You are on page 1of 15

ABSORBSI GAMMA ()

JURNAL LAPORAN PRAKTIKUM KE - IV

WILLIAM 110801057

LABORATORIUM FISIKA INTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sinar gamma (seringkali dinotasikan dengan huruf Yunani gamma, ) adalah sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik yang diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya seperti penghancuran elektron-positron. Sinar gamma membentuk spektrum elektromagnetik energi tertinggi. Mereka seringkali didefinisikan bermulai dari energi 10 keV/ 2,42 EHz/ 124 pm, meskipun radiasi elektromagnetik dari sekitar 10 keV sampai beberapa ratus keV juga dapat menunjuk kepada sinar X keras. Penting untuk diingat bahwa tidak ada perbedaan fisikal antara sinar gamma dan sinar X dari energi yang sama, mereka adalah dua nama untuk radiasi elektromagnetik yang sama, namun, gamma dibedakan dengan sinar X oleh asal mereka. Sinar gamma adalah istilah untuk radiasi elektromagnetik energi-tinggi yang diproduksi oleh transisi energi karena percepatan elektron. Karena beberapa transisi elektron memungkinkan untuk memiliki energi lebih tinggi dari beberapa transisi nuklir, ada penindihan antara apa yang kita sebut sinar gamma energi rendah dan sinar-X energi tinggi. Sinar gamma merupakan sebuah bentuk radiasi mengionisasi; mereka lebih menembus dari radiasi alfa atau beta (keduanya bukan radiasi elektromagnetik), tapi kurang mengionisasi. Sinar gamma begitu istimewa dibandingkan dengan sinar/partikel radioaktif lainnya dikarenakan dia tidak memiliki massa dan muatan. Sinar Gamma memiliki panjang gelombang yang paling kecil dan energi terbesar dibandingkan spektrum gelombang elektromagentik yang lain, (sekitar 10 000 kali lebih besar dibandingkan dengan energi gelombang pada spektrum sinar tampak). Selain itu, sinar gamma memiliki daya ionisasi yang paling rendah namun jangkauan tembus yang paling besar dibandingkan sinal beta dan alfa. Sinar gamma muncul dari inti atom yang tidak stabil dikarenakan atom tersebut memiliki energi yang tidak sesuai dengan kondisi dasarnya (groundstate).

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui hubungan antara intensitas sinar gamma dengan ketebalan absorber. 2. Untuk menentukan koefisien absorbsi sinar gamma pada beberapa absorber. 3. Untuk mengetahui aplikasi sinar gamma.

BAB II LANDASAN TEORI

Energi sinar gamma yang dipancarkan sama dengan selisih antara tingkat-tingkat energi dimana inti atom melakukan transisi. Energi transisi dilepaskan pada saat terjadi transisi energi inti digunakan sebagai tenaga sinar gamma dan tenaga inti pemancar. Peluruhan gamma dari inti tereksitasi memerlukan selang waktu tertentu,seperti peluruhan pada atom yang tereksitasi memiliki umur paruh tingkat eksitasi atom 10-8 detik untuk elektron elektron valensi dan 10-15 detik untuk eksitasi lubang yang tercipta setelah terjadi pancaran elektron dari kulit atom yang lebih dalam. Keadaan eksitasi inti memiliki umur paruh terhadap pancaran gamma pada rentang 10-16 detik sampai lebih dari 100 tahun. Umur paruh ini dapat diperkirakan secara kasar dengan pendekatan semiklasik. Dapat ditunjukkan dari persamaan Maxwell bahwa sebuah titik muatan e yang mengalami percepatan akan memancarkan radiasi elektromagnetik dengan laju: = ...................................................... 2.1

