You are on page 1of 14

ASUHAN KEPERAWATAN INKONTINENSIA URIN PADA LANJUT USIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah er!

ntik D!sen Pem"im"ing# Sugeng S$ S%Ke&%Ns

OLEH # KELOMPOK ' Mega Sin(a S Th!"i" S0u0uti De2i T3 Witanti am"arsari E4a Dian5ari ) *D++,+-./ ) *D++,+1+/ ) *D++,+1'/ ) *D++1**./ ) *D++1**'/

Kelas # A.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNI6ERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 7AKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU8ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO .+**

3A3 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan adalah proses penurunan secara bertahap kemampuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal tubuh dan memulihkannya kembali apabila terjadi kerusakan. Penyakit-penyakit yang timbul pada lanjut usia terbanyak disebabkan oleh penurunan fungsi pengaturan tubuh salah satunya yaitu inkontinensia urin. Inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari, dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan maslah gangguan kesehatam atau social. Inkontinensia urin dapat terjadi karena kelainan dari saluran kemih itu sendiri maupun kelainan neurologik. Selain itu, inkontinensia urin juga dapat terjadi karena kondisi keji aan pasien. Pre!alensi inkontinensia urin menurut The asia Passific Continense Board "AP#$% sebanyak &',()-*+), di mana perempuan lebih banyak menderita ",+,,)% dari pada laki-laki "+,-)%. $ari sejumlah penderita perempuan tersebut &.,() adalah stres inkontinensia, ,',+) inkontinensia gesa "urge Incontinence% dan +) adalah kombinasi. Pre!alensi inkontinensia urin di Indonesia belum ada angka pasti, dari hasil bebebrapa penelitian didapat angka kejadian berkisar antara &') sampai dengan *') "Suparman /, &''-%. Inkontinensia urin merupakan suatu gejala dan bukan merupakan suatu penyakit. 0arena itu, penanganan kasus inkontinensia urin dilakukan dengan pendekatan multidisiplin. 3% Rumusan Masalah 1akalah ini berusaha mengetahui ja aban atas pertanyaan-pertanyaan berikut2 ,. &. *. .. Apakah pengertian inkontinensia urin3 Bagaimanakah etiologi inkontinensia urin3 Bagaimana tanda dan gejala inkontinensia urin3 Apa saja tipe-tipe inkontinensia urin3

+. 4. 5. -.

Bagaimanakah patofisiologi inkontinensia urin3 Bagaimanakah penatalaksanaan inkontinensia urin3 Bagaimana Asuhan 0epera atan inkontinensia urin3 Bagaimana pencegahan inkontinensia urin3

9% Tu:uan Adapun tujuan dari makalah ini adalah 2 ,. &. *. .. +. 4. 5. -. 1engetahui pengertian inkontinensia urin. 1engetahui etiologi inkontinensia urin. 1engetahui tanda dan gejala inkontinensia urin. 1engetahui tipe-tipe inkontinensia urin. 1engetahui patofisiologi inkontinensia urin. 1engetahui penatalaksanaan inkontinensia urin. 1engetahui asuhan kepera atan inkontinensia urin. 1engetahui pencegahan inkontinensia urin.

3A3 II PEM3AHASAN ,. Pengertian Inkontinensia urin merupakan hilangnya miksi secara menetap dengan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap akibat gangguan kontraktilitas detrusor atau obstruksi kandung kemih. 0ebocoran urin bisanya sedikit dan !olume residual pascakemih "post!oid% bisanya meningkat "Santoso BI, &''-%. Inkontinensia urin merupakan urin yang tidak terkontrol yang mengakibatkan gangguan hygene dari social dan dapat dibuktikan secara objektif. Inkontinensia ini dapat terjdi dengan derajat yang ringan berupa keluarnya urin hanya beberapa tetes sampai dengan keadaan berat dan sangat mengganggu penderita "Suparman /, &''-%. Inkontinensia urin merupak eliminasi urin dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di luar keinginan. 6ika inkontinensia urin terjadi akibat kelainan inflamasi "sistitis%, mungkin sifatnya sementara. 7amun, jika kejadian ini timbul karena kelainan neurologis yang serius "paraplegia%, kemungkinan besar sifatnya akan permanen "Smelt8er, &''&%. &. /tiologi Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain2 melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi "gerakan% abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga alaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. Penyebab Inkontinensia 9rine "I9% antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian ba ah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan:keinginan ke toilet. ;angguan saluran kemih bagian ba ah bisa karena infeksi. 6ika terjadi infeksi saluran kemih, maka tatalaksananya adalah

