia brotowali mengandung : Lemak Terpen Alkaloid Hasil Rf dari percobaan KLT : 1. Eluen heksan : etil asetat (7 : 3) Sari heksan : 0,88 cm Sari etil asetat : 0,86 cm Sari methanol : 0,88 cm Sari hidrolisa : 2. Butanol : Asam asetat glacial : aqua (4 : 1 : 5) Sari heksan : 0,91 cm Sari etil asetat : Sari methanol : 0,65 cm Sari hidrolisa : 0,58 cm

E. DAFTAR PUSTAKA http://www.ripiu.info/artikel/baca/kromatografi-lapis-tipis http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Volume.I.Nomor.1.Januari.2007/EFEK%20ANTI%20M ALARIA%20EKSTRAK%20BROTOWALI%20Tinospora%20crispa%20PADA%20MENCIT%20YANG%20DI %20INFEKSI%20PLASMODIUM%20BERGHEI-Sianny%20Suryawati%20dan%20Herni%20Suprapti.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22814/4/Chapter%20II.pdf http://farmasibahanalam.files.wordpress.com/2010/08/5-a-penyiapan-bahan-baku-26-36.pdf

Praktikum Fitokimia Simplisia Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)

You might also like