You are on page 1of 76

Pembelajaran Astronomi Bola

Via Internet
Suhardja D. Wiramihardja
Endang Soegiartini
Yayan Sugianto

Program Studi Astronomi FMIPA
Institut Teknologi Bandung
2006
Fenomena Langit
Gerak Langit
Sistem Waktu
Sistem Koordinat dan Transformasinya
Koreksi Posisi Objek Langit (refraksi, aberasi, paralaks,
presisi, dan nutasi)
Teori Pergerakan Planet
Mata Kuliah AS 2210 Astronomi Bola (3 sks) untuk
tingkat dua mahasiswa Program Studi Astronomi ITB.

Materi:
PENDAHULUAN
Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit.
Memilih sistem koordinat yang tepat untuk
menjelaskan sebuah situasi.
Melakukan transformasi antar sistem koordinat
yang berbeda.
Melakukan koreksi terhadap posisi pengamatan.
Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak
planet.
Buku acuan
Astronomy: Principle and Practise, part 2, Roy,
A.E dan Clarke, D., 1988, Adam Hilger
Textbook on Spherical Astronomy, Smart, W. M.,
1980, Cambridge Univ. Press
A Workbook for Astronomy, Waxman J., 1986,
Cambridge University Press.
Unfolding Our Universe, Nicolson, I., 1999,
Cambridge University Press.
An Introduction to Astronomy, Huffer, C.M.,
Trinklein, F.E., Bunge, M., 1967, Holt, Rinehart
and Winston Inc.
Objek langit tampak bergerak pada bola langit
dengan jarak tak terbatas.
Bola merupakan objek tiga dimensi, tetapi
penggambarannya dalam dua dimensi.
Geometri bola diperlukan untuk menggambarkan
permukaan sebuah bola: baik cara memahami
maupun hubungan antar mereka.
Apa yang disebut dengan Astronomi Bola?
Dilihat oleh mata, benda langit yang
bertaburan di langit seolah melekat pada suatu
setengah bola raksasa yaitu Bola Langit
dengan diameter tak terhingga
Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan
arah dan bukan jarak, maka diperlukan suatu
tata koordinat: koordinat 2 dimensi pada
permukaan bola
Bab I Gerak Langit
1.1. Bola Langit
Dilihat dengan mata, bintang-bintang menempel pada
permukaan dalam suatu bola raksasa yang berpusat di
Bumi. Bola ini, yang radiusnya tak terhingga, disebut
bola langit.

Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan arah,
bukan dengan jarak. Diperlukan suatu tata koordinat:
koordinat pada permukaan bola.

Dalam sistem koordinat langit, posisi bintang-bintang
hanya ditentukan oleh arah mereka antara satu dengan
lainnya. Umpamanya, bintang S
1
dan bintang S
2
terpisah
atau berjarak sudut 20 derajat.
Z
N
O
-
G
1
G'
1

