You are on page 1of 17

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu lempeng logam Al, asam sulfat (H2SO4) 3 M, akuades, besi(III)klorida, kalium kromat, ammonium oksalat, korek api, tissue roll, detergen dan korek api.

3.2 Alat Percobaan Alat yang digunakan dalan percobaan ini yaitu gelas kimia 50 mL, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 10 mL, penjepit buaya, neraca ohaus, pinset, voltmeter 12 Volt, pemanas air + kaki tiga + kasa, stopwatch, dan gunting.

3.1 Prosedur Percobaan Digunting lempeng Al dan dibuat menyerupai silinder sesuai dengan ukuran gelas kimia 50 mL, dengan penjepit buaya/aligator, aluminium yang berbentuk silinder dihubungkan dengan kabel yang bermuatan negatif dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Keping Al yang lain digunting dengan ukuran 1,5 x 3 cm kemudian dicuci dan direndam dengan air panas lalu ditimbang, lalu dihubungkan dengan kabel yang bermuatan positif. Larutan asam sulfat dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi silinder dan keping Al, asam sulfat diusahakan tidak menyentuh penjepit, lalu kedua kabel dihubungkan dengan sumber arus 12 volt dan pada saat bersamaan perhitungan waktu dilakukan. Disiapkan larutan pewarna dari larutan besi(III)klorida dan ammonium oksalat yang dicampur dengan perbandingan 1:1 lalu dipanaskan sampai mendidih,

kemudian keping yang telah dianodasi dimasukkan ke dalam larutan tersebut hingga keping tersebut berubah warna, setelah itu diangkat lalu dimasukkan kedalam air mendidih lalu dikeringkan kemudian ditimbang, dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Anodasi merupakan suatu proses elektrolisis dengan suatu logam dijadikan anoda dalam elektrolit yang sesuai dan bila dialiri arus listrik maka permukaan logam trersebut akan diubah menjadi oksidanya. Logam yang sering digunakan dalam proses anodasi ini adalah logam aluminium dimana reaksinya terhadap oksigen akan menghasilkan oksida dan setiap permukaannya akan dilapisi dengan suatu oksida Al2O3 yang sangat tipis, bersifat keras, stabil dan tidak berpori. Oleh karena itu, lapisan oksida aluminium dapat berperan sebagai bahan yang dapat melindungi permukaan logam yang berada dibawah logam aluminium. Di era globalisasi seperti sekarang ini, banyak barang logam dibuat, dibentuk, dicetak dan ditempa menjadi wujud yang dikehendaki. Segala cara dilakukan agar barang-barang dari logam misalnya cincin yang terbuat dari perak atau aluminium dapat dilapisi oleh emas. Salah satu proses yang dilakukan untuk membuat cincin tersebut yaitu dengan teknik anodasi atau dalam masyarakat lebih dikenal dengan istilah teknik penyepuhan logam. Ketebalan lapisan oksida dari aluminium dapat dibuat menjadi lebih tebal melalui proses anodasi, sehingga dapat diperoleh logam aluminium yang tahan tahan terhadap proses yang disebut oksidasi sehingga lebih tahan dalam melindungi suatu lapisan dibawahnya terhadap proses oksidasi yang berlangsung selanjutnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui cara mempertebal lapisan oksidasi

dari aluminium, dilakukan percobaan anodasi aluminium melalui suatu proses elektrolisis.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Mengetahui kemungkinan peningkatan ketebalan lapisan logam

aluminium melalui proses anodasi. 1.2.2 Tujuan Percobaan

1. Menentukan berat aluminium sebelum dan sesudah proses anodasi. 2. Menghitung rendamen dari logam aluminium setelah proses anodasi.

