You are on page 1of 6

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT EMOSI KLIEN PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Nanny Dyah Zelianti*) Sujarwo**) Mugi Hartoyo ***)
*)

Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Perawat RSJD Amino Gondohutomo Semarang ***) Dosen Politeknik Kesehatan Negeri Semarang ABSTRAK

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Pada tahun 2007, diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Pada tahun 2010 prevalensi gangguan jiwa perilaku kekerasan sebanyak 32,2%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang. Desain penelitian ini adalah eksperimental design dengan jumlah sampel 30 responden diperoleh dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden perilaku kekerasan sebagian besar 22 (73,3%) adalah lakilaki, tingkat pendidikan SMP 16 (53,3%), responden yang tidak bekerja 23 (76,7%), tingkat emosi pre intervensi terbanyak emosi tinggi 24 (80%) dan tingkat emosi post intervensi tingkat emosi rendah 23 (76,3%). Adanya pengaruh yang signifikan antara teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan dengan nilai p = 0,000.

Kata Kunci

: Relaksasi nafas dalam, tingkat emosi, dan perilaku kekerasan. ABSTRACT

Violent behavior was a condition in which a person do the physical harm either to yourself, or others and the environment. In 2007, it is known that 11.6% of Indonesia's population aged over 15 years had problems of mental health disorders. In 2010 the prevalence of mental disorders was 32.2%. The aim of this study was to determine the effect of deep breathing relaxation techniques to the emotional level of violent behavior client at the RPH dr. Amino Gondohutomo Semarang. The design of this study was an experimental design with amount of the samples are 30 respondents which was obtained by accidental sampling technique. The results showed the characteristics of violent behavior; most respondents 22 (73.3%) were men, Junior high school students were 16 (53.3%), respondents who did not work were 23 (76.7%), the most pre-intervention level of high emotion was 24 (80%) and post intervention levels of low emotion was 23 (76.3%). There was a significant effect of deep breathing relaxation techniques on the emotional level of the violent behavior client with the value of p = 0.000. Keyword : Relaxation deep, emotional level, and violent behavior.

2 PENDAHULUAN Di era sekarang ini perubahanperubahan sosial cepat dan mudah masuk dalam kehidupan masyarakat seperti industrialisasi, modernisasi, dan kemajuan teknologi ilmu pengetahuan. Pembangunan disemua bidang, pergeseran pola masyarakat dari masyarakat agrikultur ke masyarakat industri dan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, serta tekanan arus globalisasi atau informasi yang diperberat dengan krisis ekonomi, sosial dan politik. Selain membawa kemajuan dan peningkatan taraf hidup masyarakat, juga telah menimbulkan dampak terhadap kehidupan manusia seperti terjadinya pergeseran moral, kesenjangan keadaan sosial ekonomi, proporsi penduduk miskin yang makin besar, angka pengangguran yang semakin tinggi, serta berbagai masalah sosial lain dan politik, sementara pemenuhan kebutuhan semakin sulit yang dapat menjadi stressor bagi sebagian masyarakat serta berkontribusi terhadap peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa di masyarakat (Hamid, 2009, hlm. 155). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun 2007, diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia usia di atas 15 tahun mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Prevalensi gangguan jiwa ansietas dan depresi sebesar 11,6% populasi (24.708.000 orang) dan prevalensi nasional gangguan jiwa berat sebesar 0,46% (1.065.000 orang). Salah satu gejala gangguan jiwa adalah ketidakmampuan dalam mengontrol diri yang selanjutnya akan menimbulkan perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2009, hlm. 139). Teknik yang dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku kekerasan diantaranya adalah teknik relaksasi. Alasannya adalah jika melakukan kegiatan dalam kondisi dan situasi yang relaks, maka hasil dan prosesnya akan optimal. Relaksasi merupakan upaya untuk mengendurkan ketegangan jasmaniah, yang pada akhirnya mengendurkan ketegangan jiwa. Salah satu cara terapi relaksasi adalah bersifat respiratoris, yaitu dengan mengatur aktivitas bernafas. Pelatihan relaksasi pernafasan dilakukan dengan mengatur mekanisme pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas yang lebih lambat dan dalam. Keteraturan dalam bernapas, menyebabkan sikap mental dan badan yang relaks sehingga menyebabkan otot lentur dan dapat menerima situasi yang merangsang luapan emosi tanpa membuatnya kaku (Wiramihardja, 2007, hlm. 132). Penelitian Kustanti dan Widodo (2008) tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Status Mental Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta telah membuktikan bahwa relaksasi efektif untuk menurunkan keluhan fisik yang dialami oleh klien perilaku kekerasan. Hasil perhitungan data dari Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo yang diperoleh, pasien yang mengalami gangguan perilaku kekerasan sebanyak 1.534 orang (32,2%) dari jumlah keseluruhan pasien jiwa pada periode JanuariDesember tahun 2010 adalah 3.914 orang. Dengan jumlah pasien laki-laki

