You are on page 1of 17

PEMBUATAN DAN ANALISIS BIOETANOL DARI TEPUNG SINGKONG

Oleh: Aulia Tulananda Claudia Neng Teti Komala Tanti Yulianti RP NIM. 111431004 NIM. 111431005 NIM. 1114310 NIM. 1114310

2014

Kimia Bahan Alam

Program Studi Analis Kimia Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung

Tujuan

Membuat bioetanol dari tepung singkong (Manihot utilissima) dan memurnikan produk etanol yang dihasilkan Menentukan waktu fermentasi optimum Menentukan konsentrasi optimum Saccharomyces cerevisiae dalam proses fermentasi Melakukan analisa kualitatif dan kuantitatif bahan baku dan produk

Teori

Rancangan Penelitian
Dibuat etanol yang diperoleh dari hasil fermentasi pati singkong menggunakan Ragi (Saccharomyces cereviseae). Untuk menentukan kondisi optimum proses fermentasi maka dilakukan beberapa variasi kondisi Variasi Waktu Fermentasi variasi pada 24, 48, 72 dan 96 jam Variasi Konsentrasi Saccharomyces cereviseae variasi konsentrasi yaitu 0,2 dan 0,4%

Prosedur
Persiapan dan analisa bahan baku. Kualitaitif = Uji Iodine dan Barfoed Kuantitatif = Kadar Gula Pereduksi dan Pati Hidrolisis Terpung Pati Fermentasi Destilasi Fermentat Dehidrasi

Hasil (likuifikasi dan sakarifikasi)


Suspensi pati:air (1:10) dilarutkan dipanaskan pada suhu 90oC sampai terbentuk gel. Ditambah 0,6 mL alfa amilase, dipanaskan selama 2 jam dan terbentuk dekstrin. (dilakukan uji iodine). HASIL POSITIF Suhu diturunkan menjadi 60oC dan ditambahkan enzim glukoamilase (suhu dipertahankan 60oC selama 2 jam). Akan terbentuk glukosa hasil konversi dekstrin oleh enzim. (dilakukan uji barfoed) HASIL POSITIF Reaksi:

Hasil (fermentasi)
Fermentasi dilakukan pada pH 4 dan ditempatkan di reaktor yang anaerobik. Saccharomyces cerevisiae dapat mengonversi gula menjadi etanol karena adanya enzim invertase dan zymase. Pada proses ini, 1 molekul gula akan diubah menjadi 2 molekul etanol oleh enzim yang ada pada yeast tersebut.

Hasil (variasi waktu fermentasi)

DILAKUKAN VARIASI WAKTU FERMENTASI SELAMA 24, 48, 72 dan 96 jam. Kadar etanol di ukur setiap harinya menggunakan refraktometer dan dapat dilihat dari grafik dibawah:

Waktu optimum fermentasi pada jam ke 72 dengan kadar etanol 30%

Hasil (variasi Kons. Saccharomyces


cerevisiae)
Konsentrasi Sacc. Ser. (%) 0,2 0,4

Kadar etanol (%) 34 38

Konsentrasi terbaik Saccharomyces cerevisiae yaitu 0,4%.

Pembahasan (nilai konversi)


10% pati di hidrolisis secara enzimatis menggunakan e. glukoamilase. Dari pengujian, diperoleh kadar gula pereduksi sebesar 2,24%. Nilai konversi pati menjadi gula sebesar 22,4%
Nilai Konversi pati menjadi gula (metode luff schoorl)

Konversi gula menjadi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae Sacc. Cer. 0,2% Sacc. Cer. 0,4%

19,20 %

25,00 %

Pembahasan (Distilas)

Dapat memperoleh etanol sampai 95% fermentat dg kadar etanol 34% dan 38% (metode refraktometer) di distilasi terpisah pada 85oC untuk menaikkan kadarnya. Hasil akhir diperoleh kadar etanol 28% untuk keduanya, seharusnya lebih tinggi dari 34%. Hasil yang diperoleh tersebut anomali. Sumber kesalahan menurut kami terletak pada metode analisis kadar etanol fermentat.

Pembahasan (Dehidrasi)

Dapat memperoleh etanol absolut (>99,5%) dari etanol 95% (dari p. Distilasi) Distilat kemudian di dehidrasi menggunakan natrium sulfat anhidrat. Hasil dehidrasi mengalami kenaikan kadar etanol yang signifikan dari 28% menjadi 68%.

Kesimpulan

Waktu optimum fermentasi yaitu pada jam ke 72 Kadar saccharomyces cerevisiae optimum sebesar 0,4% Konversi pati menjadi monosakarida oleh enzim alfa amilase dan enzim glukoamilse seebsar 22,4% Konversi monosakarida menjadi etanol oleh S. Cerevisiae 0,2% dan 0,4% berturut-turut yaitu sebesar 19,20% dan 20,00%

Kesalahan analis
Metode pengukuran kadar etanol fermentat Seharusnya menggunakan metoda yang benarbenar selektif terhadap sampel (etanol) seperti GC. Bila menggunakan indeks bias, perlu dilakukan dengan metode standar dalam untuk meminimalisasi kesalahan akibat matriks penganggu Apa lagi hayo

Saran

Perlu dilakukan analisa lanjutan dengan konsentrasi S. cerevisiae 0,6 % Bila hidrolisis digunakan menggunakan enzim, sebaiknya diperhatikan kemampuan mengonversinya. (enzim yang baru) Analisa fermentat (yang mengandung banyak pengotor) sebaiknya menggunakan GC atau refraktometer dengan standar dalam.

TERIMAKASIH

You might also like