You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN

SIMULASI KOMPUTER

Oleh :

DIAN WULANDARI 0910480046 Selasa, 09.15

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Tumbuhan memilki ciri khusus dibanding dengan makhluk hidup yang lainnya. Tumbuhan mempunyai kemampuan untuk bermetabolisme membuat makanan sendiri. Proses pembuatan makanan dalam tubuh tumbuhan tersebut disebut fotosintesis. Selain itu tumbuhan juga mempunyai kemampuan untuk merombak makanan tersebut menjadi karbon, proses ini disebut respirasi. Dalam terjadinya proses fotosintesis dan respirasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Simulasi komputer diciptakan untuk mempermudah mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi proses kimia dalam tubuh tumbuhan. Dengan simulasi komputer, dapat diketahui faktor apa yang paling mempengaruhi proses kimia tumbuhan tersebut, dengan itu, kita dapat memberikan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tumbuhan untuk memenuhi faktor tersebut.

1.2.

Tujuan
y Mengetahui hubungan antara transfer elektron dengan klorofil y Mengetahui hubungan antara transfer elektron dengan sudut teta (U) y Mengetahui hubungan antara transfer elektron dengan irradiasi y Mengetahui hubungan difusi karbon dioksida dengan titik kompensasi y Mengetahui hubungan difusi karbon dioksida dengan rerata suhu udara y Mengetahui hubungan difusi karbon dioksida dengan respirasi.

II. HASIL

2.1. Data Simulasi Komputer dan Grafik 1. Nilai J max berbeda Kalkulasi 1 Iradiasi J max Klorofil
U

Kalkulasi 2 500 1800 0,6 0,6 91,937

Kalkulasi 3 500 2000 0,6 0,6 94,144

500 1600 0,6 0,6 89,251

2. Nilai Klorofil berbeda Kalkulasi 1 Iradiasi J max Klorofil


U

Kalkulasi 2 500 1600 0,8 0,5 119,001

Kalkulasi 3 500 1600 0,9 0,5 133,876

500 1600 0,7 0,5 104,126

3. Nilai sudut teta (U) berbeda Kalkulasi 1 Iradiasi J max Klorofil


U

Kalkulasi 2 500 1600 0,6 0,7 188,761

Kalkulasi 3 500 1600 0,6 0,8 258,548

500 1600 0,6 0,6 133,172

1. Grafik Jmax (Transport elektron)

2. Grafik Klorofil

3. Grafik Theta ()

III. PEMBAHASAN

3.1. Hubungan Transfer Elektron dengan Klorofil Reaksi cahaya dimulai dengan absorbsi cahaya oleh pigmen fotosintesis khusunya klorofil. Sebagian pigmen berfungsi sebagai pusat reaksi dan bagian lain sebagai antena yang mengumpulkan dan mentransfer energi cahaya ke pusat reaksi. Setelah penyaluran energi dan absorbsi mengakibatkan terjadinya eksitasi dan transfer elektron pada fotosistem I dan II untuk sintesis NADPH. Semakin banyak klorofil maka eksitasi dan transfer elektron akan semakin tinggi (Sitompul,2007). Menurut Heddy (1986), pada perlakuan perubahan nilai klorofil semakin tinggi kandungan klorofil, maka transfer elektron semakin besar. Pada perlakuan transfer elektron yaitu perubahan kadar klorofil menyebabkan laju fotosintesis juga berubah. Makin besar nilai kadar klorofil maka makin besar laju fotosintesisnya. 3.2. Hubungan Transfer Elektron dengan Teta ( U) Menurut Sitompul (2007), perubahan nilai menyebabkan nilai J yaitu banyaknya elektron yang dihasilkan yang menyebabkan perubahan laju fotosintesis. Semakin rendah nilai maka semakin rendah pula laju fotosintesisnya. Tingginya efisiensi menunjukkan jumlah pemanfaatan cahaya yang diserap tanaman untuk proses fotosintesisnya juga rendah. Teta () berhubungan dengan sudut datang sinar matahari, apabila sudut yang dibentuk antara daun dan tangkai atau batang tanaman kecil maka sinar yang diterima juga kecil sehingga efisiensi penangkapan electron rendah (Heddy, 1986). Seperti hubungan transfer elektron dengan kadar klorofil maka dengan transfer elektron juga berbanding lurus dimana makin rendah nilai angka laju fotosintesisnya semakin rendah.

3.3. Hubungan Transfer Elektron dengan Irradiasi Menurut Salisbury (1995), irradiasi adalah kerapatan pancar radiasi yang jatuh pada suatu luasan permukaan. Pembahasan nilai yang menyebabkan adanya perubahan laju fotosintesis. Nilai menunjukkan sudut datang sinar sedangkan irradiasi matahari yang dipantulkan kembali oleh daun. Nilai J menunjukkan tingkat aliran elektron. Semakin rendah nilai maka tingkat aliran elektronnya juga semakin rendah. Nilai berbanding lurus dengan nilai J begitu pula dengan irradiasi.

