You are on page 1of 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Industri pupuk urea adalah salah satu industri yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya berada di Kabupaten Aceh Utara. Awalnya terdapat dua industri pupuk urea yang beroperasi di kabupaten tersebut yaitu PT. Asean Aceh Fertilizer (PT. AAF) dan PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM). Namun saat ini di Kabupaten Aceh Utara hanya PT. PIM yang beroperasi dan memproduksi pupuk urea untuk wilayah sebagian Sumatera, kebutuhan pupuk urea di kawasan Indonesia bagian barat yang secara geografis termasuk kawasan pertanian, setelah sebelumnya kebutuhannya dirintis oleh PT. Pusri Palembang. Maka kehadiran PT. PIM dapat memenuhi kebutuhan pupuk urea untuk petani dan perkebunan yang sangat luas di wilayah Sumatera bagian utara (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau) dan Kalimantan Barat. Posisi PT PIM juga sangat strategis untuk mengekspor kelebihan produknya ke negara-negara tetangga karena secara topografis yang cukup dekat (Anonim, 2013). Urea adalah senyawa kimia berbasis nitrogen yang disintesis dari reaksi antara ammonia dengan karbon dioksida pada range temperatur dan tekanan tertentu. Dalam plant produksi urea, setiap ton produksi urea membutuhkan air 12 m3/ton dan menghasilkan limbah cair 2,3 m3/ton limbah (Swaminathan, 2005). Limbah cair ini mengandung ammonia, karbon dioksida dan urea. Biasanya dalam aliran limbah, kandungan ammonia berkisar antara 2-9% berat limbah, karbon dioksida 0,8-6% berat limbah dan urea 0,31,5% berat limbah. Limbah ini berasal dari sejumlah peralatan dalam semua plant pabrik urea yang dibuang ke tempat penampungan dan pengolahan limbah. Limbah ini membutuhkan treatment agar tidak mencemari lingkungan dan dapat digunakan sebagai reuse pada plant jika memang terdapat sistem reuse (Rahimpour dkk, 2010). Unit yang beroperasi saat ini pada PT. Pupuk Iskandar Muda adalah Ammonia-2, Urea-1, Utility-1 dan Urility-2. Produksi urea yang dihasilkan dari 1

2 Unit Urea-1 adalah 1.725 ton per hari. Berdasarkan teori produksi pupuk urea di atas, PT. Pupuk Iskandar Muda menghasilkan limbah kurang lebih 3967.5 m3/hari. Kandungan kontaminan dalam limbah berdasarkan hasil analisa awal limbah inlet KPPL (Tabel 2.1 dan 2.2) menunjukkan bahwa kandungan urea adalah kandungan yang tertinggi dalam limbah cair pabrik pupuk urea. Pembuangan limbah cair dengan konsentrasi urea yang tinggi dapat merusak ekosistem air. Keberadaan urea dalam konsentrasi tertentu dapat menyebabkan peningkatana pertumbuhan alga (blooming algae). Selain urea, kandungan ammonia berlebih dalam limbah dapat menyebabkan kematian organisme air. Oleh karena itu diperlukan treatment yang tepat untuk mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh limbah industri khususnya industri pupuk urea. Treatment yang selama ini dilakukan oleh PT. Pupuk Iskandar Muda berupa netralisasi dan aerasi. Berdasarkan hasil diskusi dengan karyawan setempat, hasil treatment limbah dengan merode ini memberikan hasil di bawah baku mutu limbah industri pupuk yang tertuang dalam Kepmen LH No. 122 tahun 2004 perubahan atas Kepmen LH No. 51 tahun 1995 (Tabel 2.3). Namun treatment yang dilakukan selama ini dianggap belum cukup efektif dan aman untuk lingkungan khususnya dalam penanganan kandungan urea yang tinggi dalam limbah cair. Aerasi yang dilakukan adalah untuk melepaskan sejumlah amoniak dalam limbah ke udara sedangkan urea tidak dapat dihilangkan dalam limbah dengan metode aerasi. Oleh karena itu, diperlukan metode pengolahan limbah lain yang tepat untuk mengolah limbah cair industri pupuk dengan kandungan urea yang tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode oksidasi. Oksidasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah oksidasi konvensional (menggunakan H2O2) dan Advanced Oxidation Processes (AOP). AOP adalah metode oksidasi dengan memanfaatkan kemampuan radikal hidroksil sebagai agen oksidasi. Adapun metode AOP yang digunakan untuk menghasilkan radikal hidroksil dalam penelitian ini adalah metode fenton (Fe2+/H2O2). Penggunaan

3 larutan oksidator diharapkan dapat menurunkan kandungan senyawa organik polutan yang terkandung di dalam limbah cair PT. PIM. 1.2 Perumusan Masalah Teknologi AOP telah digunakan dalam pengolahan berbagai limbah industri dengan kandungan organik dan anorganik. Teknologi AOP selama ini cukup ampuh untuk mendegradasi senyawa organik seperti minyak, lemak, fenol, dan lain-lain. Adanya hasil dari penelitian dan aplikasi dari metode ini menjadi dasar hipotesis bahwa metode AOP dapat digunakan dalam pengolahan limbah cair industri pupuk. Berdasarkan hipotesis tersebut, akan diketahui seberapa efektifkah penggunakan oksidator H2O2 dan FeSO4.7H2O dalam mendegradasi senyawa yang terkandung dalam limbah cair (urea, ammonium, nitrit dan nitrat) pada PT.PIM. Selain penggunaan kombinasi H2O2 dengan FeSO4.7H2O, pada penelitian juga digunakan oksidator H2O2. Dengan adanya variasi oksidator, akan diketahui perbedaan hasil dekomposisi urea, ammonium, nitrit dan nitrat dan penggunaan oksidator manakah yang mampu mendegradasi senyawa utama (urea) yang terkandung dalam limbah cair PT. PIM. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah cair PT. Pupuk Iskandar Muda berupa urea menggunakan metode AOP. Selain itu, pada penelitian ini diamati studi kinetika reaksi degradasi urea dan ammonium. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat menjadi masukan bagi PT. Pupuk Iskandar Muda dalam hal pengolahan limbah cair yang memungkinkan untuk dapat diaplikasikan dalam pengolahan limbah di PT. PIM

You might also like