You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI BLOK DIGESTIVE OBAT KATARTIK

Asisten : Anisa Amalia F G1A008050

Kelompok IV 1. Anggia Puspitasari 2. Tri Sejati Rahmawati 3. Affan Sodiq 4. Fickry Ardiansyah 5. Aisyah Nur Aini 6. Andika Khalifah A 7. Rizky Ansor 8. Rahmat Husein 9. Khafizati Fitri A 10. Ajeng Trilaksono G1A008058 G1A009061 G1A007033 G1A009008 G1A009075 G1A009029 G1A007038 G1A009072 G1A009136 G1A007117

BLOK DIGESTIVE JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

2011

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh : Kelompok IV 1. Anggia Puspitasari 2. Tri Sejati Rahmawati 3. Affan Sodiq 4. Fickry Ardiansyah 5. Aisyah Nur Aini 6. Andika Khalifah A 7. Rizky Ansor 8. Rahmat Husein 9. Khafizati Fitri A 10. Ajeng Trilaksono G1A008058 G1A009061 G1A007033 G1A009008 G1A009075 G1A009029 G1A007038 G1A009072 G1A009136 G1A007117

disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Farmakologi Blok Digestive Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

diterima dan disahkan Purwokerto, Juni 2011 Asisten,

Anisa Amalia NIM.008050

BAB I PENDAHULUAN

I.

Judul Percobaan Pengaruh obat-obat katartik

II.

Hari dan Tanggal Percobaan Kamis, 23 Juni 2011

III.

Tujuan Percobaan a. Umum Setelah menyelesaikan praktikum farmakologi dan terapeutik kami dapat menerapkan prinsip-prinsip farmakologi berbagai macam obat dan memiliki keterampilan dalam memberi dan mengaplikasikan obat secara rasionl untuk kepentingan klinik. b. Khusus 1. Untuk dapat menjelaskan efek obat katartik pada binatang percobaan (tikus putih). 2. Dapat menjelaskan jenis-jenis obat katartik. 3. Dapat menjelaskan bahan-bahan alami yang dapat bersifat katartik. 4. Dapat memilih jenis katartik yang paling tepat dalam praktek klinik

IV.

Dasar Teori a. Pencahar rangsang a) Bentuk Sediaan obat (Estuningtyas, 2008) a. Tablet bersalut enteral 5 dan 10 mg b. Supositoria 10 mg b) Cara pemberian obat (Estuningtyas, 2008) a. Oral b. Rectal c) Dosis Obat (Estuningtyas, 2008) a. Dosis dewasa b. Dosis anak d) Farmakokinetik Bisakodil secara oral mengalami hidrolisis menjadi difenol di usus bagian atas. Difenol yang diabsorpsi mengalami konjugasi di hati dan dinding usus. Metabolit ini di eksresi melalui empedu, : 10-15 mg : 5-10 mg

selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi difenol kembali yang akan merangsang motilitas usus besar (Estuningtyas, 2008) Efek pencahar timbul 6-12 jam setelah pemberian oral, dan seperempat sampai satu jam setelah pemberian rektal. Pada pemberian oral, bisakodil diabsorpsi kira-kira 5% dan dieksresi bersama urin dalam bentuk glukoronid. Eksresi bisakodil terutama dalam tinja (Estuningtyas, 2008)

e)

Farmakodinamik Laksatif stimulan menginduksi defekasi dengan merangsang aktivitas peristaltik usus yang bersifat mendorong (propulsif)

melalui iritasi lokal mukosa atau kerja yang lebih selektif pada plexus saraf intramural dari otot halus usus sehingga meningkatkan motilitas. Akan tetapi, studi terbaru menunjukkan bahwa obat-obat ini mengubah absorpsi cairan dan elektrolit, menghasilkan akumulasi cairan usus dan pengeluaran feses. Beberapa obat ini dapat secara langsung merangsang sekresi ion usus aktif. Peningkatan konsentrasi cAMP dalam sel-sel mukosa kolon setelah pemberian laksatif stimulan dapat mengubah permeabilitas sel-sel ini dan menyebabkan sekresi ion aktif sehingga menghasilkan akumulasi cairan serta aksi laksatif (Estuningtyas, 2008). f) Indikasi i. Pengobatan konstipasi.