3 sebanyak 2.357 dan wanita 1.557 orang. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat emosi klien perilaku kekerasan sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo. b. Untuk mengetahui tingkat emosi klien perilaku kekerasan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam di Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondohutomo Semarang. c. Untuk menganalisis pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap klien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang. memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah dilakukan intervensi lalu dilakukan posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang sebanyak 30 responden yang tersebar di ruang rawat inap dan UGD antara lain 4 ruang pasien perempuan yaitu ruang Brotojoyo, ruang Arimbi, ruang Citro Anggodo dan ruang Larasati, kemudian 7 ruang pasien laki-laki yaitu ruang Madrim, ruang Kresno, ruang Hudowo, ruang Gathotkoco, ruang Dewa Ruci, ruang Irawan Wibisono dan Endro Tenoyo. Pada bulan November-Desember 2011. Dalam melakukan pengumpulan data pada penelitian ini digunakan alat ukur dengan kuesioner pre dan post, intervensi dan observasi. Analisa yang digunakan yaitu analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat untuk mendiskripsikan tingkat emosi sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam mendiskripsikan tingkat emosi sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dan mendiskripsikan tingkat emosi sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien perilaku kekerasan. Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk melihat pengaruh 2 variabel yang meliputi variabel bebas (teknik relaksasi nafas dalam) dan variabel terikat (tingkatan emosi pasien perilaku kekerasan). Sebelum dilakukan uji statistik pada variabel bebas dan variabel terikat untuk mengetahui normalitas sebaran data dilakukan uji Shaphiro Wilk karena jumlah responden < 50, jika hasil uji normalitas didapatkan data berdistribusi normal maka dilakukan

METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk pre eksperimen dengan bentuk rancangan one group pretest-postest. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling, yaitu dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmojo, 2002 hal 89). Rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (control), tetapi paling tidak sudah dilakukan pretest yang

4 Uji Beda Sampel Berpasangan (Paired Sampel T-Test) dengan nilai probabilitas dari taraf signifikan 5% atau 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua sampel berpasangan (Sabri & Hastono, 2006, hlm.118). HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 1. Analisa Univariat Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang Jenis Frekuensi Persentase Kelamin (N= 30) (%) Laki-laki 22 73,3 Perempuan 8 26,7 Total 30 100 Tabel 5.1 menunjukan jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak 22 responden (73,3%) dan perempuan sebanyak 8 responden (26,7%). Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang Pendidikan Frekuensi Persentase terakhir (N=30) (%) Tidak Sekolah 2 6,7 SD 7 23,3 SMP 16 53,3 SMA 4 13,3 PT 1 3,3 Total 30 100 Tabel 5.2 menunjukan responden dengan tingkat pendidikan paling banyak adalah sekolah dasar sebanyak 16 responden (53,3%) dan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi yaitu 1 (3,3%). Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
Pekerjaan PNS Swasta Tidak bekerja Total Frekuensi 1 6 23 30 Persentase 3,3 20,0 76,7 100

Tabel 5.3 menunjukan pekerjaan responden yang paling banyak adalah 23 orang (76,7%) adalah tidak bekerja dan yang paling sedikit adalah PNS sebanyak 1 responden (3,3%). Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat emosi pre intervensi di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang Tingkat Frekuensi Persentase Emosi (%) Emosi 24 80 tinggi Emosi 6 20 sedang Emosi 0 0 rendah Total 30 100 Tabel 5.4 menunjukan tingkat emosi responden yang paling banyak adalah tingkat emosi tinggi sebanyak 24 responden (80%). Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat emosi post intervensi di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang Tingkat Frekuensi Persentase Emosi (%) Emosi 0 0 tinggi Emosi 7 23,3 sedang Emosi 23 76,7 rendah Total 30 100

