You are on page 1of 33

Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.

USU Repository 2009




SODIUM HYPOCHLORITE SEBAGAI BAHAN IRIGASI
SALURAN AKAR



SKRIPSI



Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi













Oleh :

SITI ARIFAH BINTI YUSOF
NIM : 050600001






FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009


Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009




Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Material dan
Teknologi Kedokteran Gigi
Tahun 2009

Siti Arifah Binti Yusof
Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar
viii +23 halaman
Irigasi merupakan bagian penting dari proses pembersihan pada perawatan
saluran akar. Ada berbagai jenis larutan irigasi yang terbagi dalam tiga golongan besar
yaitu golongan halogen, golongan detergen dan golongan chelating agent. Suatu bahan
irigasi yang baik harus mampu melarutkan jaringan organik dan anorganik, melancarkan
alat endodontik, bersifat antimikroba serta mempunyai efek toksisitas yang rendah.
Sodium hypochlorite menjadi pilihan dalam mengirigasi saluran akar karena
mekanisme kerja antimikroba yang efektif dalam mengurangi jumlah bakteri dalam
saluran akar. Mekanisme kerja sodium hypochlorite terdiri dari 3 reaksi, yaitu reaksi
saponifikasi, reaksi netralisasi dan reaksi kloraminisasi. Namun, sodium hypochlorite
juga mempunyai efek toksik pada jaringan vital apabila digunakan dalam konsentrasi
setinggi 5.25%. Oleh hal demikian, konsentrasi sodium hypochlorite 1% adalah lebih
biokompatibel pada jaringan vital tubuh.
Efek toksik sodium hypochlorite sangat dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, pH,
serta lama waktu larutan sodium hypochlorite bereaksi dengan jaringan vital.
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


Penyemprotan larutan sodium hypochlorite kearah jaringan periapikal dapat
menyebabkan rasa sakit,ulserasi,hemolisis, odema serta pembengkakan.Oleh karena itu,
perawatan yang baik dan adekuat harus diberikan untuk mencegah terjadi infeksi
sekunder. Pencegahan toksisitas dapat dilakukan dengan preparasi saluran akar yang
adekuat, penentuan panjang kerja yang baik serta menguasai teknik irigasi yang benar.

Daftar pustaka: 18 ( 1978-2008)































Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009





PERNYATAAN PERSETUJUAN




Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi











Medan, 4 Desember 2008

Pembimbing Tanda tangan






( Sitti Chadidjah Az, drg ) (....................................)
NIP : 130 535 868
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009






TIM PENGUJI SKRIPSI



Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
pada tanggal 13 Januari 2009











TIM PENGUJI



KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Sumadhi S,drg.,PhD
2. Sitti Chadidjah Az, drg
3. Rusfian, drg., M.Kes
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009






KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Sitti Chadidjah Az, drg., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, saran serta petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
2. Kepala Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi USU Medan, Ibu Lasminda Syafiar, drg., M.Kes.
3. Seluruh dosen staf pengajar di Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran
Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan.
4. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Sp.Pros., PhD sebagai dosen wali yang telah
telah memberikan bimbingan selama penulis menjalani masa perkuliahan di
Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan.
5. Teristimewa kepada ibunda tercinta, Nik Faridah Binti Nik Mat yang telah
memberikan kasih sayang, didikkan, doa, dan dukungan baik moril maupun
materil yang hanya Allah saja yang dapat membalasnya.
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


6. Famili yang dikasihi, Shuzura, Sofrina, Juhaida,Madieha, Rusdan, Asilah,
Amirah, Najib dan Najmi. Semoga kita dapat mewujudkan cita-cita orangtua kita,
sukses dunia akhirat dan diberkahi Allah, amin.
7. Insan yang sangat dicintai, Mohd Noor Izuddin, atas pengorbanan waktu dan
tenaga serta bantuan yang diberikan sepanjang penulisan skripsi ini.
8. Teman- temanku dari Mandiri 05 terutama Balqish, Yana, Yufi, Sha, Zu, Huda,
Mimi, Nadia, Azee, Hanim, Hafiz, Naim, Putra dan Yani serta Junior Mandiri
06. Terima kasih atas dukungan dan persahabatan yang terjalin selama ini.
Semoga Allah SWT akan membalas semua kebaikan tersebut dengan
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua.
Penulis menyadari kurangnya materi yang disajikan dalam skripsi ini untuk
mencapai tahap yang sempurna. Walaupun demikian, penulis mencoba sampai batas
kemampuan yang ada dengan harapan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pengetahuan yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan
masyarakat.


