You are on page 1of 1

Sajak dongeng marsinah karya Sapardi Djoko Damono (sebuah pendekatan semiotik) Sekar Galuh Endah Pinuji Lawuningrum

Penelitian ini berjudul SAJAK DONGENG MARSINAH KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (SEBUAH PENDEKATAN SEMIOTIK). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan: 1). Wacana puitik yang membangun sajak Dongeng Marsinah; 2). Hubungan intertekstualitas sajak Dongeng Marsinah dengan sajak Nyanyian Angsa sebagai karya bandingan meliputi hubungan komparatif dan kontrastifnya; dan 3). Tema dan amanat yang terdapat dalam sajak Dongeng Marsinah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Objek penelitian ini adalah wacana puitik sajak Dongeng Marsinah dan sistem tanda yang terdapat di dalamnya. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yaitu sajak Dongeng Marsinah, diambil dari kumpulan sajak Ayat-Ayat Api karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Firdaus Jakarta pada bulan Maret 2000 dan sumber data sekunder berupa wawancara dengan Sapardi. Sumber data tersebut diperoleh dengan teknik wawancara dan teknik pustaka. Teknik analisis data dalam penelitian ini secara operasional terlihat dalam proses pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan yang menggunakan metode deduktif dan induktif. Dari hasil analisis sajak Dongeng Marsinah dengan pendekatan semiotik dapat diperoleh tiga kesimpulan, sebagai berikut. Wacana puitik yang membangun sajak Dongeng Marsinah meliputi konvensi ketaklangsungan ekspresi terdiri dari penciptaan arti, pemiuhan arti dan penggantian arti, selanjutnya dilakukan pembacaan sajak secara heuristik dan hermeneutik. Hubungan intertekstual antara sajak Dongeng Marsinah dan sajak Nyanyian Angsa (meliputi hubungan kontrastif dan komparatif) sangatlah erat karena keduanya berbicara dengan tema, cerita dan situasi yang sama. Keduanya bercerita tentang penderitaan dan daya hidup perempuan dengan berbagai rintangan hidup yang telah menekannya. Di samping itu, diungkap tentang ketidakadilan dalam kehidupan yang diciptakan sesama manusia. Secara kontrastif, antara kedua sajak yang pokok adalah perbedaan pekerjaan tokoh utama yang menimbulkan pandangan berbeda dalam masyarakat. Pertentangan lainnya adalah Rendra lebih terbuka mengungkap emosi dan perasaan tokohnya, sedangkan Sapardi lebih memilih berdiri di luar tokohnya, tidak ada penggambaran signifikan yang menunjukkan emosi tokohnya. Nyanyian Angsa memuat adanya nonsense yaitu bunyi yang tidak mempunyai arti leksikal. Kontrastif juga terdapat dalam penyampaian kehadiran malaikat, kesan dan sikap penyair terhadap tokoh, malaikat dan alam dalam sajak-sajaknya. Tema dalam Dongeng Marsinah adalah ketidakadilan sosial yang tercermin dari judul dan keseluruhan isi sajak. Tema mengantar pembaca untuk mendapatkan amanat bahwa pembaca diajak untuk menyadari, merenungi, berpikir dan belajar dari pengalaman dan kejadian untuk selanjutnya menempuh kehidupan dengan sebaik-baiknya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Analisis ini masih sangat sederhana maka perlulah kiranya peneliti-peneliti lain menganalisis sajak ini dengan pendekatan yang lain sehingga diperoleh beberapa hasil yang dapat memperluas wawasan kita semua.

1/1

You might also like