You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN KARDITIS REUMATIK

A. Definisi Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993). Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.

B. Etologi Disebabkan oleh karditis rheumatic akut dan fibrosis, dan beberapa factor predisposisi lainnya, menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994;83seperti : a. Faktor Genetik Banyak penyakit jantung rheumatic yang terjadi pada satu keluarga maupun pada anak-anak kembar, meskipun pengetahuan tentang factor genetic pada penyakit jantung rheumatic ini tidak lengkap, namun pada umumnya disetujui bahwa ada factor keturunan pada penyakit jantung rheumatic, sedangkan cara penurunannya belum dapat dipastikan b. Jenis Kelamin Dahulu sering dinyatakan bahwa lebih sering didapatkan pada anak wanita dibanding anak laki-laki, tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin.Kelainan katub sebagai gejala sisa penyakit jantung rheumatic menunjukkan perbedaan jenis kelamin.Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral sering didapatkan pada wanita. Sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki c. Golongan Etnik dan Ras Di Negara-negara barat umumnya stenosis mitral terjadi bertahun-tahun setelah penyakit jantung rheumatic akut, tetapi di India menunjukkan bahwa stenosis mitral organic yang berat sering kali tejadi dalam waktu yang singkat, hanya 6 bulan 3 tahun. d. Umur Umur agaknya merupakan factor predisposisi terpenting pada timbulnya penyakit jantung rheumatic, penyakit ini paling sering mengenai anak berumur 5-18 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun, tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun

C. Tanda dan gejala Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu: a) Kriteria mayor: Poliarthritis: Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah pindah, radang sendi sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran). Karditis: Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis) Eritema Marginatum: Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal. Nodul Subkutan: Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan. Khorea Syndendham: Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat. b) Kriteria minor: Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien kadang kadang sulit menggerakkan tungkainya Demam tidak lebih dari 390 C Leukositosis Peningkatan laju endap darah (LED) C-Reaktif Protein (CRP) positif P-R interval memanjang Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

D. Patofisilogi Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut. Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut. Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara

infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut. Yang masih dianut dengan sekarang adalah teori autoimunitas. Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh. Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema marginatum dan khorea.

E. Komplikasi Komplikasi rheumatic heart disease menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994;88 adalah: Kambuh demam reumatik Gagal jantung Endokarditis bakterial subakut Fibrilasi atrium Pembentukan trombus yang dapat lepas atau menimbulkan obstruksi Robekan korda tendiena

F. Penatalaksaan Penatalaksanaan penyakit jantung reumatik terdiri dari 2 tahap menurut LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak, 1994;88 adalah: o Pengobatan/ pencegahan medical o Pembedahan Pengobatan medikal penderita penyakit jantung reumatik ditujukan pada penyulit yang timbul. a) Tanda keluhan/komplikasi:tidak perlu pengobatan Tirah baring Diit rendah garam,tinggi kalori Digitalisasi Deuretika Vasodilator

b) Gagal jantung c) Endokarditis bacterial subakut: Antibiotika yang disesuaikan dengan kuman penyebabnya

d) Fibrilasi atrium: Obat antiaritma Defibrilasi DC

Bila pengobatan katup medical telah optimal, perlu dipertimbangkan tindakan invasive/pembedahan untuk mengoreksi kelainan anatomic katup: a. Valvuloplasti balon untuk stenosis mitral murni b. pembedahan secara terbuak untuk mengoreksi atau mengganti katup mitral dan/atau katup aorta bila katup sudah sangat rusak atau mengalami perkapuran.

G. Pengkajian 1. Identitas Klien Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1 Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan sosial juga ikut berpengaruh. 2. Keluhan utama: Sakit persendian dan demam. Demam, sakit persendian, kardits, nodu noktan timbul minggu, minggu pertama, entena marginatun timbul pada akal penyakit, cloera, timbul gerakan yang tiba-tiba. 3. 4. 5. 6. Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media. Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung ADL

Aktifitas : Keletihan, malaise, keterbatasan rentang gerak atropi otot, kontraktur/ kelainan pada sendi otot. Cardio vaskuler: Fenomena reynoud jari tangan/ kaki misalnya pusat intermitten sianosis, kemerahan pada jari Integritas ego : Faktor stres akut/ kronis seperti finansial,pekerjaan, ketidakmampuan, ancaman pada konsep diri. Nutrisi : Penurunan berat badan kekeringan pada membran mukosa, dehidrasi, kesulitan mengunyah, mual, anoreksia. Higiene : Ketergantungan pada orang lain, berbagai kesulitn untuk melaksanakan aktifitas perawatan pribadi. Interaksi social: Perubahan peran, isolasi.

