You are on page 1of 4

Jamur Definisi Jamur dimasukkan dalam dunia tumbuh-tumbuhan, yakni Thallophyta, akan tetapi tidak mempunyai khloropil sehingga

untuk hidupnya memerlukan sumber bahan organik (Sastrahidayat, 2011). Jamur, untuk melakukan metabolisme tubuhnya menyerap nutrien melalui dinding selnya dan mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluler ke lingkungan (Gandjar, 2006). Thallophyta merupakan divisi tumbuhan yang anggotanya memiliki ciri utama tubuh yang berbentuk talus. Talus adalah tubuh tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam tiga bagian utama tumbuhan, yaitu akar, batang, dan daun. Perkembang biakan divisi Thallophyta terjadi dengan cara vegetatif atau aseksual maupun secara generatif atau seksual (Tjitrosoepomo, 2009). Jamur terbagi menjadi dua, yaitu kapang atau mold yang merupakan jamur yang berfilamen dan multiseluler, dan khamir atau yeast yaitu jamur yang berupa sel tunggal dengan pembelahan sel melaui pertunasan (Pratiwi, 2008). Morfologi Khamir atau yeast merupakan jamur bersel satu / uniseluler, tidak berfilamen, berbentuk oval atau bulat, tidak berflagelata, dan berukuran lebih besar dibandingkan sel bakteri, dengan lebar berkisar 1-5 mm dan panjang berkisar 5-30 mm. Pada jamur kapang, tubuh kapang dibedakan menjadi dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa. Bagian dari hifa yang berfungsi untuk emndapatkan nutrisi disebut hifa vegetatif, sedangkan bagian yang berfungsi sebagai alat reproduksi disebut

hifa reproduktif atau hifa udara, karena pemanjangannya mencapai bagaian atas permukaan media tempat jamur ditumbuhkan (Pratiwi, 2008). Fisiologi Jamur memerlukan kondisi kelembaban tinggi, persediaan bahan organik, dan oksigen untuk pertumbuhannya. Jamur tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan yang mengandung banyak gula dengan tekanan osmotik tinggi dan kondisi asam yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri. Jamur tumbuh baik pada pH 5 yang terlalu asam bagi bakteri; lebih tahan terhadap tekanan osmotik sehingga dapat tumbuh baik pada kadar garam atau kadar gula yang tinggi; memerlukan lebih sedikit nitrogen dibandingkan bakteri; dan dapat memetabolisme karbohidrat kompleks seperti lignin sehingga dapat tumbuh pada substrat-substrat seperti dinding. Beberapa jamur patogen memiliki sifat dimorfisme, yaitu memiliki dua bentuk pertumbuhan, sebagai kapang atau

sebagai khamir. Sifat dimorfisme tergantung pada temperatur, pada temperatur 370C merupakan fase khamir, sedangkan pada temperatur 24-280C merupakan fase kapang (Pratiwi, 2008). Reproduksi Pada umumnya reproduksi adalah pembentukan individu-individu baru yang mempunyai semua sifat yang khas dalam suatu spesies. Ada dua cara reproduksi jamur, yaitu reproduksi aseksual dan reproduksi seksual (Sastrahidayat, 2011). Reproduksi secara aseksual dengan pembelahan, pembentukan tunas atau spora. Reproduksi secara seksual dengan peleburan inti dari kedua induknya. Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu. Bila spora aseksual bergerminasi, spora tersebut akan menjadi jamur yang secara genetik identik dengan induknya.

Macam-macam spora aseksual : a. Konidiospora, berupa spora satu sel ataupun multisel, nonmotil, tidak terdapat dalam kantung, dan dibentuk di ujung hifa. b. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu, terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium pada ujung sporangiofor. c. Arthospora, yaitu spora bersel satu yang berbentuk melalui terputusnya sel-sel hifa. d. Klamidospora, merupakan spora bersel satu yang berdinding tebal dan sangat resisten terhadap kondisi lingkungan yang buruk, terbentuk dari sel hifa somatik. e. Blastospora, yaitu spora aseksual yang muncul dari pertunasan pada sel khamir. Spora seksual dihasilkan dari fusi dua inti denga tipe seks yang berlawanan dari satu spesies jamur yang sama. Proses pembentukan spora seksual terdiri dari tiga tahap, yaitu plasmogami, saat inti sel haploid dari sel donor mempenetrasi sitoplasma sel resipien; kariogami, saat kedua inti berfusi menghasilkan inti zigot diploid; serta meiosis, saat inti diploid membelah menjadi banyak inti haploid. Beberapa jenis spora seksual : a. Askospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk di dalam askus. b. Basidiospora, merupakan spora bersel satu dan terbentuk di atas struktur gada atau basidium. c. Zigospora, merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk bila ujung dua hifa yang serasi secara seksual melebur.

d. Oospora, terbentuk dalam struktur khusus pada betina yang disebut oogonium. Pembuahan telur oleh gamet jantan yang terbentuk dalam antheridium menghasilkan oospora. Klasifikasi Jamur diklasifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Pada kelas Phycomycetes, umumnya tidak mempunyai septa yang teratur pada benang hifanya, sehingga mengakibatkan terdapat banyak nukleus di setiap sel benang hifa. Ascomycetes, membentuk satu atau lebih spora seksual dalam sel berbentuk kantung yang disebut askus. Spora aseksual

You might also like