You are on page 1of 37

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis Paru (TB Paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen. Di samping proses destruksi terjadi pula secara simultan proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru (Supardi, 2006). Penyakit Tuberkulosis paru (TB paru) sudah lebih dari 100 tahun yang lalu ada dipermukaan bumi kita ini. Abad ke-19 merupakan abad ketika banyak terdapat penemuan ilmiah termasuk konsep penyakit tuberkulosis. Di indonesia penyakit ini sudah lama ada, dapat diketahui dari salah satu relief dicandi Borobudur yang tampaknya menggambarkan suatu kasus Tuberkulosis. Berarti pada masa itu (tahun 750 sesudah masehi) orang sudah mengenal penyakit ini ada diantara mereka (Situmeah,2004). Indonesia berada pada tingkat ke-3 terbesar didunia dalam jumlah penderita Tuberkulosis(TB), setelah India dan Cina. Di dunia diperkirakan penyakit ini dapat menyebabkan kematian kurang lebih 8.000 orang per hari terdaftar hampir 2.400 kematian yang berhubungan dengan TB setiap harinya, atau 140.000 per tahun, dan kurang lebih juta pendudukdiduga terinfeksi TB per tahun (Jakarta pos, 2008). Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat mudah sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan berbicara. Untuk mengurangi bertambahnya TB paru dan masalah yang ditimbulkan oleh penyakit TB paru, perlu dilakukan penanganan awal yang dapat dilakukan adalah dilingkungan keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI, 2001). Penyebaran penyakit tuberkulosis paru yang sangat mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita penyakit tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, penyakit tuberkulosis

harus mendapat penanganan yang tepat karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Penyakit TB paru lebih banyak ditemukan di daerah miskin. Karena faktor lingkungan yang kurang mendukung menjadi penyebab TB paru. Beberapa faktor yang erat hubunganya dengan terjadinya infeksi basil tuberkulosis yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus memapar calon penderita, virulensi (keganasan basil serta daya 3 tahan tubuh dimana daya tahan tubuh ini mempunyai hubungan erat dengan faktor lingkungan, misalnya perumahan dan pekerjaan, faktor imunologis. Keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti diabetes militus dan campak seta faktor genetik. Melihat fenomena pada penyakit TB paru seperti yang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana bentuk pengelolaan pasien dengan TB paru.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui masalah asuhan keperawatan padatuberculosis paru.

2. Tujuan khusus Mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada klien tuberculosis paru.

C. Metode Penulisan 1 Metode Pembuatan Laporan Pendahuluan Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pemaparan kasus menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dengan cara mempelajari status klien yang berisi catatan medis, catatan keperawatan dan data penunjang melalui buku. 3 Metode kepustakaan

Menggunakan literatur yang membahas tentang penyakit klien baik dari bukubuku perpustakaan maupun dari situs website internet.

D. Sistematika Penulisan Dalam penilitian kali ini kelompok kami membahas kasus tuberculosis paru yang terdiri dari tiga bab utama. Pada bab 1 berisi tentang laporan pendahuluan yang terdiri dari definisi darituberculosis paru, Etiologi atau penyebab terjadinya tuberculosis paru, anatomi dan fisiologi, patofisiologi atau proses perjalanan penyakit yang kemudian di tuangkan kedalam sebuah bagan atau patoflow, serta berisi tanda dan gejala, diagnosis, terapi yang di gunakan untuk memperbaiki status kesehatan pada pasien yang mengalamituberculosis paru, komplikasi yang di timbulkan, prognosis atau dugaan-dugaan yang bisa di timbulkan dan pencegahannya. Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan pustaka, yang membahas penelitian kami yakni,tuberculosis paru yang terdiri dari data dasar pengkajian dan diagnosa serta perencanaan tindakan yang akan di terapakan di sertai dengan rasional. Bab III merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian data dasar, analisa data dan diagosa, perencanaan tindakan yang akan di terapkan kepada pasien, implementasi atau pelaksanaan tindakan yang sebelumnya telah di rencanakan dan evaluasi dari tindakan yang telah di lakukan.