terutama bila berhubungan dengan : a. Tirah baring yang lama b. Obat konstipatif c. Sindrom iritasi usus (Deglin, 2005) ii. Sebelum pemeriksaan radiologic, persiapan sigmoidoskopi, proktoskopi, radiologi, atau pembedahan (Anonim, 2009). iii. Digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan defekasi pada pasien-pasien dengan cidera medulla spinalis. (Deglin, 2005) g) Kontraindikasi Pasien dengan sakit perut akut, mual, muntah, dan gejala-gejala lain apendisitis atau sakit perut yang tak terdiagnosa; pasien dengan obstruksi usus (Estuningtyas, 2008)

h)

Interaksi obat Dengan Obat Lain: Efektivitas bisakodil berkurang bila diberikan bersama-sama dengan antasida, simetidin, famotidin, ranitidin (Estuningtyas, 2008). Dengan Makanan: Untuk menghindari iritasi lambung dan muntah, tablet salut enterik bisakodil tidak boleh diminum dalam waktu satu jam setelah pemberian susu atau produk-produk susu (Estuningtyas, 2008).

i)

Efek samping a. b. GI : mual, kram abdomen, diare, rasa terbakar pada rectum.

Menimbulkan proktitis pada penggunaan selama beberapa minggu (Estuningtyas, 2008)

b. Pencahar pembentuk massa Obat pencahar golongan ini berasal dari alam maupun sintetis. Sediaan alam adalah agar-agar dan psilium (plantago) sedangkan sedian semi-sintesis adalah metil selulosa dan natrium karboksimetilselulosa (Estuningtyas, 2008). Farmakodinamik Obat ini bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon yang akan membuat tinja lebih banyak dan lunak. Komponen pectin dari obat ini akan dicerna bakteri kolon dan menghasilkan metabolit yang akan meningkatkan efek pencahar dengan meningkatkan osmotic cairan lumen kolon (Estuningtyas, 2008). Sediaan Obat 1. Metil selulosa Metil selulosa diberikan secara oral. Obat ini memberikan efek pencahar setelah 12-24 jam dan tidak menimbulkan efek sistemik. Efek maksimal didapatkan dalam beberapa hari pengobatan (Estuningtyas, 2008). Obat ini tidak diabsorbsi di saluran cerna dan diekskresikan melalui tinja. Mekanisme obat ini dengan membentuk gel emolien yang melunakan tinja. Residu yang tidak dicerna juga ikut merangsang peristaltic usus (Estuningtyas, 2008).

Obat ini digunakan pada pasien yang tidak boleh mengejan dan menurunkan berat badan dengan memberi rasa kenyang. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien obstruksi usus maupun esophagus (Estuningtyas, 2008). 2. Natrium karboksimetilselulosa Obat ini tidak larut dalam lambung dan dapat digunakan sebagai antacid (Estuningtyas, 2008). 3. Psilium (Plantago) Psilium merupakan sediaan alami yang sekarang digantikan dengan preparat lebih murni yang ditambahkan musiloid. Musiloid adalah substansi hidrofilik yang membentuk gelatin jika bercampur dengan air. Pemakaian yang dianjurkan 1-3 kali sehari dengan dosis 3-3,6 g dalam 250 ml air atau sari buah.Pada penggunaan kronik psilium dapat menurunkan kadar kolesterol (Estuningtyas, 2008). 4. Agar-agar Agar-agar merupakan koloid hidrofil, kaya akan hemiselulosa yang tidak dicerna dan tidak diabsorbsi dalam saluran cerna. Dosis yang dianjurkan adlah 4-16 gr (Estuningtyas, 2008). 5. Polikarbofil dan kalsium polikarbofil Obat ini merupakan poliakrilik resin hidrofilik yang tidak diabsorbsi dan lebih banyak mengikat air dari pencahar lain. Polikarbofil dapat mengikat air 60-100 kali beratnya sehingga memperbanyak tinja. Obat ini mengandung sedikit natrium. Kalsium polikarbofil tidak boleh digunakan pada pasien pembatasan asupan kalsium karena melepaskan Ca++ di saluran cerna (Estuningtyas, 2008). Kandungan vegeta: 1. Plantago Ovata 2,8 g Plantago Ovata (Psyllium Husk) merupakan suplemen serat yang telah diakui khasiatnya (Health Claim) oleh US FDA (Food And Drug Administration) sejak 17 February 1998 dan telah mendapat rekomendasi sebagai salah satu sumber serat alami. Plantago Ovata memiliki komposisi serat larut dan tidak larut, dengan 71 % serat larut dan 15 % serat tidak larut. Kegunaannya adalah : (Enesis, 2011).
a)