* S
2

S'
2

*
S
1

S'
1

Jarak sudut antara dua bintang, S
1
dan S
2
, didefinisikan sebagai
sudut S
1
OS
2
= sudut S'
1
OS'
2
atau S
2
OG
1
= S'
2
OG'
1
. Tampak
bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak diperhitungkan, seakan-
akan mereka diproyeksikan pada bola langit di S'
1
, S'
2
dan G'
1
.
Bola langit yang memperlihatkan jarak sudut
*
Polaris
Bumi
Bola langit yang berputar
Kutub Langit Selatan (KLS)
KLU
Ekuator langit
Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Equator langit.
Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU
Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pada bola langit kita akan
memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan
Kutub Langit Selatan (KLS).
KLU dan KLS
Gambar Pergerakan Bintang Polaris
Bola langit yang berputar
KLS
KLU
Bumi
Ekuator langit
dan horizon
*
Lingkaran harian bintang
Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)
Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit
(sebenarnya Bumi) adalah poros KLU-KLS ini. Bintang-bintang akan tampak
berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan
tidak terbenam. Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut
lingkaran harian.
Gerak Langit
KLU
KLS
Bumi
Ekuator langit
Bola langit
*
Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, ekuator langit membentang
melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah
garis dari Utara ke Selatan. Dari ekuator, bintang tampak terbit tegak
lurus di horizon timur dan terbenam di horizon barat. Dari ekuator kita
bisa melihat semua bintang.
Bola langit dilihat dari Ekuator
lingkaran harian bintang
Ekliptika
Maret
Juni
September
Desember
U
S
23
Ekliptika
Revolusi Bumi mengitari Matahari
Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.
Gerak Matahari
Ekuator langit
Ekliptika
22 Jun
22 Des
21 Mar
23 Sep
Gerak tahunan Matahari pada bola langit
Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada
bola langit.
Bumi
Kutub Utara
Ekuator
-
Greenwich, England
Meridian Greenwich
-
Suatu tempat
pada Bumi
Meridian suatu
tempat
bujur
lintang
Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur
Sistem Koordinat
Ekliptika
Ekuator langit
Bola langit
KLU
Vernal equinox
o
o
Asensiorekta dan Deklinasi
*
Lingkaran jam bintang
*
Lintasan vertikal bintang
KLU
Meridian lokal
pengamat
Zenith
Nadir
U S
Horizon
pengamat
B
T
Azimuth
tinggi
Gambar 1.10 Sistem Horizon
Bab II Waktu
Ada tiga satuan dasar waktu.

Hari, yaitu panjang waktu yang diperlukan bumi untuk
menyelesaikan satu kali rotasi.
Tahun, yaitu interval waktu yang diperlukan bumi
untuk menempuh satu putaran terhadap matahari.
Bulan (month), yaitu waktu yang diperlukan bulan
(moon) untuk menyelesaikan satu putaran terhadap
bumi.

2.1. Standar Waktu
Ada dua macam hari

Hari matahari (solar day), jika matahari sebagai acuan:
interval waktu dari saat matahari terbit ke matahari terbit
berikutnya atau matahari terbenam ke matahari terbenam
berikutnya.

Hari sideris (sidereal day), jika bintang sebagai acuan:
interval waktu dari saat suatu bintang tertentu berada di
atas kepala kita sampai bintang tersebut kembali berada
di atas kepala kita lagi.
Bumi pada t
1

Bumi pada t
2

ke bintang
Perbedaan antara hari matahari dan hari sideris






Satu hari matahari = 24 jam
Satu hari sideris = 23 jam 56 menit
~1
U
S
B
Horizon
KLU
Pengamat
Z Meridian pengamat
Ekuator langit
E
T
2.2. Sudut Jam
Sudut jam : seberapa jauh sebuah bintang sudah meninggalkan
meridian (titik sigma, E ) ke arah Barat
2.3. Waktu Sideris
Titik acuan waktu sideris adalah vernal equinox (titik = Aries).

Waktu Sideris Lokal (WSL) didefinisikan sebagai sudut jam
vernal equinox (SJ())

WSL = SJ()

Hari sideris dimulai ketika vernal equinox ada pada meridian
lokal (SJ()=0) dan berakhir ketika vernal equinox kembali
melintas meridian (23 jam 56 menit waktu hari kemudian)
Ekuator langit
KLU
E
WSL =
SJ ()
Vernal Equinox
()
Definisi Waktu Sideris Lokal
Lingkaran mencerminkan equator langit dan titik di pusat
lingkaran adalah KLU. Panjang panah menyatakan sudut
jam dari vernal equinox. Sudut jam diukur ke arah Barat
(searah jarum jam bila dilihat dari Utara) dari titik sigma, E,
ke vernal equinox.
Waktu Sideris
Ekuator langit
KLU
E
SJ (-)
Vernal quinox
WSL
*
o (-)
Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal
Sebuah bintang yang diperlihatkan dengan lingkaran
jamnya, mempunyai asensiorekta o (diukur ke arah Timur
dari titik ) dan sudut jam, SJ (diukur ke arah Barat dari titik
sigma, E). Kita lihat bahwa

WSL = SJ(-) + o(-)

