You are on page 1of 18

BAB.1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang

Proses pembelajaran merupakan esensi dari penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Tuntutan masyarakat terhadap efisiensi, produktivitas, efektivitas mutu, dan kegunaan hasil dalam penyelenggaraan proses pembelajaran merupakan hal yang menjadi keharusan. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas ternyata dihadapkan pada masalah yang menghambat keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Masalah yang terjadi dan sangat merisaukan pengajar adalah rendahnya partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama ini, para siswa cenderung hanya duduk, diam, dan sekedar mendengarkan tanpa memberikan respon yang relevan dengan materi pelajaran. Selama perkuliahan berlangsung tidak pernah muncul pertanyaan ataupun gagasan yang berkaitan dengan materi perkuliahan. Kecenderungan ini menjadi kendala bagi pengajar karena menyebabkan ketercapaian penguasaaan materi pelajaran oleh siswa sangat rendah. Fenomena rendahnya partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan tersebut perlu mendapat perhatian, dicari penyebabnya, dan segera diatasi. Upaya meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam perkuliahan merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena terkait erat dengan keberhasilan pendidikan di perguruan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa meliputi faktor kebebasan, tanggungjawab, pengambilan keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis, fisik, daya ingat, dan motivasi (Paulina Pannen : 2005). Motivasi belajar yang rendah tampaknya menjadi faktor penyebab utama terhadap rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran. Rendahnya motivasi belajar siswa berhubungan dengan prinsip-prinsip motivasi dalam belajar, yaitu perhatian, relevansi, percaya diri, dan kepuasan. Perhatian siswa dalam pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh menarik tidaknya proses pembelajaran tersebut baik dari segi materi maupun strategi pembelajarannya. Relevansi menunjukkan keterkaitan antara materi pembelajaran dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki dan kebutuhan siswa. Rasa percaya diri siswa harus ditumbuhkan dan dikuatkan agar dapat bereksplorasi dalam memahami pengetahuan.

Apabila proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan minat, karakteristik, dan kebutuhan, maka kepuasan belajar siswa dapat tercapai. Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dalam perkuliahan maka pembelajaran harus dirancang secara kreatif, yang memungkinkan terjadinya interaksi dan negosiasi untuk penciptaan arti dan konstruksi makna dalam diri siswa dan tenaga pengajar, sehingga dicapai pembelajaran yang bermakna. Tulisan ini dilatarbelakangi oleh kurangnya partisipasi aktif pelajar dalam setiap kegiatan pembelajaran dalam memahami konsep-konsep materi pelajaran, sehingga mengakibatkan pemahaman konsep dirasa kurang optimal, yang pada gilirannya hasil belajar yang dicapai pelajar masih rendah. Agar hal itu tidak terjadi, perlu dilakukan berbagai upaya salah satunya adalah menentukan metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini penulis mencoba menawarkan dan memaparkan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan koneksi materi pelajaran pada siswa. 1.2 Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan pendekatan inquiry? Apa yang menjadi tujuan dilakukannya pendekatan inquiry? Bagaimana ciri-ciri dari pendekatan inquiry? Apa yang menjadi prinsip dari pendekatan inquiry? Apa yang menjadi syarat dari pendekatan inquiry? Bagaimana langkah-langkah pendekatan inquiry? Ada berapa pembagian pendekatan inqury? Apa saja keunggulan dan kelemahan dari pendekatan inquiry? Apa yang menjadi hambatan pendekatan inquiry? 1.3 Tujuan A. Menjelaskan defenisi pendekatan inquiry B. Menjelaskan tujuan pendekatan inquiry C. Menjelaskan ciri-ciri pendekatan inquiry D. Menjelaskan prinsip-prinsip pendekatan inquiry E. Menjelaskan syarat-syarat pendekatan inquiry F. Menjelaskan langkah-langkah pendekatan inquiry G. Menjelaskan jenis-jenis pendekatan inquiry H. Menjelaskan keunggulan dan kelemahan pendekatan inquiry I. Menjelaskan hambatan dalam pendekatan inquiry

BAB.2 ISI A.Pengertian Pendekatan Inquiry Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan prosesproses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Pengertian pendekatan Inquiry menurut Dr. Nana Sudjana mengataka bahwa: Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar. Pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikirnya biasa dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Dalam penyajian bahan, guru tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final, tetapi siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri (Ahmadi dan Joko Tri Prastya, 1997:22). Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran; sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar (Dirtendik, 2008:36).