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabakan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaraanya adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada dan batuk darah. (Mansfoer, Arief, 473: 2001) TBC adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobaktrium Tuberculosis Sistem sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. (Mansfer,Arief, 459, 2001)

TBC adalah penyakit TB Paru disebut penyakit batuk darah yang disebabkan oleh kuman TBC yaitu Mycobaktium Tuberculosis (Depkes, 2000)

Tuberculosis

merupakan

penyakit

infeksi

yang

disebabkan

oleh

mycobactrium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen, tetapi hanya strain bovin dan kuman yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 mm. Ukuran ini lebih kecildari satu sel darah merah.

B. ETIOLOGI Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk

batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan.

Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tersebut.

C. KLASIFIKASI Klsifikasi TBC di dasarkan pada hubungan yang luas antara parasit dan penderita, hubungan ini ditunjukan dengan riwayat terjangkitnya penyakit. Klasifikasi 6 kategori atau kelas yang ditunjukan untuk anak-anak dan dewasa. Kelas 0 : Tidak ada jangkitan TBC, tidak terinfeksi

Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

: Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi : Ada infeksi TBC, tidak timbil penyakit : TBC : Saat ini sedang sakit, lokasi penyakit paru-paru,

pleura, limfatik, tulang atau sendi, kemih, kelamin,diseminata (milier), meningeal, peritoneal, dll. Kelas 4 : TBC : Saat ini sedang tidak menderita penyakit alam

pengobatan kemoterapi. Kelas 5 : Orang dicurigai mendapatkan TBC.

D. PATOFISIOLOGI
Ada tiga pintu masuk mikroorganisme mycobacterium tuberculosis yaitu saluran pernafasan, saluran cerna, dan luka terbuka pada kulit. Tetapi kebanyakan infeksi TBC melalui pintu saluran pernafasan. Mula-mula basil TBC yang dapat terbang dari penderita yang sedang berbicara, bersin atau bernyanyi terhisap oleh orang lain, kemudian basil-basil tersebut langsung masuk melalui jalan nafas dan menempel pada permukaan alveolar dari parenkim pada bagian bawah lobus atau lobus bawah. Kemudian leukosit dari tubuh memakan bakteri tersebut tetapi bakteri tersebut tidak mati dan infeksi menyebar melalui saluran getah bening, dan terbentuklah suatu infeksi tuberculosis primer yaitu suatu peradangan yang terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap hasil mycobakterium tuberculosa. Dalam perjalanan penyakit yang lebih lanjut, sebagian besar penderita TB Paru primer (90%) akan sembuh sendiri dari 10% akan mengalami penyebaran eksogen yaitu karena infeksi baru dari luar dan proses ini disebut TBC paru post primer. TBC post primer kerusakan jaringan lebih cepat karena sudah kekebalan terhadap infeksi hasil TBC. fokus infeksi jaringan paru yang disebut kavitas. Bila kavitas tersebut lama-lama diliputi oleh anyaman pembuluh bakteri dan bila pecah dapat mengakibatkan kematian karena saluran nafas tersumbat oleh bekuan darah. Bila daya tahan tubuh melemah maka basil akan menyebar ke paru lain, bahkan menyebar melalui aliran limfe dan darah ke organ lain.

