You are on page 1of 12

Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Proses Pendidikan sebagai Solusi untuk Mengatasi Demoralisasi Pelajar di Indonesia

Oleh: Dewi Yuliana 11302241039 Pendidika Fisika sub (A) Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam 085743549259 ABSTRAK Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai ini merupakan satu kesatuan utuh, tak terpisahkan mengacu kepada tujuan yang satu. Proses pendidikan di Indonesia kebanyakan hanya menitikberatkan pada nilai hasil akhir, bukan tentang bagaimana proses pendidikan itu berlangsung atau mengajarkan arti sebuah usaha kapada pelajar. Karena orientasinya terhadap nilai itulah, pelajar menjadi menghalalkan segala cara untuk mendapatkan hasil yang baik. Hal ini akan menyebabkan kemerosotan moral bangsa indonesia. Nilai-nilai luhur Pancasila perlu ditanamkan dalam jiwa pelajar dan diaktualisasikan. Pancasila perlu dipahami, dihayati, dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan mengingat pelajar sebagai pemuda merupakan harapan bangsa dan generasi penerus bangsa. Kata kunci : demoralisasi, pelajar, nilai-nilai Pancasila A. PENDAHULUAN Sudah lebih dari 66 tahun Indonesia merdeka. Seharusnya Indonesia sudah maju dalam segala bidang pembangunan. Salah satunya adalah kemajuan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan titik tumpu bagi berbagai bidang pembangunan nasional di Indonesia, baik pembangunan ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Berbagai masalah yang sering menimpa Indonesia seperti kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, dapat diatasi apabila strategi pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik.

Bangsa Indonesia memiliki posisi geopolitik yang sangat strategis, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, kemajemukan sosial budaya, dan jumlah penduduk yang besar. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Dari sejumlah kenyataan atas modal besar yang dimiliki bangsa Indonesia, jumlah penduduk yang besar menjadi modal yang paling penting karena kemajuan dan kemunduran suatu bangsa sangat bergantung pada faktor manusianya (SDM). Masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya juga dapat diselesaikan dengan SDM. Namun untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dan menghadapi berbagai persaingan peradaban yang tinggi untuk menjadi Indonesia yang lebih maju diperlukan revitalisasi dan penguatan karakter SDM yang kuat. Salah satu aspek yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan karakter SDM yang kuat adalah melalui pendidikan. Pada kenyataanya Indonesia masih memiliki kekurangan dalam hal pendidikan, yaitu rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Salah satu penyebabnya adalah lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam jiwa pelajar. Sehingga kemerosotan moral pun semakin banyak terjadi di kalangan pelajar. Oleh karena itu perlu ditegakkan kembali adanya aktualisasi nilai-nilai Pancasila.

B. PEMBAHASAN 1. Pancasila sebagai nilai Moerdiono (1995/1996) menunjukkan adanya 3 tataran nilai dalam ideologi Pancasila. Tiga tataran nilai itu adalah: a. Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap, yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu.Nilai dasar merupakan prinsip, yang bersifat amat abstrak, bersifat amat umum, tidak

terikat oleh waktu dan tempat, dengan kandungan kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para pendiri negara.Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan yang telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat. b. Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang merupakan arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental ini dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang

dimungkinkan oleh nilai dasar itu.Dari kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR. c. Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan

(mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai praksis terdapat pada demikian banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial politik, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi, oleh pimpinan

kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara perseorangan. Dari

segi

kandungan

nilainya,

nilai

praksis

merupakan

gelanggang

pertarungan antara idealisme dan realitas. (Mulyono,2010: http://eprints.undip.ac.id/3241/) Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai ini merupakan satu kesatuan utuh, tak terpisahkan mengacu kepada tujuan yang satu. Pancasila sebagai suatu sistem nilai termasuk ke dalam nilai moral (nilai kebaikan) dan merupakan nilai-nilai dasar yang bersifat abstrak. (Rukiyati,2008:62-63) Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, antara lain: a. Nilai ketuhanan Nilai ketuhanan yang terdapat dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung arti bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang atheis melainkan bangsa yang beragama (religius). Bangsa Indonesia mengakui dan meyakini adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. b. Nilai kemanusiaan Kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya c. Nilai persatuan Usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam negara kesatuan republik Indonesia. persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap

keanekaragaman yang dimiliki bansa Indonesia. Indonesia merupakan negara yang pluralistis, yang mana masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, dan agama. d. Nilai kerakyatan Suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. e. Nilai keadilan

Sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Nilainilai dasarifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isisnya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat opersional dan ekspisit, perlu dijabarkanke dalam instrumental, seperti UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.

