You are on page 1of 11

Judul Efektivitas terapi murottal untuk mengatasi gangguan pernafasan pada bayi premature Abstrak

Latar belakang Berdasarkan data World Health Organization (WHO), di dunia sekitar 15 juta bayi lahir prematur setiap tahunnya. Lebih dari satu juta bayi prematur meninggal sesaat setelah lahir. Indonesia menduduki peringkat ke-5 jumlah bayi prematur terbanyak di dunia. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Bayi lahir prematur sebagian besar organ tubuhnya belum dapat berfungsi secara sempurna, karena kelahirannya yang masih dini. Bayi yang sangat prematur dengan gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar untuk hidup, berbeda dengan bayi prematur sedang berat badan 1500-2500 gram, kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari lebih ringan, sedangkan bayi borderline premature dengan berat 2500-3250 gram mempunyai sifat-sifat seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur. Gangguan kesehatan yang dialami bayi prematur cukup rentan dan bisa mengancam jiwanya. Ancaman yang paling berbahaya adalah kesulitan bernapas, karena sistem pernapasannya belum dapat bekerja secara sempurna. Pada bayi prematur sering mengalami henti napas saat tidur (sleep apnea) dan melambatnya denyut jantung (bradikardia) (Priyono, 2010; Maka perlu dilakukan perawatan khusus untuk membantu bayi prematur dalam merangsang perkembangan fisiologisnya, misalnya dengan diberikan terapi-terapi

keperawatan. Pengembangan terapi-terapi keperawatan kini telah banyak digunakan untuk menangani pasien. Berdasarkan hasil penelitian dari Eskandari, Keshavars, Ashayeri, Jahdi, & Hosseini (2012), bacaan Al-Quran dapat menjadi perawatan komplementer dan

mendukung bagi bayi prematur. Menurut Faradisi (2009), masih banyak yang belum mengetahui terapi pembacaan Al-Quran ternyata dapat membantu proses penyembuhan. Terapi pembacaan Al-Quran yang diperdengarkan di rumah sakit ternyata bisa mengurangi kecemasan dan mempercepat penyembuhan. Menurut Asrin, Mulidah, & Triyanto (2007) menyatakan bahwa terdapat efek yang signifikan dalam denyut nadi dan tekanan darah

sistolik dan diastolik yang mengindikasikan terdapatnya relaksasi dalam respon fisiologis apabila tindakan musik diberikan. Lebih lanjut, dibuktikan oleh penelitian Eskandari, Keshavars, Ashayeri, Jahdi, & Hosseini (2012) bacaan Al-Quran surat Yusuf diperdengarkan pada bayi prematur selama 20 menit melalui headphones dengan kiasaran volume 50-60 db, terjadi pengaruh yang signifikan pada tingkat pernapasan, saturasi oksigen dan denyut jantung. Tujuan menjelaskan efektivitas terapi murottal untuk mengatasi gangguan pernafasan pada bayi premature Metodologi Pembahasan Penelitian Arnon, Shapsa, Forman, Reqev, Bauer, Litmanovitz, & Dolfin, (2006) menyatakan bahwa terapi musik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam penurunan frekuensi pernapasan, bayi lebih tenang dan tidur lebih dalam serta dapat mengakibatkan perbaikan fisiologis dan stress manjadi ringan. Dijelaskan pula oleh Halim (2002) bahwa musik memiliki efek menenangkan, menurunkan stress, dan efek kuratif terhadap manusia terutama respon fisiologis tubuh. Terbukti bahwa musik dapat menjadi alat yang manjur ketika digunakan secara professional. Musik dapat membuat pernapasan menjadi lambat dan teratur sehingga akan mempengaruhi kardiovaskuler (Djohan, 2006). Penelitian ini berbeda dengan penelitian Nani & Apriliana (2012), terapi musik klasik yang diberikan selama 15 menit tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pernapasan bayi prematur. Terapi murottal yang diberikan kepada responden kelompok intervensi selama 20 menit dengan bacaan Al-Quran surat Yusuf yang diperdengarkan menggunakan speaker active volume 50-60 db. Murottal merupakan jenis musik religius memiliki fungsi yang lebih banyak dibandingkan jenis musik lainnya karena memiliki aspek spiritual yang tinggi (Halim, 2002). Keunggulan terapi musik lainnya memiliki prosedur yang non invasif, tidak ada efek samping, dan penerapannya yang luas. Hal ini dapat diterapkan pada semua individu (Kurniawan dalam Nani & Sari 2012). Murottal merupakan salah satu musik dengan intensitas 50 desibel yang membawa pengaruh positif bagi pendengarnya (Wijaya, 2009). Menurut Smith (dalam Upoyo, Ropi, & Sitoru2012) menerangkan bahwa intensitas suara

