You are on page 1of 5

atresia duodenum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. Kasus stenosis duodenal atau duodenal web dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak-kanak atau remaja.Penggunaan USG telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum teridentifikasi sebelum kelahiran. Pada penelitian cohort besar untuk ! macam malformasi kongenital di negara "ropa# $%& bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in utero. 'bstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble (gelembung ganda) pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung# dan gelembung kedua mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. *iagnosis prenatal memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan di sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomali saluran cerna. +nsiden atresia duodenum di Amerika Serikat adalah per ,--- kelahiran. 'bstruksi duodenum kongenital intrinsik merupakan dua pertiga dari keseluruhan obstruksi duodenal kongenital (atresia duodenal .--,-&# duodenal web /$-.$&# pankreas anular --/-&# stenosis duodenum 0-%-&). +nsiden obstruksi kongenital di 1inlandia (intrinsik# ekstrinsik# dan campuran) adalah per /.-- kelahiran hidup. 2idak terdapat predileksi rasial dan gender pada penyakit ini. 3ika atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak ditangani# kondisinya akan segera menjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari neonatus yang menderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur. 4idramnion terjadi pada sekitar .-& kasus obstruksi duodenum. Atresia atau stenosis duodenum paling sering dikaitkan dengan trisomi % . Sekitar %%-/-& pasien obstruksi duodenum menderita trisomi % . B. Rumusan Masalah Apa pengertian dari atresia duodenum Apa penyebab terjadinya atresia duodenum 5agaimana tanda dan gejala dari atresia duodenum Apa masalah yang terjadi dari atresia duodenum 5agaimana penatalaksaanan atresia duodenum C. Tujuan Untuk mengetahui pengertian dari atresia duodenum Untuk mengetahui penyebab terjadinya atresia duodenum Untuk mengetahui tanda dan gejala dari atresia duodenum Untuk mengetahui masalah yang tejadi dari atresia duodenum Untuk mengetaui penatalaksaanan atresia duodenum

BAB I PEMBAHASAN A. Pengertian Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik# sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus. Atresia *uodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh# tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek# atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung B. Eti l gi 6eskipun penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui# patofisologinya telah dapat diterangkan dengan baik. Seringnya ditemukan keterkaitan atresia atau stenosis duodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan bahwa anomali ini disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa awal kehamilan. Atresia duodenum berbeda dari atresia usus lainnya# yang merupakan anomali terisolasi disebabkan oleh gangguan pembuluh darah mesenterik pada perkembangan selanjutnya. 2idak ada faktor resiko maternal sebagai predisposisi yang ditemukan hingga saat ini. 6eskipun hingga sepertiga pasien dengan atresia duodenum menderita pula trisomi % (sindrom *own)# namun hal ini bukanlah faktor resiko independen dalam perkembangan atresia duodenum. C. Pat !isi l gi Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalanrekanalisasi pita padat epithelial (kegagalan proses 7akuolisasi). 5anyak peneliti telah menunjukkan bahwa epitel duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan /--,- hari lalu akan terhubung ke lumen duodenal secara sempurna. Proses selanjutnya yang dinamakan 7akuolisasi terjadi saat duodenum padat mengalami rekanalisasi. 8akuolisasi dipercaya terjadi melalui proses apoptosis# atau kematian sel terprogram# yang timbul selama perkembangan normal di antara lumen duodenum. Kadang-kadang# atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular (jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum). 4al ini sepertinya lebih akibat gangguan perkembangan duodenal daripada suatu perkembangan dan9atau berlebihan dari pancreatic buds. Pada tingkat seluler# traktus digesti7us berkembang dari embryonic gut# yang tersusun atas epitel yang merupakan perkembangan dari endoderm# dikelilingi sel yang berasal dari mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini tampaknya memainkan peranan sangat penting dalam mengkoordinasikan pembentukan pola dan organogenesis dari duodenum. D. Diagn sis *ikonfirmasi dengan pemeriksaan :-ray abdomen. Sebuah foto upright abdomen menunjukkan gambaran klasik ;double bubble<. Pemeriksaan dengan kontras tidak diperlukan. a. 5ila udara terlihat pada usus distal dari duodenum# obstruksinya incomplete# mengarahkan pada stenosis duodenal atau malrotasi b. 6alrotasi dengan 7ol7ulus harus dicurigai (dan disingkirkan) bila abdomen tidak berbentuk scaphoid setelah pemasangan nasogastric tube E. M rtalitas "an M r#i"itas 3ika atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak ditangani# kondisinya akan segera menjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari neonatus yang

menderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur. 4idramnion terjadi pada sekitar .-& kasus obstruksi duodenum. Atresia atau stenosis duodenum paling sering dikaitkan dengan trisomi % . Sekitar %%-/-& pasien obstruksi duodenum menderita trisomi % #jantung# ginjal# =>S# dan musculoskeletal. $. Mani!estasi Pen%akit Atresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. Kasus stenosis duodenal atau duodenal web dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak-kanak atau remaja. Penggunaan USG telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum teridentifikasi sebelum kelahiran. Pada penelitian cohort besar untuk ! macam malformasi kongenital di negara "ropa# $%& bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in utero. 'bstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble (gelembung ganda) pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung# dan gelembung kedua mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. *iagnosis prenatal memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan di sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomali saluran cerna.

