Professional Documents
Culture Documents
Oleh: Kelompok 1
Name of Members
Anisah Abram
Dini Hayati
1210322020
1210323015
Holistic health
(Who) mendefinisikan kesehatan sebagai
Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial. Kesehatan didefinisikan berdasarkan nilai , kepribadian dan gaya hidup. Anggapan kesehatan mempengaruhi tingkah laku kesehatan. Perilaku kesehatan dibagi 2: 1. Positif (Mempertahankan, mencapai, memperoleh kembali kesehatan dan mencegah penyakit) 2. Negatif (Melakukan aktivitas yang membahayakan kesehatan)
Oksige n
Sakit
Potter-Perry (2010), Sakit merupakan keadaan
dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan atau spiritual sedang atau terganggu dibanding sebelumnya. Pembagian Sakit 1. Akut 2. Kronik Seorang yang sakit akan bertindak dalam cara yang disebut dengan Perilaku Sakit. Yaitu, menyangkut cara mereka mengawasi tubuhnya, mendefinisikan dan menyimpulkan gejala, mengambil tindakan pengobatan, serta menggunakan sistem pelayanan kesehatan. (Mechanik, 1982, dalam Potter-Perry,2010)
Variabel Internal Yaitu, Persepsi mereka tentang gejala dan sifat sakit tersebut
Variabel eksternal Yaitu, berupa terlihatnya gejala, kelompok sosial, latar budayavariabel ekonomi, eksesibilitas sistem layanan kesehatan, dan dukungan sosial
2.
CEMAS
Cemas
Definisi kecemasan dapat digambarkan melalui poin berikut: 1. respon terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan 2. menyadarkan seseorang akan bahaya yang mungkin terjadi 3. diikuti oleh perasaan khawatir, gelisah dan takut. 4. Muncul karena ketegangan 5. Bersifat subjektif 6. Kadang disertai keluhan fisik 7. Mengurangi konsentrasi dan daya ingat 8. Kadang disertai gangguan pola tidur Tingkatan Cemas : Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008, dalam Ningsih, 2012) tingkatan cemas sbb: 1. Ringan ( saat seseorang menyadari adanya sesuatu yang butuh diperlakuan khusus) 2. Sedang (Keadaan seseorang merasakan sesuatu yang berbeda gugup terhadap situasi) 3. Berat (Keadaan dimana adanya sesuatu yang berbeda, ancaman takut, distress) 4. Panik (kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.)
Cont
Menurut Videbeck 2008 (dalam, Ningsih, 2012) berikut adalah bentuk respon seseorang terhadap kecemasan :
Respon kognitif
1. Kecemasan Ringan
Respons fisik
- Ketegangan otot ringan - Sadar akan lingkungan - Rileks atau sedikit gelisah - Penuh perhatian - Rajin
- Lapang persepsi luas - Terlihat tenang, percaya diri - Perasaan gagal sedikit - Waspada dan memperhatikan banyak hal - Mempertimbangkan informasi - Tingkat pembelajaran optimal
Respons emosional
2. Sedang
Respon fisik :
Respons kognitif
- Ketegangan otot sedang - Tanda-tanda vital meningkat - Pupil dilatasi, mulai berkeringat - Sering mondarmandir, memukul tangan - Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi - Kewaspadaan dan ketegangan menigkat - Sering berkemih,
- Lapang persepsi menurun - Tidak perhatian secara selektif - Fokus terhadap stimulus meningkat - Rentang perhatian menurun - Penyelesaian masalah menurun - Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
Respons emosional
3. Berat
Respons fisik
- Ketegangan otot berat - Hiperventilasi - Kontak mata buruk - Pengeluaran keringat meningkat - Bicara cepat, nada suara tinggi - Tindakan tanpa tujuan dan serampangan - Rahang menegang, mengertakan gigi - Mondar-mandir, berteriak - Meremas tangan, gemetar
Respons kognitif
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi - Hanya memerhatikan ancaman - Preokupasi dengan pikiran sendiri - Egosentris
Respons emosional
- Lapang persepsi terbatas - Proses berpikir terpecahpecah - Sulit berpikir - Penyelesaian masalah
- Sangat cemas - Agitasi - Takut - Bingung - Merasa tidak adekuat - Menarik diri - Penyangkalan - Ingin bebas
4. Panik
Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze - Ketegangan otot sangat berat - Agitasi motorik kasar - Pupil dilatasi - Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun - Tidak dapat tidur - Hormon stress dan neurotransmiter berkurang - Wajah menyeringai, mulut ternganga Respons kognitif - Persepsi sangat sempit - Pikiran tidak logis, terganggu - Kepribadian kacau
- Fokus pada pikiran sendiri - Tidak rasional - Sulit memahami stimulus eksternal - Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
Respon emosional
- Merasa terbebani - Merasa tidak mampu, tidak berdaya - Lepas kendali - Mengamuk, putus asa - Marah, sangat takut - Mengharapkan hasil yang buruk - Kaget, takut - Lelah
Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005 dalam Ningsih, 2012). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1.
Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
2.
3.
Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. untuk
4.
Cont
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. 6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. 7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. 8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
F. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan
dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari : 1. lingkungan sosial 2. intrapersonal 3. interpersonal.
Sumber koping diantaranya adalah :
aset ekonomi 2. kemampuan memecahkan masalah 3. dukungan sosial budaya yang diyakini.
1.
Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005, dalam Ningsih, 2012).
Mekanisme Koping
Menurut Ningsih(2012) kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping.
koping kecemasan ringan 1. Menangis 2. Tidur 3. Makan 4. Tertawa 5. Berkhayal 6. Memaki 7. Merokok 8. Olahraga 9. mengurangi kontak mata dg orang lain 10. membatasi diri pd orang lain
(Suliswati, 2005,
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005) dalam Ningsih (2012) mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
pada tugas Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan. a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress. c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah
ego Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut : Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien. b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian. c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
a.
Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari (2008) dalam Ningsih (2012) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. sbb: 1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : Makan makan yang bergizi dan seimbang. Tidur yang cukup. Cukup olahraga. Tidak merokok. Tidak meminum minuman keras.
Cont
2. Terapi psikofarmaka. Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam. 3. Terapi somatik Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhankeluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan
Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain : Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
4. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan
dinilai
bahwa
ketidakmampuan
mengatsi
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan
kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung. Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
5.
Asuhan Keperawatan
Berikut adalah contoh asuhan keperawatan untuk pasien dengan kecemasan yang dikutip dari Dian, 2012 dalam Askep Gangguan pada Cemas .
PENGKAJIAN
Pengkajian dituju pada fungsi fisiologi dan perubahan perilaku melalui gejala dan mekanisme kopingsebagai bentuk pertahanan terhadap kecemasan. Kaji faktor predisposisi seperti yang telah diulas sebelumnya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO 1
SIGN/SYMPTOM Peningkatan ketegangan/ keputusasaan, ketakutan/ ketidakpastian hasil, berfokus pada diri sendiri, stimulasi simpatis, gelisah
ETIOLOGI Krisis situasi ancaman kematian/ perubahan dalam status kesehatan, [emisahan dari sistem pendukung
DIAGNOSA Ansietas
PERENCANAAN
1. 2. 3.
4. 5.
Bantu pasien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik. Bantu klien dalam mempertahankan kebiasaan makan yang teratur dan seimbang. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti : bericara pada orang lain dan melibatkannya dalam aktivitas fisik. Bantu klien berbicara pada diri sendiri positif yang telah direncanakan sebelumnyadan telah terlatih. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang menimbulkan ansietas.
INTEREFNSI/ TINDAKAN 1.
2.
3.
4. 5.
Perawat mengajarkan dan membantu klien agar dapat melakukan pernapasan lambat dan ritmik. Perawat selalu mengingatkan dan memberi klien makan teratur. Perawat mengajak klien untuk saling berkomunikasi dan mengajarkan klien untuk berolah raga agar lebih relax. Perawat memberikan motivasi kepada klien. Perawat menjelaskan kepada klien cara mengurangi stressor dan situasi yang bisa menyebabkan cemas.
EVALUASI
Evaluasi terhadap kecemasan dapat dilihat dari tingkah-laku klien yang selalu khawatir dengan kematian. Kecemasan itu pula dapat diartikan sebagai reaksi terhadap ancaman yang tidak menentu. Pencegahan kecemasan ini dapat dilakukan dengan cara perawat memberikan dorongan kepada pasien untuk mengembangkan kepercayaan diri, serta sering mendekatkan diri kepada Tuhannya.
THANKS