You are on page 1of 3

RINGKASAN DWI WAHYUNI GANEFIANTI.

Genetik Ketahanan Cabai terhadap Begomovirus Penyebab Penyakit Daun Keriting Kuning dan Arah Pemuliaannya. Dibimbing oleh SRIANI SUJIPRIHATI, SRI HENDRASTUTI HIDAYAT dan MUHAMAD SYUKUR. Penyakit daun keriting kuning disebabkan oleh Pepper yellow leaf culf Begomovirus adalah salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai di Indonesia. Salah satu cara terbaik untuk melindungi tanaman cabai dari epidemi penyakit ini adalah dengan menggunakan varietas tahan yang dihasilkan melalui program pemuliaan tanaman. Studi tentang tetua donor, metode penularan dan pewarisan ketahanan cabai terhadap penyakit daun keriting kuning perlu dilakukan guna menentukan strategi pemuliaan yang efektif dan efisien untuk memperoleh varietas cabai berdaya hasil tinggi dan tahan penyakit daun keriting kuning. Penelitian dilakukan dalam enam kegiatan yaitu (1) Metode penularan dan uji ketahanan genotipe cabai (Capsicum spp.) terhadap Begomovirus penyebab penyakit daun keriting kuning. (2) Analisis keragaman genetik, heritabilitas dan korelasi antar karakter tanaman cabai yang diinfeksi Begomovirus. (3) Evaluasi fase rentan tanaman cabai akibat infeksi Begomovirus. (4) Morfologi jaringan daun dan kandungan asam salisilat pada respon ketahanan cabai terhadap infeksi Begomovirus. (5) Genetik ketahanan cabai terhadap Begomovirus menggunakan analisis silang dialel. (6) Genetik ketahanan cabai terhadap Begomovirus: analisis populasi enam. Penelitian menggunakan 27 genotipe cabai koleksi bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor dan koleksi divisi Pemuliaan Tanaman Faperta Universitas Bengkulu. Begomovirus isolat Segunung dan populasi Bemisia tabaci diperoleh dari Laboratorium dan rumah kaca Virologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman Insitut Pertanian Bogor (IPB). Periode akuisisi adalah 24 jam, sedangkan periode inokulasi 48 jam. Evaluasi metode penularan menunjukkan bahwa metode penularan individual dapat digunakan sebagai metode penapisan genotipe cabai terhadap infeksi Begomovirus. Terdapat lima gejala khas yang terjadi pada tanaman cabai yang diiinfeksi Begomovirus kemudian diberi skor 0-5 yaitu skor 0= tanaman tidak bergejala, 1= daun kuning, 2= daun kuning dan keriting, 3= daun kuning, keriting melengkung ke bawah atau ke atas, 4= daun kuning keriting melengkung kebawah dan ke atas dan 5= daun kuning, keriting melengkung ke bawah dan ke atas serta tanaman menjadi kerdil. IPBC12 merupakan satu genotipe yang tahan berdasarkan intensitas penyakit. Reaksi ketahaan tanaman pada 27 genotipe

yang diuji menyebar dari tahan (IPBC12) agak tahan (IPBC10, IPBC26), agak rentan (IPBC15 dan IPBC18), rentan (IPBC14) dan sangat rentan (35C2). Anggota dari setiap kelas ketahanan digunakan untuk membentuk populasi kawin acak menggunakan silang dialel dan populasi dasar menggunakan populasi enam. Karakter yang paling baik digunakan untuk seleksi ketahanan cabai terhadap Begomovirus adalah skor/tipe gejala dan intensitas penyakit. Fase kotiledon paling baik digunakan untuk seleksi ketahanan cabai terhadap Begomovirus. Tanaman yang terinfeksi pada fase pembibitan dapat menyebabkan penurunan produksi sampai 84.59%. Genotipe IPBC12 (tanaman tahan) mempunyai kerapatan trikhoma yang lebih tinggi di bandingkan genotipe 35C2 (tanaman rentan). Berdasarkan analisis silang dialel, terdapat interaksi antar gen yang mengendalikan ketahanan cabai terhadap Begomovirus. Pengaruh dominansi nyata dibandingkan pengaruh aditif untuk intensitas penyakit dan skor/tipe gejala. Untuk jumlah buah dan bobot buah pengaruh aditif nyata dibandingkan dominan. Pengendali ketahanan adalah gen dominan, dimana intensitas penyakit yang rendah (tanaman tahan) dominan terhadap yang tinggi, bobot buah yang tinggi dominan terhadap yang rendah. Derajat dominansi dikatagorikan over dominansi Heritabilitas dalam arti luas dan arti sempit untuk semua karakter termasuk katagori sedang sampai tinggi. Genotipe IPBC12 dan IPBC10 merupakan penggabung yang baik untuk ketahanan tanaman cabai terhadap Begomovirus, sedangkan penggabung yang baik untuk bobot buah per tanaman adalah genotipe IPBC14. Terdapat empat kombinasi persilangan yang baik berdasarkan nilai daya gabung umum, daya gabung khusus dan heterosis yang mempunyai intensitas penyakit tahan-agak rentan dengan daya hasil yang cukup tinggi yaitu IPBC10xIPBC12, IPBC12xIPBC14, IPBC14xIPBC18 dan IPBC18xIPBC26. Berdasarkan analisis populasi enam, terdapat pengaruh ekstrakromosomal pada ketahanan cabai terhadap Begomovirus pada populasi IPBC12 x 35C2, dimana ketahanan dikendalikan oleh banyak gen. Pada tiga populasi yang lain tidak terdapat pengaruh ekstrakromosomal dalam pewarisan ketahanan cabai terhadap Begomovirus. Model genetik pewarisan ketahanan cabai terhadap Begomovirus pada populasi IPBC12 x IPBC10 dan IPBC12 x IPBC26 adalah aditif, dominan dan interaksi aditif aditif, dimana gen pengendali ketahanan adalah over dominan, heritabilitas arti luas dan arti sempit yang tinggi. Model genetik pewarisan ketahanan cabai terhadap Begomovirus pada populasi IPBC10 x IPBC14 adalah aditif, dominan, interaksi aditif aditif dan interaksi dominan dominan. Perakitan

varietas unggul cabai tahan Begomovirus dapat dilakukan dengan membentuk hibrida dengan memanfaatkan efek dominan. Varietas unggul dapat dirakit dengan menggunakan metode pedigree atau bulk. Kata kunci: cabai, pewarisan, ketahanan, Bemisia tabaci, analisis dialel, analisis populasi enam.

You might also like