You are on page 1of 23

Pendahuluan

Seorang laki laki usia 80 tahun yang menderita tekanan darah tinggi datang ke RS dengan keluhan tiba-tiba pusing dan sukar berjalan. Pada pemeriksaan ternyata ia menderita stroke dengan dysphagia, sehingga dianjurkan untuk memakai sonde lambung. Dysphagia adalah kesukaran menelan, terjadi pada daerah mulut, orofaring atau esophagus dan biasanya akibat dari suatu kelainan motorik (misalnya: serebral palsi, atau akalasia) atau obstruksi mekanis. Pada pasien dysphagia dapat dibantu dengan menggunakan sonde lambung atau feeding tube, yang merupakan suatu alat bantu medis yang digunakan untuk mengatasi masalah pemberian nutrisi pada pasien yang mengalami kesulitan menelan ataupun menolak untuk makan (seperti misalnya pada pasien yang susah menelan). Penempatan tabung alat bantu pemberian makanan ini dapat dilakukan secara sementara (pada kondisi akut) ataupun permanen (pada kondisi ketidak mampuan kronis). Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah pangan. Setiap orang memerlukan makanan. Semua makanan yang masuk ke mulut kita juga akan diproses sehingga dapat dipakai dan akhirnya akan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja/feses. Berbeda dengan manusia, tumbuhan dapat memakai langsung energi matahari untuk menghasilkan energi melalui proses fotosintesis. Sedangkan manusia tidak. Manusia mendapatkan energi dengan cara memakan tumbuhan atau hewan lalu akan diuraikan menjadi molekul-molekul hingga dapat diserap dan digunakan oleh tubuh. Perlu kita ketahui, 95% makanan yang masuk akan digunakan oleh tubuh.1 Oleh sebab itu, dalam makalah kali ini akan diperdalam segala proses yang terjadi di sistem pencernaan manusia sehingga dapat menghasilkan energi dan membuang sisanya. Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutriens yang telah dimodifikasi, air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dimakan penting sebagai sumber energi yang akan digunakan oleh sel-seluntuk beraktivitas. Energi yang dihasilkan ini juga dipakai untuk transpor aktif, kontraksi, sintesis, sekresi, serta membantu perbaikan, pembaharuan, dan penambahan jaringan tubuh.1 Saluran pencernaan dimulai dari mulut hingga anus, mencakup cavum oris, pharynx, oesophagus, serta tractus gastero-intestinalis (gaster, intestinum tenue, intestinum crassum,

rectum dan anus). Dalam sistem pencernaan ini juga terdapat kelenjar-kelenjar, yaitu: kelenjar ludah, hepar, serta pankreas.2

Struktur Makroskopis
1. Cavum Oris Mulai dari rima oris dan berakhir di isthmus faucium. Selain merupakan saluran pencernaan, rongga mulut juga berfungsi sebagai rongga yang dilalui oleh udara pernafasan dan juga penting untuk pembentukan suara. Dalam cavum oris terdapar gigi geligi, palatum, diafragma oris, isthmus faucium, serta lidah. Sebagian lebih dibahas dalam struktur secara mikroskopis.2 2. Kelenjar-Kelenjar Ludah Glandula Parotis, berbentuk piramida dan terletak di fossa retromandibulae antara os mandibula dan m.sternocleidomastoideus. didalam kelenjar ini terletak N.Facialis, V.Facialis posterior, dan A.carotis externa. Dari pertengahan tepi depan terdapat saluran keluarnya, yaitu duktus parotideus yang menuju ke arah depan sejajar dengan arcus zygomaticus, 1cm dibawahnya. Kelenjar ini diliputi oleh fascia tebal yaitu fascia parotidea yang ke arah depan juga meliputi m.masseter sebagai fascia parotidea-masseterica. Glandula Submandibularis, terdapat 2 bagian, dangkal dan dalam. Bagian dangkal terdapat dibawah m.mylohioideus, antara m.stylohyoideus, m.digastricus, dan mandibula. Pada permukaannya terdapat beberapa nodi lympaticus submandibularis. Saluran keluarnya adalah ductus submandibularis whartoni. Glandula Sublingualis, berbentuk memanjang dan terletak didasar rongga mulut dekat fnenulum linguae, diantara m.geniohyoideus dan m.genioglosus sebelah medial dan m.hyoglosus sebelah lateral.galndula ini menimbulkan suatu lipatan pada selaput lendir diatasnya, plica sublingualis. Saluran keluar bagian ductus sublingualis major menyatu dengan ductus submandibularis, sedangkan ductus sublingualis minor bermuara kedalam rongga mulut pada plica sublinguale. 2 3. Pharinx Merupakan pipa muskulo-fascial yang kontraktil. Terbentang diantara basis cranii sebelah cranial dan berakhir pada oesophagus disebelah caudal setinggi vertebrae cervicalis ke-6.