Radiasi elektromagnetik dihasilkan oleh muatan titik yang bergerak. Pada kenyataannya inti atom merupakan distribusi muatan yang lebih luas. Aliran arus listrik dibangkitkan oleh gerakan spin dan orbit nukleon-nukleon. Medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan dalam transisi keadaan inti adalah sangat kompleks. Dalam perhitungan klasik, distribusi arus-muatan aktual dikembangkan dalam momen multipol. Sebagai alternatif lain dari peluruhan gamma, dalam beberapa kasus inti tereksitasi dapat kembali ke keadaan dasar dengan memberikan energi eksitasinya ke salah satu elektron dan orbital di sekelilingnya. Proses ini dikenal sebagai konversi internal, yakni sejenis efek fotolistrik dimana sebuah foton nuklir diserap oleh elektron atomik. Konversi internal merupakan transfer langsung energi eksitasi ke sebuah elektron. Elektron yang terpancar memiliki energi kinetik sama dengan energi eksitasi nuklir yang hilang dikurangi energi ikat elektron dalam atom. Konversi internal adalah suatu proses elektromagnetik yang bersaing dengan emisi gamma. Dalam hal ini medan multipol elektromagnetik dari inti tidak menghasilkan emisi foton, sebagai gantinya, medan-medan itu berinteraksi dengan elektron-elektron atomik dan menyebabkan salah satu elektron dari atom. Tidak seperti pada peluruhan beta, elektron tersebut tidak diciptakan dalam proses peluruhan, tetapi merupakan elektron yang sebelumnya ada dalam orbit atom. Karena alasan itu laju peluruhan konversi internal dapat diubah sedikit dengan mengubah lingkungan kimia dari atom tersebut sehingga berpengaruh sedikit terhadap

orbit atom. Konversi internal bukan merupakan proses dua langkah, dimana sebuah foton mula-mula dipancarkan oleh inti dan kemudian menumpuk elektron orbit dengan proses yang mirip dengan efek fotolistrik. Proses semacam ini memiliki kebolehjadian sangat kecil. Energi transisi dalam konversi internal muncul sebagai tenaga kinetik Ke elektron yang dipancarkan dikurangi dengan energi ikat atom EB yang harus diberikan untuk melepaskan elektron dari kulit atom. Ke = Ei Ef - EB .................................................. 2.2 Seperti pada pembahasan energi ikat inti, maka kita ambil EB sebagai bilangan bulat positif. Namun demikian energi keadaan terikat adalah negatif, dan kita menganggap bahwa energi ikat sebagai energi yang harus kita berikan kepada atom untuk berpindah dari keadaan itu ke energi nol. Karena energi ikat elektron bervariasi dengan orbit atom, untuk suatu E pada transisi tertentu akan menimbulkan konversi internal elektron-elektron yang terpancar dari atom dengan energi yang berbeda-beda. (Wiyatmo,Yusman. 2006) Spektrum sinar- terbentuk sebagai hasil interaksi antara sinar- dengan detektor. Apabila sinar- berinteraksi dengan materi maka tenaganya akan diserahkan pada atom-atom materi yang dilalui. Satuan yang dipakai untuk menyatakan tenaga sinar- adalah elektron volt , disingkat eV. Satu elektron volt adalah tenaga yang diterima oleh sebuah elektron (muatan elektron = e = 1,60 x 10-19 coulomb) yang dipercepat melalui suatu medan listrik dengan beda potensial sebesar satu volt. Pada umumnya, dalam spektrometri- orang bekerja dengan tenaga- dari 50 KeV sampai 5 MeV. Jika diketahui panjang gelombangnya, tenaga sinar- dapat dihitung melalui rumus Planck : E = hc/. Interaksi sinar- dengan materi bisa terjadi melalui bermacam-macam proses. Dari berbagai proses tersebut hanya ada tiga proses yang penting untuk diperhatikan dalam spektrometri- yaitu: Hamburan Compton Efek fotolistrik Pembentukan pasangan

Ketiga proses tersebut menghasilkan pembebasan elektron dari atom-atom materi yang berinteraksi dengan sinar- . Efek fotolistrik penting pada daerah pada tenaga sinar- di bawah 1 MeV; hamburan Compton penting untuk daerah jangkau tenaga yang sangat lebar; sedang pembentukan pasangan hanya penting untuk tenaga sinar- > 1,022 MeV. Efek fotolistrik adalah interaksi antara foton- dengan sebuah elektron yang terikat kuat dalam atom yaitu elektron pada kulit bagian dalam suatu atom, biasanya kulit K atau L. Foton- akan menumbuk elektron tersebut dan karena elektron itu terikat kuat-kuat maka