Jika - (bintang) diganti dengan , kita mendapatkan,

WSL = SJ() + o()

Karena o()=0, maka kita peroleh definisi pertama di
atas, yaitu

WSL = SJ()
Ekuator langit

Matahari pada
Autumnal Equinox
KLU
Pengamat
Horizon pengamat
Z
Meridian

Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September


Ekuator langit
Matahari pada
Vernal Equinox

KLU
Pengamat
Horizon pengamat
Z

Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret
Gerak Semu Planet
http://mars.jpl.nasa.gov/allabout/nightsky/images/2003/whereLosAngeles_br.jpg
Bagaimana gerak
Retrograde terjadi
Orbit Bumi
Orbit Mars
Venus
Bumi
Konjungsi dan Oposisi beberapa planet
Mars
Konjungsi
Oposisi
Orbit Bumi mengelilingi Matahari
Hukum II Keppler
Garis penghubung matahari-planet dalam selang waktu
sama menyapu luas yang sama.
Fasa Bulan
*
Lintasan vertikal bintang
KLU
Meridian lokal
pengamat
Zenith
Nadir
U S
Horizon
pengamat
B
T
Azimuth
tinggi
Orbit Bumi
Ke Matahari
Arah Rotasi Bumi
Sore
Pagi


http://ifa.hawaii.edu/~barnes/ASTR110L_F05/moonphases.html
Geometri Bola dan
Geometri Bidang Datar
Bidang Datar
Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke-2 garis
tersebut sejajar

Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu akan
memotong di satu titik
Bidang Bola
Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke 2 garis
tersebut belum tentu
sejajar
Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu belum
tentu memotong di satu
titik
Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar,
lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola
Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola
yang pusatnya berimpit dengan pusat bola
membagi bola menjadi 2 bagian sama besar
Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola,
tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola
Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang
lingkaran besar dengan bola disebut kutub
Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut
perpotongannya disebut sudut bola
Kutub
Kutub
Pusat Bola
Lingkaran kecil
Lingkaran besar
Geometri Bola
Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan 2 lingkaran besar.
Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan satu
dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu
bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah segitiga
bola, yang mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari sudut
ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari
180
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180
Sifat-sifat
segitiga bola
Sudut A, B, dan C adalah sudut
bola; dan a, b, dan c adalah sisi-
sisi segitiga bola ABC.
0 < (a + b + c) < 360
180 < (A + B + C) < 540
a + b > c, a + c > b, b + c > a
a > b A > B ; a = b A =
B
Ekses sudut bola, yaitu selisih
antara jumlah sudut-sudut A, B,
dan C sebuah segitiga bola
dengan radians (180) adalah: E
= A + B + C t (rad)
a
b
c
Formula Segitiga
Bola
Empat buah formula yang
biasa digunakan adalah:
Formula cosinus

demikian pula

Formula sinus

Formula analog untuk cosinus

Formula empat bagian

A cos c sin b sin c cos b cos a cos + =
B cos a sin c sin a cos c cos b cos + =
c sin
C sin
b sin
B sin
a sin
A sin
= =
A cos c cos b sin c sin b cos B cos a sin =
B cot C sin b cot a sin C cos a cos =
a
b
c
Tata Koordinat Astronomi
Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:
Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2
belahan, belahan utara dan belahan selatan
Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran
dasar utama
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui kutub-
kutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar
utama
Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I
Koordinat I(absis): dihitung dari titik asal sepanjang
lingkaran dasar utama
Koordinat II(ordinat): dihitung dari lingkaran dasar
utama ke arah kutub
KS
KU
Lingkaran Dasar Utama
Lingkaran Dasar Kedua
Pusat Bola
Tata Koordinat Bumi
Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian
pengamat
Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich
Koordinat I: bujur, atau , dihitung dari meridian
Greenwich ke meridian pengamat:
0 < < 180 atau 0
h
< < 12
h
ke timur dan ke barat
Koordinat II: lintang |, dihitung:
0 < | < 90 ke arah KU, dan
-90 < | < 0 ke arah KS
Tata Koordinat Bumi
Tata Koordinat Horison
Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison
Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N)
Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan
Timur adalah titik kardinal
Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur,
0 < A < 360
Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran
horison:
0 < h < 90 ke arah Z, dan
-90 < h < 0 ke arah N
Tata Koordinat Horison
Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC)
Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik E, yang merupakan perpotongan meridian
pengamat dengan lingkaran ekuator langit
Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat:
0
h
< HA < 24
h