Medan, 4 Desember 2008

Penulis



( Siti Arifah Binti Yusof )
NIM : 050600001

Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


DAFTAR ISI



Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI...........................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................. . vi

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1
BAB 2 BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR............................................. 3

2.1 Jenis jenis Larutan Irigasi Saluran Akar.................................. 3

2.1.1 Golongan Halogen............................................................ 3
2.1.2 Golongan Deterjen.......................................................... . 5
2.1.3 Chelating Agent.............................................................. . 6

2.2 Fungsi Bahan Irigasi.................................................................. 6

2.3 Sifat- sifat Ideal Bahan Irigasi................................................... 7

2.4 Teknik Irigasi Saluran Akar...................................................... . 9

BAB 3 SODIUM HYPOCHLORITE............................................................ 11

3.1 Komponen-komponen Sodium hypochlorite............................. 11

3.2 Sifat-sifat Sodium hypochlorite................................................ 12

3.2.1 Sifat Biologis.................................................................... 12
3.2.2 Sifat Kimia....................................................................... 13

3.3 Mekanisme Kerja Sodium hypochlorite.................................... 13
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


3.4 Efek Samping sodium hypochlorite........................................... 15

3.4.1 Toksisitas.......................................................................... 15
3.4.2 Perawatan......................................................................... 16
3.4.3 Pencegahan....................................................................... 17

3.5 Cara Menggunakan Sodium hypochlorite................................. 17

BAB 4 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
SODIUM HYPOCHLORITE.............................................................. 18

4.1 Keuntungan................................................................................... 18

4.2 Kerugian....... 18

BAB 5 KESIMPULAN......... 20

DAFTAR PUSTAKA......... 22



























Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009





DAFTAR GAMBAR



Gambar Halaman





















1 Potongan melintang akar gigi mesial gigi molar mandibular
menunjukkan saluran akar 5mm dari apeks. Jumlah jaringan
pulpa yang diambil pada sisi a isthmus lebih kecil dibanding
dengan b,yang dirawat dengan larutan sodium hypochlorite
5.2%...........................................................................................



2 (A) alat semprit disposibel-12ml dengan jarum bertakik (B)
Jarum yang bertakik mengurangi tekanan dari semprotan
larutan irigasi yang kuat.............................................................

3 Jarum irigasi bengkok dimasukkan ke dalam saluran akar
tanpa terjepit. Larutan irigasi merembes keluar dan diabsorpsi
dengan kain steril, untuk memonitor pengambilan debris dari
saluran akar................................................................................
4 Hasil desinfeksi kanal yang diukur pada awal kunjungan
kedua.........................................................................................
5 Reaksi saponifikasi.................................................................




4



9




10


12

14

14

15
6 Reaksi netralisasi....................................................................
7 Reaksi kloraminisasi...............................................................
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009



BAB 1
PENDAHULUAN

Keberhasilan dari suatu pembersihan dan pembentukan saluran akar adalah dengan
tersingkirnya sisa-sisa jaringan pulpa, bakteri dan toksin dari sistem saluran akar. Ini
secara umumnya telah diterima sebagai faktor utama keberhasilan perawatan saluran
akar. Prosedur mekanis semata-mata tidak mencukupi untuk membersihkan saluran akar
secara total. Sisa-sisa jaringan pulpa,bakteri, dan debris dentin mungkin masih tersisa
didalam sistem saluran akar yang tidak teratur. Oleh karena itu, larutan irigasi harus dapat
membantu dan menyempurnakan preparasi endodontik.
1

Menurut Harty (1993), suatu larutan irigasi saluran akar yang baik harus mampu
melarutkan kotoran organik dan anorganik, melancarkan alat endodontik, membunuh
mikroba, tidak toksik, dan ekonomis. Larutan irigasi yang paling baik adalah mempunyai
daya antimikroba yang maksimal dengan toksisitas yang minimal. Pendapat ini diperkuat
oleh Anusavice (1996) yang menyatakan bahwa setiap bahan yang dipakai di bidang
kedokteran gigi harus memenuhi syarat-syarat biokompatibilitas (dapat diterima oleh
jaringan tubuh) yaitu tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak, tidak mengandung
substansi yang bisa menyebabkan respon sistemik bila berdifusi dan diadsorpsi ke dalam
sistem sirkulasi, dan bebas dari agen sensitisasi yang dapat menyebabkan respon alergi
serta tidak berpotensi karsinogenik.
3
Salah satu bahan irigasi adalah sodium hypochlorite (NaOCl) dimana ia merupakan
material proteolitik yang telah digunakan sejak 85 tahun yang lalu.
18
Penggunaan sodium
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


hypochlorite (NaOCl) sebagai bahan kimia setelah pengambilan isi saluran akar secara
mekanis merupakan suatu prosedur yang sering di lakukan di dalam perawatan
endodontik.
5
Sodium hypochlorite beraktivitas pada jaringan nekrotik maupun jaringan
vital serta sifat antibakteri dan sifat pelumasnya menjadikan sodium hypochlorite sebagai
pilihan bahan irigasi saluran akar pada perawatan endodontik.
5,11