Pharinx secara garis besar dibagi dalam 3 bagian: Nasopharynx (pernafasan, dorsal terhadap cavum nasi) Oropharynx (pencernaan, dorsal terhadap cavum oris) Laryngopharynx (penghubung larynx dan aditus laringis, dorsal terhadap larynx). 2

4. Oesophagus Merupakan suatu pipa muskularis sepanjang 25cm yang merupakan lanjutan pharynx dan mulai di tepi bawah cartilago cricoidea setinggi vertebra C6 dan berakhir di cardia ventriculi setinggi vertebrae thoracal 10-11. Selama perjalanannya ke distal, ia mengikuti lengkunglengkung columna vertebralis yang terletak tepat dibelakangnya. Oesophagus memiliki tiga bagian, yaitu: pars cervicalis, pars thoracalis, dan pars abdominalis. 2 5. Gaster Mempunyai dua muara, cardia dan pylorus. Mempunyai dua tepi, curvatura major dan curvatura minor. Mempunyai dua permukaan yaitu facies anterior dan facies posterior. Terdapat pula dua lengkungan, incisura cardiaca dan incisura angularis. Gaster memiliki beberapa bagian, antara lain: Cardia, terletak 3cm disebelah kiri bidang tengah, setinggi vertebrae thoracalis X, dibelakang tulang rawan iga 7. Fundus, mengisi kubah diaphragma sebelah kiri, merupakan bagian lambung yang terbatas dengan diaphragma. Puncak fundus terletak di sela iga 5 dibawah apex cordis. Pylorus, merupakan muara distal lambung ke duodenum. Proyeksi pylorus terletak setinggi vertebra lumbal I kira-kira 2,5cm sebelah kanan garis tengah dan terletak didalam bidang transpyloric. Gaster dipendarahi oleh A.Gastrica sinistra, A.Gastricae brevis, dan A.Gastroepiploica sinistra. Sedangkan venanya mengikuti arteri. Keseluruhan darah vena yang dibawa akan disalurkan menuju vena porta. 2 6. Duodenum

Berbentuk seperti tapal kuda, berjalan dari pylorus ke arah belakang. Duodenum terdiri atas beberapa bagian, antara lain: Pars superior duodeni Terletak pada bidang transpyloric. Dimulai dari pylorus menuju ke belakang dan berakhir pada fleksura duodenalis superior. Pars descendens duodeni Bermula dari fleksura duodeni superior beralih kebawah kemudian membelok ke kiri, disebut flexura duodeni inferior. Kemudian bagian tersebut berjalan mendatar dan disebut pars inferior duodeni. Pars ini disebelah medial berbatasan dengan caput pankreas. Pars inferior duodeni Terletak setinggi vertebrae lumbal 3. Pars ini berjalan kekiri menyilang garis tengah kemudian berjalan ke arah atas menjadi pars ascendens duodeni. Pars ascendens duodeni Terletak setinggi vertebrae lumbal 2. Kurang lebih 2,5cm sebelah kiri bidang tengah. Setelah sampai dibelakang lambung, pars ascendens duodeni membelok ke bawah disebut fleksura duodenojejunalis (merupakan batas antara duodenum dan jejunum). Pada flxura ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan lengkung tersebut dengan oesophagus, yaitu ligamentum treitz. Duodenum dipendarahi oleh A.Gastroduodenalis, A.Pancreaticoduodenalis superior, dan A.Pancreaticoduodenalis inferior. Darah vena dibawa oleh vena pancreoticoduodenalis superior dan inferior. 2 7. Hepar Menempati sebagian besar rongga abdomen kanan atas. Hepar kenyal seperti jely. Beratnya pada setiap orang berbeda-beda. Rata-rata 1,5 kg. Hepar dilapisi peritoneum kecuali bagian belakang yang langsung melekat pada diaphragma dan disebut bare area. Pada penampang sagital, tampak bagian depan lebih rendah daripada bagian belakang.

Hepar dibedakan menjadi dua lobus, dextra dan sinistra. Batas lobus ini adalah sebuah alur berbentuk huruf H yang ditempati oleh ligamentum teres hepatis dan ligamentum venosum arantii disebelah caudal, serta ligamentum falciforme hepatis disebelah cranial. Secara anatomis dan fungsional, batas kedua lobus sesuai bidang yang melalui alur yang dibentuk oleh kantung empedu dan vena cava inferior. Lobus kanan juga terbagi menjadi lobus caudatus dan lobus quadratus oleh porta hepatis dan fossa sagitalis dextra. 2 8. Vesica Fellea Sering disebut kantung empedu. Terletak diperpotongan batas lateral m.rectus abdominis dan arcus costae dextra. Didepan berbatasan dengan hepar dan belakang berbatasan dengan flexura coli dextra. Vesica fellea ini diliputi peritoneum kecuali bagian yang melekat pada hepar. Saluran empedu disebut ductus cysticus. Mukosanya memiliki lipatan berbentuk spiral. Ductus cysticus bersama-sama saluran empedu intrahepatal membentuk ductus choledochus. Ductus choledochus berjalan dalam ligamentum hepatoduodenale bersama-sama vena porta dan arteri hepatica propria. 2 9. Lien Dikenal sebagai spleen atau limpa. Lebih lembek daripada hepar dan dapat berkontraksi. Warnanya merah keabu-abuan. Terletak di intra peritoneal pada regio hypochondrica sinistra setinggi iga 9, 10, dan 11. Fungsi lien adalah untuk membersihkan darah, reservoir darah, serta alat reticulo endotheliaj yang didalamnya terdapat jaringan limfoid yang berbeda dengan jaringan limfoid lain karena lien berhubungan dengan aliran darah. Lien dipendarahi oleh arteri lienalis dan vena lienalis. 2 10. Intestinum Tenue Usus halus, memiliki panjang 6-8 meter dan terdiri dari: 2/5 bagian jejunum 3/5 bagian ileum