yang rendah merupakan intensitas suara kurang dari 60 desibel sehingga menimbulkan kenyamanan dan tidak nyeri. Menurut American Academy of Pediatrics merekomendasikan volume untuk bayi tidak lebih dari 75 desibel. Penelitian ini sesuai dengan konsep musik yang bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah satu alasannya karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi intepretasi bunyi kedalam ritme internal pendengarannya. Ritme internal ini mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik dan tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit apabila metabolisme yang baik pula (Satiadarma, 2002 dalam Nani & Apriliana, 2012). Dengan perubahan pada gelombang otak dapat mempengaruhi perubahan dalam fungsi tubuh lainnya. Perubahan tersebut diatur oleh sistem saraf otonom seperti pernapasan dan detak jantung. Hal ini dapat berarti lebih lambat pernapasan, denyut jantung juga lebih lambat, dan aktivasi dari respons relaksasi (Satiadarma, 2001 dalam Nani & Apriliana, 2012). Terapi murottal bekerja pada otak dimana ketika didorong oleh rangsangan dari luar (terapi Al-Quran), maka otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul ini mengangkutkan kedalam reseptor-reseptor mereka yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan atau kenyamanan (ORiordon, 2002). Pendapat lain menurut Nurseha & Djafar (dalam Kurtiningsih & Tri, 2008), menyatakan bahwa musik mempunyai fungsi yang menenangkan pikiran dan katarsis emosi, serta dapat mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan harmoni yang teratur dan dapat menghasilkan gelombang alfa dan beta dalam gendang telinga sehingga memberikan ketenangan otak yang siap menerima masukan baru dan efek rileks menidurkan. Responden bayi prematur pada kelompok kontrol dilakukan observasi selama 3 hari dan mendapatkan perawatan standar dari rumah sakit. Responden dihitung frekuensi pernapasan dengan cara observasi pergerakan abdomen pada saat responden dalam keadaan tenang. Pengukuran pernapasan dihitung dalam 1 menit penuh dan dilakukan pada saat 4 menit sebelum dan 4 menit setelah dilakukan terapi murottal sesuai dengan penelitian Cassidy (2009), setelah itu mengamati aktifitas bayi selalu dalam keadaan tenang atau tertidur, kemudian setelah hari ke-3 responden diukur kembali frekuensi pernapasannya. Hasil pengukuran pernapasan sebelum dan setelah 3 hari terjadi perubahan, namun tidak signifikan.