terapi antibiotika. Apabila !aginitis atau uretritis atrofi penyebabnya, maka dilakukan tertapi estrogen topical. <erapi perilaku harus dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi. $an, bila terjadi impaksi feses, maka harus dihilangkan misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang adekuat, atau jika perlu penggunaan laksatif. Inkontinensia 9rine juga bisa terjadi karena produksi urin berlebih karena berbagai sebab. 1isalnya gangguan metabolik, seperti diabetes melitus, yang harus terus dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretika seperti kafein. *. Patofisiologi Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain2 = >ungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin. Bisa juga disebabkan oleh kelainan di sekeliling daerah saluran kencing. = >ungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih. = <erjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Inkontinensia urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi suprapons dan suprasakral. Ini sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi. .. <ipe-tipe Inkontinensia 9rin a. Inkontinensia akibat stress 1erupakan eliminasi urin di luar keinginan melalui uretra sebagai akibat dari peningkatan mendadak pada tekanan intra-abdomen. <ipe ini yang paling sering ditemukan pada detrusor. b. Urge incontinence anita dan dapat disebabkan oleh cidera obstetrik, lesi kolum !esika urinaria, kelainan ekstrinsik pel!is, fistula, dan disfungsi

<erjadi bila pasien merasakan dorongan atau keinginan untuk urinasi tetapi tidak mampu menahannya cukup lam sebelum mencapai toilet. Pada banyak kasus, kontraksi kandung kemih yang tidak dihambat merupakan faktor yang menyertai, keadaan ini dapat terjadi pada pasien disfungsi neurologi yang mengganggu penghambatan kontraksi kandung kemih. c. Overflow incontinence $itandai oleh eliminasi urin yang sering dan kadang-kadang terjadi hamper terus menerus dari kandung kemih. 0endung kemih tidak dapat mengosongkan isinya secara normal dan mengalami distensi yang berlebihan. 1eskipun eliminasi urin terjadi dengan sering, kandung kemih tidak pernah kosong. d. Inkontinensia fungsional 1erupakan inkontinensia dengan funsi saluran kemih bagian ba ah yang utuh tetapi ada faktor lain, seperti gangguan kognitif berat yang membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi "misalnya, dimensia, al8heimer% atau gangguan fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toilet untuk urinasi. e. Inkontinensia urin campuran 1encakup cirri-ciri inkontinensia yang sudah ada disertai faktor-faktor yang lain. +. <anda dan ;ejala 1elaporkan merasa desakan berkemih, disertai ketidakmampuan mencapai kamar mandi karena telah mulai berkemih. $esakan, frekuensi, dan nokturia Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil urin ketika terta a, bersin, melompat, batuk, membungkuk Inkontinensia o!erflo , dicirikan dengan aliran urin yang buruk atau lambat dan merasa menunda atau mengejan

Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan !olume dan aliran urin yang adekuat ?igiene buruk atau tanda @ tanda infeksi 0andung kemih terletak di atas simfisis pubis

4. Penatalaksanaan a. Pemakaian peralatan Pemakain pad:diapers "pampers% atau peralatan untuk mencegah keluarnya urin Peralatan untuk uretra2 9rethra shield atau caps, urethra tubes. Peralatan untuk !agina2 tampon, pessarium, introl bladder neck support "merupakan cincin fleksibel yang ditempatkan di dalam !agina yang mempunyai dua sisi untuk menekan dinding !agina dengan menyokong uretra%. b. <erapi non farmakologi <erapi non farmakologis sebenarnya tujuan utamanya untuk menguatkan otot panggul melalui latihan. 1etode pelatihan yang dikenalkan antara lain2 Latihan memperkuat otot dasar pel!is "senam 0/;/L%. Senam 0/;/L ini berfungsi untuk memperkuat otot-otot dasar pel!is yang menyokong kandung kemih dan penutup uretra. Latihan ini berguna pada stress incontinence dan urge incontinence. Bladder <raining $isini dibutuhkan kemauan dan disiplin dari penderita serta penga asan dan bimbingan dari instruktur. Biasanya pemberian pengobatan ini bersamaan aktunya. c. <erapi farmakologi Inkontinensia urge2 antikolinergik seperti ABybutinin, Propantteine, $icylomine, fla!oBate, Imipramine. 0erjanya menghambat kontraksi dari