Namun, jika sodium hypochlorite berkontak dengan jaringan lunak yang vital, ia
bisa menjadi sangat sitotoksik dan bersifat destruktif.
18
Terdapat beberapa komplikasi
klinikal akibat penggunaan sodium hypochlorite. Antara komplikasi yang sering adalah
injeksi sodium hypochlorite yang tidak disengajakan ke dalam jaringan periradikular. Ini
akan menyebabkan rasa sakit, perdarahan jaringan periapikal, serta pembengkakan yang
luas.
2
Dalam skripsi ini, penulis akan membahaskan mengenai sodium hypochlorite
(NaOCl) sebagai bahan irigasi saluran akar, jenis-jenis larutan irigasi, fungsi irigasi, sifat-
sifat yang ideal, tehnik irigasi, komposisi sodium hypochlorite, sifat biologis, sifat kemis,
mekanisme kerja sodium hypochlorite, efek samping sodium hypochlorite, cara
menggunakan sodium hypochlorite, serta keuntungan dan kerugian sodium hypochlorite.











Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009





BAB 2

BAHAN IRIGASI SALURAN AKAR


Salah satu fase yang sering diabaikan ketika perawatan endodonti adalah
mengeluarkan fragment-fragment kecil debris organik dan serpihan dentin pada saluran
akar.
15,16
Instrumentasi pada sistem saluran akar haruslah selalu disertai dengan sistem
irigasi yang berupaya mengeluarkan sisa jaringan pulpa dan juga debris dentin.
2

Terdapat berbagai macam bahan irigasi yang digunakan dalam perawatan endodonti.
Namun tiada satu pun bahan irigasi yang benar-benar memenuhi sifat ideal bahan
irigasi.
10


2.1 Jenis-jenis larutan irigasi saluran akar
2.1.1 Golongan Halogen
1. Klorin
Bahan irigasi yang mengandung klorin telah digunakan sejak bertahun-tahun untuk
mengirigasi saluran akar.
2
Bahan irigasi yang mengandung klorin adalah sodium
hypochlorite (NaOCl). Sodium hypochlorite, merupakan suatu pereduksi bahan,
mengandung sekitar 5% klorin yang tersedia. Bila saluran akar diisi dengan larutan
tersebut selama prosedur pembersihan, akan berperan sebagai lubrikan/ pelumas, pelarut
jaringan pulpa, antiseptik dan pemutih.
15,16
Sodium hypochlorite adalah yang paling
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


efektif diantara antiseptik yang telah diuji,
3
tetapi keefektifannya berkurang bila
dicairkan.
15


Meskipun aksi melarutkan dari sodium hypochlorite telah dapat dibuktikan, peneliti-
peneliti lain menemukan bahwa sodium hypochlorite kurang efektif pada saluran akar
sempit dibandingkan pada saluran akar lebar.
15
(Gambar 1).


Belum ada kesepakatan mengenai berapa konsentrasi larutan sodium hypochlorite
yang harus digunakan pada perawatan saluran akar.
1,15
Konsentrasi yang telah ditetapkan
oleh Dakin adalah 0.5%, namun kini konsentrasi yang digunakan di kedokteran gigi
mencapai sehingga 5.25%. Pada konsentrasi 5.25% adalah sangat toksik terhadap
jaringan vital, terutama pada daerah periapikal.
2
2. Iodida
Gambar 1. Potongan melintang akar gigi mesial gigi molar
pertama mandibular menunjukkan saluran akar
5mm dari apeks. Jumlah jaringan pulpa yang
diambil pada sisi a isthmus lebih kecil dibanding
dengan b, yang dirawat dengan larutan sodium
hypochlorite 5.2%.
15



a b
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


Larutan organik yang mengandung iodin disebut iodofor. Keuntungan bahan ini
adalah dapat membersihkan saluran akar karena mempunyai tegangan permukaan yang
lebih rendah, serta iodin yang dikandungnya tidak menimbulkan reaksi alergi.
2,3
Tetapi
sama seperti sodium hypochlorite, iodin mempunyai efek toksik 10 kali lebih besar
dibanding efek antimikrobanya ( Spangberg 1994 ).
3
Larutan iodin yang sering digunakan
adalah Wescodyne dan Iodopax. Larutan ini sangat efektif sebagai antimikroba pada
konsentrasi iodin 0.05%. Larutan irigasi lain yang mengandung iodin adalah iodine
potassium iodide.
2,3