Intestinum tenue terletak intraperitoneal dan berkelok-kelok. Jejunum mengisi rongga perut kiri atas sedangkan ileum mengisi rongga perut kanan bawah. Kelokan ileum mengisi sampai ke pelvis minor lalu kemudian bermuara pada coecum (kantung buntu). Besar penampang jejunum,

semakin kearah ileum semakin kecil. Dinding intestinum tenue ini memiliki beberapa lapisan yang lebih dibahas dalam struktur mikroskopis. 2 11. Intestinum Crassum Berbentuk seperti huruf U terbalik. Terdiri atas: 2 Coecum, terletak pada fossa iliaca dextra . pada coecum bermuara ileum dan apendix vermiformis. Dipendarahi oleh A.ileo colica dan A.coecalis anterior et posterioe. Colon ascendens, dimulai pada junctura ileocoecalis sampai flexura coli dextra. Dipendarahi oleh A.mesenterica superior. Apendix vermiformis, sering dianggap sebagai usus buntu yang tak memiliki fungsi. Apendix memiliki lipatan peritoneum yang disebut mesenteriolum. Dipendarahi oleh Aa.apendiculares. Flexura coli dextra Colon transversum, terletak dibawah bidang transpyloric, menyilang pars descendens duodeni melengkung diantara flexura coli dextra dan flexura coli sinistra. Dipendarahi oleh A.colica media dan A.colica sinistra. Flexura coli sinistra Colon descendens, dipendarahi oleh A.coli sinistra. Colon sigmoideum, berbentuk menyerupai huruf S dan memanjang dari crista iliaca sampai vertebrae S2-3. Dipendarahi oleh aa.sigmoidea. 12. Rectum Panjangnya 12-15 cm. Rectum merupakan lanjutan colon sigmoideum yang memanjang dari vertebra S3 sampai anus. Lapisannya berupa otot polos longitudinalis dan epiploicae menghilang. rectum berdasarkan bentuknya memiliki bagian pars ampularis recti dan pars analis recti. Berbeda dengan colon, rectum tidak memiliki hausta, taenia, appendices epiploicae, dan mesocolon. Terdapat linea anocutanea, yaitu garis yang membatasi anus dan kulit.2

Struktur Mikroskopis
Saluran pencernaan yang akan dibahas struktur histologisnya akan dimulai dari bibir (labium oris) sampai ke rectum anus. 1. Labium Oris (mulut)

Bagian luar bibir diliputi kulit biasa, terdiri dari dermis dan epidermis. Dengan berlapis gepeng dengan lapisan tanduk serta lapisan dermis dibawahnya yang merupakan jaringan ikat padat. Dibawah dermis terdapat jaringan subkutan, berupa jaringan ikat longgar dengan semua unsurnya. Pada permukaan luar juga masih ditemukan adanya rambut, folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Bagian merah bibir dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Sel-sel permukaannya berbentuk gepeng, terlihat besar, jernih, dan intinya relatif kecil. Dibawahnya terdapat lamina propria, membentuk papil-papil yang menonjol kedalam epitel diatasnya. Didalam papil ini terdapat banyak kapiler darah yang dekat dengan permukaan dan epitel jernih, sehingga bibir terlihat merah.3 Bagian dalam bibir, terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dibawahnya terdapat lamina propria, juga membentuk papil ke dalam. Pada pangkal bibir dalam lamina propria terdapat kelenjar labialis yang merupakan kelenjar mukosserosa. Ditengah organ ini terdapat m.orbicularis oris dan a.labialis. 2. Lingua (lidah) Papila sirkumvalata, ukuran papil besar dan hanya terdapat pada pangkal lidah berderet sepanjang linea terminalis. Bangunan papil ini terbenam dan dikelilingi parit sehingga puncaknya sama tinggi dengan garis permukaan lidah. Dasar parit ini merupakan muara dari kelenjar ebner, suatu kelenjar serosa. Papila filipormis, bentuknya mirip lembaran benang dengan ujung runcing. Hampir seluruh permukaan atas lidah dilapisi papila jenis ini. Dilapisi epitel berlapis gepeng yang ujungnya membentuk lapisan tanduk. Papila fungiformis, bentuknya mirip jamur, terdapat diantara papila filiformis. Papila ini menonjol di atas permukaan lidah. Permukaannya berupa epitel berlapis gepeng dan sering mempunyai lapisan tanduk.

Papila foliata, tidak terdapat pada lidah manusia dan banyak pada lidah kelinci. Bentuknya khas seperti daun, seragam berjajar diatas garis permukaan lidah. Diliputi epitel berlapis gepeng dan biasanya punya zat tanduk. Taste buds (kuncup kecap), merupakan badan akhir serat sensoris bentuknya mirip bawang sehingga pada sajian tampak sebagai sebuah bangunan yang terdiri atas sel-sel yang tersusun mirip lapisan bawang yang dibelah tegak lurus. Bangunan ini terdiri atas dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang keduanya berbentuk gelendong langsing. Sel penyokong lebih gemuk, intinya mempunyai kromatin jarang, sedangkan sel pengecap lebih langsing dan kromatin padat. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak berjumbai yang terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah mikrovilus. 3 3. Glandula Glandula parotis berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar parotis termasuk kelenjar serosa. Pada sajian, bentuk sel yang menyusun asinus mirip segitiga dengan puncaknya menghadap lumen dan dasarnya melekat pada membran basal. Intinya bulat, biru, dan terletak dekat basal sel. Sitoplasma merah kebiruan dan granula pada daerah apikal. Terdapat pula duktus interkalaris, yang merupakan saluran keluar yang terkecil. Dindingnya terdiri atas epitel selapis kubis rendah. Sitoplasmanya merah dengan inti bulat. Duktus sekretorius dapat dilihat dalam setiap lobulus. Dindingnya merupakan epitel selapis kubis tinggi atau selapis torak. Pada bagian basal kadang-kadang tampak bergurat tegak. Dibagian apical diatas inti, banyak vesikel-vesikel kecil dekat lumen. Sering disebut duktus intralobularis dan jumlahnya amat banyak hingga dapat dibedakan dari kelenjar pankreas. Glandula submandibularis, berdasarkan sifat sekretnya tergolong kelenjar campur mukoserosa. Sebagian besar pars terminalisnya bersifat serosa dan sebagian kecil mukosa. Pada kelenjar ini duktus interkalaris pendek sehingga jarang terpotong pada sajian. Glandula sublingualis, kelenjar ini secara histologis mirip dengan kelenjar submandibularis, bedanya kelenjar ini sebagian besar asinusnya bersifat mukosa sehingga disebut kelenjar seromukosa. 3,4