Hal ini terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya ansietas, obat, dan lingkungan sekitar. Menurut Sacharin (2004), sistem pernapasan bayi pada saat lahir khusunya jumlah bronkiolus dan alveolus belum lengkap dan akan meningkat sesuai dengan perkembangan anak sampai dengan masa pubertas. Selama kurang dari 1 bulan bayi akan mengalami episode yaitu pernapasan periodik dimana pola pernapasan periodik ini bergeser dari irama teratur ke episode apnea intermiten siklik yang singkat, lebih lazim terjadi pada bayi prematur yang dapat mengalami jedah selama 5 sampai 10 detik diikuti dengan pernapasan cepat dengan frekuensi 50-60 kali/menit selama 10-15 detik. Pernapasan periodik ini tidak memberikan arti prognostik. Hal ini merupakan suatu karakteristik normal pada pernapasan neonatus. Menurut Hockenberry & Wilson (dalam Hariati, 2010) yang menerangkan bahwa frekuensi napas lebih berfluktuasi dan lebih tinggi pada periode tidur aktif. Oksigen arteri dan karbon dioksida lebih rendah pada tidur aktif dari pada tidur tenang atau kondisi bangun. Hipoventilasi dan koordinasi yang rendah pada gerakan dinding dada dan gerakan perut terjadi pada periode tidur aktif. Menurut Hidayat (2003) penyebab dari peningkatan frekuensi pernapasan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya sistem organ paru-paru yang belum matang. Saat di dalam rahim, janin memperoleh oksigen dengan pertukaran gas melalui plasenta. Pada saat bayi baru lahir oksigen diperoleh dari pertukaran gas beralih ke paru-paru kemudian sistem organ paru mulai berkembang. Hal tersebut dapat terjadi karena gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang ada di otak. Terapi murottal memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini dikarenakan ketika murottal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murottal ini akan diterjemahkan oleh otak (ORiordon dalam Faradisi, 2012) Dari hasil penelitian dan beberapa penelitian sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terapi murottal durasi 20 menit selama 3 hari terbukti dapat mempengaruhi denyut nadi dan frekuensi pernapasan bayi prematur yang dirawat dalam inkubator sehingga stressor fisiologis bayi prematur dapat dikendalikan. Kesimpulan Terapi murottal efektif untuk mengatasi gangguan pernafasan pada bayi prematur Daftar pustaka

Ad-dihami. (2005). Menjaga hati. Cetakan Kesatu. Jakarta: Ema Insani.

Arnon, S., Shapsa, A., Forman, L., Reqev, R., Bauer, S., Litmanovitz, I., Dolfin, T. (2006). Live music is beneficial to preterm infants in the neonatal intensive care unit environment. BIRTH : 33 (2): 131-136.

Asrin. Mulidah, S., Triyanto, E. (2007). Upaya pengendalian respon emosional pasien hipertensi dengan terapi musik dominan frekuensi sedang. The soedirman journal of nursing: 4 (1): 45-49.

Asti.

(2009).

Pengaruh

Al-Quran

terhadap

fisiologi

dan

psikologi:

http://cybermg.com.

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2004). Keperawatan maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Booker, C. (2008). Ensiklopedia keperawatan. Jakarta: EGC. Brannagan, M. (2011). Heart rate and age gestational. http://www.livestrong.com/article/360553-heart-rate-gestational-age/. Cassidy, J. W. (2009). The effect of decibel level of music stimuli and gender on head circumference and physiological responses of premature infants in the NICU. Journal Of Music Therapy: 46 (3): 180-190. Cevasco, A,M. & Gren, R.E. (2005). Effect of the pacifier activated Lullaby on weight gain of premature infants. Journal of music therapy, 42(2), 123-139. Dinkes Jateng. (2009). Buku saku 2009. http://www.

Dinkesjatengprovinsi.go.id/dokumen/manajemen/informasi/profil/2009.htm. Djohan. (2006). Terapi musik, teori dan aplikasi. Yogyakarta: Galangpress. Engel, J. (2008). Pengkajian pediatrik ; editor edisi bahasa Indonesia, Esty Wahyuningsih. Ed. 4. Jakarta: EGC. Eskandari, N., Keshavars, M., Ashayeri, H., Jahdi, F., Hosseini, A. F. (2012). Quran recitation: short-term effects and related factors in preterm newborns.

