Professional Documents
Culture Documents
Indonesia dilalui oleh tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Gempa juga merupakan pemicu terjadinya lonsoran tanah. Longsoran yang terjadi di Pariaman (Gunung Tandikek) tahun 2009 dipicu oleh gempa Padang sehari sebelumnya, menelan korban ratusan jiwa serta menimbun beberapa desa. Indonesia dikenal dengan gunung berapinya baik yang masih aktif maupun yang tidak aktif. Letusan gunung Krakatau tahun1889 mengakibatkan bencana yang hebat saat itu dan akibat letusannya dapat dirasakan diseluruh dunia terutama debu letusannya. Gunung api di Indonesia berjumlah 129 yang setara dengan 13% jumlah gunung berapi aktif didunia. Pada saat terjadi letusan biasnya selalu
diikuti dengan lonsoran tanah daerah yang dilalui lahar panas. Dan hujan yang deras pun akan menyebabkan terjadi nya longsoran lahar dingin.
Pada kedua ilustrasi gambar photo terlihat kondisi setelah longsoran dan photo kedua kondisi ketika longsoran terjadi. Walaupun tanaman pelindung/hutan cukup lebat namun kelongsoran tanah tetap tidak dapat dihindari.
Gambar 3 Longsoran di Karang Anyar (Jawa Tengah) terjadi setelah hujan lebat selama 12 jam (26 Desember 2007) 81 orang meninggal atau hilang tertimbun
Longsoran yang terjadi di Indonesia selalu berkaitan dengan korban jiwa dan harta benda sehingga masalah ini menjadi sangat krusial untuk ditangani baik dari segi kebijakan (pemerintah) instansi terkait dan korban yang terjadi. Pemetaan daerah yang potensial terjadi kelongsoran bisa ditengarai melalui satelit atau google map untuk melihat kemungkinan awal terjadinya kelongsoran. Sering pula dijumpai daerah yang selalu berulang mengalami longsoran seperti Lembah Anai di Sumatera Barat. Jika terjadi hujan yang lebat dan cukup lama maka jalan dari Padang menuju Bukittinggi pada lokasi tersebut lonsoran tanah menutupi badan jalan. Jika kita perhatikan hampir semua belahan belahan bumi mengalami kelongsoran baik kecil maupun besar. Negara maju seperti Amerika Serikat bahkan tidak luput dari bencana longsor. Mereka memiliki USGS (United State Geology Survey) yang mengkoordinasikan bencana baik kelongsoran, gempa bumi, tsunami dan bencana lainnya. Indonesia saat ini memilki BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) yang berkaitan dengan masalah cuaca, hujan dan gempa bumi serta tsunami. Informasi yang khusus menangani kelongsoran belum terdapat di Indonesia.
The United Nations tahun 1990 mendirikan International Decade of Natural Disaster reduction untuk mengurangi pengaruh dari bencana diabad 21. Bencana menjadi kepedulian masyarakat dunia dimanapun terjadinya.
2. Longsoran (landslide)
Didefinsikan sebagai proses yang menghasilkan pergerakan kebawah maupun kesamping dari lereng alam maupun buatan yang memiliki kandungan material tanah, batu, tanah timbunan buatan atau gabungan dari tanah dan batu. Secara teknis dapat dikatakan longsoran terjadi jika kondisi lereng yang stabil berubah menjadi tidak stabil. Ketidak stabilan terjadi karena gaya pendorong pada lereng lebih besar dari gaya penahan. Gaya pendorong diakibatkan oleh oleh besarnya sudut kemiringan lereng, air, beban yang membebani tanah diatasnya serta berat jenis tanah batuan. Sedangkan penyebab gaya penahan adalah kekuatan batuan dan kepadatan tanah.
3. Bentuk longsoran
Bentuk longsoran yang terjadi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Slide (gelincir) a. Rotational (rotasi/berputar) b. Translational (translasi) 2. Falls (gugur) 3. Topples 4. Flows a. Debris flow b. Debris avalanche c. Earth flow d. Mudflow e. Creep 5. Lateral spreads
a.
