You are on page 1of 6

ANALISA TINDAKAN NEBULIZER DI RUANG IGD RSUD SALATIGA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Ajar Praktik Keperawatan Dewasa III ( Stase Kegawatdaruratan )

Disusun Oleh: MITSALINA MAULIDA HAFIZH G2B009050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

Inisial pasien (usia) Diagnosa medis Tanggal masuk

: Ny. S. (24 tahun) : Asma bronchiale : 25 September 2012 pukul 13.00 WIB

Tanggal dilakukan tindakan : 25 September 2012 pukul 13.05 WIB

1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran DS : Klien mengatakan merasa sesak napas sejak tadi malam Klien mengatakan telah memiliki asma sejak usia 20 tahun

DO : GCS = 15 (E4V5M6) Terdapat suara wheezing RR : 16 x/menit, irama teratur Capillary refill < 2 detik Klien tampak sesak napas

Diagnosa keperawatan : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme1.

Dasar pemikiran : Klien masuk ke IGD pada tanggal 25 September 2012 pukul 13.00 WIB dengan keluhan sesak napas sejak tadi malam. Klien memiliki riwayat asma. Selain itu, pemeriksaan fisik klien menunjukkan terdapat suara wheezing (menghi). Suara napas tambahan tersebut mengindikasikan adanya secret yang tertahan. Asma adalah obstruksi jalan napas difus reversible2. Obstruksi ini disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini: a. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronchi yang menyempitkan jalan napas. b. Pembengkakan membrane yang melapisi bronkhi. c. Pengisian bronchi dengan mucus yang kental. Tiga gejala umum pada asma adalah batuk, dypsnea, dan mengi. Sputum, yang terdiri atas sedikit mucus yang mengandung masa gelatinosa bulat sulit untuk dibatukkan. Sputum

(mucus) yang sulit untuk dikeluarkan dapat semakin menghambat jalan napas pasien dengan asma. Nebulizer merupakan alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonic. Nebulizer juga dapat difungsikan untuk memberikan obat pengencer sputum dan pelega pernapasan melalui inhalasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan pemberian obat dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak dan memperlancar jalan napas.

2. Tindakan keperawatan yang dilakukan Melakukan pemberian obat dengan nebulizer. Tujuan3 : a. Sekret menjadi lebih encer dan mudah untuk dikeluarkan. b. Pernapasan menjadi lebih lega. c. Selaput lendir pada saluran napas menjadi tetap lembap. d. Mengobati peradangan pada saluran napas bagian atas.

Indikasi : a. Pasien dengan sesak napas dan batuk b. Pasien PPOK (bronchitis, emfisema) c. Asma bronciale d. Iritasi pada kerongkongan, radang lapisan lendir saluran pernapasan atas. e. Rhinitis dan sinusitis.

Kontraindikasi : a. Pasien dengan trakeotomi Prosedur3 : a. Persiapkan peralatan dan bahan-bahan yang dibutuhkan : - Nebulizer set dan masker - Air steril - Obat yang diperlukan (mentol, ventolin)

b. Jelaskan kepada klien tentang tujuan prosedur dan langkah-langkah prosedur yang akan dilaksanakan. c. Atur posisi klien senyaman mungkin (semifowler) d. Jaga pivacy klien e. Cuci tangan f. Isi nebulizer dengan obat yang dianjurkan dokter dan air steril 4-6 cc. g. Pilih tekanan nebulizer yang sesuai. h. Hubungkan nebulizer dengan sumber listrik dan hidupkan nebulizer. i. Pasangkan masker pada klien j. Instruksikan klien untuk menghirup uap yang dihasilkan nebulizer dan bernapas panjang. k. Setelah obat yang diberikan telah habis menjadi uap, matikan nebulizer. l. Rapikan klien. m. Cuci tangan.

3. Prinsip-prinsip tindakan a. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah tindakan, terutama pada klien yang menggunakan bronchodilator. b. Observasi pengembangan paru dan pasang oksigen setelah pemberian obat apabila diperlukan. c. Prinsip nebulizer adalah mengubah obat (larutan) menjadi aerosol, sehingga dapat dihirup pasien dengan menggunakan masker atau mouthpiece

4. Analisa tindakan keperawatan Tindakan pemberian obat melalui nebulizer dilakukan sesuai dengan prosedur. Namun, sebelum melakukan prosedur tidak melakukan cuci tangan terlebih dahulu. Cuci tangan hanya dilakukan setelah melakukan prosedur. Selain itu, tidak digunakan pula prosedur memakai sarung tangan terlebih dahulu. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi nosokomial.

5. Bahaya yang dapat terjadi Terapi nebulizer memiliki resiko seperti infeksi, airway reactivity, pulmonary dan efek sistemik, serta drug reconsentration4. Perlu ada perawat yang mendampingi untuk memantau perkembangan atau perubahan yang terjadi pada pasien.

6. Hasil yang didapat dan maknanya S: - Klien mengatakan sesak napas berkuranng - Klien mengatakan merasa lebih nyaman O: - RR = 20 x/menit - Klien tampak lebih nyaman - Klien kooperatif A: Masalah teratasi P:-

7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan di atas (mandiri dan kolaboratif). Mandiri : a. Pantau frekuensi dan kedalaman pernapasan. b. Pertahankan jalan napas paten. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman. c. Pertahankan pemberian O2. d. Lakukan postural drainase untuk mengeluarkan secret yang tertahan di lobus-lobus paru.

8. Evaluasi diri Perlu lebih memperhatikan kesesuaian tindakan dengan kondisi klien. Pada tindakan pemberian obat dengan nebulizer, perlu lebih hati-hati dalam menentukan tekanan nebulizer. Tindakan yang dilakukan dengan tidak hati-hati dapat menimbulkan masalah baru pada klien. Selain itu, perlengkapan alat proteksi diri pun harus diperhatikan untuk melindungi diri sendiri dari penularan atau penyebaran mikroorganisme yang pathogen.

9. Kepustakaan Heather Herdman. 2010. NANDA International, Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC. Smelzter. S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta : EGC. Kusyati, Eni. 2003. Keterampilan dan Prosedur Keperawatan Dasar. Semarang : Kilat Press. Sabri, Yessy. 2012. Terapi Inhalasi. http://www.warupadang.com diakses pada tanggal 27 September 2012

You might also like