Mycobacterium TBC

Masuk Jalan Napas

Tinggal di alveoli

Tanpa infeksi

----------

inflementasi

- - - - - - - - Disebar oleh Limfe

Fibrosis

- - - - - - Timbul Jaringan Ikat Elastik & Tabel

Klasifikasi

Alveolus tidak Kembali saat ekspresi

Eksudat

Gas tidak Dapat Berfungsi dengan Baik

Nekrosis / Pakejuan

Sesak

Kavitasi Kematian

E. MENIFESTASI KLINIK Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:

1. Gejala respiratorik, meliputi: a. Batuk Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

b. Batuk darah Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak napas Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lainlain.

d. Nyeri dada Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi: a. Demam Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.

b. Gejala sistemik lain Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

Gejala klinis Haemoptoe: Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Batuk darah a. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan b. Darah berbuih bercampur udara c. Darah segar berwarna merah muda d. Darah bersifat alkalis e. Anemia kadang-kadang terjadi f. Benzidin test negatif

2. Muntah darah a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual b. Darah bercampur sisa makanan c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung

d. Darah bersifat asam e. Anemia seriang terjadi f. Benzidin test positif

3. Epistaksis a. Darah menetes dari hidung b. Batuk pelan kadang keluar c. Darah berwarna merah segar d. Darah bersifat alkalis e. Anemia jarang terjadi

F. KOMPLIKASI Komplikasi yang sering dialami oleh penderita TBC adalah sebagai berikut : Hemoptitis adalah peredaran dari saluran napas yang dapat mengakibatkan kematian karena syok Hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial,sehingga terjadi

ketidakmampuan menampung atau menyimpanan oksigen dari lobus Pneumotorik adalah adanya udara dalam rongga pleura. Penyebabnya yakni tekanan pneumotorik udara dalam menbran berad dalam tekanan yang lebih tinggi dari udara dalam paru-paru yang berdampingan dan pembuluh darah ,sehingga kapasitas oksigen yang di hirup hanya sebagian Efusi pleura adalah adanya cairan abnormal dalam rongga pleura yang disebabkan oleh tekanan yang tidak seimbang pada kapiler yang utuh dan menyebabkan kapasitas paru-paru tidak berkembang Bronkietctaksis adalah endapan nanah ada bronkus setempat karena terdapat infeksi pada bronkus . Penyebabnya yaitu kerusakan yang

beradang pada dinding bronchial dan keadaan abnormal dari jaringan penghasil mucus mengakibatkan rusaknya jaringan pendukung menuju saluran nafas Fibrosis adalah pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau penyembuhan . Penyebaran infeksi ke organ lain seperti

otak,tulang,persendian,ginjal,dan yang lain Insufisiesi kardio pulmonal atau penurunan fungsi jantung dan paru-paru sehingga kadar oksigen dalam darah rendah.

G. DIAGNOSA BANDING Batuk Merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis, keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu.

Batuk akut Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang. Batuk kronis berulang yang sering menyerang anak-anak adalah karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari).

Pertusis adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis dapat dicegah dengan imunisasi DPT.

PENYEBAB BATUK

Ada beberapa macam penyebab batuk : 1. Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernafasan bagian atas yang merupakan gejala flu. 2. Infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA). 3. Alergi 4. Asma atau tuberculosis 5. Benda asing yang masuk kedalam saluran napas 6. Tersedak akibat minum susu 7. Menghirup asap rokok dari orang sekitar 8. Batuk Psikogenik. Batuk ini banyak diakibatkan karena masalah emosi dan psikologis.

Beberapa obat batuk yang dapat dibeli tanpa resep dokter antara lain yang mengandung: 1. Guaifenesin (Cohistan Expectorant, Probat, Bisolvon Extra, Actifed

Expectorant, dll). Yang harus diingat adalah jika minum obat-obatan yang mengandung Guaifenesin adalah harus minum banyak air. 2. Dekongestan seperti pseudoephedrine (Actifed, Actifed Expectorant,

Disudrin, Clarinase, Rhinos SR, Triaminic, dll). Obat-obatan yang mengandung pseudoephedrine ini dapat digunakan untuk menghentikan pilek encer (meler) dan postnasal drip

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Kultut Spaltum 2. Tes Kulit 3. Elisa / Western Blot