Pendekatan pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif dan konstruktivis. Menurut aliran kognitif, belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal, sedangkan menurut aliran konstruktivis, pengetahuan akan bermakna bila dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Belajar merupakan proses mencari dan menemukan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui keterampilan berpikir (Sanjaya, 2009:195-196). Pendekatan pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa, keingintahuan manusia secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaning full) bila didasari oleh keingintahuan. B. Tujuan Pendekatan Inquiry Tujuan utama pendekatan Inquiry adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Di dalam buku Belajar dan Pembelajaran disebutkan bahwa tujuan pendekatan Inquiry adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah. Jadi, dalam pembelajaran dengan berdasarkan pendekatan Inquiry ini peran guru adalah bertindak sebagai fasilitator, narasumber dan penyuluh kelompok. Selain itu peran guru sebagai konselor, pembina dan pengarah. Guru harus senantiasa memberikan bantuan kepada kelompok dalam melaksanakan interaksi, mengungkapkan argumentasi, mengumpulkan bukti, dan mengarahkan diskusi Peran guru dalam proses pembelajaran berdasarkan Inquiry, antara lain: a. Menciptakan suasana bebas berpikr sehingga siswa berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah; b. Fasilitator dalam penelitian; c. Rekan diskusi dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecahan masalah;

d. Pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternatif dalam pemecahan masalah. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan. Peranan siswa yang penting dalam pembelajaran Inquiry adalah: a. Mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah; b. Pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian; c. Penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan; d. Penemu pemecahan masalah.

C. Ciri-ciri Pendekatan Inquiry Ada tiga ciri utama dalam Inquiry, yaitu sebagai berikut: 1. Pendekatan Inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal. Artinya, Inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. 2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dalam proses pembelajaran Inquiry, menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. 3. Tujuan dari penggunaan inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian

dari proses mental. Dalam pembelajaran Inquiry, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya jika ia bisa menguasai materi pelajaran. D. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pendekatan Inkuiri Dalam penggunaan Inquiry, terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual Tujuan utama dari Inquiry adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pendekatan ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, keberhasilan dengan menggunakan pendekatan ini bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. b) Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. c) Prinsip Bertanya Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah Inquiry sangat diperlukan. d) Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. e) Prinsip Keterbukaan Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

E. Syarat Pelaksanaan Inquiry Pendekatan Inquiry dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa/ problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa; b. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; c. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup; d. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, dan berdiskusi; e. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar; f. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa Strategi instruksional dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan Inquiry dapat berhasil apabila guru memperhatikan kriteria sebagai berikut: a. Mendefinisikan secara jelas topik Inquiry yang dianggap bermanfaat bagi siswa; b. Membentuk kelompok-kelompok dengan memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial;

c. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara responsif dan tepat waktu; d. Intervesnsi untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sehat dan terdapat dalam kemajuan pelaksanaan tugas; e. Melakukan evaluasi dengan berbagai cara untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai Walaupun dalam praktiknya aplikasi pendekatan pembelajaran Inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan Inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources. Question, yaitu pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini (sesuai dengan Taxonomy Bloom) siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi. Student Engangement, yaitu dalam pendekatan Inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.Cooperative Interaction, yaitu siswa diminta untuk berkomunikasi,bekerja

berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar. Performance Evaluation, yaitu dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan

yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. Variety of Resources, yaitu siswa dapat menggunakan bermacammacam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain.

F. Langkah-Langkah Pendekatan Inquiry Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan Inquiry, yaitu: a. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa; b. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis; c. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab

permasalahan/hipotesis; d. Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; e. Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru. Secara umum, proses pembelajaran dengan menggunakan Inquiry dapat mengikuti langkahlangkah sebagai berikut: a. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan Inquiry sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah. Tanpa kemauan dan kemampuan itu, tidak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru melakukan kegiatan-kegiatan berikut. 1) Mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. 2) Merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. 3) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

4) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan (Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan simpulan). 5) Menjelaskan kepada siswa tentang pentingnya topik dan kegiatan belajar. b. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pendekatan Inquiry. Oleh sebab itu, melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya adalah: 1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. 2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. 3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. c. Mengajukan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Untuk itu, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki manusia sejak lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat menemukan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah suatu aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam Inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima atau sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. f. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan akhir dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan. Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik menyebutkan bahwa penggunaan pendekatan Inquiry dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini: a. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus Inquiry secara jelas; b. Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta; c. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah kedua; d. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul; e. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai proposisi tentang fakta.