H. Pemeriksaan a. Pemeriksaan Umum Keadaan umum lemah Suhu : 38 390 Nadi cepat dan lemah BB: turun TD: sistol, diastole

b. Pemeriksaan fisik Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata. Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos serta takhikardi Abdomen pembesaran hati, mual, muntah. Pemeriksaan penunjang

I. Pemeriksaan darah Astopiter LED Hb Leukosit Pemeriksaan EKG Pemeriksaan hapus tenggorokan.

J. Diagnosa Keperawatan a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosiskatup ) b. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi. c. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis

K. Intervensi Diagnosa Diagnosa I Tujuan dan Kriteria Hasil Setelahdiberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat diminimalkan. Kriteria hasil: a. Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang). b. bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat). c. Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung. 4. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang. 3. Batasi aktifitas secara adekuat. 2. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat. Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi nadi, 1. Memonitor adanya perubahan RR, TD secara teratur setiap 4 jam. sirkulasi mungkin jantung dan sedini terjadinya sebagai

takikardia-disritmia kompensasi curah jantung

meningkatkan

2. Pucat menunjukkan adanya penurunan terhadap perfusi tidak perifer

adekuatnya

curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya

obstruksi aliran darah pada ventrikel. 3. Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan

menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan. 4. Stres emosi menghasilkan yang TD dan

vasokontriksi meningkatkan 5. Kolaborasi

meningkatkan kerja jantung. untuk 5. Meningkatkan sediaan pemberian oksigen oksigen untuk fungsi miokard dan mencegah hipoksia. 2. 6. 6. Kolaborasi untuk pemberian digitalis Diberikan untuk

meningkatkan miokard dan

kontraktilitas menurunkan

beban kerja jantung. Diagnosa II Tujuan : nyeri dapat 1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas ( skala 01. membantu dalam memetukankebutuhan dan manajemen nyeri dan keefektifan

berkurang/hilang Kriteria hasil: 1. Menunjukkan nyeri berkurang/hilang 2. Terlihat rileks, dapat tidur/istirahat 3. Berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan.

10).Catat faktor yang memcepat dan tanda sakit non verbal. 2. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman. 3. Beri obat sebelum aktifitas/latihan yang direncanakan. 4. Observasi gejala kardinal.

program. 2. Pada penyakit yang berat torah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri/cidera berlanjut. 3. Menigkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot/spasme. 4. Gejala kardinal menunjukkan keadaan fisik dari organ-organ vital tubuh, juga dapat memberikan gambaran kondisi pasien.

Diagnosa III Setelah

tindakan 1. Kaji status nutrisi( 1. Menyediakan data dasar keperawatan masalah perubahan BB< untuk memantau perubahan pengukuran antropometrik ketidakseimbangan nutrisi dan mengevaluasi intervensi dan nilai HB serta protein kurang dari kebutuhan dapat 2. Membantu dalam 2. Kaji pola diet nutrisi teratasi. mempertimbangkan klien( riwayat diet, penyusunan menu sehingga makanan kesukaan) Kriteria hasil : klien berselera makan 3. Kaji faktor yang Klien mengatakan mual dan berperan untuk 3. Menyediakan informasi anoreksia berkuarang / hilang, menghambat asupan mengenai faktor yang harus nutrisi ( anoreksia, mual) masukan makanan adekuat dan ditanggulangi sehingga kelemahan hilang. BB dalam 4. Anjurkan makan dengan porsi sedikit tetapi rentang normal. sering dan tidak makan makanan yang merangsang pembentukan Hcl seperti terlalu panas, dingin, pedas 5. Kolaborasi untuk pemberian obat penetral asam lambung seperti antasida 6. Kolaborasi untuk penyediaan makanan kesukaan yang sesuai dengan diet klien asupan nutrisi adekuat. 4. Membantu mengurangi produksi asam lambnung/HCl akibat faktor-faktor perangsang dari luar tubuh 5. Membantu mengurangi produksi HCL oleh epitel lambung

dilakukan

6. Mendorong peningkatan selera makan.

You might also like