4. Foto Thoralus 5. Histologi atau kultur jaringan 6. GDA 7. Pemariksaan Fungsi Paru

I. PENATALAKSANAAN Pengobatan Tuberkolosis terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit infeksi. Agar pengobatan dapat berjalan efektif obat yang diberikan harus mampu mengganggu fungsi vital kuman Tuberkulosis tanpa membahayakan klien. Steat dan Botes (1983), menekankan bahwa pilihan terapi harus dipandu oleh prinsip prisnsip yang sudah diakui kebenarannya. Adapun prinsip prinsip tersebut adalah : 1. Obat terpilih harus merupakan obat terhadap mana basil masih peka. 2. Bahkan suatu populasi hasil yang umumnya masih peka, perubahan alami kearah resisten timbul pada setiap 1 dari 100. 000 sampai 1.000.000 organisme. 3. Obat obatan bakterisidal lebih disukai. 4. Juka pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka penambahan 1 macam obat lain hanya akan mengundang datangnya bencana. 5. Terapi harus dilanjutan cukup lama untuk eradikasi basil dalam tubuh. 6. Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam dosis tunggal agar dicapai suatu konsentrasi gabungan puncak dan memberikan efek maksimal terhadap basil diantaranya : a. Isoniazid b. Rifampicyn c. Pirazinamida

d. Ethambutol e. Streptomicya

BAB III ASKEP TEORI TUBERKOLOSIS PARU

A. PENGKAJIAN Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh(Boedihartono,1994:10). Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru (Doengoes, 2000) ialah sebagai berikut : 1. Riwayat Perjalanan Penyakit

a. Pola aktivitas dan istirahat Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari. Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul. b. Pola nutrisi Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan. c. Respirasi Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada. Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d. Rasa nyaman/nyeri Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang. Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis. e. Integritas ego Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung. 2. Riwayat Penyakit Sebelumnya: a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh. b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh. c. Pernah berobat tetapi tidak teratur. d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru. e. Daya tahan tubuh yang menurun. f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur. 3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya: a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya. b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum. c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya. d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir. 4. Riwayat Sosial Ekonomi: a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan. b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah

berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan. 5. Faktor Pendukung: a. Riwayat lingkungan. b. Pola hidup. Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri. c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya. 6. Pemeriksaan Diagnostik: a. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit. b. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam). c. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. d. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru. e. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED). f. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17). Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien dengan Tuberkulosis paru adalah sebagai berikut: 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang kental, Edema bronchial. 3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan, Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman. 4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan: Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif

C. RENCANA KEPERAWATAN Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa

keperawatan (Boedihartono, 1994:20)

Implementasi adalah pengelolaan dan tahap

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada perencanaan(Effendi,1995:40).

Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan yang telah dirumuskan sebagai berikut: 1. Bersihan jalan napas tidak efektif Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan. Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat. Intervensi: a. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat. b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis. Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut. c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan napas dalam. Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu. Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret. e. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan f. Lembabkan udara/oksigen inspirasi. Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa. g. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi. Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas. h. Bantu inkubasi darurat bila perlu. Rasional: Diperlukan pada kasus jarang bronkogenik. dengan edema laring atau perdarahan paru akut. 2. Gangguan pertukaran gas Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distress pernapasan. Intervensi a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan. Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.

b. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku. Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan. c. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim. Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas. d. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan. Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi. e. Monitor GDA. Rasional: Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02 menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat atau perubahan terapi. f. Berikan oksigen sesuai indikasi. Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru. 3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang. aman. Intervensi a. Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi melalui bronkus pada jaringan sekitarnya atau aliran darah atau sistem limfe dan resiko infeksi melalui batuk, bersin, meludah, tertawa., ciuman atau menyanyi.

Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk mencegah komplikasi. b. Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan. Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran infeksi. c. Anjurkan pasien menutup mulut dan membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk. Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi. d. Gunakan masker setiap melakukan tindakan. Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi. e. Monitor temperatur. Rasional: Febris merupakan indikasi terjadinya infeksi. f. Identifikasi individu yang berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis paru, seperti: alkoholisme, malnutrisi, operasi bypass intestinal, menggunakan obat penekan imun/ kortikosteroid, adanya diabetes melitus, kanker. Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk. g. Tekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani. Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan. h. Pemberian terapi INH, etambutol, Rifampisin. Rasional: INH adalah obat pilihan bagi penyakit Tuberkulosis primer

dikombinasikan dengan obat-obat lainnya. Pengobatan jangka pendek INH dan Rifampisin selama 9 bulan dan Etambutol untuk 2 bulan pertama. i. Pemberian terapi Pyrazinamid (PZA)/Aldinamide, para-amino salisik (PAS), sikloserin, streptomisin. Rasional: Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten. j. Monitor sputum BTA Rasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien terhadap terapi. 4. Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan Tujuan: Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn normal dan bebas tanda malnutrisi. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat. Intervensi: a. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat mual/rnuntah atau diare. Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat. b. Kaji pola diet pasien yang disukai/tidak disukai. Rasional: Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien. c. Monitor intake dan output secara periodik. Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

d. Catat adanya anoreksia, mual, muntah, dan tetapkan jika ada hubungannya dengan medikasi. Awasi frekuensi, volume, konsistensi Buang Air Besar (BAB). Rasional: Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi. e. Anjurkan bedrest. Rasional: Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik. f. Lakukan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan. Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat merangsang muntah. g. Anjurkan makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat. Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster. h. Rujuk ke ahli gizi untuk menentukan komposisi diet. Rasional: Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan metabolik dan diet. i. Konsul dengan tim medis untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan. Rasional: Membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena efek samping obat. j. Awasi pemeriksaan laboratorium. (BUN, protein serum, dan albumin). Rasional: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.

k. Berikan antipiretik tepat. Rasional: Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsurnsi kalori. 5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan. Tujuan: Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan. Melakukan perubahan prilaku dan pola hidup unruk memperbaiki kesehatan umurn dan menurunkan resiko pengaktifan ulang luberkulosis paru. Mengidentifikasi gejala yang mernerlukan evaluasi/intervensi. Menerima perawatan kesehatan adekuat. Intervensi a. Kaji kemampuan belajar pasien misalnya: tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan belajar, tingkat pengetahuan, media, orang dipercaya. Rasional: Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada kemarnpuan pasien. b. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter misalnya: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo. Rasional: Indikasi perkembangan penyakit atau efek samping obat yang membutuhkan evaluasi secepatnya. c. Tekankan pentingnya asupan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dan intake cairan yang adekuat. Rasional: Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan membantu mengencerkan dahak. d. Berikan Informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya: jadwal minum obat. Rasional: Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.

e. jelaskan penatalaksanaan obat: dosis, frekuensi, tindakan dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama. Ulangi penyuluhan tentang interaksi obat Tuberkulosis dengan obat lain. Rasional: Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat. f. jelaskan tentang efek samping obat: mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah Rasional: Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu menjalani terapi. g. Anjurkan pasien untuk tidak minurn alkohol jika sedang terapi INH. Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis h. Rujuk perneriksaan mata saat mulai dan menjalani terapi etambutol. Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna hijau. i. Dorong pasien dan keluarga untuk mengungkapkan kecemasan. Jangan menyangkal. Rasional: Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping. j. Berikan gambaran tentang pekerjaan yang berisiko terhadap penyakitnya misalnya: bekerja di pengecoran logam, pertambangan, pengecatan. Rasional: Debu silikon beresiko keracunan silikon yang mengganggu fungsi paru/bronkus. k. Anjurkan untuk berhenti merokok. Rasional: Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/ bronchitis.

l. Review tentang cara penularan Tuberkulosis dan resiko kambuh lagi. Rasional: Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali. Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura, empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural, Tuberkulosis laring, dan penularan kuman. D. EVALUASI Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker,2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan tuberculosi paru adalah : a. Keefektifan bersihan jalan napas. b. Fungsi pernapasan adekuat untuk mernenuhi kebutuhan individu. c. Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi. d. Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi. e. Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

BAB IV PENGKAJIAN

1. PENGKAJIAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

PENGKAJIAN DATA DASAR Nama Mahasiswa Tempat Praktek Tanggal : : :

I.

