You are on page 1of 4

Volumetri

ANALISIS VOLUMETRI Gambaran Umum Volumetri. Pada analisis gravimetri, komponen analit ditentukan dengan cara pembentukan endapan mereaksikannya dengan agen pereaksi yang berlebih. Endapan kemudian disaring, dicuci, dan dikeringkan. Endapan kemudian ditimbang untuk mengetahui massa endapan. Adapula masanya endapan harus dibakar terlebih dahulu untuk membentuk senyawa oksida. Senyawa dalam bentuk oksida ini kemudian ditimbang. Perhitungan analit kemudian dilakukan dengan cara stoikiometri. Pada analisis kuantitatif secara volumetri, sampel yang mengadung analit dilarutkan terlebih dahulu. Larutan yang mengandung analit tersebut kemudian direaksikan dengan pereaksi yang sesuai dimana konsentrasi pereaksi tersebut telah diketahui dengan pasti. Penambahan pereaksi terhadap larutan dilakukan dengan bantuan peralatan gelas yang disebut buret. Penambahan pereaksi dilakukan sedikit demi sedikit sampai dengan banyaknya pereaksi ekivalen dengan analit yang ditentukan. Penambahan pereaksi diusahakan tidak berlebihan. Larutan pereaksi yang ditambahkan yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti tersebut dinamakan larutan standar. Larutan stadar ditempatkan pada buret. Proses penambahan larutan standar terhadap larutan analit ini disebut proses titrasi. Penambahan larutan standar dilakukan sedikit demi sedikit sampai jumlah pereaksi larutan standar ekivalen dendan jumlah analit. Pada saat jumlah pereaksi standar ini ekivalen dengan jumlah analit dinamakan titik ekivalen. Titik ekivalen juga sering disebut titik akhit titrasi teoritis. Cara Penentuan Titik Ekivalen. Titik ekivalen secara teoritis merupakan keadaan dimana jumlah pereaksi standar ekuvalen dengan jumlah analit. Titik ini tidak dapat diketahui secara kasat mata. Untuk itu diperlukan metode atau cara untuk menentukan titik ekuivalen. Titik ekivalen dapat ditentukan dengan berbagai cara. Cara pertama adalah dengan membuat grafik log konsentrasi ion lawan volume larutan standar yang ditambahkan. Keadaan ekivalen diindikasikan dengan grafik log konsentrasi ion yang terjal/tajam. Cara kedua adalah dengan menggunakan senyawa yang dapat menunjukkan keadaan ekivalen. Senyawa tersebut dikenal dengan senyawa indikator. Pada saat pereaksi standar ekivalen dengan analit, indikator akan menunjukkan perubahan warna. Perubahan warna indikator ini dapat secara jelas diamati oleh mata secara langsung. Titik dimana indikator menunjukkan perubahan warna ini dinamakan dengan titik akhir titrasi. Jika keadaan ini terjadi, maka penambahan pereaksi standar harus segera dihentikan. Titik akhir titrasi hanyalah merupakan pendekatan terhadap titik ekivalen. Atau dapat juga dinyatakan bahwa titik akhir adalah titik akhir secara teoritis.

Analisa volumetri
Analisa volumetri merupakan bagian dari kimia analisa kuantitatif, di mana penentuan zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat yang diketahui konsentrasinya, yang dibutuhkan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang dibutuhkan tadi. Dalam volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang ditentukan atau yang dititrasi sampai keduanya bereaksi sampai sempurna dan mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan nol equivalen larutan yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir titrasi. Untuk mengetahui kesempurnaan berlangsungnya reaksi antara larutan baku dan larutan yang dititrasi digunakan suatu zat kimia yang dikenal sebagai indikator, yang dapat membantu dalam menentukan kapan penambahan titran harus dihentikan. Bila reaksi antara larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya dengan adanya perubahan warna atau pembentukan endapan). Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi dan pada saat itu titrasi harus dihentikan. Dalam volumetri dikenal 2 macam larutan baku, yaitu baku primer dan baku sekunder. A. Baku Primer Yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung, karena diperoleh dari hasil penimbangan. Pada umumnya kadarnya dapat dinyatakan dalam N (mol.Equivalen/L) atau M (mol/L). Contoh larutan baku primer adalah : NaCl, asam oksalat, Natrium Oksalat. B. Baku Sekunder Yaitu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembekuan, dengan larutan baku primer atau dengan metode gravimetri yang tepat. Contoh : NaOH (dibakukan dengan primer asam oksalat). Syarat-syarat suatu bahan baku adalah : 1. Susunan kimianya diketahui dengan pasti 2. Harus murni dan mudah dimurnikan 3. Dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis 4. Stabil, baik dalam keadaan murni, maupun dalam larutannya 5. Dapat larut dalam pelarut yang cocok dan dapat bereaksi secara sthokiometri dengan larutan yang akan dibakukan atau dengan zat yang akan ditentukan kadarnya 6. Bobot equivalennya besar, agar pengaruh kesalahan penimbangan dapat diperkecil. A. ALKALIMETRI 1. Membuat larutan NaOH 0,1 N Cara kerja : Hitung kebutuhan NaOH untuk membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 250 ml misalnya X gr. Timbang X gr NaOH, larutkan ke dalam aquadest dalam labu ukur 250 ml. Impitkan sampai tanda batas dan kocok sampai homogen. 2. Cara kerja : Buat larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N