1.3 Prinsip Percobaan Proses anodasi dilakukan melalui suatu sel elektrokimia dengan cairan elektrolit asam sulfat pekat. Pewarnaan yang diberikan pada logam yang telah dianodasi berasal dari pencelupan di dalam larutan pewarna dan di dalam air yang mendidih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa, bubuknya berwarna abu-abu, melebur pada 659 oC. Bila terkena udara akan mengalami oksidasi pada bagian permukaannya, tetapi lapisan ini dapat melindungi objek di bawahnya dari proses oksidasi lebih lanjut (Svehla, 2006). Di alam, aluminium tidak pernah ditemukan dalam keadaan logam bebas, tetapi umumnya dalam bentuk aluminium silikat atau sebagai silikat aluminium. Campurannya dengan logam lain seperti natrium, kalium, dan magnesium ataupun besi (Sunardi, 2006). Aluminium dan magnesium sebenarnya bereaksi cepat pada udara terbuka atau air, tetapi selaput oksida liat dan dapat melindungi logam yang terletak dibawahnya dari peristiwa korosi lebih lanjut. Kedua logam ini berkorosi kurang baik dalam udara jika dibandingkan dengan logam besi yang kurang aktif, dimana karat yang terbentuk di atas permukaan begitu berpori-pori sehingga bahan-bahan kimia yang mengkorosi dapat melaluinya dengan mudah dan menyerang logam yang terletak di bawahnya (Keenan dkk., 1984). Perlindungan atas logam aluminium dapat lebih ditingkatkan, yaitu dengan mempertebal lapisan oksidanya melalui teknik oksidasi. Anodasi merupakan proses dimana logam dijadikan sebagai anoda sehingga bila dialiri listrik maka permukaan logamnya diubah menjadi oksidanya. Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda sedangkan yang menerima elektron dinamakan katoda, setengah reaksi oksidasi akan berlangsung pada anoda dan setengah reaksi reduksi

akan berlangsung pada katoda, dengan kata lain pada sel elektroda kimia, kedua setengah reaksi dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik yang ditimbulkan dapat digunakan dan salah satu faktor yang mencirikan sebuah sel dengan gaya gerak listrik dengan satuan volt (Bird, 1993). Pelapisan aluminium dengan bemacam-macam porositas dan ketebalan dapat dilakukan, dengan demikian juga dapat dibuat menyerap warna pada oksidanya (Petrucci, 1987). Satu-satunya oksidasi aluminium adalah alumina, meskipun demikian kesederhanaan ini diimbangi dengan adanya bahan polimorf dan terhidrat yang sifatnya tergantung pada kondisi pembuatannya (Cotton dan Wilkinson, 1989). Berbagai logam seperti aluminium, hasil korosi dapat membentuk lapisan yang melindungi lapisan logam dari korosi selanjutnya, tetapi besi oksida (karat) dapat mengelupas sehingga secara bertahap permukaan yang baru dibuka itu bisa mengalami korosi. Terdapat juga perbedaan terhadap sifat hasil korosi, hal ini dapat menerangkan mengapa panci dari besi cepat mengalami kerusakan jika dibiarkan, sedangkan panci dari aluminium jauh lebih awet. Beberapa cara telah dirancang untuk melindungi korosi suatu logam, yang paling mudah adalah dengan melapisi permukaan logam dengan cat atau bahan pelapis lainnya (Petrucci, 1987). Aluminium dapat dibuat dalam skala yang sangat besar dari bauksit, ia dimurnikan dalam pelarutan NaOH dan diendapkan ulang sebagai Al(OH)3 dengan menggunakan CO2 dan hasil dehidrasinya dilarutkan dalam lelehan krolit dan pada suhu 800 sampai 1000 oC dielektrolisis, aluminium sering kali dilapisi oleh lapisan oksidasi secara elektrofilik atau sering disebut sebagai proses

anodasi, lapisan yang segar dapat diwarnai dengan pigmen, aluminium dapat larut dalam asam mineral encer, tetapi dipasifkan oleh HNO3 pekat. Bila pengaruh perlindungan lapisan oksida dirusakkan, misalnya dengan penggoresan atau amalgamasi, penyerangan bisa terjadi cepat meski dengan air sekalipun, logamnya mudah bereaksi dengan larutan NaOH panas, halogen dan berbagai non logam (Cotton dan Wilkinson, 1989). Dalam bentuk senyawa, aluminium memiliki banyak fungsi seperti misalnya banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan peralatan masak atau sebagai pelapis tenur pada suhu yang tinggi ataupun dapat dijadikan pemadam api jenis busa dan juga dapat dijadikan penolak api dalam industri tekstil. Senyawanya dapat juga dijadikan zat aditif pada makanan, dan masih banyak lagi (Petrucci, 1987).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 1. keping logam aluminuim I Berat sebelum dianodasi Berat setelah dianodasi = 0,43111 gram = 0,4310 gram

Setelah dianodasi, keping berwarna kuning.