Slide (gelincir)
b.
Falls (gugur) Longsoran terjadi berupa guguran dan biasanya terjadi pada lereng yang memliki kandungan batuan keras. Di Indonesia banyak terjadi di perbukitan yang mengandung kapur. Bentuk lonsorannya terlihat pada gambar..
Gambar 5 Rockfall
c.
Topples Bentuk longsoran ini mirip dengan falls hanya reruntuhannya terjadi dari satu blok. Bentuk longsorannya terlihat pada gambar..
Gambar 6 Topple
d.
Flows (longsoran yang mengalir) Longsoran jenis ini terdiri atas beberapa bentuk : a) Debris flow (aliran reruntuhan) Debris flow adalah bentuk gerakan massa yang cepat dimana massa tersebut merupakan kombinasi dari tanah lepas, batuan, memobilisasi sebagai slurry (lumpur) yang mengalir kelereng bawah (downslope)
b) Debris avalance Debris flow dengan kecepatan sangat tinggi : contoh North Folk Toutle river valey akibat meletusnya gunung 18 Mei 1980
7
Gambar 8 Goodell_creek_debris avalance in in Yosemite National Park
c) Earth flow
Memiliki bentuk karakteristik "hourglass". Material pada kemiringan mencair dan bergerak keluar, membentuk mangkuk (bowl) atau depresi di kepala. Gambar 9a adalah eartfflow yang terjadi di dan 9b adalah
b ) )
a ) )
d) Mudflow
Earthflow yang terdiri dari bahan yang cukup basah mengalir cepat dan memilki kandungan paling sedikit 50 persen pasir, partikel lumpur, dan tanah liat.
e) Creep
Creep terjadi pada gerakan yang lambat, mantap, menuju ke bawah lereng pembentuk tanah atau batuan.
e.
Lateral spread
Gambar 12 Jalan yang bergelombang dalam arah lateral setelah terjadinya gempa bumi
Kerusakan biasanya terjadi setelah gempa dan mengakibatkan terjadi gelombang pada tanah permukaan.
a.
Curah hujan Hujan dalam periode yang panjang akan menjenuhkan tanah, melunakkan tanah (decreasing in shear strength) dan akhirnya mengakibatkan terjadinya longsoran..
b.
Gempa bumi Gempa bumi menyebabkan terjadinya gaya dinamis akibat getaran dan rambatan dari pusat gempa (epicentrum) yang mengakibatkan ketidak stabilan pada lereng (slope)
c.
Letusan gunung berapi Pada saat gunung berapi meletus aliran lahar yang melimpah dari kawah dapat menyebabkan terjadinya ketidak stabilan lereng. Letusan gunung berapi dapat mengakibatkan terjadinya gempa vulkanik sehingga dapat mengakibatkan ketidak stabilan lereng
10
b.
Glacial rebound. Menggelembungnya tanah karena pergerakan es biasanya terjadi didaerah kutub utara ataupun selatan
c.
Fluvial (biasanya pada sungai), gelombang, atau erosi glasial kaki lereng atau margin lateral
d. e.
Erosi yang terjadi dibawah tanah contohnya akibat pemipaan Pemotongan atau penggundulan hutan bias oleh manusia, kebakaran hutan atau musim kering yang panjang
b.