4. Gigi Dalam sajian gosok dapat dipelajari akar gigi potongan melintang. Dentis merupakan bagian terbesar dari sajian ini. Kanalikuli dentis terlihat berupa garis-garis hitam mirip jari-jari terlihat melintasi seluruh ketebalan dentis. Pada bagian cembung terdapat noktah-noktah hitam, yaitu lapisan granular tomes. Noktah dan garis-garis hitam ini pada keadaan hidup sebenarnya berongga yang pada sajian ini terisi abu sisa gosokan. 3

5. Esofagus Lapisan-lapisan yang perlu diperhatikan: Tunika mukosa : epitel, lamina propria, t.muskularis mukosa. Tunika submukosa Tunika muskularis: sirkularis, longitudinalis Tunika adventisia/ serosa

Tunika mukosa esophagus dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dibawah epitel terdapat lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat jarang. Dibawah lamina propria terdapat tunika muskularis mukosa yang terdiri atas berkas otot polos yang tersusun memanjang. Tunika submukosa, berupa jaringan ikat jarang, di dalamnya terdapat kelenjar esophagus bersifat mukoserosa. Dapat ditemukan pleksus submukosus meissneri yang biasanya terdiri atas sel ganglion otonom dan serat saraf Tunika muskularis, terdiri atas dua lapisan yang sebelah dalam tunika muskularis sirkularis berupa berkas serat otot polos melingkar, sedangkan yang sebelah luar tunika muskularis longitudinalis berupa serat otot polos memanjang. Antara ke-2 lapis otot ini kadang-kadang dapat ditemukan pleksus mienterikus aurbachi. Tunika adventisia, terdiri atas jaringan ikat jarang, disini disebut tunika adventisia karena tidak diliputi peritoneum. 3 6. Gaster Kardia gaster, merupakan peralihan dari oesophagus ke lambung. Tunika mukosanya dari epitel berlapis gepeng tanpa zat tanduk menjadi selapis torak. Mukosa tampak berlipat-lipat karena

ada foveola gastrika. Dalam lamina proprianya terdapat kelenjar kardia yang umumnya terpotong melintang. Tunika muskularis mukosa, merupakan lanjutan lapisan di oesophagus ke kardia. Agak berkelok-kelok karena ada kelenjat kardia. Tunika submukosa, setelah mencapai cardia tidak ada lagi kelenjar oesophagus sehingga hanya terdiri atas jaringan ikat jarang saja. Dapat ditemukan pleksus meissneri. Tunika muskularis sirkularis terlihat menebal membentuk otot sfringter. Tunika muskularis longitudinalis, lapisan otot memanjang dinding oesophagus membentuk lapisan yang sama disini. Tunika adventisia, berupa jaringan ikat. 3 Fundus Gaster, yang perlu diperhatikan ialah kelenjar-kelenjar serta dalamnya sumuran. Foveola gastrica di fundus meliputi 1/3 bagian ketebalan mukosa, sedangkan kelenjar mencapai 2/3 bagiannya. Kelenjar fundus memenuhi lamina propria. Sel-sel penyusun kelenjar fundus: 1. Sel mukus leher : bentuk sel toraks, mirip sel epitel mukosa, terdapat di leher kelenjar. Inti sel lonjong terletak didasar sel. Sitoplasma bagian apikal kadangkadang mengandung granula. 2. Sel HCl atau sel parietal: bentuknya mirip segitiga atau bulat. Sitoplasmanya merah dengan inti bulat, biru di tengah, kromatinya padat, terdapat terutama pada bagian istmus kelenjar. 3. Sel zimogen atau sel prinsipal: bentuknya mirip sel HCl, sering tidak teratur. Antara sel-sel ini ada sel HCl. Sitoplasma sel zimogen tampak agak basofil dan di bagian apikal terlihat ada granula. Sel ini sering sulit dibedakan dengan sel HCl. Perhatikan warna untuk membedakan, sel ini banyak terdapat di bagian dasar kelenjar. Pilorus Gaster, tunika mukosa pilorus juga mempunyai foveola gastrika, dilapusu epitel selapis torak. Foveola gastrioka pilorus disini dalam, meliputi kurang dari 2/3 ketebaln mukosa, 1/3 bagian ditempati kelenjar pilorus. Kelenjar pilorus tampak homogen karena hampir semua sel adalah sel mukus. Kelenjar ini sering tampak berkelok-kelok. Dalam lamina proprianya kadangkadang terdapat nodulus limfatikus yang dapat meluas sampai ke tunika submukosa. Tunika muskularis mukosa merupakan lanjutan dari yang ada di fundus. Tunika submukosa gambarannya sama seperti pada fundus. Tunika muskularis sirkuler amat tebal dan membentuk