2. Keping logam aluminium II Berat sebelum dianodasi Berat setelah dianodasi = 0,4103 gram = 0,4113 gram

Setelah dianodasi, keping berwarna kekuning-kuningan.

3. Keping logam aluminum III Berat sebelum dianodasi Berat setelah dianodasi = 0,4307 gram = 0,4312 gram

Setelah dianodasi, keping berwarna kekuning-kuningan

4. Saat anodasi berlangsung, pada larutan elektrolit terjadi gelembunggelembung gas H2. 5. Setelah pewarnaan, keping dicelupkan ke dalam air mendidih, terjadi perubahan pada bagian yang dianodasi yaitu pori-pori pada lapisan oksidanya tertutup.

6. Hasil anodasi dengan variasi waktu Waktu Anodasi (menit) 5 10 15 Hasil Anodasi (+++,++,+,-) + ++ +++

4.2 Reaksi Setengah reaksi : : Al Al3+ + 3eH2 2Al3+ + 6e3H2 2Al3+ + 3H2 x2 x3

Anoda Katoda Anoda Katoda

: 2H+ + 2e: 2Al : 6H+ + 6e2Al + 6H+

Reaksi lengkap : Al2O3 + Al2(SO4)3 + 3H2 Al2O3 + Al2(SO4)3 + 3H2

4Al + 3H2SO4 4Al + 3H2SO4 + 3H2O

4.3 Perhitungan Diketahui :

BE Al2O3 = Berat teoritis = 1. Berat aluminium I, t = 5 menit = 300 detik Berat teoritis = 2. Berat aluminium II, t = 10 menit = 600 detik

Berat teoritis = 3. Berat aluminium III, t = 15 menit = 900 detik Berat teoritis = Berat praktek = berat setelah anodasi berat sebelum anodasi = 0,4310 g 0,4311 g = - 0,0001 gram. = 0,4113 g 0,4103 g = 0,0010 gram. = 0,4312 g 0,4307 g = 0,0005 gram.

1. Keping aluminium I 2. Keping aluminium II 3. Keping aluminium III

Perhitungan rendamen Rendamen =

1. Keping aluminum I Rendamen = 2. Keping aluminium II Rendamen = 3. Keping aluminium III Rendamen =

4.4 Pembahasan Pada percobaan ini menggunakan logam aluminium apabila bereaksi dengan udara maka akan membentuk suatu lapisan oksida yang sangat rapat yang dapat melindungi bagian logam yang lainnya dari oksida lebih lanjut, proses penambahan lapisan oksida itu dinamakan anodasi dimana kepingan logam pada

percobaan ini dibuat menyerupai silinder yang nantinya akan disimpan pada gelas kimia dan dihubungkan dengan arus listrik negatif. Hal ini bertujuan agar silinder berfungsi sebagai katoda sehingga akan terjadi reduksi pada silinder tersebut. Secara terpisah dibuat keping logam Al yang berukuran 1,5 x 3 cm dan keping logam ini terlebih dahulu dicuci dengan menggunakan detergen dan direndam di dalam air mendidih guna menghilangkan lemak yang mungkin masih menempel pada permukaan kepingan, setelah dicuci kemudian dikeringkan dan ditimbang, setelah itu dicatat berat awalnya. Keping logam yang telah ditimbang tadi dihubungkan dengan kawat yang bermuatan positif agar nantinya terjadi reaksi oksidasi, kawat dihubungkan dengan menggunakan penjepit buaya/aligator lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi silinder dan asam sulfat yang telah dituangkan sebelumnya. Asam sulfat berfungsi sebagai media untuk membantu proses anodasi dalam elektrolisis, permukaan asam sulfat diusahakan tidak menyentuh penjepit, kemudian kedua kawat dihubungkan ke sumber arus. Anodasi dilakukan dengan variasi waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit terhadap 3 logam. Hal ini bertujuan untuk membandingkan hasil oksidasi ketiganya. Setelah 5 menit pertama, keping logam I diganti dengan keping logam II. Keping logam II dioksidasi selama 10 menit dan setelah itu diganti lagi dengan keping logam ke III. Terdapat perbedaan warna terhadap ketiga logam tersebut dimana keping logam ketiga terlihat lebih pucat dibandingkan dengan kepingan pertama dan kedua. Setelah proses anodasi selesai kemudian dilakukan proses pewarnaan guna mempercantik permukaan logam, larutan warna yang digunakan adalah campuran besi(III)klorida dengan ammonium oksalat dengan perbandingan 1:1. Larutan ini