2.1.2 Golongan Detergen
Detergen sering digunakan sebagai larutan irigasi, karena sangat efektif
menghilangkan sisa jaringan lemak hasil dari jaringan-jaringan yang nekrosis. Bahan dari
golongan ini yang sering digunakan adalah dari komponen quaternary ammonium.
Komponen ini dahulunya dianggap sangat optimal untuk terapi antimikroba dan efektif
dalam konsentrasi yang rendah. Namun terbukti salah, sebenarnya komponen ini juga
lebih toksik dari larutan irigasi lain serta sifat bakterisidalnya yang lemah. Antiseptik
quaternary ammonium biasanya digunakan antara 0.1% - 1% konsentrasi larutan air.
2

Zephiron Chloride adalah suatu komponen yang sering dipakai sebagai bahan
irigasi endodonti, tetapi karena bersifat toksiksitas serta efektivitas antibakteri yang
lemah, maka lebih baik menggunakan larutan Sodium hypochlorite yang konsentrasinya
kurang dari 1%. Detergen ini juga dapat dicampur dengan Calcium hydroxide (CaOH
2
)
untuk mengirigasi.
2

Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009



2.1.3 Chelating Agent

Larutan chelating adalah bahan yang digunakan untuk mendekalsifikasi saluran
akar yang sempit.
3,7,9
Larutan chelating yang sering digunakan adalah Tublicid, EDTA,
EDTAC, File-Eze, dan juga RC Prep.
9
Selain EDTA, Carbamide Peroxide dan
Aminoquinaldium Diacetate (Salvizol) juga merupakan asam lemah lain untuk
menghilangkan lapisan smear.
2
Namun di antara semua larutan chelating, EDTA larutan
paling aktif.
9
EDTA disarankan sebagai bahan irigasi saluran akar karena kemampuannya
untuk menghilangkan lapisan smear.
2
Riset menunjukkan bahwa larutan EDTA harus
tetap berada dalam saluran akar selama 15 menit untuk mencapai hasil yang optimal.
2,9
Ini berarti, larutan EDTA harus diganti setiap 15 menit. Oleh karena lapisan smear terdiri
dari komponen organik dan anorganik, maka larutan EDTA sahaja tidak efektif untuk
menghilangkannya. Sebaiknya sodium hypochlorite harus digunakan untuk
menghilangkan komponen organik pada lapisan smear.
2,9

2.2 Fungsi bahan irigasi
Bahan irigasi mempunyai beberapa fungsi. Antara lain adalah :
8
1. Pelumas
Bahan irigasi membantu untuk melumasi instrumen saluran akar dan membantu
menelusuri hingga ke saluran akar yang irreguler.
2. Mengeluarkan sisa debris
Bahan irigasi membersihkan debris, mencegah terjadinya penumpukan debris dalam
saluran akar.
3. Melarutkan jaringan organik dan anorganik
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


Salah satu fungsi bahan irigasi yang paling penting adalah melarutkan debris
organik jaringan pulpa, namun melarutkan komponen anorganik belum dapat dipastikan
sepenuhnya. Preparasi permukaan dinding saluran akar akan menghasilkan suatu lapisan
smear yang mengandung kedua bahan organik dan anorganik. Para peneliti percaya
bahawa penting untuk membuang lapisan smear karena dapat menjadi tempat
penumpukan bakteri.
4. Efek Antimikroba
Bahan irigasi juga harus mempunyai sifat antimikroba agar dapat memusnahkan
mikroorganisme di dalam saluran akar. Berbagai larutan yang telah digunakan termasuk
larutan kimiawi non aktif (air, saline, anestetikum), bahan aktif seperti enzim-enzim,
asam, alkali( sodium hypochlorite, potassium hydroxide), agen antibakteri(
chlorhexidine) dan detergen ( sodium lauryl sulphate)

2.3 Sifat- sifat ideal bahan irigasi
Antara sifat-sifat ideal bagi suatu bahan irigasi adalah:
10
1. Pelarut jaringan atau debris.
Pada daerah yang tidak terjangkau instrumen, irigan harus dapat melarutkan atau
melepaskan sisa-sisa jaringan lunak atau keras supaya dapat dikeluarkan.
2. Toksisitas rendah.
Bahan irigasi tidak boleh merusakkan jaringan periradikuler.
3. Tegangan permukaan rendah.
Hal ini memungkinkan bahan irigasi untuk mengalir ke daerah yang tidak
terjangkau. Alkohol yang ditambahkan pada bahan irigasi akan menurunkan tegangan
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


permukaan penetrasi, apakah hal ini dapat meningkatkan kemampuan pembersihan masih
belum diketahui.