kandung kemih, yang berlebihan meningkatkan kapasitas kandung kemih, dan memperlambat rasa ketergesaan untuk berkemih. Inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine berfungsi untuk menguatkan otot polos yang membuka dan menutup sfingter uretra. d. <erapi pembedahan Prosedur operasi yang ada sebagai berikut2 Retropubic colposuspension surgery 1erupakan tindakan operasi dengan membuka abdomen bertujuan untuk memperbaiki posisi dari kandung kemih dan uretra. Marshall !archetti "rant# procedure 1erupakan prosedur tindakan operasi dengan membuka dinding abdomen. Aperator akan menaikkan uretra dan leher kandung kemih dengan menggunakan benang jahitan kemudian diikat pada tulang ra an terdekat seperti simpisis os pubis. Laparaskopi $eedle suspension Pada dasarnya tindakan ini adalah menggunakan benang yang diikat pada masing-masing sisi dari kandung kemih dan diikatkan ke otot atau os pubis. %rtificial sphincter Sfingter buatan. 5. Asuhan 0epera atan a. Pengkajian Anamnesis Pada anamnesis akan mendapatkan keluhan dari pasien2

Pada stress inkontinensia penderita akan mengeluh keluarnya urin dalam jumlah kecil pada saat melakukan kegiatan fisik "batuk, bersin, dll%. Pada urge inkontinensia penderita akan mengeluhkan keluarnya urin dalam jumlah banyak pada saat yang tidak diharapkan seperti saat tidur. <ipe campuran kedua diatas penderita mengeluh gejala seperti yang terdapat pada kedua tipe di atas. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan teliti termasuk pemeriksaan ginekologi. Pembesaran rectal, genitalia, dan daerah abdomen yang dapat menyebabkan atau menambah keadaan masalah inkontinensia. Pemeriksaan urinalis Pemeriksaan ini bertujuan untuk menghindarkan adanya infeksi saluran kemih, batu buli-buli dan tumor kandung kemih $aftar harian berkemih $ibuat untuk mengetahui frekuensi berkemih, !olume urin yang dikeluarkan, adanya nokturia atau tidak, keinginan berkemih, lamanya pencatatan berkemih ini dilakukan .-+ hari pada penderita. <es batuk Pada tes ini kandung kemih diisi dengan cairan steril kurang lebih &+' ml melalui kateter. 0emudia kateter dicabut penderita dimont auntuk melakukan !alsa!a atau batuk dan diobser!asi keluarnya urin pada saat batuk atau tindakan !alsa!a. 9S; "ultrasonografi% untuk mengidentifikasi kelainan pada leher kandung kemih dan juga untuk mendiagnosa instabilitas otot detrusor. Pemeriksaan urodinamik $ilakukan jika diagnose masih diragukan. 9ntuk menilai hubungan fisiologis antara !esika urinaria dengan uretra.

Intra!enous pyelogram $igunakan untuk urge inkontinensia dengan mendeteksi abnormalitas struktur uretra, penyempitan uretra, pengosongna kandung kemih tidak lengkap.

b. $iagnosa 0epera atan $ari hasil pengkajian, dapat ditegakkan diagnosa antara lain2 ,. 0ekurangan !olume cairan b:d kehilangan cairan aktif &. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan ketidakmampuan atau kesulitan mencapai toilet sekunder terhadap penurunan mobilitas atau moti!asi.
*. Cesiko kerusakan integritas kulit b:d gangguan status metabolik