Identitas Diri Klien Nama Tempat/tanggal lahir Umur Jenis Kelamin Alamat Status perkawinan Agama Suku Pendidikan Pekerjaan Lama bekerja : Tn. A.L Tanggal masuk RS : 18 Maret 2011 : Istrinya & Pasien

: Manado, 01 januari 1980 Sumber Informasi : 31 tahun : Laki laki : Malalayang 1. Ling. 7 : Nikah :Kristen Protestan : Sangir : SMK : PLN : 10 tahun

Keluarga Terdekat yang dapat Segera dihubungi (orang tua/wali, Suami, istri, dan lain-lain) : Anak & Istri Pendidikan Pekerjaan Alamat : SMA : Wirawasta : Malalayang 1. Ling 7

II.

Status Kesehatan Saat ini 1. Alasan kunjungan/keluhan utama : - Sesak Nafas - Batuk Lendir bercampur darah

2. Faktor pencetus

: Peran mengatakan bahwa pasien kurang istirahat dan kurang mengonsumsi makanan bergizi & merokok.

3. Lamanya keluhan

: 1 Minggu SMRS : ( ) Pertahap ( ) Mendadak

4. Timbulnya Keluhan

5. Faktor yang memperberat

: ASMA

6. Upayah yang dilakukan untuk mengatasinya : Dengan bantuan istri & anak karena klien tidak dapat melakukan segala sesuatu dengan sendiri.

7. Diagnosa medik

1. TB Paru 2. Malnutrisi

Tanggal : 19 Maret Tanggal : 19 Maret

III.

Riwayat kesehatan yang lalu 1. Penyakit yang pernah dialami : a. Kanak-kanak b. Kecelakaan : Penyakit biasa, seperti malaria : Pernah, waktu kerja di PLN terkena strom aliran listrik.

c. Pernah dirawat (penyakit, waktu) d. Operasi 2. alergi : Tipe Ikan Cakalang Reaksi Gatal galat dan Kulit kemerahan 3. Imunisasi : Tipe Cacar (Istri pasien tidak terlalu jelas Reaksi Gatal gatal kemerahan Luka luka kecil Tindakan Minum obat Tindakan Minum obat CTM :

Memberikan informasi, karena faktor waktu yang sudah lama)

4. Kebiasaan : merokok / kopi / obat / alkohol / lain-lain 5. Obat-obatan : Lamanya : Tidak jelas tergantung situasi dan keadaan pasien Sendiri : ................................................................................................................................. Orang lain (resep) : Dari resep dokter sesuai diagnosa penyakitnya & keluarga membantu

6. Pola nutrisi : Frekwensi makanan : Berat Badan Tinggi Badan Jenis makanan Nafsu makan : 55 kg : 170 cm

: Semua jenis makanan :( ) baik ) Kurang Alasan : mual/muntah/sariawan ( ) Sedang Alasan : mual/muntah/sariawan (

Perubahan berat badan 6 bulan terakhir : ( ( ) ) bertambah tetap berkurang 3 kg

()

7. Pola Eliminasi : 1. Buang Air Besar Frekwensi Waktu Warna Konsistensi : 1 minggu 3 kali Penggunaan Pencahar : ..........................