4. Pelumas.
Membantu alat untuk mudah masuk ke dalam saluran akar. Semua cairan irigasi
mempunyai kemampuan ini,
5. Sterilisasi ( paling tidak bersifat desinfeksi )
6. Membuang lapisan smear.
Lapisan ini terdiri dari kristal mikro dan partikel debris organik yang menyebar di
seluruh dinding saluran akar setelah preparasi.
7. Faktor lain.
Faktor lainnya adalah mudah diperoleh, harga yang murah, mudah digunakan,
menyenangkan, dapat disimpan cukup lama, dan mudah disimpan. Tambahan lain yang
juga penting adalah bahan irigasi tidak mudah dinetralisir di saluran akar sehingga
efektivitasnya dapat dipertahankan.

2.4 Teknik irigasi saluran akar
Tehnik irigasi yang dilakukan adalah sangat sederhana. Tindakan irigasi dilakukan
dengan menggunakan pipet plastik disposible atau alat semprit kaca dengan jarum
endodontik yang bertakik (gambar 2). Jarum harus dibengkokkan menjadi sudut tumpul
untuk mencapai saluran akar gigi depan atau belakang . Jarum dimasukkan sebagian ke
dalam saluran dan harus ada ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran yang
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


memungkinkan pengaliran kembali larutan dan menghindari penekanan ke dalam
jaringan periapikal.
3,15




Saat membersihkan dan membentuk saluran akar, larutan disemprotkan hati-hati
dengan sedikit atau tanpa tekanan serta harus diperhatikan agar saluran selalu penuh
dengan larutan baru. Larutan irigasi yang merembes keluar diabsorpsi dengan kain kasa
atau diaspirasi. Segera setelah preparasi, saluran akar harus dikeringkan dengan memakai
paper point pada pengeringan terakhir.
3,15
( Gambar 3 ).


(A) alat semprit disposibel-12ml dengan jarum
bertakik (B) Jarum yang bertakik mengurangi
tekanan dari semprotan larutan irigasi yang kuat.
15

Gambar 2.
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009























Gambar 3. Jarum irigasi bengkok dimasukkan ke dalam
saluran akar tanpa terjepit. Larutan irigasi
merembes keluar dan diabsorpsi dengan kain
steril, untuk memonitor pengambilan debris dari
saluran akar.
15
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009



BAB 3

SODIUM HYPOCHLORITE

Sodium hypochlorite biasanya diproduksi dengan mendidihkan gas khlor dengan
larutan sodium hydroxide (NaOH). Reaksi ini akan menghasilkan sodium hypochlorite (
NaOCl), garam (NaCl) dan air ( H
2
O). Reaksi adalah seperti berikut.
6,13
Cl
2
+2NaOH NaOCl +NaCl +H
2
O

3.1 Komponen-Komponen Sodium Hypochlorite
Semua larutan sodium hypochlorite mungkin mengandung komponen selain dari
sodium itu sendiri. Yang telah diidentifikasi adalah :
13
Sodium chlorate - pecahan dari reaksi sodium hypochlorite
Sodium hydroxide- mengekalkan stabilitas pH yang tinggi
Metallic ion- dari kontainer dan pipa metal
Chloramine ( trihalomethanes)- dari reaksi organik
Parfum- bahan tambahan dalam pemutih domestik
Surfactant ( amine oxide)- untuk meningkatkan upaya pemutihan
Asam lemak- hasil reaksi NaOH yang berlebihan
Sodium chloride- pecahan dari reaksi sodium hypochlorite




Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009



3.2 Sifat-Sifat Sodium hypochlorite
3.2.1 Sifat Biologis
Sodium hypochlorite (NaOCl) merupakan suatu bahan yang bersifat proteolitik.
Jaringan-jaringan dan debris dilarutkan melalui proses biokemis yang kompleks.
Berbagai konsentrasi sodium hypochlorite yang bervariasi dari 0.5% - 5.25% telah
digunakan. Pada konsentrasi 1% cukup untuk melarutkan jaringan serta mempunyai efek
antimikroba.
1,2
Konsentrasi 1% lebih biokampatibilitas.
6
Konsentrasi sodium
hypochlorite yang lebih tinggi akan merusakkan jaringan-jaringan vital serta tidak
meningkatkan penurunan jumlah bakteri ketika perawatan endodonti.
2
(Gambar 4)








Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009




3.2.2 Sifat Kemis
Kemasan larutan sodium hypochlorite adalah alkali kuat, hipertonik, dan biasanya
mempunyai konsentrasi 10% - 14% klorin yang tersedia. Larutan ini dipengaruhi waktu,
suhu, kontak terhadap cahaya, serta kontaminasi dengan ion metal. Klorin yang
berlebihan dalam sodium hypochlorite dapat menyebabkan larutan asam yang tidak
stabil. Semakin tinggi konsentrasi klorin, sodium hypochlorite semakin tidak stabil.
13