Berikut ini akan disajikan dalam bentuk bagan langkah-langkah pelaksanaan dalam pendekatan Inquiry:

1. Guru memilih tingkah laku tujuan

2. Guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan

siswa mengemukakan pendapatnya 3. Siswa menetapkan hipotesis/ praduga jawaban untuk dikaji lebih lanjut (alternatif jawaban) lebih lanjut (alternatif jawaban) 4a. Secara spontan siswa menjelajahi informasi/data untuk menguji praduga baik secara individu ataupun kelompok 3a. Siswa tidak banyak berusaha mencari informasi untuk membuktikan praduga 4b. Guru membantu siswa/ mendorong melakukan kegiatan belajar untuk mencari informasi yang diperoleh

Siswa menarik kesimpulan

Inquiry 5. Siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/menarik kesimpulan

Bagan. Langkah Pelaksanaan Pendekatan Inquiry

G. Jenis-Jenis Pendekatan Inquiry

Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah: 1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach) Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa. 2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach). Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki. Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2) karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3.Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach) Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur. Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri

penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain. Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, penulis memilih Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, dan siswa masih belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri serta karena siswa masih dalam taraf belajar proses ilmiah, sehingga penulis beranggapan pendekatan inkuiri terbimbing lebih cocok untuk diterapkan. Selain itu, penulis berpendapat bahwa pendekatan inkuiri bebas kurang sesuai diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena dalam proses pembelajaran matematika topik yang diajarkan sudah ditetapkan dalam silabus kurikulum matematika, sehingga siswa tidak perlu mencari atau menetapkan sendiri permasalahan yang akan dipelajari. H. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: 4. Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna. 5. Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarmereka. 6. Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

7. Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya: 1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi ini tampaknya akan sulit diimplementasikan.

I. Hambatan-hambatan Implementasi Pendekatan Inkuiri Dalam implementasinya, pendekatan pembelajaran inkuiri memiliki hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan itu adalah sebagai berikut : Pertama, strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar. Selama ini guru yang sudah terbiasa dengan pola pembelajaran sebagai proses menyampaikan informasi yang lebih menekankan kepada hasil belajar, banyak yang merasa keberatan untuk mengubah pola mengajarnya, bahkan ada guru yang menganggap bahwa strategi pembelajaran inkuiri sebagai strategi yang tidak mungkin dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan budaya dan sistem pendidikan di Indonesia. Sifat guru cenderung konvensional, sulit untuk menerima pembaruan-pembaruan. Kedua, sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru. Para guru dianggap sebagai sumber belajar yang utama. Budaya belajar semacam itu sudah lama terbentuk dan menjadi kebiasaan Ketiga, berhubungan dengan sistem pendidikan di Indonesia yang dianggap tidak konsisten. Misalnya, sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya

menggunakan pola pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan student active learning atau yang dikenal dengan CBSA, atau melalui anjuran penggunaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), namun di lain pihak sistem evaluasi yang masih digunakan misalnya sistem ujian akhir nasional (UAN) yang hanya berorientasi pada pengembangan aspek kognitif dan hasil belajar. Keadaan ini dapat menambah kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan.

BAB.3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan - Pendekatan inquiry merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. - Tujuan pendekatan Inquiry adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. - Ciri-ciri pendeatan inquiry: o Pendekatan Inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal. o Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief) o mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental
- Prinsip Pendekatan Inquiry: Berorientasi pada Pengembangan Intelektual, Prinsip

Interaksi, Prinsip Bertanya, Prinsip Belajar untuk Berpikir, dan Prinsip Keterbukaan - Jenis-jenis Inquiry: o Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach) o Inkuiri Bebas (free inquiry approach). o Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)

3.2 Saran Dalam memahami pendekatan Inquiry, diperlukan beberapa refrensi agar semakin memperkaya khazanah ilmu pengetahuan. Pendekatan Inquiry ini sangat dianjurkan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena pendekatan ini membuat siswa menjadi terpacu, semangat, dan aktif untuk belajar.

You might also like