harus dalam keadaan mendidih agar pori-pori aluminium dapat menyerap warna. Pewarnaan dilakukan selama beberapa menit kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih agar warna yang dihasilkan dapat bertahan lama dan juga pori-porinya dapat tertutup. Selama pemanasan, oksida akan mengalami hidrasi lalu mengembang dan proses inilah yang menyebabkan pori-porinya tertutup. Kemudian logam ditimbang lagi dan ternyata beratnya bertambah. Penambahan berat itu berasal dari lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan logam. Namun, pada pewarnaan keping logam terdapat sedikit keanehan dimana keping logam pertama setelah pewarnaan membentuk lapisan warna yang lebih banyak dibandingkan dengan keping logam kedua dan ketiga yang lebih lama waktu anodasinya. Hal ini dapat disebabkan oleh konsentrasi asam sulfat yang digunakan menjadi berkurang dan proses rendaman ke dalam larutan berwarna yang agak lama. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh berat keping pertama setelah anodasi -0,0001 gram dengan rendamen sebesar -0,3788 %, keping logam kedua setelah anodasi 0,0010 gram dengan rendamen sebesar 1,8939 % dan keping logam ketiga setelah anodasi 0,0005 gram dengan rendamen sebesar 0,6313 %.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengalami anodasi logam pertama mengalami kekurangan berat dari 0,4311 menjadi 0,4310 gram, pada logam kedua mengalami pertambahan berat dari 0,4103 gram menjadi 0,4113 gram, dan pada logam ketiga juga mengalami pertambahan berat dari 0,4307 gram menjadi 0,6 gram. Adapun persen rendamen yang diperoleh dari percobaan ini yaitu pada logam pertama sebesar 0,3788 %, logam kedua sebesar 1,8939 % dan logam ketiga sebesar 0,6313 %.

5.2 Saran Agar dapat meminimalkan kesalahan pada, sebaiknya pihak laboratorium menyediakan alat yang dalam keadaan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, T., 1993, Kimia Fisika untuk Universitas, PT Gramedia, Jakarta. Cotton, E. A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, Universitras Indonesia Press, Jakarta. Hala, Y., 2008, Modul Praktikum Kimia Anorganik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1984, Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Petrucci, R. H., 1987, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta. Sunardi, 2006, Unsur Kimia, Yrama Widya, Bandung. Svehla, G., 1985, Analisis Anorganik Kualitatif, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.

Lampiran 1 Lempeng Al Diletakkan silinder Dimasukkan kedalam membentuk Keping Al 1,5x3 cm Dibersihkan dan dicuci

dengan detergen Dibilas dengan air panas Ditimbang Dihubungkan dengan kutub positif dengan arus 12 volt

gelas kimia 50 mL yang berisi larutan H2SO4 2 M Dihubungkan dengan kutub negatif dengan arus 12 volt

Rangkaian Alat Anodasi Dilakukan anodasi dengan variasi waktu 5, 10 dan 15 menit Diamati gelembung-gelembung

gas H2 yang terbentuk Hasil

Lampiran 2 Besi(III)klorida + ammonium oksalat Data Dipanaskan hingga mendidih Dicelupkan keping Al hasil anodasi selama beberapa menit Dicelupkan dalam air panas selama 10 menit Diamati perubahan yang terjadi Dibandingkan hasil anodasi

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 8 Juni 2010 Asisten Praktikan

(A.NUR AMALIA)

(ABD.RAHMAN)

You might also like