Research Journal of Medical Sciences 6(3): 148-153. Faradisi, F. (2009). Perbedaan efektifitas pemberian terapi murotal dengan terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi fraktur ekstremitas di rumah sakit Dr.Moewardi Surakarta [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Farrer, H. (1999). Perawatan maternitas. Jakarta: EGC. Fathi, B. (2011). Mendidik anak dengan Al-Quran sejak janin. Bandung: Pustaka Oasis. Gusmiran. (2005). Ruqyah terapi religi sesuai sunnah Rosullullah SAW. Jakarta: Pustaka Marwa. Hady, N. A., Wahyuni, & Purwaningsih, W. (2012). Perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan terapi musik murrotal terhadap perkembangan kognitif anak autis di SLB autis Kota Surakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta. Gaster Vol. 9. Halim, S. (2002). Music as complementary therapy in medical treatment. Med J Indones, 11(4). 250-257. Hariati, S. (2010). Efektifitas terapi musik terhadap peningkatan berat badan dan suhu bayi prematur di Makasar [Thesis]. Program Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Haslbeck F. (2004). Music therapy with preterm infants theoretical approach and first practical experience. Music Therapy Today [Serial Online]. 5(4) Available from: http://musictherapytoday.net. Hegner, B. R., & Caldwell, E. (2003). Asisten keperawatan: suatu pendekatan proses keperawatan. Ed.6. Jakarta: EGC.

Heru. (2008). Ruqyah syari berlandaskan kearifan lokal: http://trainermuslim. com/feed/rss.

Hidayat, A. A. A. (2003).

Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah.

Jakarta: Salemba Medika. . (2004). Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. Jakarta: EGC. Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2007). Nursing care of infants and children. (7th Ed). Missouri: Mosby Inc. Hull, D., & Johnston, D. I. (2008). Dasar-dasar pediatri. Ed.3. Jakarta: EGC. Johnson, R., & Taylor, W. (2004). Buku ajar praktik kebidanan. Jakarta: EGC. Keshavarz, M., Eskandari, N., Jahdi, F., Ashayeri, H., Hosayni, F., Kalani, M. (2010). Effect of Quran on physiological responses of premature infants hospitalized in the ICU. Semnan Univ Med Sci Journal.;11(3):169-77. Kurtiningsih & Tri, H. (2008). Pengaruh terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada anak usia sekolah saat dilakukan prosedur invasif di RS PKU Muhammdiyah Yogyakarta. Jurnal kebidanan dan keperawatan: 4 (2), 8796.

Laila, Irma. (2007). Perbandingkan denyut jantung murid laki-laki di SLTP Aek Nabara Selatan pada pemberian minuman beroksigen dengan plasebo selama latihan fisik [Tesis]. Medan: Universitas Sumatra Utara. Loomba, R.S., Arora, R., Shah, P.H.,Chandrasekar, S., & Molnar, J. (2012). Effects of music on systolic blood pressure, diastolic blood pressure, and heart rate: a meta-analysis. Indian Heart Journal: 64(3): 309-13. Lubetzky, R., Mimouni, F.B., Ashbel, G., Dollberg, S., Reifen, R., & Mandel, D. (2009). Effect of music by Mozart on energy expenditure in growing preterm infants. Journal of American Academy of Pediatric, 125. e24-e28.

Lubis, G. (2007). Hubungan pemberian enteral makanan dini dan pertambahan berat badan pada bayi prematur. Divisi Nutrisi dan Metabolik, bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. MacGregor, J. (2008). Introduction to the anatomy and physiology of children: A guide for students of nursing, child care and health (2nd edition). New York: Routledge Mahmudi. (2011). Manfaat mendengarkan Al-Quran. http://www.andiwahyudi.com/2012/06/manfaat-mendengarkan-alquran. html. Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.C., & Manuaba, I.B.G.F. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Maurenn. (2006). Fetal heart Prediction/Fetal-Heart-Rate.aspx.

rate.

http://www.ingender.com/Gender-

Mikail, B. (2012). Suara ibu tenangkan bayi prematur. http://health.kompas.com/read/2012/03/10/10493073/Suara.Ibu.Tenangkan. Bayi.Prematur.