Bersifat protektif terhadap penyakit degenerative

b) Mengatasi susah buang air besar dan mencegah wasir

c)

Menurunkan kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner dan stroke.

d) Mengontrol berat badan / membantu diet.

2. Inulin Chicory 0.96 Inulin Chicori adalah zat prebiotik. Serat inulin terdiri dari 100 % serat larut yang memiliki keunggulan : (Enesis, 2011).
a)

Bersifat protektif terhadap penyakit degenerative

b) Sebagai zat prebiotik yang meningkatkan jumlah bakteri baik dan

menekan pertumbuhan bakteri jahat/berbahaya misalnya bakteri penyebab diare, dll.


c)

Meningkatkan penyerapan mineral dalam tubuh, misalnya kalsium, sehingga membantu mencegah osteoporosis pada wanita menopause dan membantu pertumbuhan tulang anak-anak.

3. Aspartame 80 mg 4. Saccharosa 1,05 g Saccharosa (sakarosa) merupakan gula majemuk yang tersusun darigabungan dua jenis gula sederhana (glukosa dan fruktosa) (Enesis, 2011). 5. Citrus Sinensis Fructus Extractum siccum 70mg 6. Vitamin C 60 mg7. 7. Bahan lainnya 6,3 g Efek samping Dapat menyebabkan perut kembung dan gangguan usus yang bersifat sementara (Enesis, 2011). Kontra Indikasi Penderita dengan obstruksi usus dan gangguan usus seperti ulserasi colitis atau ileitis atau pada pasien dengan exocrine pancreatic insuffiency (Enesis, 2011). c. Obat pencahar garam Contoh obat dari golongan ini adalah garam magnesium, garam natrium, laktulosa.peristaltik usus meningkta disebabkan pengaruh tidak lansung karena daya osmotiknya.Air ditarik kedalam lumen usus dan tinja menjadi lembek setelah 3-6 jam. Absorbsi pencahar garm melalui usus berlangsung lambat dan tidak sempurna (Estuningtyas, 2008).

Garam magnesium di absorbs melalui usus kira-kira 20% dan di eksresi melalui ginjal. Bila fungsi ginjal terganngu, garam magnesium berefek sistemik menyebabkan dehidrasi, kegagalan fungsi ginjal, hipotensi dan paralisis pernafasan. Pengobatan dalam keadaan ini adalah dengan memberikan kalsium IV dan melakukan nafas buatan. Garam magnesium tidak boleh diberikan pada pasien dengan gagal ginjal (Estuningtyas, 2008). Laktulosa merupakan disakarida semisintetik yang tidak dipecah oleh enzim usus dan tidak di absorbsi di usus halus. Laktulosa tersedia dalam bentuk sirup. Obat ini niminum bersama sari buah, atau air dengan jumlah cukup banyak (Estuningtyas, 2008). Dosis pemeliharaaan harian untuk mengatasi konstipasi sangat bervariasi, biasanya 7-10 g dosis tunggal, maupun terbagi. Kadang-kadang dibutuhkan dosis awal yang lebih besar (40 g), dan efek maksimum laktulosa mungkin baru terlihat setelah beberapa hari. Untuk keadaan hipertensi portal kronis dan ensefalopati hepar dosis pemeliharaan biasanya 3-4 kali 20-30 g (30-45 ml) laktulosa sehari, dosis ini disesuaikan agar defekasi 2-3 kali sehari dan tinja lunak, serta ph 5,5. Laktulosa juga dapat diberikan per rectal (Estuningtyas, 2008).