3.3 Mekanisme kerja sodium hypochlorite
Pecora et.al melaporkan bahawa sodium hypochlorite(NaOCl) membentuk suatu
keseimbangan dinamik seperti ditunjukkan pada reaksi di bawah ini:
6


NaOCl +H
2
O NaOH +HOCl + Na
+
+OH
-
+H
+
+Ocl
-


Sodium hypochlorite bertindak sebagai pelarut organik dan lemak yang akan
memecahkan asam lemak, kemudian menukarnya menjadi garam asam lemak (sabun)
Gambar 4. Hasil desinfeksi saluran akar yang diukur pada awal kunjungan
kedua.
I. Diirigasi dengan sodium hypochlorite 0,5 %
II. Perawatan yang sama dengan I namun menggunakan
Sodium hypochlorite 5%.
III. Perawatan yang sama dengan I namun menggunakan sodium
hypochlorite 5% dan EDTA.
IV. Diirigasi dengan sodium hypochlorite diikuti dengan
Dressing Camporate Phenol atau paramonochlorphenol.
V. Perawatan yang sama dengan IV namun menggunakan
kalsium hidroksida sebagai dressing.
2

Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


dan gliserol (alkohol). Reaksi ini akan mengurangi tegangan permukaan larutan
selebihnya.( Gambar 5 )
6




Sodium hypochlorite akan menetralkan asam amino untuk membentuk air dan
garam. Dengan ini, ion hydroxil akan dilepaskan dan menyebabkan pH menurun. Ion
hydroxil yang dilepaskan akan bertindak terhadap protein membran sehingga protein
membran mengalami denaturasi.(Gambar 6 )
6
.



Asam hypochlorous merupakan komponen yang terkandung dalam larutan sodium
hypochlorite bertindak sebagai pelarut apabila berkontak dengan jaringan organik, akan
membebaskan klorin. Klorin yang bergabung dengan kelompok protein amino akan
membentuk Chloramine. (Gambar 7 )
6

Gambar 5. Reaksi saponifikasi.
6
Gambar 6. Reaksi netralisasi.
6
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009




Klorin merupakan agen pengoksida yang kuat memberikan sifat antibakteri yang
menghambat enzim-enzim bakteri dengan membentuk pengoksidaan irreversibel grup SH
(sulphydryl), enzim esensial bakteri.
6

3.4 Efek Samping Sodium hypochlorite

3.4.1 Toksisitas
Penggunaan konsentrasi sodium hypochlorite mencapai 5.25% merupakan
konsentrasi yang sangat toksik terhadap jaringan vital terutama jaringan periapikal gigi.
Sodium hypochlorite juga mempunyai pH 12-13. Ini menyebabkan larutan sodium
hypochlorite menjadi toksik serta lebih kaustik. Terdapat beberapa komplikasi akibat
penggunaan sodium hypochlorite yang bersifat toksik ini. Komplikasi yang terjadi adalah
penyemprotan larutan sodium hypochlorite secara tak sengaja ke jaringan periradikuler.
2

Efek dari toksisitas sodium hypochlorite yang mengenai jaringan periapikal ini dapat
mengakibatkan timbul rasa sakit yang cepat (2-6 menit), pembengkakan atau odema di
dalam jaringan lunak, penjalaran odema ke daerah yang lebih luas diwajah seperti pada
pipi, daerah periorbital maupun bibir. Selain itu dapat juga terjadinya ecchymosis pada
kulit atau mukosa akibat dari perdarahan interstitial, rasa serta bau klorin akibat dari
semprotan sodium hypochlorite ke dalam sinus maksilaris. Dapat juga mengakibatkan
Gambar 7. Reaksi kloraminisasi.
6


Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


anestesia yang reversibel maupun persisten serta kemungkinan terjadinya infeksi
sekunder.
1


3.4.2 Perawatan
Untuk perawatan efek samping toksisitas sodium hypochlorite adalah :
1,4
1. Pasien ditenangkan dan diberitahu mengenai penyebab serta akibat dari
komplikasi tersebut.
2. Segera irigasi pasien dengan normal saline untuk mengurangi iritasi jaringan
lunak.
3. Gigi yang dilakukan perawatan endodonti dimonitor selama 30 menit. Eksudat
darah mungkin akan mengalir masuk ke dalam saluran akar.
4. Biarkan perdarahan tetap ada karena akan membantu mengeluarkan iritasi dari
jaringan.
5. Kompress dengan es disarankan selama 24 jam ( interval setiap 15 menit ) untuk
mengurangi pembengkakan.
6. Kompress panas setelah 24 jam.
7. Untuk mengontrol sakit, dapat dilakukan dengan anestesia untuk memblok
saraf. Dapat juga dengan pemberian acetaminophen.
8. Antibiotik profilaksis diberikan selama 7-10 hari untuk mencegah terjadinya
infeksi sekunder.
9. Terapi dengan steroid yaitu methylprednisolone selama 2-3 hari untuk
mengontrol reaksi inflammasi.


Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


3.4.3 Pencegahan
Langkah-langkah dibawah ini dapat membantu operator mencegah terjadinya
komplikasi akibat dari bahan irigasi sodium hypochlorite.
1

1. Preparasi saluran akar yang adekuat.
2. Mengontrol agar panjang kerja yang baik dicapai.
3. Jarum untuk mengirigasi ditempatkan kurang 1mm 3mm dari panjang kerja.
4. Jarum diletakkan secara pasif dan tidak tertekan di dalam saluran akar.
5. Pergerakan jarum irigasi dapat keluar dan masuk dengan mudah ke dalam saluran
akar.
6. Mengobservasi flowback larutan irigasi dari saluran akar.

3.5 Cara menggunakan sodium hypochlorite
Setelah dilakukan penyelidikan terhadap penggunaan sodium hypochlorite sebagai
bahan irigasi saluran akar, telah ditemukan penanganan dalam menggunakan larutan
sodium hypochlorite ini:
13

1. Senantiasa menggunakan larutan yang baru.
2. Hanya menggunakan air demineralisasi untuk pengenceran sodium hypochlorite.
3. Menyimpan larutan di dalam botol kaca buram atau wadah yang dilapisi
polyethylene yang tertutup rapat.
4. Menggunakan Luer-Lok plastic syringe.
5. Selalu gunakan rubberdam selama perawatan.


Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


BAB 4

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN


4.1 Keuntungan

1. Hasil reaksi pengoksidaan sodium hypochlorite dapat melarutkan jaringan pulpa
dan predentin.
1

2. Sebagai agen antimikroba. Sangat efektif terhadap mikroorganisme patogen:
bakteri gram positif, bakteri gram negatif, jamur dan virus-virus termasuk virus
imunodefesiensi.
1,5,13

3. Sodium hypochlorite apabila digunakan dalam konsentrasi tinggi,mampu
mengeluarkan sel-sel dalam saluran akar. Ini karena air tidak efektif dalam
mengeluarkan debris dentin pada daerah apikal saluran akar.
1


4.2 Kerugian
1. Dapat menyebabkan inflammasi akut yang diikuti dengan nekrosis jaringan
apabila sodium hypochlorite berkontak dengan jaringan lunak yang vital kecuali
epitelium yang berkeratinisasi tinggi.
1,13

2. Efek sitotoksik 5.25% sodium hypochlorite pada jaringan vital dapat
menyebabkan hemolisis. Ini akibat dari kemampuan mereduksi,hidrolisis dan sifat
osmosis yang memicu cairan keluar dari sel.
1,13

3. Sodium hypochlorite mempunyai pH 11-12.5, yang mana akan mengakibatkan
luka primer apabila terjadinya pengoksidaan protein.
1,5


Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


4. Sodium hypochlorite dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah yang mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah. Secara tak langsung,
pembengkakan akan terjadi dan sering menyebabkan perdarahan di dalam saluran
akar apabila sodium hypochlorite tidak digunakan dengan baik dalam
mengirigasi.
1

5. Kerusakan terhadap benih gigi permanen terjadi pada anak-anak akibat
penggunaan sodium hypochlorite.
1

6. Penyemprotan sodium hypochlorite secara langsung ke jaringan periradikuler
dapat menyebabkan kesakitan yang parah seperti sakit luka bakar, odema serta
terjadinya perdarahan.
1,18

7. Sodium hypochlorite mempunya bau yang kaustik.
1,13

8. Bersifat korosi terhadap metal.
13

9. Kurang efektif pada saluran akar yang sempit.
15


















Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009



BAB 5

KESIMPULAN


Sodium hypochlorite merupakan salah satu bahan irigasi yang sering dipakai
didalam perawatan saluran akar sejak 85 tahun yang lalu.
Terdapat berbagai golongan bahan irigasi yang dapat digunakan untuk
mengirigasi saluran akar. Antaranya adalah golongan halogen, golongan detergen
dan golongan chelating agent.
Bahan irigasi yang baik haruslah dapat mengeluarkan debris, melarutkan jaringan
pulpa nekrotik, membunuh mikroba (desinfeksi), serta dapat melancarkan
instrumen ketika prosedur preparasi saluran akar dilakukan.
Walaupun belum ada kesatuan mengenai persentase konsentrasi yang tepat dalam
penggunaan sodium hypochlorite, namun pada relatifnya berkisar antara 0.5% -
5.25%.
Konsentrasi larutan sodium hypochlorite 1% adalah lebih biokompatibel pada
jaringan vital.
Manakala konsentrasi sodium hypochlorite lebih dari 1%, upaya melarutkan
jaringan nekrotik semakin baik, namun dapat menyebabkan sitotoksik pada
jaringan vital.
Sodium hypochlorite merupakan agen antibakteri yang efektif. Secara klinikal
telah dibuktikan bahwa sodium hypochlorite dapat mengurangi jumlah bakteri,
namun tidak akan meningkat pada konsentrasi yang melebihi 1%.
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