sfringter pilori. Tunika muskularis longitudinal tidak berubah ketebalannya. Tunika serosa strukturnya sama seperti pada fundus. 3 7. Duodenum Tunika mukosa diliputi epitel selapis torak yang mempunyai mikovili. Diantara sel epitel ada sel goblet yang jumlahnya disini belum begitu banyak. Tunika mukosa membentuk vilus intestinalis yang gemuk-gemuk. Lamina propria terdapat dibawah epitel vilus intestinalis maupun disekitar kriptus lieberkuhn. Didasar kriptus dapat ditemukan sel paneth, suatu sel berbentuk kerucut dengan puncaknya terhadap lumen. Didalam sitoplasmanya terdapat granula kasar berwarna merah. Tunika muskularis mukosanya tidak ikut membentuk vilus intestinalis. Lapisan ini sering terlihat terpenggal-penggal karena ditembus perluasan masa kelenjar brunner. Tunika submukosa dipenuhi kelenjar brunner. Tunika mukosa dan submukosa bersama-sama membentuk plika sirkularis kerckringi. Artinya pada setiap plica sirkularis terdapat banyak vilus intestinalis. Pleksus submukosa meissneri juga dapat ditemukan disini. Tunika muskularis sirkularis dan longitudinalis diantaranya terdapat pleksus mienterikus auerbachi. Tunika adventisianya berupa jaring ikat jarang. 3 8. Jejunum Tunika mukosa sama seperti duodenum tetapi vilus intestinalisnya lebih langsing dan sel gobletnya lebih panjang. Sel paneth lebih mudah dikenali. Tunika submukosanya tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus meisneri didalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk plika sirkularis kerckringi. Tunika muskularis susunannya sama dengan duodenum. Tunika serosa berupa jaringan ikat jarang. 3 9. Ileum Tunika mukosa mirip dengan jejunum, tetapi sel goblet jauh lebih banyak. Didalam lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus yang membentuk bangunan khusus disebut plaque peyeri. Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissneri didalamnya. Disini juga terdapat kelenjar. Plika sirkularis kerckingi nampak lebih pendek

dibanding pada duodenum maupun jejunum. Gambaran tunika muskularis sama, serta tunika serosa juga terdiri atas jaringan ikat jarang. 3 10. Appendix Vermiformis Tunika mukosa seperti juga usus lainnya, epitel mukosanya adalah epitel selapis torak yang mempunyai sel goblet sangat banyak. Bagian usus ini tidak punya vilus. Yang ada hanya kriptus lieberkuhn saja. Dalam lamina propria terdapat banyak nodulus limfatikus, memenuhi keliling dindingnya. Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan limfotis yang berasal dari lamina propria. Tunika muskularis tetap tampak membentuk dua lapisan seperti usus lainnya sekaligus garis tengah apendiks lebih kecil. Tunika adventisia organ ini juga sepadan dengan yang lain. 3 11. Kolon Rektum Tunika mukosa bagian usus ini sama seperti usus lainnya dilapisi epitel selapis torak. Perhatikan permukaannya yang mempunyai bangunan mirip vilus tetapi sebenarnya itu bukan vilus. Bangunan itu adalah potongan kriptus lieberkuhn. Pada sajian usus besar permukaan mukosa rata, seragam tingginya, yang menandakan bahwa bangunan itu bukan potongan vilus. Epitel sebagian besar terdiri atas sel goblet. Kadang dapat ditemukan nodulus limfatikus didalam lamina propria. Tunika muskularis mukosa mudah dikenali sebagai pembatas dengan tunika submukosa. Tunika submukosanya terdiri atas jaringan ikat jarang yang didalamnya juga dapat ditemukan pleksus meissneri. Tunika muskularis yang sirkuler mempunyai susunan seperti biasa. Longitudinalnya tidak mempunyai ketebalan yang sama seputar lingkar dindingnya. Penebalan tunika muskularis longitudinalnya disebut tenia koli. 3 12. Peralihan Rektum Anus Tunika mukosa berubah dari epitel selapis torak menjadi epitel berlapis gepeng tanpa zat tanduk yang semakin ke distal akan memiliki zat tanduk. Kriptus tidak terlihat lagi didaerah anus. Nadus limfatikus dapat ditemukan. Tunika muskularis mukosa tidak terlihat. Pada dermis, ada kelenjar apokrin yang disebut kelenjar sirkumanalis. Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang yang menjadi satu dengan jaringan ikat jarang lamina propria pada tempat

pertemuannya dengan anus dan akhirnya digantikan oleh dermis dan hypodermis. Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rektum menebal membentuk otot sirkular yaitu m.sfringter ani internus. Lapis otot longitudinal tidak mengalami perubahan. M. Sfringter ani eksternus teriti atas jaringan otot skelet. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang. 3

Mekanisme Pencernaan
Sistem pencernaan melaksanakan empat proses pencernaan dasar, antara lain: Motilitas, mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Otot polos disaluran pencernaan akan terus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang disebut tonus. Tonus ini penting untuk mempertahankan tekanan isi saluran pencernaan tetap serta mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami peregangan. Dua jenis dasar motilitas adalah: a. Gerakan propulsif (mendorong) Berfungsi memajukan atau mendorong isi saluran dengan kecepatan berbeda-beda tergantung fungsi yang dilaksanakan oleh saluran pencernaan. b. Gerakan mencampur Berfungsi mencampur makanan dengan getah pencernaan sehingga membantu proses pencernaan makanan serta mempermudah proses penyerapan nutrisi. Sekresi, sejumlah getah pencernaan disekresikan kedalam lumen saluran pencernaan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin. Sekresi pencernaan ini terdiri dari air, elektrolit, enzim, garam empedu, dan mukus. Perlu diingat bahwa proses sekresi ini juga memerlukan energi, oleh sebab itu pada kelenjar eksokrinpun dapat kita temukan banyak mitokondria untuk memenuhi kebutuhan energi. Pencernaan, (digestive) merupakan proses penguraian makanan dari struktur kompleks diubanh menjadi satuan yang lebih kecil yang dapat dicerna oleh enzim-enzim dalam sistem pencernaan. Makanan yang kaya energi yang sering kita konsumsi adalah karbohidrat, protein,