Tabel 1. Obat-obat pencahar garam Nama obat Magnesium sulfat Bentuk dan dosis Efek samping Keterangan

Bubuk, dosis dewasa 15-30 Mual, g

dehidrasi, Pemberian

dekomensasi ginjal, oral dapat di hipotensi pernapasan paralisis absorbs 20% Efek pencahar terlihat setelah jam 3-6

Susu magnesium Magnesium oksida

Suspensi, dosis dewasa 15- Sda 30 ml Dosis dewasa 2-4 gram

Sda

Efek pencahar terlihat setelah 6

jam Magnesium sitrat Natrium fosfat Natrium sulfat Natrium fosfat Dosis dewasa 4 g Dosis dewasa 15 g Dosis dewasa 4-8 g Dieresis, dehidrasi Dosis dewasa 200 ml Harga mahal

d. Pencahar emolien Obat-obat yang termasuk golongan ini memudahkan defekasi dengan jalan melunakan tinja tanpa merangsang peristalsis usus, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut contoh-contoh obat pencahar emolien : a. Dioktilnatrium sulfosuksinat b. Dioktilkalsium sulfosuksinat c. Parafin cair d. Minyak zaitun (Estuningtyas, 2008).

Parafin cair Parfarin (mineral oil) ialah campuran cairan hidrokarbon yang diperoleh dari minyak bumi. Setelah minum obat ini tinja melunak, disebabkan berkurangnya reabsorpsi air dari tinja. Parfarin cair tidak dicerna di dalam usus dan hanya sedikit diabsorpsi. Yang diabsorpsi ditemukan pada limfonodus mesentrik, hati dan limpa ( Schmits, 2009 ). Kebiasaan menggunakan parfarin cair akan mengganggu absorpsi zat larut lemak misalnya absorpsi karoten menurun 50%, juga absorpsi vitamin A dan D akan menurun. Absorpsi vitamin K menurun dengan akibat hipoprotrombinemia; dan juga dilaporkan terjadinya pneumonia lipid. Obat ini menyebabkan pruritus ani; menyulitkan penyembuhan pascabedah daerah anorektal dan menyebabkan perdarahan. Jadi untuk penggunaan kronik jelas obat ini tidak aman (Estuningtyas, 2008). Tabel 2 . Dioktilnatrium sulfosuksinat

Nama Obat Golongan Indikasi

Dioktilnatrium sulfosuksinat Pencahar emolien BAB keras mengejan meningkatkan bahaya penyakit lain Membersihkan isi usus (pemeriksaan radiologi sebelum operasi) Mengeluarkan racun

Kontra-Indikasi

Apendisitis, obstruksi usus, sakit perut tanpa diketahui penyebabnya, mual, muntah, kolik 50-500 mg/hari

Interaksi Dosis Dosis Anak Kehamilan & Laktasi Farmakologi Efek Samping Sediaan Merek dagang Resep Dokter

Mual, muntah, kolik \

Tabel 3 . Dioktilkalsium Sulfosuksinat Nama Obat Golongan Indikasi Dioktilkalsiumsulfosuksinat Pencahar emolien BAB keras mengejan meningkatkan bahaya penyakit lain Membersihkan isi usus (pemeriksaan radiologi sebelum operasi) Mengeluarkan racun Kontra-Indikasi Apendisitis, obstruksi usus, sakit perut tanpa diketahui penyebabnya, mual, muntah, kolik 50-240 mg/hari

Interaksi Dosis Dosis Anak Kehamilan & Laktasi Farmakologi Efek Samping Sediaan Merek dagang Resep Dokter

