You are on page 1of 31

By: Arif wahyudi Bambang eko s.

Pendahuluan Typhus Abdominalis terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di daerah tropis. Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun.

Pngertian Thypus Abdominalis Penyakit typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut dengan gejala demam lebih dari 1 minggu. Gangguan pencernaan yang terjadi adalah bibir kering, lidah kotor, selaput putih, ada perut kembung nyeri tekan dan gangguan kesadaran (ngartiyah, 2001).

KLASIFIKASI 1) Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna , gangguan kesadaran 2) Paratypus adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita mengalami buang buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang.

Manifestasi Klinis Masa inkubasi rata-rata 2 minggu gejalanya: cepat lelah, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh badan. Demam berangsur-angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3 demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-angsur.

Komplikasi Komplikasi intestinal Perdarahan usus Perforasi usus Peritonitis Komplikasi ektra-intestinal Komplikasi kardiovaskuler Komplikasi darah Anemia hemolitik Komplikasi paru Pneumonia, emfiema, dan pleuritis Komplikasi hepair dan kandung empedu Hepatitis dan kolesistitis

Faktor Resiko
Penyakit Typhus dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar dengan kuman Typhus. Bila anda sering menderita penyakit ini kemungkinan besar makanan atau minuman yang Anda konsumsi tercemar bakterinya. Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu.

Pencegahan Menurut penelitian Anggy Anggraeni Wahyudhie (2010) Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi, karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi.

Pengobatan 1. Perawatan Umum Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Paasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.

2. Diet Di masa lampau, pasien demam tifoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid .

Asuhan Keperawatan
Menurut penelitian Subhan (2002) Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai empat tahapan yaitu pengkajian, perencanaan, palaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian A) Pengumpulan data oIdentitas klien oKeluhan utama oRiwayat penyakit sekarang oRiwayat penyakit dahulu oRiwayat penyakit keluarga

B) Pola-pola fungsi kesehatan

o Pola nutrisi dan metabolisme o Pola eliminasi o Pola aktivitas dan latihan

o Pola tidur dan istirahat


o Pola persepsi dan konsep diri o Pola sensori dan kognitif o Pola hubungan dan peran

C) Pemeriksaan fisik
o

o
o

Keadaan umum Tingkat kesadaran Sistem respirasi

o Sistem kardiovaskuler

o
o o

Sistem integumen Sistem gastrointestinal Sistem muskuloskeletal

2. Diagnose keperawatan
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

oksigen dengan kebutuhan, dispnea. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella thypii. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradangan. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu tubuh. Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya.

3. Intervensi Keperawatan a). Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan, dispnea. Kaji frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan Selidiki perubahan kesadaran Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring Dorong penggunaan teknik napas dalam

b). Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi, proses peradangan


Intervensi Keperawatan Observasi tanda-tanda vital Beri kompres pada daerah dahi Anjurkan untuk banyak minum air putih Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik

c). Nyeri berhubungan dengan proses peradangan Intervensi keperawatan Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeri Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien. Ajarkan tehnik nafas dalam Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi Kolaborasi obat-obatan analgetik

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, demam Intervensi Keperawatan Kaji pola tidur klien Berikan bantal yang nyaman Berikan lingkungan yang nyaman, batasi pengunjung Anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam/masase punggung sebelum tidur

e) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan hipertermi, intake inadekuat Intervensi Keperawatan Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat muntah, kehausan dan turgor kulit Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan

f). Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, nausea, intake inadekuat Intervensi keperawatan Kaji kemampuan makan klien Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering Beri nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan makanan yang disukai

g). Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi Intervensi Keperawatan Kaji pola eliminasi klien Auskultasi bising usus Selidiki keluhan nyeri abdomen Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BAB

h). Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran Intervensi Keperawatan Kaji status neurologis Istirahatkan hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil Hindari aktivitas yang berlebihan Kolaborasi

i). Kelemahan berhubungan dengan intake inadekuat, tirah baring intervensi Keperawatan Kaji tingkat intoleransi klien Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari Bantu mengubah posisi tidur minimal tiap 2 jam Tingkatkan kemandirian klien yang dapat ditoleransi

j). Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan; tirah baring Intervensi keperwatan : Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan Lakukan washlap keseluruh tubuh klien dengan air hangat Anjurkan klien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan gigi dan mulut klien Anjurkan orang tua klien untuk mengganti pakaian klien setiap hari

k. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya Intervensi Keperawatan Kaji tingkat kecemasan yang dialami orang tua klien Beri penjelasan pada orang tua klien tentang penyakit anaknya Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannya

Evaluasi a. Pola napas efekti Tidak terdapat pernapasan cuping hidung Tidak ada keluhan sesak Frekuensi pernapasan dalam batas normal 24-32 x/menit b. Suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria : Suhu tubuh 36C - 37C Bebas demam c. Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria : Klien tidak mengeluh nyeri. Wajah klien ceria

d. Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dengan kriteria : Turgor kulit baik. Mukosa lembab Intake cairan adekuat. Tidak terjadi muntah. e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria : Nafsu makan baik Menunjukkan berat badan stabil/ideal. f. Tidak terjadi gangguan pola tidur dengan kriteria: Tidak ada keluhan tidur kurang Klien tampak segar Klien tidur 8-10 jam semalam

g.Gangguan persepsi sensori teratsi ditandai dengan tidak terjadi gangguan kesadaran h.Tidak terjadi gangguan eliminasi BAB, dengan kriteria: Klien BAB 1 kali sehari Konsistensi lunak i. Kelemahan tearatasi ditandai dengan klien mampu melakukan aktivitas sehari-sehari secara mandiri j. Gangguan personal hygiene teratasi ditandai dengan klien tampak rapi dan tampak segar k. Kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria : Ekspresi wajah oran tua nampak tenang Orang tua nampak tenang

KESIMPULAN Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian penyakit Typhus adalah penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa. Tetapi demam tifoid lebih sering menyerang anak. Walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan daripada orang dewasa. Menurut Darmowandowo, selama terjadi infeksi bakteri S. typhi bermultiplikasi dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah.

You might also like