dan lemak. Ketiga bahan ini tidak dapat menembus membran plasma sehingga tak dapat diserap tubuh, oleh sebab itulah makanan harus diuraikan. Penyerapan, (absorbsi) sebagian besar terjadi di usus halus, proses pemindahan molekul dari lumen ke darah sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Sebelum membahas satu persatu organ pencernaan dan mekanisme yang terjadi dalamnya, berikut sebuah tabel yang menjelaskan dengan singkat keempat proses pencernaan dasar pada setiap komponen sistem pencernaan. Tabel 1.1. Fungsi komponen sistem pencernaan1 Organ Pencernaan

Motilitas

Sekresi

Pencernaan

Penyerapan

Hanya Mulut dan kelenjar liur Saliva (amilase, Mengunyah mukus, dan lisozim) Pencernaan karbohidrat dimulai beberapa macam obat seperti nitrogliserin. Faring dan oesophagus Menelan (peristaltik)

mukus

(-)

(-)

Getah lambung Relaksasi Lambung reseptif dan peristaltis seperti HCl, pepsin, mukus, dan faktor intrinsik Pankreas eksokrin Enzim (-) pencernaan pankreas (tripsin,

Pencernaan karbohidrat berlanjut. Protein dimulai di antrum.

Beberapa zat yang larut lemak seperti alkohol dan aspirin.

Enzim pankreas ini menyelesaikan pencernaan di lumen (-)

kimotripsin, karboksi peptidase, amilase, lipase), NaHCO3

duodenum

Empedu tidak mencerna apapun Empedu (garam Hati (-) empedu, sekresi alkali, bilirubin) tetapi garam empedu mempermudah pencernaan dan penyerapan lemak di lumen duodenum Dalam lumen, dibantu Sukus enterikus Segmentasi, Usus halus kompleks motilitas migratif. (mukus, garam), enzim usus halus tidak disekresi namun berfungsi intrasel. enzim pencernaan karbohidrat, protein tetap berlanjut, sedangkan lemak telah selesai. Di brush bonler pencernaan karbohidrat dan protein selesai. Air dan Mukus (-) elektrolit mengubah isi menjadi feses. Semua nutrisi, sebagian besar air dan elektrolit. (-)

Haustrasi, Usus besar pergerakan massa.

1. Mulut, faring, dan oesophagus Makanan memasuki sistem pencernaan melalui mulut, tempat makanana dikunyah dan dicampur dengan air liur untuk mempermudah proses menelan. Enzim liur, amilase, memulai pencernaan polisakarida, suatu proses yang berlanjut dilambung setelah makanan ditelan sampai amilase akhirnya diinaktifkan oleh getah lambung yang asam. Dibandingkan dengan fungsi pencernaan yang sekedarnya, saliva lebih penting untuk memudahkan kita berbicara dan berperan penting dalam kesehatan gigi. Sekresi saliva dikontrol oleh pusatnya di medula diperantarai oleh persarafan otonom ke kelenjar liur. Setelah dikunyah, bolus makanan didorong oleh lidah ke bagian belakangtenggorokan yang memicu refleks menelan. Sekresi oesophagus mukus bersifat protektif. Dimulut, faring, dan oesophagus tidak terjadi penyerapan zat gizi. 2. Lambung Berfungsi menyimpan makanan yang masuk dalam waktu yang berfariasi sampai usus halus siap mengolahnya lebih lanjutuntuk kemudian diserap. Empat aspek motilitas lambung adalah pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan lambung. Pengisiannya dipermudah oleh relaksasi reseptif otot lambung yang diperantarai oleh N.vagus. penyimpanan makanan dilambung berlangsung didaerah korpus, tempat kontraksi peristaltik yang sedemikian lemah untuk mencampur makanan karena tipisnya lapisan otot. Pencampuran makanan terjadi di antrum yang berotot tebal akibat kontraksi peristaltik yang kuat. Pengosongan lambung dipengaruhi oleh faktor-faktor dilambung maupun duodenum. Peningkatan volume dan fluiditas kimus dalam lambung cenderung mempercepat pengosongan isi lambung. Faktor duodenum, yaitu faktor dominan yang mengontrol pengosongan lambung, cenderung menunda pengosongan lambung sampai duodenum siap menerima dan mengolah kimus. Faktor-faktor spesifik di duodenum yang menunda pengosongan lambung dengan menghambat aktivitas peristaltik lambung adalah lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan. Pencernaan karbohidrat berlanjut di korpus lambung dibawah pengaruh amilase liur yang ikur tertelan. Protein mulai dicerna di antrum, tempat peristaltik yang kuat mencampur aduk