Mual, muntah, kolik

Tabel 4 . Parafin Cair Nama Obat Golongan Indikasi Parafin cair Pencahar emolien BAB keras mengejan meningkatkan bahaya penyakit lain Membersihkan isi usus (pemeriksaan radiologi sebelum operasi) Mengeluarkan racun Kontra-Indikasi Interaksi Apendisitis, obstruksi usus, sakit perut tanpa diketahui penyebabnya, mual, muntah, kolik Menghambat absorpsi zat-zat yang larut dalam lemak. 15-30 ml/ hari Dewasa: Per Oral Konstipasi sampai dengan 45 mL/hari. Durasi Max: 1 minggu. Rektal sebagai enema:biasanya: 120 mL/hari, berkisar antara 60-150 mL/hari. Oftalmologi Mata kering malam hari saat diperlukan. Topikal hidrasi dan melembutkan kulit pakai saat diperlukan, terutama sehabis mandi. 3-12 thn: 0.5-1 ml/kg (max 30 ml) sekali sehari; 12-18 thn: 10-30 ml sekali sehari, normalnya setelah makan malam. Dapat dicampur dengan eskrim atau yoghurt agar memudahkan untuk dimakan. Durasi Max terapi: 1 minggu.

Dosis

Dosis Anak

Kehamilan & Laktasi Farmakologi

Asupan per oral dapat melembutkan tinja. Onset per oral: 6-8 jam. Pemakaian topikal melembutkan dan menghidrasi kulit. Pemakaian pada mata dapat melubrikasi dan melindungi mata.

Efek Samping Sediaan Merek dagang Resep Dokter

Absorpsi zat larut lemak menurun Emulsi: Per 5ml tdd 1,2 mg parafin (30 ml, 60 ml, 110 ml) Laxadine Ya

Tabel 5 . Minyak Zaitun

Nama Obat Golongan Indikasi

Minyak zaitun Pencahar emolien BAB keras mengejan meningkatkan bahaya penyakit lain Membersihkan isi usus (pemeriksaan radiologi sebelum operasi) Mengeluarkan racun

Kontra-Indikasi

Apendisitis, obstruksi usus, sakit perut tanpa diketahui penyebabnya, mual, muntah, kolik Dewasa: Rektal Impaksi feses 100-500 mL dihangatkan sampai suhu 32C untuk melembutkan tinja. Telinga Melembutkan serumen, gunakan 2 kali sehari selama beberapa hari.

Interaksi Dosis

Dosis Anak Kehamilan & Laktasi Farmakologi Efek Samping Sediaan Merek dagang Resep Dokter

Melembutkan tinja Diare0

BAB II METODE PEMERIKSAAN

A. Alat dan Bahan 1. Alat 2. Beakerglass 1000 ml 3. Sonde lambung 4. Spuit injeksi 3 cc 5. Kertas saring 2. Bahan 1. MgSO4 2. Jamu urus-urus 3. Paraffin 4. Jamu pelangsing 5. Bisakodil tablet 3. Binatang percobaan Tikus putih B. Rencana kerja 1. Ambil 5 ekor tikus putih. Masing-masing dimasukan ke dalam beakerglass yang sudah dilandasi dengan kertas saring. 2. Amati selama 30 menit bentuk fesesnya (padat, kental, cair). Feses yang baik adalah feses yang padat dan tidak membasahi kertas saring. 3. Berilah obat pada setiap 1 ekor tikus putih secara oral dengan sonde lambung. a. MgSO4 50g/kgBB b. Bisakodil 10mg/kgBB c. Paraffin 1 ml/tikus d. Jamu urus-urus 1 bungkus/ 40kgBB e. Jamu palangsing (galian singset) 1 bungkus 40/kgBB 4. Amati perubahan konsistensi fesesnya.