Akibat ulah manusia a. b. c. Penggalian yang dilakukan pada lereng atau pada kaik lereng Pemberian beban yang berlebihan pada lereng atau puncak lereng Turunnya muka air tanah lereng (drawdown) akibat penyedotan air yang berlebihan d. e. Penggundulan hutan Pembuatan irigasi di lereng yang tidak mengikuti kaidah pembangunan irigasi
11
Gambar 13(a) menunjukkan kejadian pada tanggal 8-11 Mei 1992, gambar13 (b) menunjukkan kejadian tanggal 22-26 Juli 1994 dan gambar 13 (c) menunjukkan kejadian pada tanggal 12-15 Agustus 1995. Pada garfik tersebut diperlihatkan pemantauan selama 3 tahun periode. Gambar (b) tahun menunjukkan curah hujan yang terbesar dibandingkan dengan tahun 1992 maupun tahun 1995. Pada tabel 1 diberikan data mengenai longsoran yang terjadi di Hongkong sejak tahun 1972 sampai dengan 1995. Dapat dilihat pada tabel 1tersebut hari
terjadinya longsoran, hujan maksimum selama 24 jam dan 1 jam puncak, jumlah terjadinya longsoran dan korban yang meninggal dan terluka
12
Table 1. Hari kejadian longsoran, curah hujan maksimum serta korban meninggal ataupun terluka
Longsoran sudah merupakan masalah dunia. Tabel 2 menunjukkan kejadian longsoran dibelahan bumi sejak tahun 1920 sampai tahun 2005. Longsoran yang terjadi di Padang Pariaman-Indonesia bulan September 2010 belum terdapat dalam tabel 1 tersebut. Terdapat korban jiwa cukup besar pada setiap kejadian tanah longsor. Korban jiwa terbesar terjadi pada tahun 1920 di Gansu Province China dengan jumlah korban 180.000 orang meninggal. Indonesia yang merupakan daerah rawan gempa dan memilki curah hujan tinggi serta masih memilki banyak gunung berapi aktif seyognya dapat melakukan antisipasi untuk sedapat mungkin mencegah terjadinya korban jiwa jika terjadi longsoran.
13
Penilaian ketidak stabilan lereng lain seperti : (i) rainfall intensity versus piezometric levels; (ii) piezometric levels versus slope movements; (iii) slope movements versus occurrence of landslides
7. Menstabilkan lereng
Ada 2 cara yang umum dilakukan untuk menstabilkan lereng : a. b. Stabilisasi secara mekanis Stabilisasi secara natural (dengan penanaman pohon-pohonan dan tumbuh-tumbuhan)
7.1.Stabilisasi secara mekanis Stabilisasi dilakukan dengan mempergunakan man made material geotextile, geogride atau kombinasi, tiang pancang, anchor dan retaining wall. Untuk pencegahan biasanya dilakukan dengan membuat retaining wall. Tetapi untuk mitigasi setelah terjadi longsoran dapat menggunakan kombinasi
14
dari metoda tersebut seperti yang dilakukan pada longsoran Tamanaki di Jepang akibat hujan lebat..
15
7.2.Stabilisasi secara natural Sebagai usaha preventif pada lereng yang cukup curam dilakukan penanaman pohon atau dengan menggunakan hamparan rumput untuk lereng yang tidak
Gambar 16. Stabilisasi lereng dengan hamparan rumput yang ditanam sesegera mungkin. Lokasi Srilangka 2005
Penanaman pohon pada lereng di pegunungan merupakan salah satu cara yang banyak digunakan untuk penstabilan lereng. Gambar 17 penanaman pohon di Kicking Horse Cyon Mountain resort , British Columbia.
16
Referensi
1. Fabio Vittorio De Blasio, 2011,
Introduction
to the Physics of
Landslides, Springer Dordrecht Heidelberg London New York 2. Noris.J.E., Stokes A., Mickosvky S.B., Cammerat E., Rens Van beck, Nicoll B.C., and Achim A., 2008, Slope Stability and Erosion Control: Ecotechnological Solutions, Springer 3. Conforth D.H., 2005, Landslides in Practice, Jhon Wiley & Sons, New Jersey 4. Geotechnical Engineering for Disaster Mitigation and Rehabilitation, Proceedings of the 2nd International Conference GEDMAR08, Nanjing, China 30 May - 2 June, 2008 5. Landslides And Engineered Slopes: From the Past to the Future, Proceedings Of The Tenth International Symposium On Landslides And Engineered Slopes, 30 June4 July, 2008, Xian, China 6. USGS (United State Geological Survey), Landslide Hazards,
17