Koordinat II: deklinasi, o, diukur:
0 < o < 90 ke arah KUL, dan
-90 < o < 0 ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial I
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator
Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan ekuator
dan ekliptika
Koordinat I: asensiorekta, o, diukur dari titik ke arah
timur: 0
h
< o < 24
h

Koordinat II: deklinasi, o, diukur
0 < o < 90 ke arah KUL, dan
-90 < o < 0 ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Tata Koordinat Ekliptika
Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika
Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan
Kutub Selatan Ekliptika (KSE)
Titik asal: Titik
Koordinat I: bujur ekliptika, , diukur dari titik ke arah
timur: 0
h
< < 24
h

Koordinat II: lintang ekliptika, |, diukur dari bidang
ekliptika ke bintang :
0 < | < 90 ke arah KUE, dan
-90 < | < 0 ke arah KSE
Tata Koordinat Ekliptika
Lintasan Harian Benda Langit
Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit
Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar
ekuator dan berjarak o. Benda bergerak dari bawah horison
ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai
terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari
atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit
atau terbenam, z = 90 dan h = 0.
Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang
ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas
(HA = 0
h
= 0 ), dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi 2 HA adalah lama benda langit di atas horison.

Bintang Sirkumpolar
Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang
yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang
bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.
Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:
z(transit bawah) s 90 ; jika:
o > 90 - | , untuk belahan bumi utara
o s |||- 90, untuk belahan bumi selatan
Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku:
z(transit atas) > 90 ; jika:
o s | - 90 , untuk belahan bumi utara
o s 90 -|||, untuk belahan bumi selatan
Senja dan Fajar
Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat
menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18 di bawah
horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang antara
matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108
disebut sebagai fajar atau senja.
* z = 90, h = 0 terbit/terbenam
* z = 96, h = - 6 fajar/senja sipil
* z = 102, h = -12 fajar/senja nautika
* z = 108, h = -18 fajar/senja astronomis

Pergerakan Tahunan Matahari
Matahari mengitari Bumi pada bidang
ekliptika posisinya dalam koordinat
ekliptika berubah terhadap waktu posisi
pada koordinat ekuator juga berubah
Dalam 1 tahun, o berubah dari 0
h
sampai 24
h
dan o berubah dari -23.27 sampai + 23.27
Posisi titik tetap
Posisi Matahari dalam koordinat ekuator
II dan ekliptika
Tanggal

(
h
)
|
(

)
o
(
h
)
o
(

)
lokasi
21 Maret 0 0 0 0 Titik musim semi
22 Juni 6 0 6 +23.27 Titik musim
panas
23 Sept. 12 0 12 0 Titik musim
gugur
22 Des. 18 0 18 -23.27 Titik musim
dingin
Posisi titik terhadap Matahari dalam
peredaran harian dan tahunan Matahari
Tanggal
Ao
(
h
)
A
HA (
h
)
21 Maret 0 0
22 Juni 6 -6
23 Sept. 12 -12
22 Des. 18 -18
Refraksi
Posisi benda langit yang tampak di langit
sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,
salah satu sebab adalah karena efek refraksi.

Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya
akan mengubah bayangan benda yang melewati
suatu medium.
Definisikan:
Indeks refraksi, n, setiap medium transparan adalah
1/kecepatan cahaya di dalam medium.

Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada
temperatur dan tekanannya, sehingga indeks
refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan
atmosfer yang berbeda.
o
,
z
n Permukaan Bumi
Lapisan atmosfer terendah
150 km
800 km
i
1

N
A
X
Z
Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar
bintang akibat atmosfer bumi.
Refraksi di dalam atmosfer :
Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan
sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan
mempunyai kecepatan v
i
yang berbeda untuk
tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell
juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:
n
1
sin i = n
2
sin r,
dengan :
n
1
dan n
2
adalah indeks bias medium 1 atau 2,
i adalah sudut datang, dan
r adalah sudut bias.
Di batas permukaan pertama:
1
0
1
1
v
v
r sin
i sin
=
Di lapisan berikutnya:
2
1
2
2
v
v
r sin
i sin
=
, dan seterusnya.
Tetapi dengan geometri sederhana: r
1
= i
2
, r
2
= i
3
, dan seterusnya
Sehingga kita peroleh:
1
1
0
1
r sin
v
v
i sin
|
|
.
|

\
|
=

2
1
0
i sin
v
v
|
|
.
|

\
|
=

2
2
1
1
0
r sin
v
v
v
v
|
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
=

2
2
0
r sin
v
v
|
|
.
|

\
|
=
= ..........

n
n
0
r sin
v
v
|
|
.
|

\
|
=



Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga
yang berperan hanyalah perbandingan antara v
0
(yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya
dalam ruang hampa) dan v
n
(kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah).

Bila r
n
adalah jarak zenit semu bintang z', dan i
1
adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak
memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi
ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang
ada di horison.

Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'.
Maka: sin(z) = sin(R) cos(z') + cos(R) sin(z').

Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan :
sin(R) = R (dalam radians), dan cos(R) = 1.
Sehingga,
sin(z) = sin(z') + R cos(z').
Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan

z tan
R
1
z sin
z sin
'
+ =
'
, atau

z tan
R
1
v
v
n
0
'
+ =
Sehingga,
R = z tan
1 v
v
n
0
'

= k tan(z')
Nilai v
0
adalah c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa, yang harganya konstan.
Tetapi v
n
bergantung kepada temperatur dan tekanan udara pada lapisan terbawah.
Pada temperatur (0C = 273K) dan tekanan standard (1000 millibars), k = 59.6 detik busur.
Di dalam The Astronomical Almanac, harga k adalah:
k = 16.27" P(millibars)/(273+TC)
Pada jarak zenit besar, model ini tidak berlaku. Besar refraksi di dekat horison ditentukan
dari pengamatan di atas permukaan bumi. Pada temperatur dan tekanan standard, refraksi di
horison (refraksi horisontal) sebesar 34 menit busur.
Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan
terbit/terbenam
Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari
pusat kedua benda tersebut adalah 90. Refraksi yang
terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.
Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam
adalah 35'. Jika jarak zenit = 90, maka jarak zenit benar
adalah 9035'.
Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat
Matahari 90, maka H+AH adalah sudut jam pusat
Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di
horison, jadi z' = 90 , dan z = 9035'.
Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi
atasnya berada di horison, dan semi diameter
Matahari adalah 16', maka:
Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi
Lintang tampak Sudut refraksi
0 35'21
1 24'45
2 18'24
3 14'24
4 11'43
10 5'18
30 1'41
60 0'34
90 0'00

ecH cos . sec . sec
15
51
H o | = A
Efek Refraksi pada asensiorekta dan
deklinasi.
o'o = R sec o' sin q
o' o = R cos q

dengan q adalah sudut
paralaktik.
Koreksi Semi diameter
Pada saat Matahari terbenam, z = 90, h' = 0, maka:
jarak zenit piringan Matahari adalah: z = 90 + R
(z=90)

tinggi pusat Matahari adalah : h = 0 R
(z=90)

Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai
muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah
terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh
semidiameter piringan Matahari , S

, sehingga:
z = 90 + R
(z=90)
+ S

h = 0 R
(z=90)
S


Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam:
h

= 050'
h

= +008
Koreksi ketinggian di atas muka laut
Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada
ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l
(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), u,
adalah : u = 1'.93\l (dalam satuan menit busur).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
u = 1'.78\l (dalam satuan menit busur).

Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:
d = 3.57\l (dalam km).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
d = 3.87\l (dalam km).

You might also like