C. Perhitungan Dosis Hitungan dosis : 1. MgSo4 BB tikus

= 200 g

Dosis anjuran Dosis pengenceran Dosis Obat Dosis obat (ml) 2. Bisakodil BB tikus Pengenceran Dosis anjuran obat yang diberikan Obat dalam cc 3. Merit BB tikus Dosis pengenceran Dosis konvernsi Dosis anjuran Dosis obat 4. Vegeta Dosis manusia Konversi BB rata-rata tikus BB tikus Dosis anjuran Dosis obat

= 0,9 gr/200 gr tikus = 30 gr dalam 60 ml air = 0,5 gr/ml = 200 gr x 0,9 gr = 0,9 gr 200gr = 0,9 gr : 0,5 gr/ml = 1,125 ml

= 125 g = 40 mg : 100cc = 0,4 mg/cc = 0,2 mg/ 200 gr tikus = 0,001 mg = 125 gr x 0,2 gr = 0,125 gr 200 gr = 0,125 : 0,4 = 0,3125 cc

= 125 gr = 6 pil dalam 40 cc air = 0,018 = 40 cc x 0,018 = 0,0036 200 gr = 125 x 0,0036 = 0,45 ml

= 2 bungkus dalam 200 cc air = 0,018 = 200 gr = 125 gr = 200 cc x 0,018 = 0,018 gr 200 gr = 125 gr x 0,018 = 2,25 cc

5. Parafin 1 cc/tikus BB tikus = 187,5 gr

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Dilampirkan

B. Pembahasan 1. Intepretasi hasil Pemberian pencahar secara berturut-turut diberikan kepada tikus A-E ,pencahar pada masing-masing tikus berbeda-beda, dengan waktu paruh dan cara kerja yang berbeda pula sesuai dengan yang dijelaskan dalam dasar teori. Tikus A diberikan merit sebanyak 0,45 ml,yaitu 3 kali lebih besar daripada dosis konversi yang dianjurkan. reaksi yang dihasilkan adalah pada 30 menit sebelum pemberian laksatif tersebut, konsistensi feses tikus cenderung baik, padat, dan tidak membasahi kertas saring. pada 30 menit setelah pemberian laksatif juga belum memberikan pengaruh yang berarti dari feses tikus. akan tetapi pada 3 jam setelah pemberian laksatif, feses tikus terlihat sangat cair dan sangat membasahi kertas. kemudian pada 6 jam setelah pembeian laksatif, feses terlihat lembek dan membasahi kertas. Tikus B diberikan bisakodil sebanyak 0,3125 cc, reaksi yang dihasilkan adalah pada 30 menit sebelum pemberian laksatif tersebut, konsistensi feses tikus cenderung baik, padat, dan tidak membasahi kertas saring. pada 30 menit setelah pemberian laksatif juga belum memberikan pengaruh yang berarti dari feses tikus. akan tetapi pada 3 jam setelah pemberian laksatif, feses tikus terlihat lembek dan membasahi kertas. kemudian pada 6 jam setelah pembeian laksatif, feses terlihat lembek dan sangat membasahi kertas. Tikus C diberikan parafin cair sebanyak 1cc, reaksi yang dihasilkan adalah pada 30 menit sebelum pemberian laksatif tersebut, konsistensi feses tikus cenderung baik, padat, dan tidak membasahi kertas saring. pada 30 menit setelah pemberian laksatif juga belum memberikan pengaruh yang berarti dari feses tikus. akan tetapi pada 3 jam setelah pemberian laksatif, feses tikus terlihat lembek dan sangat membasahi kertas. kemudian pada 6 jam setelah pembeian laksatif, feses terlihat lembek dan sangat membasahi kertas. Tikus D diberikan MgSO4 sebanyak 1,125 ml, reaksi yang dihasilkan adalah pada 30 menit sebelum pemberian laksatif tersebut, konsistensi feses tikus