&. . %. /. .. $. ,. 0. !.

Tan"a "an gejala atresia "u "enum' 5isa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas 6untah banyak segera setelah lahir# berwarna kehijauan akibat adanya empedu (biliosa) 6untah terus-menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam 2idak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air kecil 4ilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium. Pengeluaran meconium tercatat pada /- & pasien 5ayi muntah tanpa disertai distensi abdomen +kterik 2anda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal tinggi.Atresia duodenum ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Seringkali muntahan tampak biliosa# namun dapat pula non-biliosa karena $& kelainan ini terjadi proksimal dari ampula 8aterii. 3arang sekali# bayi dengan stenosis duodenum melewati deteksi abnormalitas saluran cerna dan bertumbuh hingga anak-anak# atau lebih jarang lagi hingga dewasa tanpa diketahui mengalami obstruksi parsial. Sebaiknya pada anak yang muntah dengan tampilan biliosa harus dianggap mengalami obstruksi saluran cerna proksimal hingga terbukti sebaliknya# dan harus segera dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Setelah dilahirkan# bayi dengan atresia duodenal khas memiliki abdomen skafoid. Kadang dapat dijumpai epigastrik yang penuh akibat dari dilatasi lambung dan duodenum proksimal. Pengeluaran mekonium dalam %. jam pertama kehidupan biasanya tidak terganggu. *ehidrasi# penurunan berat badan# ketidakseimbangan elektrolit segera terjadi kecuali kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi segera diganti. 3ika hidrasi intra7ena belum dimulai# maka timbullah alkalosis metabolik hipokalemi9hipokloremi dengan asiduria paradoksikal# sama seperti pada obstruksi gastrointestinal tinggi lainnya. 2uba orogastrik pada bayi dengan suspek obstruksi duodenal khas mengalirkan cairan berwarna empedu (biliosa) dalam jumlah bermakna. ?adiografi polos yang menunjukkan gambaran double-bubble tanpa gas pada distalnya adalah gambaran khas atresia duodenal. Adanya gas pada usus distal mengindikasikan stenosis duodenum# web duodenum# atau anomali duktus hepatopankreas. Kadang kala perlu dilakukan pengambilan radiograf

dengan posisi pasien tegak atau posisi dekubitus. 3ika dijumpai kombinasi atresia esofageal dan atresia duodenum# disarankan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi. H. Diagn sis Ban"ing *iagnosis banding untuk atresia dan stenosis duodenum pada neonatus mencakup@ A Atresia esofagus A 6alrotasi dengan 7ol7ulus midgut A Stenosis pilorus A Pankreas anular A 8ena portal preduodenal A Atresia usus A *uplikasi duodenal A 'bstruksi benda asing A Penyakit 4irschsprung A ?efluks gastroesofageal I. Penatalaksanaan

1. Pemberian terapi cairan intravena 2. Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi

Tuba orogastrik dipasang untuk mendekompresi lambung. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dikoreksi dengan memberikan cairan dan elektrolit melalui infus intravena. Lakukan juga evaluasi anomali kongenital lainnya. Masalah terkait misalnya sindrom Do!n" juga harus ditangani. Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum perlu dilakukan namun tidak darurat. Pendekatan bedah tergantung pada sifat abnormalitas. Prosedur operatif standar saat ini berupa duodenoduodenostomi melalui insisi pada kuadran kanan atas# meskipun dengan perkembangan yang ada telah dimungkinkan untuk melakukan koreksi atresia duodenum dengan cara yang minimal in7asif. si operasi ' Kecuali bila ada kondisi yang mengancam jiwa# operasi diindikasikan untuk semua bayi yang mengalami kondis ini# karena malformasi ini dapat diperbaiki dengan sempurna (. ) m*likasi *apat ditemukan kelainan kongenital lainnya. 6udah terjadi dehidrasi# terutama bila tidak terpasang line intra7ena. Setelah pembedahan# dapat terjadi komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum)# gangguan motilitas usus# atau refluks gastroesofageal BAB III PENUTUP A. )esim*ulan Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik# sehingga tidak berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus. Penyebab atresia duodenum #

$egagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke%& dan ke%' (ejala atresia duodenum# 1. 2. +. )isa ditemukan pembengkakan abdomen bagian atas Muntah banyak segera setelah lahir* ber!arna kehijauan akibat adanya empedu biliosa" Muntah terus%menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam

&. Tidak memproduksi urin setelah beberapa kali buang air kecil '. ,ilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium 6asalah . %. /. *ehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit Prematuritas Anomaly yang berhubungan @ trisomi % ( // & )# jantung# ginjal# =>S# dan musculoskeletal

Penatalaksanaan 1. Pemberian terapi cairan intravena 2. Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi


B. Saran

-ebaiknya kita sebagai mahasis!a kebidanan harus mempelajari tentang kelaianan ba!aan dan penatalaksanannya khususnya atresia duodenum sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan bekal kita apabila sudah mengabdi dimasyarakat atau di tempat pelayanan kesehatan* demi kesejahteraan neonatus

You might also like