Timbang sejumlah kristal asam oksalat untuk membuat larutan asam oksalat 0,1 N sebanyak 250 ml misalnya Y gr. Larutkan k dalam aquadest sesuai dengan kebutuhan. Kemudian tentukan normalitas yang sebenarnya dari asam oksalat 0,1 N. 3. Standarisasi larutan NaOH dengan larutan H 2C2O4 Cara kerja : Pipet tepat 10 ml larutan asam oksalat ke dalam erlenmeyer, tambahkan 3 tetes indikator pp 0,1%. Kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna pink muda. Lakukan paling sedikit 2 kali. Hitung normalitas NaOH dengan menggunakan rumus : V1 x N1 = V2 x N2 B. ACIDIMETRI 1. Menyiapkan larutan standar asam (HCl). Alat dan bahan : Larutan HCl pekat Aquadest Labu ukur 250 ml Pipet ukur Cara kerja : Hitung kebutuhan HCl pekat untuk membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 250 ml misalnya X ml HCl pekat Pipet X ml HCl pekat dengan pipet ukur, tuang ke dalam labu ukur 250 ml yang sudah diisi sedikit aquadest tambahkan sampai tanda batas dan kocok sampai merata. 2. Standarisasi larutan HCl pekat dan larutan NaOH. Cara kerja : Pipet tepat 10 ml larutan HCl 0,1 N yang telah dibuat ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 3 tetes indikator pp 0,1%. Titrasi dengan NaOH 0,1 N (yang sudah distandarisasi dengan asam oksalat). Titik akhir titrasi (end point) adalah berwarna pink muda. Hitunglah normalitas HCl dengan rumus V1 x N1 = V2 x N2
Diposkan oleh susanto eko di 01.12 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Analisa volumetri merupakan bagian dari kimia analisa kuantitatif, di mana penentuan zat dilakukan dengan jalan pengukuran volume larutan atau berat zat yang diketahui konsentrasinya, yang dibutuhkan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang dibutuhkan tadi. Dalam volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah

buret pada larutan yang ditentukan atau yang dititrasi sampai keduanya bereaksi sampai sempurna dan mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan nol equivalen larutan yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir titrasi. Untuk mengetahui kesempurnaan berlangsungnya reaksi antara larutan baku dan larutan yang dititrasi digunakan suatu zat kimia yang dikenal sebagai indikator, yang dapat membantu dalam menentukan kapan penambahan titran harus dihentikan. Bila reaksi antara larutan yang dititrasi dengan larutan baku telah berlangsung sempurna, maka indikator harus memberikan perubahan visual yang jelas pada larutan (misalnya dengan adanya perubahan warna atau pembentukan endapan). Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi dan pada saat itu titrasi harus dihentikan. Dalam volumetri dikenal 2 macam larutan baku, yaitu baku primer dan baku sekunder. A. Baku Primer Yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung, karena diperoleh dari hasil penimbangan. Pada umumnya kadarnya dapat dinyatakan dalam N (mol.Equivalen/L) atau M (mol/L). Contoh larutan baku primer adalah : NaCl, asam oksalat, Natrium Oksalat. B. Baku Sekunder Yaitu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembekuan, dengan larutan baku primer atau dengan metode gravimetri yang tepat. Contoh : NaOH (dibakukan dengan primer asam oksalat). Syarat-syarat suatu bahan baku adalah : 1. Susunan kimianya diketahui dengan pasti 2. Harus murni dan mudah dimurnikan 3. Dapat dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis 4. Stabil, baik dalam keadaan murni, maupun dalam larutannya 5. Dapat larut dalam pelarut yang cocok dan dapat bereaksi secara sthokiometri dengan larutan yang akan dibakukan atau dengan zat yang akan ditentukan kadarnya 6. Bobot equivalennya besar, agar pengaruh kesalahan penimbangan dapat diperkecil.

You might also like