You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Praktik Keperawatan Trauma

dan Krisis Pengampu : Puji Lestari, S.Kep.,Ns M.Kes

OLEH PIANIKE WIDIAWATI 010109a105

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang

memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan,

penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat memberikan asuhan keperawatan dengan klien yang mengalami krisis (situasional) sesuai dengan tahap dan kemampuan kontrol berduka. 2. Tujuan Khusus a. Mampu menjelaskan tentang definisi berduka dan kehilangan b. Mamapu menjelaskan tentang tipe kehilangan c. Mampu menjelaskan tentang jenis-jenis berduka d. Mampu menjelaskan tentang tahap-tahap berduka e. Mampu menerapkan intervensi berduka dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan krisis situasional.

3. DEFINISI Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubahubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : (1) menolak (denial);(2) marah (anger); (3) tawar-menawar (bargaining); (4) depresi(depression); dan (5) menerima (acceptance) (TLC, 2004)

4. TIPE KEHILANGAN A. Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: a) Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai. b) Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun. B. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. a) Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. b) Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu

kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan 5. JENIS-JENIS KEHILANGAN Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu: a) Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe kehilangan,yang mana harus ditanggung oleh

seseorang.Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi. b) Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh. c) Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut. d) Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

e) Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian. 6. TAHAP-TAHAP BERDUKA Teori Kubler-Ross kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut: a) Penyangkalan (Denial) Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti Tidak, tidak mungkin seperti itu, atau Tidak akan terjadi pada saya! umum dilontarkan klien. b) Kemarahan (Anger) Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin bertindak lebih pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan. c) Penawaran (Bargaining) Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain. d) Depresi (Depression) Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah. e) Penerimaan (Acceptance) Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

7. INTERVENSI No 1. Tentukan pada tahap Perencanaan Rasional

berduka mana pasian terfiksasi. Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk Identifikasi perilaku-perilaku yang berhubungan dengan tahap perencanaan keperawatan yang efektif bagi pasien yang berduka. ini. Bina hubungan saling percaya dengan klien.Perlihatkan sikap Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar terbina hubungan terapeutik. empati dan perhatian kepada klien. Berikan motivasi dan anjurkan klien mengenali peristiwa Motivasi dan mengenali jenis kehilangan akan membuat klien kehilangan yang dialaminya, untuk mendiskusikan pikiran dan lebih terbuka mengenai pikiran dan perasaannya. perasaannya.

2.

3.

4.

Dengarkan klien dengan penuh empati. Berikan respon dan Hal ini menunjukkan rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlibat secara emosi. Klien akan merasa aman dan tidak menghakimi. nyaman saat bercerita kepada perawat. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang yang berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk berhubungan dengan berduka yang normal dapat menolong mengerti bahwa perasaan seperti rasa sedih dan kesepian mengurangi beberapa perasaan terhadap konsep kehilangan dan berduka adalah perasaan yang timbulnya respon-respon ini. wajar dan dapat diterima selama proses berduka. bersedih menyebabkan

5.

6.

Anjurkan klien mengidentifikasi cara cara mengatasi berduka Klien mampu memilih cara mengatasi kedukaan yang dirasa

yang dialaminya. 7. Libatkan klien dalam aktivitas kelompok

membuat klien nyaman. sesuai Aktivitas fisik / memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk mengeluarkan emosi dan kedukaan yang terpendam.

dengan aktivitas yang disenanginya. 8.

Anjurkan klien memahami hubungan antara kehilangan yang Mampu menerima baik aspek positif maupun negatif dari dialami dengan keadaan dirinya serta memanfaatkan faktor konsep kehilangan sebelum proses berduka selesai pendukung . seluruhnya.

9.

Anjurkan kepada keluarga klien menjaga komunikasi dan Selalu menjaga komunikasi dengan anak- anak dan menjadikan anak- anak sebagai sahabat akan membuat hubungan interpersonal masing-masing pihak saling mengerti dan memahami situasi yang dialami.

10.

Komunikasikan kepada pasien bahwa menangis merupakan hal Mampu mengurangi ekspresi perasaan sedih. yang dapat diterima.Menggunakan sentuhan merupakan hal yang terapeutik dan tepat untuk kebanyakan klien.

11.

Dorong pasien untuk menjangkau dukungan spiritual selama Merupakan salah satu metode untuk mengontrol perasaan dan waktu ini dalam bentuk apapun yang diinginkan untuknya.Kaji memperoleh kenyamanan kebutukan-kebutuhan spiritual pasien dan bantu sesuai

kebutuhan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu

DAFTAR PUSTAKA

Tamher,dkk.2009.Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan.Jakarta : Salemba medika. Nugroho.2006.Gerontik dan geriatrik,Edisi 3. Jakarta : EGC

You might also like