makanan dengan getah lambung. Campuran ini berupa cairan kental yang disebut kimus. Sekresi lambung ke dalam lumen usus mencakup: HCl, yang mengaktifkan pepsinogen, menyebabkan denaturasi protein dan membunuh bakteri. Pepsinogen, bila telah diaktifkan HCl berperan dalam pencernaan protein. Mukus, yang membentuk lapisan pelindung untuk membantu sawar mukosa lambung, sehingga lambung mampu menampung isi lumennya yang keras tanpa ia sendiri ikut tercerna. Faktor intrinsik, berperan penting dalam penyerapan vitamin B12 , suatu konstituen esensial untuk membentuk sel darah merah. Lambung juga mengeluarkan hormon gastrin ke dalam darah yang berperan dominan dalam mengatur sekresi lambung. Histamin, suatu stimulan lambung yang kuat dan secara normal tidak disekresikan, dilepaskan ke dalam lambung sewaktu terjadi pembentukan ulkus. Baik motilitas maupun sekresi lambung berada dibawah mekanisme kontrol yang kompleks yang melibatkan tidak saja gastrin tetapi juga respon vagus dan saraf intrinsik serta hormon enterogastron (sekretin, kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptide) yang disekresikan oleh mukosa usus halus. Pengaturan lambung ditujukan untuk menyeimbangkan aktivitas lambung dengan kemampuan usus halus dalam mengatasi datangnya isi lambung yang asam dan penuh lemak. Dilambung tidak terjadi penyerapan gizi apapun. Hanya beberapa zat yang larut dalam lemak seperti alkohol. 3. Sekresi pankreas dan empedu Baik sekresi pankreas eksokrin maupun empedu dari hati masuk ke lumen duodenum. Sekresi pankreas terdiri dari: Enzim-enzim pencernaan poten dari sel-sel asinus yang mencerna ketiga golongan makanan. Larutan NaHCO3 encer dari sel-sel duktus yang menetralkan cairan asam yang datang dari lambung.

Netralisasi ini penting untuk melindungi duodenum dari kerusakan oleh asam dan agar enzimenzim pankreas, yang akan menjadi inaktif bila ada asam, melaksanakan tugas pencernaan mereka. Sekresi pankreas terutama berada dibawah kontrol hormon, yang mencocokkan komposisi getah pankreas dengan kebutuhan di lumen duodenum. Hati,organ metabolik terbesar dan terpenting ditubuh, melaksanakan berbagai macam fungsi. Kontribusinya untuk pencernaan adalah sekresi empedu yang mengandung garamgaram empedu. Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui efek deterjen mereka dan mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel yang larut air yang dapat mengangkut produk pencernaan lemak ke tempat penyerapan. Diantara waktu makan, empedu disimpan dan dipekatkan di kantung empedu, yang selama pencernaan makanan dirangsang secara hormonal untuk berkontraksi dan mengalirkan empedu ke duodenum. Setelah berpartisipasi dalam pencernaan dan penyerapan lemak, garam-garam empedu direabsorbsi dan dikembalikan melalui sistem porta hepatis ke hati, tempat mereka tidak saja disekresi kembali, tetapi juga berfungsi sebagai koleretik kuat untuk merangsang sekresi lebih banyak empedu. Empedu juga mengandung bilirubin yang akan dikeluarkan juga dalam feses dalam bentuk sterkobilin. 4. Usus Halus Merupakan tempat pencernaan dan penyerapan. Segmentasi, motilitas usus halus yang utama, secara merata mencampur makanan dengan getah pankreas, empedu, dan usus halus untuk mempermudah pencernaan; motilitas itu juga memajankan produk pencernaan ke permukaan absorptif. Diantara waktu makan, terjadi kompleks motilitas migratif yang menyapu lumen menjadi bersih. Getah yang dikeluarkan oleh usus halus tidak mengandung enzim pencernaan apapun. Enzim-enzim yang disintesis oleh usus halus bekerja secara intrasel didalam membran brush border sel epitel. Enzim-enzim ini menyelesaikan pencernaan karbohidrat dan protein sebelum keduanya masuk kedalam darah. Proses penyerapan Na+ yang bergantung pada energi menghasilkan gaya yang mendorong penyerapan Cl-, air, glukosa, dan asam amino. Pencernaan lemak seluruhnya dilaksanakan di lumen usus halus oleh lipase pankreas. Karena tidak larut air,

produk-produk pencernaan lemak harus menjalani serangkaian transformasi yang memungkinkan meraka diserap secara pasif dan akhirnya masuk ke limfe. Usus halus menyerap hampir semua yang disajikan padanya. Hanya sejumlah kecil cairan dan residu makanan yang tidak dapat dicerna yang mengalir ke usus besar. Lapisan dalam usus halus memiliki adaptasi tinggi terhadap fungsi pencernaan dan penyerapan. Lapisan ini membentuk lipatan-lipatan yang mengandung banyak tonjolan berbentuk jari, vilus, yang juga dilengkapi oleh sejumlah besar tonjolan berbentuk rambut yang lebih halus, disebut mikrovili. Secara keseluruhan, modifikasi permukaan ini sangat meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk menyimpan enzim-enzim dan untuk melaksanakan penyerapan aktif dan pasif. Lapisan dalam yang luar biasa ini diganti setiap tiga hari untuk memastikan adanya sel-sel epitel yang sehat dan fungsional walaupun kondisi didalam lumen sangat keras. 5. Usus Besar Kolon terutama berfungsi untuk memekatkan dan menyimpan residu makanan yang tidak dicerna dan produk sisa empedu sampai mereka dapat dieliminasi dari tubuh sebagai feses. Di kolon tidak terjadi sekresi enzim pencernaan atau penyerapan zat gizi; pencernaan dan penyerapan semua zat gizi telah selesai di usus halus. Kontraksi hausta secara lambat mengaduk-aduk isi kolon maju-mundur untuk menyelesaikan penyerapan sisa cairan atau elektrolit. Gerakan masa terjadi beberapa kali sehari, biasanya setelah makan yang mendorong feses dalam jarak jauh. Datangnya feses kedalam rectum memicu refleks defeksi yang dapat secara sengaja dihentikan dengan kontraksi sfringter anus eksternus apabila saat untuk mengeluarkan feses tidak memungkinkan. Sekresi mukus yang bersifat basa dari usus besar terutama berfungsi sebagai pelindung alamiah. Enzim dan Hormon Pencernaan Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia didalam sistem biologi. Reaksi-reaksi seperti hidrolisis dan oksidasi berlangsung sangat cepat didalam sel-sel hidup pada pH kira-kira netral dan dalam suhu tubuh. Enzim disintesis didalam sel tetapi banyak juga enzim yang dapat diekstrasi dari sel tanpa kehilangan aktivitasnya.5

Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perubahan suhu dan pH, konsentrasi enzim, konsentrasi substrat, pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim, dan konsentrasi elektrolit. Pada beberapa kasus, hasil reaksi enzim juga dapat menghambat kecepatan reaksi. 5,6 Beberapa enzim akan dibahas dalam makalah ini: Saliva, disekresi oleh kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis, terdiri dari 99,5% air dengan pH 6,8. Mengandung enzim ptialin, saliva berfungsi mencerna makanan, mengsekresi zat-zat tertentu seperti morfin, melinsungi mukosa mulut, melarutkan makanan yang kering dan padat, serta mempermudah proses penelanan makanan.7 Getah lambung, jernih, berwarna kuning muda dan memiliki pH asam. Terdiri dari HCl, yang mengaktifkan enzim pepsin. Pepsin, yang memecah protein. Renin/kimosin, yang hanya ada pada bayi untuk koagulasi susu. Serta lipase, yang menghidrolisis triasilgliserol. 7 Getah pankreas, enzimnya terdiri atas tripsin, kimotripsin, karboksi peptidase, amilase pankreas, lipase pankreas, kolesterol esterase, Rnase, dan Dnase. 7 Getah usus halus, disekresi oleh kelenjar brunner dan lieberkuhn, dipengaruhi oleh enterokrinin. Enzim yang disekresi adalah aminopeptidase, dipeptidase, disakaridase, fosfatase, pulinukleotidase, nukleotidase, dan lesitinase. 7 Empedu, diproduksi oleh hati dan disimpan dalam kantung empedu. Empedu manusia berwarna kuning keemasan, namun bila dibiarkan pada udara terbuka berubah menjadi hijau, biru, dan coklat karena pigmen empedu teroksidasi. Empedu merupakan campuran sekresi dan ekskresi. Bahan-bahan yang disekresi misalnya garam empedu, sedangkan yang diekskresi misalnya pigmen empedu dan kolesterol. 7 Dalam sistem pencernaan ini juga ada beberapa macam hormon yang ikut mengambil bagian. Hormon-hormon yang terlibat akan dijabarkan melalui tabel dibawah ini:

Tabel 1.2. Hormon sistem pencernaan, sherwood. Hormon Gastrin Sumber Stimulus utama Fungsi # merangsang sekresi sel parietal dan sel utama # meningkatkan motilitas lambung

Sel-sel G di Protein daerah dilambung kelenjar pilorus lambung

Sekretin

Sel-sel endokrin di mukosa duodenum

Asam di lumen duodenum

# Merangsang motilitas duodenum # Melemaskan sfringter ileosekum # Menginduksi gerakan masa di kolon # Bersifat tropik bagi mukosa lambung dan usus halus

Kolesistokinin Sel-sel endokrin dimukosa

Nutrien dilumen # Menghambat sekresi lambung duodenum terutama # Merangsang sekresi NaHCO3 encer oleh sel sel ductus pankreas # Merangsang sekresi empedu kaya NaHCO3 oleh hati # Bersifat trofik bagi pankreas eksokrin # Menghambat pengosongan lambung # Menghambat sekresi lambung

duodenum produk lemak dan dengan tingkat yang lebih rendah dari protein

# Merangsnag sekresi enzim-enzim pencernaan oleh sel-sel asinus pankreas. # Menyebabkan kontraksi kantung empedu Gastric inhibitory peptide Sel-sel endokrin di mukosa Lemak, endokrinasam, hipertonisitas, # Dapat menimbulkan perubahan-perubahan adaptif jangka panjang proporsi enzim-enzim pankreas # Berperan dalam rasa kenyang # Menghambat pengosongan lambung # Menghambat sekresi lambung # Merangsang sekresi insulin oleh pankreas # Menyebabkan relaksasi sfingter oddie # Bersifat trofik bagi pankreas eksokrin

duodenum glukosa, dan peregangan di duodenum

Kesimpulan
Setiap organ sistem pencernaan memiliki fungsi dan struktur yang berbeda. Kerja dari sistem pencernaan ini harus berkesinambungan dan terus menerus. Bila ada organ yang terhambat, akan menimbulkan gangguan pada sistem pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lauralee Sherwood. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta: EGC, 2001. 2. Winami W, K Kindangan, Y Inggriani. Buku ajar traktus digestivus ed.2. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran UKRIDA, 2010.

3. Fajar A G dan Elna K. Penuntun praktikum: kumpulan foto mikroskopik HISTOLOGI. Jakarta: Universitas Trisakti, April 2009. 4. Fiore, Mariano S H. Atlas of human histology.ed 5th. United State of America: Lea & Febiger, 1981. 5. Maria A, Susanti D W. Penuntun praktikum biokimia. Jakarta: Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran UKRIDA, 2010. 6. Murray, Robert K. Biokimia harper ed.27. Jakarta: EGC, 2009. 7. Kindangen K, Winami W W, Inggriani K, Winarsi, Jimmy L, Anna M, Flora R, Erma M S. Bahan kuliah blok 9: Digestivus-1. Jakarta: Fakultas kedokteran UKRIDA, 2010.

You might also like