elektron akan menyerap seluruh tenaga foton- . Sebagai akibatnnya, elektron akan dipancarkan keluar dari atom dengan tenaga gerak sebesar selisih tenaga foton- dan tenaga ikat elektron : Ee = E W .2.3 Elektron yang dipancarkan itu disebut fotoelektron. Atom yang terionisasi akibat efek fotolistrik tentu saja berada dalam keadaan tidak stabil. Lowongan yang ditinggalkan fotoelektron akan segera diisi oleh elektron pada kulit berikutnya dan demikian seterusnya. Kebolehjadian bagi suatu foton- yang bertenaga E berinteraksi melalui efek fotolistrik dinyatakan dalam suatu besaran yang disebut tampang efek fotolistrik, biasanya diberi dengan lambang . Hamburan Compton terjadi antara foton- dan sebuah elektron bebas atau yang terikat lemah. Elektron-elektron yang dapat dikategorikan sebagai elektron yang terikat lemah adalah elektron yang berada pada kulit terluar suatu atom. Apabila foton- menumbuk elektron jenis ini, maka berdasarkan hukum kekekalan momentum tidak mungkin elektron akan dapat menyerap seluruh tenaga foton- seperti yang terjadi dalam efek fotolistrik. Foton- akan hanya menyerahkan sebagian tenaganya kepada elektron dan kemudian terhambur menurut sudut terhadap arah gerak foton- mula-mula. Secara sederhana hal ini dapat digambarkan sebagai suatu kelereng yang ditembakkan pada sebuah kelereng lain yang bebas dan diam. Sebagai akibat tumbukan yang terjadi, kelereng yang ditembakkan itu akan menyerahkan sebagian tenaganya pada kelereng yang diam dan kemudian terhambur ke arah lain dengan tenaga yang sudah berkurang dari semula. Sebaliknya kelereng yang diam akan bergerak ke depan karena menerima tenaga dari luar. Demikian pula yang terjadi dengan elektron yang mula-mula bebas dan diam (stasioner) itu akan terlempar ke depan dan keluar dari sistem atom. Elektron yang dilepaskan itu disebut sebagai elektron Compton. Peristiwa ini disebut efek pembentukan pasangan. Massa elektron dan positron masing-masing setara dengan tenaga sebesar 0,511 MeV. Pada umumnya, pembagian tenaga antara positron dan elektron tidak simetris, akan tetapi kebolehjadian terbesar adalah positron dan elektron membagi tenaga tersebut sama besar. Positron adalah partikel yang tidak stabil dan mempunyai umur sangat pendek. Segera setelah terbentuk, positron akan bergabung dengan elektron disekitarnya setelah menyerahkan tenaga geraknya. Massa kedua partikel tersebut diubah menjadi dua buah foton yang masingmasing bertenaga 0,511 MeV dan dipancarkan pada arah bertolak belakang 180 satu terhadap yang lain. Peristiwa ini dinamakan proses anihilasi (pemusnahan) dan ditandai dengan tenaga foton 0,511 MeV tersebut. (Susetyo,Wisnu. 1988)

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan 3.1.1 Peralatan 1. Tabung GM ( 1 buah) Fungsi : sebagai detektor radiasi sinar gamma. 2. Rak tabung GM (1 buah) Fungsi : untuk meletakkan tabung GM dan unsur radioaktif yang digunakan. 3. Scaler atau Ratameter (1 buah) Fungsi : untuk menampilkan besarnya gelombang sinar gamma yang terdeteksi. 4. Stopwatch (1 buah) Fungsi : untuk menghitung waktu deteksi radiasi per satuan waktu. 5. Penjepit (1 buah) Fungsi : untuk menjepit bahan dan absorber. 6. Absorber Al dan Pb (masing-masing 1 buah) Fungsi : sebagai penyerap sinar gamma.

3.1.2 Bahan 1. Co-60 (1 buah) Fungsi : sebagai sumber radiasi gamma.

3.2 Prosedur Percobaan A. Tanpa menggunakan absorber 1. Dipersiapkan semua peralatan yang digunakan. 2. Dihubungkan tabung GM dengan scaler dengan kabel koaksial. 3. Scaler dihubungkan ke sumber arus listrik. 4. Diletakkan sumber radioaktif radiasi sinar gamma (Co-60) di rak tabung. 5. Dicatat laju pencacahan dalam waktu 1 menit sebagai cacah latar belakang tanpa menggunakan absorber. 6. Dilakukan pencacahan sebanyak tiga kali dan dihitung nilai rata-rata cacahan.