5 Tabel 5.5 menunjukan tingkat emosi responden yang paling banyak adalah tingkat emosi rendah sebanyak 23 responden (76,7%). 2. Analisa Bivariat (Uji Sample Berpasangan Paried T-Test) Tabel 5.6 Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien PK di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang
Mean Variabel sebel um interv ensi 14,86 67 sesudah intervens i 6,3667 t P

Beda atau

Menurut Videbeck (2008, hlm. 600) kehilangan pekerjaan karena sering absen atau tidak mampu melaksanakan pekerjaan, berhenti bekerja dengan sengaja karena kesehatan fisiknya yang buruk, mengakibatkan seseorang mengalami penurunan peran dan fungsi dalam keluarga didampingi dengan kurangnya manajemen stress dalam kehidupanya maka akan menyebabkan gangguan jiwa. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara tingkat emosi sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam dengan p value 0,000 yang berarti ada pengaruh antara teknik relaksasi nafas dalam dengan penurunan tingkat emosi. Penelitian yang dilakukan oleh Kustanti dan Widodo (2008, hlm. 135) juga menunjukkan bahwa ada pengaruh teknik relaksasi yang berhubungan dengan pasien perilaku kekerasan, salah satunya adalah ketrampilan relaksasi nafas dalam. Dari hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang. Hal ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Widyastuti (2004, hlm.69) teknik relaksasi tidak saja menyebabkan efek yang menenangkan fisik tetapi juga menenangkan pikiran. Oleh karena itu beberapa teknik relaksasi seperti nafas dalam dapat membantu mengatasi stress. Nafas dalam sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, kemampuan mengontrol diri, menurunkan emosi dan depresi (Handoyo, 2005, hlm. 12). Pasien dapat menggunakan teknik relaksasi nafas dalam memfokuskan pada

Tingkat emosi

11,69 6

0,000

Dari hasil analisa pada tabel 5.6 di atas adalah nilai rata-rata atau mean sebelum intervensi yaitu 14,8667 dan nilai rata-rata sesudah intervensi yaitu 6,3667. Nilai t = 11,696 yang berarti t hitung > t tabel yaitu 2,146 dan nilai p = 0,000 yang berarti < taraf signifikan 5% atau 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat emosi sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam. Menurut Siswanto (2007, hlm.52) biasanya daya tahan tubuh wanita lebih baik dibandingkan dengan pria dalam menghadapi stressor. Secara biologis tubuh wanita lebih lentur dibandingkan pria sehingga toleransi terhadap stress lebih baik. Pada usia produktif wanita dimana hormonhormon masih bekerja secara normal, tingkat kesehatan setiap orang berbeda-beda sehingga mempengaruhi mudah tidaknya terkena stress.

6 informasi atau stimulus sensori di lingkungan sampai perasaan emosi dapat berkurang (Videbeck, 2008, hlm. 297). Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat emosi klien perilaku kekerasan.

Kustanti & Widodo. (2008). PengaRuh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Status Mental Klien Skizofrenia di RSJD Amino Gondohutomo http:// ppni-jateng.org/jurnal-ilmiahkeperawatan/. Diperoleh tanggal 28 April 2011. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sabri, L., Hastono, P, S. (2009). Statistik Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Siswanto. (2007). Kesehatan Mental Konsep, Cakupan, dan Perkembangan. Yogyakarta: Andi Offset. Videbeck, L. Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Widyastuti, Palupi. (2004). Manaement Stres. Jakarta: EGC. Wiramihardja. (2007). Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: PT. Rafika Aditama.

SIMPULAN Jadi, berdasarkan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian Kustanti dan Widodo (2008) membuktikan adanya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi pada klien perilaku kekerasan.

SARAN Pasien dapat melatih teknik relaksasi nafas dalam, keluarga juga dapat mengajari dan mendampingi pasien untuk menurunkan tingkat emosi pada pasien perilaku kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan LP dan SP untuk Diagnosa Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1. Jakarta: Salemba Medika. Hamid S, Achir Yani. (2009). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Jakarta: EGC Handoyo, Aris. (2005). Panduan Praktis Aplikasi Olah Nafas 2. Jakarta: Elex Media Komputindo.

You might also like