c. /!aluasi S# Su"0ekti( 0lien dapat mengontrol saat ingin berkemih 0lien mengatakan bah a dirinya sudah dapat mengatur dan mengontrol untuk berkemih O# O"0ekti( -. Pencegahan a. Pencegahan Primer >okus pencegahan primer untuk fungsi renal dan urinary pada lansia termasuk pengkajian, pemantuan, dan akti!itas edukasi kepera atan. Seperti yang sudah disebutkan, fungsi ginjal tetap normal alaupun terdapat perubahan-perubahan terkait usia. 7amun, kemapuan renal berkurang, sehingga tuntunan kebutuhan fisiologis yang tidak biasa dan penyakit minor dapat diakomodasi. Asuhan kepera atan primer diarahkan untuk meminimalkan potensi untuk sesuatu yang melebihi kapasitas kekuatan renal dan pengurangan risiko yang berhubungan dengan perkembangan inkontinensia. Pengkajian dan pemantauan keseimbangan cairan dan kebiasaan makan sangat penting dilakukan. 0eluarga dapat menerima keadaan klien apa adanya. klien sudah mampu melakukan pengontrolan untuk rasa berkemih 1asalah teratasi

A# Analisis

P# Peren;anan Pertahankan kondisi

Penatalaksanaan kepera atan2 a. Pemantuan latihan fisik b. Pemantauan penyakit minor c. Pemantauan diet d. Pemantauan asupan cairan e. Pemantauan nokturia b. Pencegahan Sekunder 1asalah renal yang paling sering terjadi pada lansia adalah yang disebabkan oleh obat-obatan, infeksi, hipertensi, dan inkontinensia. Penatalaksanaan kepera atan dalam rangka pencegahan sekunder dari masalah ini dan masalah lainnya dapat diklasifikasikan ke dalam tiga area besar. Area pertama adalah pencegahan area komplikasi iastrogenik yang dapat terjadi baik dalam penanganan penyakit atau sistem organ yang lain atau selama prosedur diagnostik. Pencegahan ini berupa farmakoterapeutik, pemberian cairan parenteral, dan uji diagnostik. Area kedua berkenaan dengan penyakit yang secara langsung mempengaruhi penuaan sistem renal yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Pencegahan ini berupa penyakit glomerular, penyakit turbulointersisial, penyakit !ascular renal, penyakit obstruksi, gagal ginjal akut. Area ketiga adalah penatalaksanaan kepera atan inkontinensia. Pencegahan berupa latihan pel!is, maneu!er crede, baldder training, toileting secara terjad al, penggunaan alat-alat eksternal, kateterisasi secara intermiten, modifikasi lingkungan, pengobatan, dan pembedahan. Pilihan tergantung jenis inkontinensia. c. Pencegahan <ersier ;;0 jarang terjadi pada kelompok lansia daripada kelompok usia yang lebih muda. Inkontinensia jangka panjang, terutama pada pasien yang mengalami gangguan kognitif atau gangguan motorik menjadi maslah pada klien. Inter!ensinya menggunakan terapi modalitas yang tepat dan kombinasi modalitas harus dimulai dan dikaji keefektifannnya "6uniarti, &''&%.

3A3 III PENUTUP Kesim&ulan 0esimpulan yang bisa kita ambil dari makalah ini antara lain2 ,. Pengertian inkontinensia urian adalah

DA7TAR PUSTAKA Agustina, dkk. &''-. Pre!alensi Penderita AAB pada Pega ai Perempuan di Lingkungan $epartemen Abstetri dan ;inekologi CS9P7 $r. #ipto mangunkusumo 6akarta. Dol.*&, 7o.&, April &''-. 6uniarti, 7ety dan Sari 0urnianingsih. &''&. Bu"u %&ar 'eperawatan (eronti" )disi *. 6akarta2/;#. 6ohnson, 1arion, dkk. &'''. $ursing Outco!es Classification +$OC,. 9SA2 1osby. 1c#loskey, 6oanne #. and ;loria 1. Bulechek. ,((4. $ursing Intervention Classification +$IC,. 9SA2 1osby. 7A7$A. &''+. $ursing -iagnoses. -efinition and Classification *//0 *//1. Philadelphia2 7A7$A International. Santoso, Budi Iman. &''-. Inkontinensia 9rin pada Perempuan. Dolume2+-, 7omor25, 6uli &''-. Smelt8er, Su88ane #. dan Brenda ;. Bare. &''&. Buku Ajar 0epera atan 1edikal Bedah Brunner E Suddart, Dolume &, /disi -. 6akarta2 /;#. Suparman /, 6. Compas. &''-. Inkontinensia 9rin pada Perempuan 1enopause. Dol.*&, 7o.,, 6anuari &''-.

You might also like