Morton, P.G. (2003). Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi SOAPIE. Ed. 2. Jakarta: EGC. Muttaqin, A. (2009). Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. Nani, D. & Apriliana, S. (2012). Pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap frekuensi pernapasan bayi prematur di ruang perinatologi RSUD Banyumas. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Nani, D. & Dewi, O. R. (2012). Pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap denyut nadi bayi prematur di ruang perinatologi RSUD Banyumas. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Nani, D. & Sari, Y. K. (2012). Efektivitas terapi music klasik Mozart terhadap suhu tubuh bayi prematur di ruang reinatologi di RSUD Banyumas. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Nani, D. & Utami, O. (2012). Pengaruh terapi musik klasik mozart terhadap Basal Metabolic Rate (BMR) pada bayi prematur di ruang perinatologi RSUD Banyumas. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ORiordon, L. (2002). The Art of Sufi Healing. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. http://www.andiwahyudi.com/2012/06/manfaat-mendengarkan-alquran.html. Pearce, E. (2006). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia. Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Fundamental of nursing: concepts, process, and practice. Edisi 4. Cetakan Kesatu. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Priyono, Y. (2010). Merawat bayi tanpa babi sitter. Yogyakarta: Media Pressindo.

Purna, A. (2006). Murottal. Terdapat dalam: http://purna.wordpress.com/ 2006/05/10/ murottal/. Riset Kesehatan Dasar. (2007). Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan kesehatan, departemen kesehatan, Republik Indonesia. Rezal, M., Jannis, J., & Mengko, T. L. R. (2009). The development of heart rate variability analysis software for detection of individual autonomic response on music and Quran recitation. Electrical Engineering and Informatics. ICEEI 09. International Conference on vol. 01, page 212-215 Roebiono, P. S. (2003). Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Jakarta: Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI.

Sacharin, R.M. (2004). Prinsip keperawatan pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC. Sadeghi, H. (2011). Voice of Quran and health: a review of performed studies in Iran. Sabzevar University of Medical Sciences. Quarterly of Quran & medicine. 33-37. Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT. Percetakan dan Penerbitan Unsoed. Siswantinah. (2011). Pengaruh Terapi Murottal terhadap Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Dilakukan Tindakan Hemodialisa di RSUD Kraton

Kabupaten Pekalongan [Skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Siswatiningsih. K. A. (2010). Perbedaan workhop pt. indo acidatama tbk. Kemiri, Kebakkramat Karangayar [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Shoemark, H., Wolfe, R. & Calabro, J. (2003). The effects of recorded sedative music on the physiology and behaviour of premature infants with a respiratory disorder. Australian Journal of Music Therapy: 14: 3-19. Soewento, R. (2012). Gangguan pendengaran pada bayi dan anak.

http://www.anakku.net/pemeriksaan-pendengaran-pada-bayi-dan-anak.html. Standley, J.M., Cassidy, J., Grant, R., Cevasco, A., Szuch, C., Nguyen, J., .. Adams, K.,(2010). The effect of music reinforcement for non-nutritive sucking on nipple feeding of premature infants. Pediatric Nursing: 36(3), 138-145. Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. N., (2003). Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta: EGC.

Upoyo, A. S., Ropi, H., & Sitoru, R. (2012). Stimulasi murotal al quran terhadap nilai Glasgow coma scale pada pasien stroke iskemik [Tesis]. Magister Keperawatan Universitas Padjajaran.

Wahyuningsih, M. (2012). Indonesia urutan ke-5 terbanyak lahirkan bayi prematur, India no 1. http://health.detik.com/read/2012/05/12/120159/1915559/1300/indonesiaurutan-ke-5-terbanyak-lahirkan-bayi-prematur-india-no-1. Widayarti (2011). Pengaruh bacaan Al Quran terhadap intensitas kecemasan pasien sindroma koroner akut di RS Hasan Sadikin [Thesis]. Universitas Padjajaran. Widhowati, S.S. (2010). Efektifitas terapi audio dengan murottal surat Ar Rahman untuk menurunkan perilaku kekerasan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang [Skripsi]. Universitas Diponegoro. Semarang. Wijaya, M. (2009). Analisis Perbandingan Spektral Musik Murottal dan Klasik Mozzart. http://mossawijaya.blog.uns.ac.id/2009/09/23/analisisperbandingan-spektral-musik-murottal-alquran-dengan-musik-klasik- mozzartsebagai-acuan-untuk-meningkatan-kemampuan-spasial-temporal- seseorang/. Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., Schwartz, P. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Ed.6. Jakarta: EGC.

Yani, A. (2002). Uraian dakwah ramadhan. Cetakan Ketiga. Jakarta : PT Tunas Melati.

You might also like