: pagi / siang / sore / malam (Tergantung) : Coklat : Padat : 3 4 kali : Kuning : .Sedikit bauh

2. Buang Air Kecil Frekwensi Warna Bauh

8. Pola Tidur dan Istirahat Waktu tidur (jam) : 5 jam

Lama tidur/hari

: 7 jam / hari

Kebiasaan pengantar tidur : Menonton Kebiasaan saat tidur Kesulitan dalam hal tidur : Mengendur :( ) Menjelang tidur ( ) Sering / mudah terbangun ( ) Merasa tidak puas setelah bangun tidur

9. Pola Aktifitas dan latihan 1. Kegiatan dalam pekerjaan 2. Olah Raga : Sebagai salah satu staf di PLN : - Jenis : Jalan - jalan

- Frekwensi : 2 x 1 minggu 3. Kegiatan diwaktu luang 4. Kesulitan/keluhan dalam hal : Berkumpul dengan keluarga : ( ) Pergerakan Tubuh ( ) Mandi ( ) Menggunakan Pakaian ( ( ) Bersolek ) Berhajat

( ) sesak napas setelah mengadakan aktifitas ( ) mudah merasa kelelahan 10. Pola Bekerja 1. Jensi pekerjaan 2. Jumlah Jam Kerja 3. Jadwal Kerja : Staf PLN : Tidak tentu : Setiap hari

IV.

Riwayat Keluarga Genogram :

V. Riwyat Lingkungan Kebersihan : Lingkungan tempat tinggal bersih Bahaya Polusi :

: Udara (Asap kendaraan)

VI . Askep Psikososial
1. Pola pikir & persepsi a. Alat bantu yang digunakan ; ( ( ) Kaca mata ) Alat bantu pendengaran

b. Kesulitan yang dialami ;

) Sering pusing

( ) Menurunnya sensifitas terhadap sakit ( ) Menurunnya sensifitas terhadap panas / dingin ( ) Membaca / menulis

2. Persepsi Diri Hal yang dipikirkan saat ini : Bisa sembuh kembali dengan perawatan terapi yang Baik. Harapan setelah menjalani perawatan : Penyakit tidak kambuh lagi setelah mendapatkan terapi Perubahan yang dirasa setelah sakit : Keadaan sudah mengalami sedikit perubahan, dimana lebih membaik dibanding SMRS 3. Suasana hati Rentang perhatian 4. Hubungan / komunikasi 1. Bicara ( ) jelas ( ( ( ) relevan ) mampu mengekspresikan ) mampu mengerti orang lain Bahasa Utama : Bahasa Indonesia : Tenang, : Saat wawancara punya rentang perhatian yang baik.

2. Tempat Tinggal ( ) sendiri ( ) bersama orang lain, yaitu bersama istri dan anak anak mereka 3. Kehidupan berkeluarga - Adat istiadat yang dianut - Pembuat keputusan dalam keluarga : - (sesuai daerah mereka) : Pasien itu sendiri sebagai suami ( kepala keluarga) - Pola komunikasi - Keuangan : Lancar : ( ) memadai ( 4. Kesulitan dalam keluarga : ( ( ( 5. Kebiasaan seksual ) kurang

) Hubungan orang tua ) Hubungan dengan sanak saudara ) Hubungan perkawinan

1. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut : ( ( ( ) fertilisasi ) Libido ) Ereksi ( ( ( ) menstruasi ) kehamilan ) alat kontasepsi

6. Pertahanan koping 1. Pengambilan keputusan :( ) sendiri ( ) dibantu oleh orang lain : sebutkan Istri 2. Yang disukai tentang diri sendiri : Klien adalah seorang kepala keluarga yang baik, bijaksana & pekerja keras 3. Yang ingin dirubah dari kehidupan : Klien mengatakan bahwa mengurangi merokok dan mudah marah 4. Yang dilakukan jika stress : ( ) pemecahan masalah ( ( ( ( ) makan ) tidur ) makan obat ) cari pertolongan

( ) Lain-lain (misalnya : marah, diam, dll) sebutkan : Marah marah 5. Apa yang dapat dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman : Perawat dapat melayani klien dengan baik, ramah, sabar menghadapi pasien, bertanggung jawab dan mengerti keadaan pasien. 7. Sistem Nilai Kepercayaan 1. Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan Yesus 2. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda ? ( ) Ya ( ) Tidak

3. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekwensi) Sebutkan : Berdoa sehari 3 kali 4. Kegiatan Agama atau Kepercayaan yang ingin dilakukan di Rumah Sakit, Sebutkan : Berdoa

8 . Tingkat Perkembangan : Usia Signum Freud Karakteristik

VII.