2. Demoralisasi pelajar di Indonesia Selama ini proses pendidikan di Indonesia kebanyakan hanya menitikberatkan pada hasil akhir, bukan tentang bagaimana proses pendidikan itu berlangsung. Seolah-olah pelajar datang ke sekolah hanya untuk mencari nilai. Yang ada di pikiran mereka adalah yang penting nilai ulangan bagus berarti sudah aman. Pelajar juga beranggapan bahwa yang baik itu adalah yang mendapat nilai bagus. Jika sudah belajar tetapi nilainya ternyata memperoleh nilai yang tidak bagus, maka itu tidak bagus. Mereka menyimpulkan bahwa mereka lulus sekolah berdasarkan nilai atau hasil akhirnya saja. Sebenarnya hal tersebut merupakan konsep atau pengertian yang salah. Karena dengan hal tersebut, pelajar tidak diajarkan bagaimana untuk mendapatkan sesuatu dengan kerja keras tetapi cenderung menunjukkan bahwa yang terpenting adalah hasil akhirnya. Proses pendidikan tidak hanya bertumpu pada nilai yang diperoleh semata. Pendidikan proses juga sangat penting bagi pelajar. Karena dalam setiap proses pembelajaran terdapat nilai-nilai moral yang terkandung. Pendidikan itu tidak diukur dengan angka nol sampai sepuluh saja atau angka nol sampai seratus semata. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya diukur secara kuantitaif tetapi juga diukur secara kualitatif. Oleh karena orientasinya kepada nilai, pelajar biasanya menjadi tidak menghargai bagaimana proses pendidikan itu berlangsung. Makna yang terkandung dalam proses belajar mengajar menjadi tidak tersimpan

dalam pribadi masing-masing pelajar. Padahal, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah bagaimana cara menanamkan moral pada pelajar, seperti kejujuran, percaya diri, tanggung jawab, disiplin, rajin, dan kreatif. Untuk mencapai target nilai, tidak jarang pelajar menggunakan cara-cara yang tidak baik alias bertindak curang seperti mencontek dan membuat catatan kecil pada saat ujian. Bahkan berbagai macam cara telah dikembangkan oleh pelajar untuk mencontek. Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi juga memungkinkan pelajar untuk berbuat tidak jujur. Penyalahgunaan ponsel merupakan salah satunya. Ponsel yang seharusnya berfungsi untuk mempermudah komunikasi, di tangan pelajar malah menjadi sarana untuk menyontek. Mereka saling mengirim dan menerima jawaban saat ujian melalui SMS. Saat ini internet berkembang begitu pesatnya. Berbagai informasi banyak terdapat di internet, mulai dari hal yang positif sampai hal yang negatif pun ada. Yang positif adalah di internet terdapat informaasi tentang pelajaran-pelajaran di sekolah. Akan tetapi hal ini memiliki dampak negatif yang amat besar bagi pelajar. Pelajar hanya menelan mentah-mentah apa yang ada di internet, tidak mencernanya dengan otak terlebih dahulu. Misalkan pelajar diberi tugas oleh Guru, biasanya yang dilakukan oleh pelajar adalah copy paste dari internet. Fenomena copy paste ini telah membudaya di kalangan pelajar. Padahal copy paste merupakan tindakan plagiarisme yang tentu saja tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Sikap tidak jujur pada pelajar ini sangat mengkhawatirkan, karena dari sinilah para koruptor itu lahir. Mereka tidak mengerti arti penting sebuah kejujuran dan kerja keras. Kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh pelajar ini akan menyebabkan kemerosotan moral generasi muda indonesia. Padahal, generasi mudalah yang nantinya akan meneruskan perjuangan bangsa

Indonesia. Bagaimana Indonesia bisa maju jika, pemudanya saja memiliki moral yang rendah.

3. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam proses pendidikan Pancasila sebagai ilmiah-filosofis dapat dipahami dari sisi verbalis, konotatif, denotatif. Pengetahuan verbalis dimaksudkan upaya memahami Pancasila dari aspek rangkaian kata-kata yang diucapkan,contoh

pengucapan Pancasila dalam upacara bendera, dalam pidato, dan penyebutan-penyabutan yang lain. Pemahaman ini masih terbatas rangkaian kata-kata, belum dimaknai secara mandalam dan interpretatif sebagai kesatuan makna yang bersifat komprehensif (utuh menyeluruh).

Pengetahuan konotatif dimaksudkan upaya memahami Pancasila dengan menggunakan ratio. Pancasila dipahami, ditafsirkan, dan dimaknai dengan menggunakan metode ilmiah. Kajian ilmiah merupakan salah satu pemahaman konotatif. Pemahaman denotatif terhadap Pancasila berkaitan dengan fakta, realita yang menunjukkan adanya perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan dapat berupa perbuatan, tindakan ataupun buktibukti fisik. (Rukiyati dkk,2008:16) Nilai-nilai luhur Pancasila perlu ditanamkan dalam jiwa pelajar dan diaktualisasikan. Pancasila perlu dipahami, dihayati, dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan mengingat pelajar sebagai pemuda merupakan harapan bangsa dan generasi penerus bangsa. Sebenarnya Pancasila telah diajarkan di sekolah melalaui Pendidikan kewarganegaraan. Akan tetapi hal ini kurang efektif untuk mengajarkan kepada sisiwa agar selalu mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Sekolah biasanya hanya mengajarkan Pancasila secara teori saja. Kebanyakan pelajar memiliki nilai yang bagus pada mata pelajaran Pendidikan

kewarganegaraan, namun dalam praktiknya pada kehidupan sehari-hari nyatanya mereka tidak benar-benar mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Seharusnya Pancasila juga diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila ke dalam jiwa pelajar, nilainilai Pancasila harus diwujudkan dalam setiap proses belajar mengajar. Pancasila tidak hanya diajarkan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saja, yang sifatnya hanya memberikan pengetahuan tentang Pancasila dan dihafalkan, namun perwujudan nilai-nilai Pancasila harus ada dalam setiap proses pendidikan di sekolah. Nilai-nilai Pancasila yang harus dikembangkan, antara lain adalah a. Ketuhanan Yang Maha Esa 1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab 2) Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup 3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya 4) Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. b. Kemanusiaan yang adil dan beradab 1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antar sesama manusia 2) Saling mencintai sesama manusia 3) Mengembangkan sikap tenggang rasa 4) Tidak semena-mena terhadap orang lain 5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan 6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan 7) Berani membela kebenaran dan keadilan 8) Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan seikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain. c. Persatuan Indonesia

1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan 2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara 3) Cinta tanah air dan bangsa 4) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia 5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhinneka Tunngal Ika d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan 1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat 2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain 3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama 4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan 5) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah 6) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur 7) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinngi harkat dan martabat, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoesia 1) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang

mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan bergotong royong 2) Bersikap riil 3) Menjaga keseimbangna antara hak dan kewajiban 4) Menghormati hak-hak orang lain 5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain 6) Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain 7) Tidak bersikap boros

8) Tidak bergaya hidup mewah 9) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum 10) 11) 12) Suka bekerja keras Menghargai hasil karya orang lain Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial

4. Peran guru sebagai pendidik dalam rangka pengaktualisasian nilainilai Pancasila Adanya guru yang baik sangat penting bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Guru di sekolah tidak hanya menyampaikan materimateri pelajaran, tetapi guru juga haru mengajarkan moral-moral yang baik kepada pelajarnya. Seorang guru harus menjadi teladan bagi pelajarnya. Keteladanan guru harus diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Pelajar lebih menangkap perilaku pendidiknya daripada perkataan pendidiknya. Guru menjadi sosok panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang patut dicontoh dan diteladani oleh siswa. Contoh dan keteladanan itu lebih merupakan aspek-aspek sikap dan perilaku, budi pekerti luhur, dan akhlak mulia, seperti jujur, tekun mau belajar, amanah sosial, dan sopan santun terhadap sesama. Sikap dan perilaku guru yang sehari-hari dapat diteladani oleh siswa di dalam maupun di luar kelas, merupakan sarana pendidikan yang mampu membentuk kepribadian siswa kelak. Sikap dan perilaku guru menjadi semacam bahan ajar secara tidak langsung yang dikenal dangan hidden curriculum. Sikap dan perilaku guru menjadi bahan ajar yang secara langsung maupun tidak langsung akan ditiru dan diikuti oleh para siswa. Dalam hal ini guru dipandang sebagai role mode yang akan digugu dan ditiru.(Suparlan,2006:33) Guru sebagai pendidik yang memiliki akhlak, moral, budi pekerti, dan karakteristik yang baik, memiliki kecenderungan positif dalam memengaruhi perkembangan moral pelajar menjadi baik pula.

10

Semboyan trilogi kepemimpinan guru sebagi pendidik yang digunakan oleh kementrien pendidikan Indonesia adalah Ing ngarso sung tuladha, Ing madya mangun karso, dan Tut wuri handayani. Seorang guru harus mampu menjadi teladan bagi siswanya, mampu membantu siswanya dalam menghadapi suatu persoalan, dan mampu menjadi

pendorong/motivator dalam belajar siswa. Ing ngarso sung tuladha, berarti di depan memberikan teladan. Guru memberikan contoh kepada siswa hal-hal yang baik dalam pendidikan agar kualitas pendidikan meningkat. Guru harus menjadi panutan bagi siswanya. Guru menjadi sosok panutan yang memiliki nilai moral dan agama yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang patut dicontoh dan diteladani oleh siswa. Sikap dan perilaku guru yang sehari-hari dapat diteladani oleh siswa. Ing madya mangun karso, berarti ditengah-tengah memberi semangat. Guru berada ditengah siswa membangun semangat belajar. Guru memberikan semangat kepada siswa untuk selalu mengamalkan nilai-nilai Pancasila Tutwuri handayani, di belakang memberi dukungan dan dorongan. Guru mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh kepada siswa. Guru harus bisa ngemong. Guru memberikan dorongan dari belakang tetapi tetap mengarahkan siswanya agar berjalan sesuai dengan tujuannya dan tetap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

C. PENUTUP Pancasila sebagai nilai mengandung serangkaian nilai, yaitu: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai ini merupakan satu kesatuan utuh, tak terpisahkan mengacu kepada tujuan yang satu. Nilai-nilai luhur Pancasila perlu ditanamkan dalam jiwa pelajar dan diaktualisasikan. Pancasila perlu dipahami, dihayati, dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan mengingat pelajar sebagai pemuda merupakan harapan bangsa dan generasi penerus bangsa.

11

DAFTAR PUSTAKA Djamil, hasyim. 2011. Flsafat Pancasila, diakses dari

http://hasyimdjamil.blogspot.com/2011/12/referensi-filsafatPancasila.html, pada hari Jumat, 16 Desember 2011 jam 19.30 Lubis, Ibrahim. 1982. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Jakarta: Ghalia Indonesia Mulyono. 2010. Dinamika Aktualisasi Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,
diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/3241/, pada hari Kamis,15 Desember 2011 jam 13.59 Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press Suparlan. 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing Agus. 2010. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional, diakses dari http://gusfumi.wordpress.com/2010/10/20/Pancasila-sebagailandasan-filosofis-sistem-pendidikan-nasional/, pada hari Rabu, 4 Januari 2012 jam 17.06 Yuliarti, kristien. 2009. Melahirkan Generasi Pancasilais Lewat Proses Pembelajaran, diakses dari Wirawan,

http://kristienyuliarti.wordpress.com/2009/04/23/melahirkangenerasi-Pancasilais-lewat-proses-pembelajaran/ diakses pada hari Kamis, 5 Januari 2012 jam 17.34

12

You might also like