3.4. Hubungan Difusi CO 2 dengan Titik Kompensasi Menurut Lakitan (1997), konsentrasi CO2 di mana laju fotosintesis setara dengan laju fotorespirasi disebut sebagai titik kompensasi CO2. C3 memiliki titik kompensasi cahaya rendah, dibatasi oleh tingginya fotorespirasi. Bukti bahwa tingginya titik kompensasi CO2 pada tumbuhan C3 adalah karena laju fotorespirasi yang lebih tinggi didasarkan pada fakta bahwa jika konsentrasi O2 diturunkan menjadi sekitar 2% (sehingga fotorespirasi terhambat) maka titik kompensasi CO2 untuk tumbuhan C3 dan C4 adalah sama, yakni antara 0 10 ppm. Perbedaan titik kompensasi CO2 untuk tumbuhan C3 dan C4 secara dramatis dapat ditunjukkan dengan menempatkan kedua jenis tumbuhan tersebut di dalam sungkup kedap udara tetapi tembus cahaya. Kedua tumbuhan ini tidak ditanam pada media tanah untuk menghindari penambahan CO2 oleh mikroba tanah. Karena tertutup, maka kedua tumbuhan ini akan menggunakan CO2 yang ada sampai tercapai titik kompensasi CO2 untuk tumbuhan C3. Pada kondisi ini, tumbuhan C3 akan tidak mampu lagi menyerap CO2 yang tersisa, sedangkan tumbuhan C4 akan terus berfotosintesis memanfaatkan CO2 yang ttersisa dan hasil respirasi, termasuk hasil respirasi tumbuhan C3. Sebagai akibatnya, tumbuhan C3 akan mati dalam waktu sekitar 1 minggu, sedangkan tumbuhan C4 dapat bertahan lebih lama.

3.5. Hubungan Difusi CO 2 dengan Rerata Suhu Udara Pengaruh suhu terhadap fotosintesis bergantung pada spesies, keadaan lingkungan tempat tumbuhan itu tumbuh dan keadaan lingkungan saat pengukuran. Spesies gurun mempunyai suhu optimum lebih tinggi dari spesies kutub utara, tanaman C4 memiliki suhu optimum lebih tinggi daripada tanaman C3 (Hall,1983). Menurut Salisbury (1995), peningkatan suhu biasanya meningkatkan laju fotosintesis sampai enzim mengalami denaturasi dan perombakan fotosistem mulai terjadi. Tapi, kehilangan CO2 akibat respirasi juga meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu, khususnya sangat jelas pada fotorespirasi karena kenaikkan suhu akan meningkatkan nisbah O2 terlarut terhadap CO2.

3.6.

Hubungan Difusi CO 2 dengan Respirasi Menurut Lakitan (1997), respirasi juga akan meningkat dengan meningkatnya suhu, karena peningkatan suhu akan memperbesar nisbah O2/CO2 yang tesedia. Sebagai hadap enzim rubisco, maka fiksasi CO2 pada tumbuhan C3 tidak meningkat sebesar yang diharpkan dengan peningkatan suhu, karena peningkatan laju fotosintsis diikuti oleh peningkatn laju fotorespirasi.

IV. KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum simulasi computer yang telah dilakukan dan berdasarkan hasil pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa: Semakin banyak jumlah klorofil maka eksitasi dan transfer elektron akan semakin tinggi, yang menunjukkan hubungan transfer elektron dengan klorofil berbanding lurus. Hubungan dengan transfer elektron berbanding lurus dimana makin rendah nilai angka laju fotosintesisnya semakin rendah. Nilai teta naik maka irradiasi yang terjadi akan semakin meningkat pula, nilai berbanding lurus dengan irradiasi. Semakin tinggi titik kompensasi maka difusi CO2 semakin rendah Semakin tinggi rerata suhu udara maka difusi CO2 semakin meningkat. Semakin tinggi respirasi maka difusi CO2 yang terjadi semakin rendah.

4.2. Saran Diharapkan untuk penempelan format laporan praktikum jangan diulur-ulur waktunya biar penyelesaian laporan bisa lebih cepat. Semoga lebih baik untuk praktikum kedepan.

DAFTAR PUSTAKA

Hall .1983. Photosynthesis Sixth Edition. Cambridge University Press. Cambridge Heddy, Suwasono.1986. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta Lakitan. 1997. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta Salisbury.1995. Plant Physiology. Wods Worth Publishing.California Sitompul.2007. Fisiologi Tumbuhan. Ganesha Exel. Bandung

You might also like