You are on page 1of 2

Mahasiswa Muslim Ideal

Kata muslim kini menjadi sesuatu yang mungkin dianggap aneh oleh kebanyakan orang di era yang serba modern ini. Bahkan beberapa penganut paham materialisme kini berlomba lomba menguatkan argumentasinya untuk menenggelamkan islam sebagai agama mayoritas di muka bumi. Mahasiswa muslim adalah generasi yang sebenarnya memiliki berkewajiban untuk berjihad di muka bumi membela agama Allah, memiliki tanggung jawab untuk membawa islam kepada masa kejayaan seperti masa lampau. Mencontoh pemuda pemuda muslim jaman dahulu untuk terus berjuang bagaimanapun keadaannya, seperti Muhammad Al Fatih yang berhasil menaklukkan constatinopel misalnya. Tetapi kenyataannya, saat ini negara negara islam di dunia justru sedikit sekali menerapkan aturan sesuai ayat ayat Al Quran. Bahkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh seseorang luar negeri menyatakan, arab saudi justru menempati peringkat 139 dunia, dan indonesia menempati peringkat 152 dunia. Kini jelas menjadi pertanyaan, kemanakah jiwa jiwa muda, mahasiswa muslim sejati saat ini? Mengapa justru negara dengan jumlah muslim terbanyak tidak bisa menjadi negara muslim? Seperti apakah hakekat muslim ideal itu? Seorang mahasiswa dapat dikatakan muslim ideal apabila dia memenuhi beberapa kriteria sesuai dengan yang di jelaskan dalam Al Quran. Yaitu dia yang senantiasa mengingat Allah dan rasulNya, memahami kaidah islam (AlQuran dan Al Hadist) dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari. Dia yang tidak pernah lelah untuk berusaha, memahami urgensi ilmu, menghargai waktu, bahkan memanfaatkan waktu sebaik baiknya. Bagi seorang mahasiswa muslim yang mengerti tentang agama, dia akan sangat memahami makna menghargai waktu. Pada surah Al Asr yang artinya, 1. Demi masa; 2. Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian; 3. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran, dan nasihat menasihati menetapi kesabaran. Dalam surah tersebut, jelas jelas Al Quran telah mengingatkan tentang pentingnya waktu kepada seluruh umat. Bahkan Al Quran juga menjelaskan tentang relativitas waktu yaitu pada Surah Al Muminun:112-114 Allah bertanya,

Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab, Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung. Allah berfirman, Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. Namun kenyataan yang sering kita temui saat ini khususnya di kalangan mahasiswa banyak yang tidak mengamalkan ayat ayat tersebut. Apakah misal, dengan bermain PES, ke mall, atau karaokean merupakan salah satu wujud pengamalan ayat tersebut? Atau justru sebaliknya? Apakah Ukhuwwah Islamiyah dapat dijadikan sebagai alasan untuk melakukan kegiatan kegiatan tersebut? Jika kita tengok jaman Rasulullah SAW, pemuda pemuda islam pada jaman itu rata rata mempergunakan waktunya untuk berjihad di jalan Allah, berperang membela agama, sedikit bahkan hampir tak ada dari mereka yang mempergunakan waktunya untuk bermain main. Mereka rela mengorbankan nyawa untuk membela agama Allah. Bagaimana jika kita bandingkan dengan saat ini? Para pemuda islam di berbagai belahan dunia memiliki lebih banyak waktu untuk bersantai, tinggal di negara yang tentram tanpa adanya peperangan dan pergolakan. Mengapa dengan kondisi yang seperti ini Islam justru semakin mengenal perpecahan? Mengapa islam tidak bisa jaya dengan ilmuwan ilmuwan hebat yang menguasai bumi Allah? Menjadi khalifah yang tangguh dan bertanggung jawab. Semakin mengenal perpecahan ini berarti karakter mahasiswa belum mencerminkan karakter mahasiswa muslim. Demonstrasi yang terjadi disana sini, mayoritas pelakunya adalah muslim. Demonstrasi kita sebagai muslim mestinya bisa dilakukan dengan cara yang lebih elegant, sesuai ajaran islam, islam saja melarang kita untuk berdebat, apalagi demostrasi dengan cara cara anarkis dan dengan alasan yang sepele. Lalu dimanakah ilmu yang telah diberikan kepada kita? Sejak TK sampai duduk di bangku kuliah, orang tua, guru, dosen, kakek nenek, semua telah mengajarkan kita tentang berbagai disiplin ilmu.

You might also like