B. Menggunakan absorber 1. Dipersiapkan semua peralatan pada percobaan.

2. Dihubungkan tabung GM dan scaler dengan menggunakan kabel koaksial. 3. Scaler dihubungkan ke sumber arus listrik. 4. Diletakkan sumber radioaktif radiasi sinar gamma Co-60 pada rak. 5. Dipersiapkan absorber dengan ketebalan mg/cm2 , 2,5 mg/cm2 , 5 mg/cm2 , 7,5 mg/cm2 , 10 mg/cm2 , 12,5 mg/cm2 , 15 mg/cm2 , 20 mg/cm2 , 25 mg/cm2 . 6. Diletakkan absorber aluminium dengan ketebalan terkecil pada rak tabung. 7. Dicatat laju pencacahan dalam waktu 1 menit. 8. Dilakukan pencacahan sebanyak 3 kali dan dihitung nilai rata-rata cacahannya. 9. Diulangi langkah 6-8 untuk menggunakan absorber Al dengan ketebalan yang digunakan mulai dari ketebalan terkecil. 10. Diulangi langkah 5 sampai 9 untuk absorber Pb dengan ketebalan 0,1,2,3,4,6,10,12 dalam satuan mg/cm2 .

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

4.1 Data Percobaan (Terlampir)

4.2 Analisa Data 1. Membuat Grafik cacah vs tebal dari setiap absorben (Terlampir) 2. Menentukan koefisien serapan masing-masing data

a. Untuk absorber Alumunium (Al) -

b. Untuk absorber Timbal (Pb) -

3. Menentukan koefisien serapan total untuk setiap penyerap.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Hubungan antara intensitas sinar gamma dengan ketebalan absorber adalah penurunan secara eksponensial di dalam intensitas radiasi sebagai sebuah sinar homogennya dari sinar- yang melewati sebuah materi lempeng tipis. Ketika sebuah sinar- dari intensitas I ditumbukkan pada sebuah lempeng dari ketebalan x, perubahan intensitas dari sinar setelah menembus lempeng adalah sebanding pada ketebalan dan kepada intensitas tumbukan. Ketika sinar gamma melewati absorber, maka sebagian sinar gamma tersebut akan diserap oleh absorber dan intensitasnya akan berkurang sesuai dengan persamaan: I = I0 . e -x Semakin besar nilai ketebalan dari absorber, maka intensitas sinar gamma akan tereduksi dan pada ketebalan tertentu, sinar gamma tidak bisa menembus absorber. 2. Penentuan absorbsi sinar gamma pada beberapa absorber (Aluminium dan Timbal): a. Untuk absorber Alumunium (Al) -

b. Untuk absorber Timbal (Pb) -

3. Aplikasi dari sinar gamma salah satunya digunakan dalam proses mensterilkan alat-alat kedokteran dan biasanya digunakan untuk mengukur ketebalan suatu material (absorber).

5.2 Saran 1. Sebaiknya praktikan mengetahui prinsip kerja pada detector Geiger Muller. 2. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati saat menyentuh bahan radioaktif saat percobaan. 3. Sebaiknya praktikan mengetahui sifat dari sinar gamma.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, Irving. 1954. NUCLEAR PHYSICS. Addison-Wesley Publishing Company: London. Pages : 395 396 Susetyo, Wisnu. 1988. SPEKTROMETRI GAMMA. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. Hal : 36 44. Wiyatmo, Yusman. 2006. FISIKA NUKLIR. Jilid I. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal : 172 189. http://smadaracit.com/28/ Tanggal akses : 12 Nopember 2013 Jam : 19.00 WIB

GAMBAR PERCOBAAN

a. Menggunakan absorber aluminium


PLN Tabung Geiger Muller (GM)

28
Detektor Geiger Muller

Absorber Al

Stopwatch Pinset

Rak Tabung GM Bahan radioaktif Co-60

Co-60

Wadah radioaktif Co-60

Serbet Sarung Tangan Masker Absorber Pb

b. Menggunakan absorber Pb
PLN Tabung Geiger Muller (GM)

28
Detektor Geiger Muller

Absorber Pb

Stopwatch Pinset

Rak Tabung GM Bahan radioaktif Co-60

Co-60

Wadah radioaktif Co-60

Serbet Sarung Tangan Masker Absorber Al

1. Menentukan grafik perbandingan antara cacah Vs Ketebalan untuk masing-masing absorber. a. Grafik perbandingan antara Cacah Vs Ketebalan untuk absorber Aluminium

Grafik Cacah -Vs- Ketebalan


12000 10000 8000 Cpn 6000 4000 2000 0 0 5 10 15 Ketebalan (mg/cm2) 20 25 30

Slope =

= = = 322,6

b. Grafik perbandingan antara Cacah Vs Ketebalan untuk absorber Timbal

Grafik Cacah -Vs- Ketebalan


12000 10000 8000 Cpm 6000 4000 2000 0 0 2 4 6 Ketebalan 8 (mg/cm2) 10 12 14

Slope =

= = = 181,75

You might also like