Sifat antibakteri diperoleh dari hasil reaksi kemis sodium hypochlorite. Klorin
yang terbentuk akan menghambat enzim esensial pada bakteri.
pH sodium hypochlorite merupakan basa kuat( pH>11) dapat merusakkan sel-sel
bakteri.
Penyemprotan larutan sodium hypochlorite kearah jaringan periapikal dapat
menyebabkan timbulnya rasa sakit, ulserasi, hemolisis, odema serta
pembengkakan.
Untuk pencegahan toksisitas sodium hypochlorite, para operator harus mampu
melakukan preparasi saluran akar yang adekuat, penentuan panjang kerja yang
baik serta menguasai teknik irigasi yang benar.
Operator juga harus mengetahui perawatan yang akan dilakukan apabila timbul
gejala akibat toksisitas larutan sodium hypochlorite.



















Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009



DAFTAR PUSTAKA

1. Mehdipour O, Kleir DJ, Averbach RE. Anatomy of sodium hypochlorite
accidents. Compend Cont Educ Dent 2007; 28(10).
2. Spangberg L. Instruments, materials and devices. In: Cohen S, Burns RC, eds.
Pathway of the pulp. 8
th
ed. St. Louis : Mosby, 2002 : 544- 547.
3. Nevi Yanti. Biokompatibilitas larutan irigasi saluran akar. Dentika 2000; 5(1) :
39-46.
4. Brown DC, Cohen AS. Orofacial dental pain emergencies : Endodontic
diagnoses and management. In: Cohen S, Burns RC, eds. Pathways of the pulp.
8
th
ed. St. Louis : Mosby, 2002 : 68- 70.
5. Mehra P, Clancy C, Wu J. Case report : Formation of a facial hematoma during
endodontic therapy. J Am Dent Assoc 2000; 131 : 67-71.
6. Estrela C, Estrela CRA, Barbin EL, Spano JCE, Marchesan MA, Pecora JD.
Mechanism of action of sodium hypochlorite. Braz Dent J 2002;13(2) : 113-7.
7. Weine FS. Endodontic therapy. 5
th
ed. St. Louis : Mosby, 1996 : 367-75.
8. Stock CJR et. al . Endodontics. 2
nd
ed. London : Mosby, 2001 : 122-4.
9. Ingle JI, Bakland LK. Endodontics. 5
th
ed. Canada : Elsevier, 2002 : 498-503.
10. Walton RE, Torabinejad M, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. 2
nd
ed. Alih
bahasa : Sumawinata N, Sidharta W, Nursasongko B. Jakarta : EGC, 1997 : 276-
9.
Siti Arifah Binti Yusof : Sodium Hypochlorite Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar, 2009.
USU Repository 2009


11. Wesselink P, Bergenholtz G. Treatment of the necrotic pulp. In: Bergenholtz G,
Hrsted-Bindslev P, Reit C, eds. Textbook of endodontology. 1
st
ed. Oxford :
Blackwell, 2003: 156-73.
12. Clarkson RM, Padlich HM, Savage NW, Moule AJ. A survey of hypochlorite use
by general dental practitioners and endodontist in Australia. Aust Dent J 2003 ;
48 (1): 20-6.
13. Clarkson RM, Moule AJ. Sodium hypochlorite and its use as an endodontic
irrigant. Aust Dent J 1998; 43 (4).
14. Balton H, Al-Nazhan S. Accidental injection of sodium hypochlorite beyond the
root apex. Saudi Dental Journal 2002; 14 (1) : 36-8.
15. Grossman LI, Oliet S, Del Rio CE. Ilmu endodontik dalam praktek. 11
th
ed. Alih
bahasa : Abyono R, Suryo S. Jakarta : EGC, 1995 : 205-12, 244-54.
16. Grossman LI. Endodontic Practice. 9
th
ed. Philadelphia : Lea & Febriger, 1978:
222-36.
17. Ruddle CJ. Cleaning and shaping the root canal system. In: Cohen S, Burns RC,
eds. Pathways of the pulp. 8
th
ed. St.Louis : Mosby, 2002 : 231-42.
18. Farren ST, Sadoff Rs, Penna KJ. Sodium hypochlorite chemical burn. New York
State Dent J 2008; 74(1): 61-2.

You might also like