Pengkajian Fisik Kepala, Mata, Kuping, Hidung & Tenggorokan Kepala : Bentuk : Simetris Keluhan yang berhubungan : Pusing / Sakit kepala ya (bila pasien stresss) Mata : Ukuran pupil : Sama Isokor : Simetris

Reaksi terhadap cahaya : Tidak respon (ada gangguan) Akomodasi : Tidak berakomodasi dengan baik Bentuk : Normal Konjunctiva : Pucat Fungsi penglihatan : Baik / kabur / tidak jelas tidak bisa melihat sesuatu Dua bentuk : Normal Rasa sakit : : Pernah

Tanda tanda radang :

Pemeriksaan mata terakhir : Operasi Kaca mata : :

Lensa kontak : Hidung : Reaksi alergi : Cara mengatasinya Perna mengalami flu :

Bagaimana frekwensi dalam setahun : Tidak menentu Sinus : Normal Mulut & terggorokan : Gigi geligi : Perdarahan : Caries ( + ) Ronchi

Kesulitan / gangguan berbicara Kesulitan menelan Pemeriksaan gigi terakhir Pernafasan : suara paru :

Pola nafas : Bronchial Sputum : Ada

Batuk : Ya Nyeri :

Kemampuan melakukan aktivitas : Harus dengan bantuan orang lain. Batuk darah : Ya (tapi sekarang sudah kurang) Rontgen foto terakhir : Hasil Sirkulasi: Nadi Periffer : CVS = Kedua paru tidak teraba, TF = Penurunan suara pada paru Capilary Refilliang : Normal Distendi Vena Jungularis : Normal Suara Jantung : Normal Edema : Baal : detik

Suara Jantung Tambahan : Normal Irama Jantung (monitor) : Nyeri : Ya (sedikit) Palpitasi :

Perubahan warna (kulit, kuku, bibir, dll) : Kulit = Pucat, Bibi = Agak kehitaman Clubbing

Keadaan Ekstemitas : Syncobe Rasa pusing : Ya (kadang-kadang) Monitoring Nemodinamik : CVP Nutrisi : Jenis Diet nafsu makan : Sedang muntah : Pernah (2 x SMRS) BAK = 4 5 sehari mm H2O

Rasa mula : Ya (1 x SMRS) Intake cairan : 2200 Ml Eliminasi: Pola rutin : BAB = 1 x sehari (b.a.b) Pengulangan laxan Colostomy Ileostomy Konstibasi Diare

(b.a.k) Inkontinensi Infeksi Nematuri : Catheter :

: Ada (saluran kencing) ditandai urin warna merah.

Menggunakan Catheter Perdarahan : : :

Urine Output : 230 cc Reproduksi: Kehamilan : Buah dada :

Pemeriksaan Pap Smear terakhir Hasil

Keputihan Pemeriksaan Sendiri Prostat :

: :

Size = 2 way 18 FR / CH)

Nyeri dibagian itu

Penggunanan kateter : Ya, (Foley Catheter,

Neurologis : Tingkat kesadaran : Composmetis Orientasi Koordinasi : Baik : Baik

Pola tingkah laku : Baik Riwayat epilepsi / kejang / parkinson : Refleks : Sedang : Normal (Tapi terasa kram) : Baik : Ya : Ya (sedikit)

Kekuatan menggengam Pergerakan ekstremtas Muskuluskeletal : Nyeri Kekakuan Pola latihan gerak Kulit : Warna Turgor : Sedikit pucat. : Kembali cepat

Integritas : Normal

You might also like