cenderung baik, padat, dan tidak membasahi kertas saring. pada 30 menit setelah pemberian laksatif juga belum memberikan pengaruh yang berarti dari feses tikus. akan tetapi pada 3 jam setelah pemberian laksatif, feses tikus terlihat lembek dan sangat membasahi kertas. kemudian pada 6 jam setelah pembeian laksatif, feses terlihat lembek dan sangat membasahi kertas, akan tetapi jumlahnya relatif lebih sedikit. Tikus E diberikan vegeta 2,25 cc, reaksi yang dihasilkan adalah pada 30 menit sebelum pemberian laksatif tersebut, konsistensi feses tikus cenderung baik, padat, dan tidak membasahi kertas saring. pada 30 menit setelah pemberian laksatif juga belum memberikan pengaruh yang berarti dari feses tikus. pada 3 jam setelah pemberian laksatif pun, feses tikus masih terlihat baik. kemudian pada 6 jam setelah pembeian laksatif, feses terlihat lembek dan membasahi kertas, dan feses yang dihasilkan cenderung paling banyak daripada yang lain.

2. Perbandingan hasil masing-masing Pada tikus A yang diberikan merit, sumber dari pabrik pemroduksi merk terdaftar mengandung komposisi : 1) Guazumae Folium................................150 mg 2) Rhei Radix............................................50 mg 3) Granati Fructus Cortex.........................50 mg 4) bahan-bahan lainnya.............................500 mg penjelasan terhadp masing-masing kandungan adalah : a) Guazumae Folium Biasa disebut dengan jati belanda, bahan ini mengandung

alkaloida,flavonoida , saponin, dan tanin. Mengandung zat lendir yang merupakan serat (fiber) bersifat lubricating atau melicinkan sehingga dapat menghambat penyerapan lemak, glucose, kolesterol yang terdapat dalam makanan dan memperlancar buang air besar. Kandungan tanin bekerja sebagai adstringent, zat yang akan mengendapkan protein yang terdapat pada mukus yang melapisi bagian dalam usus sehingga lapisan ini sukar ditembus dan akan mengurangi penyerapan lemak ( Anonim,2006 ). b) Rhei Radix Pada percobaan yang dilakukan pada Rhei Radix atau yang biasa dikenal dengan nama kelambak, bahan ini mengandung flavanoid,kuinon, mono dan sesquiterpenoid, saponin, dan senyawa polifenolat.(anonim,2006) sehingga

memacu pergerakan peristaltik usus besar sehingga akan mempermudah buang air besar (Anonim, 2006).

c) Granati Fructus Cortex( delima putih) delima putih natau yang nama latinnya adalah Punica granatum L. kandungan kimia yang ada dalam bahan ini adalah : Alkaloid tropan; Tanin; Gula; Triterpenoid; Glukosida; Estron; Lendir, bahan0bahan aktif ini mempunyai khasiat sebagai Antelmintik dan Astringen(zat yang akan mengendapkan protein yang terdapat pada mukus yang melapisi bagian dalam usus sehingga lapisan ini sukar ditembus dan akan mengurangi penyerapan lemak). Berdasarkan bahan aktif yang tertera diatas, merit merupakan campuran dari pencahar perangsang sekaligus pencahar pembentuk massa, karena menghasilkan senyawa gelatin yang mempersulit penyerapan lipid, selain itu juga mensentisisasi peristaltik colon sehingga waktu feses dalam colon dipersingkat, sehingga penyerapan nya pun berkurang. Begitu pula yang terjadi pada feses tikus, reaksi yang ditimbulkan adalah feses menjadi amat lembek hingga cair karena selain fungsi yang telah disebutkan diatas, dosis yang diberikan pun 3 kali lebih besar daripada dosis konversi, sehingga memungkinkan intoksikasi terjadi pada hewan coba tersebut. Tikus B diberikan bisakodil sebanyak 0,3125cc, bisa kodil sendiri adalah bahan aktif yang termasuk dalam golongan laksativ perangsang, bisakodil secara oral dihidrolisis menjadi ndifenol yang diabsorbsi mengalami konjugasi dihati dan dinding usus. metabolit ini diekskresi melalui empedu, selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi difenol kembali yang akan merangsang motilitas usus besar (Estuningtyas,2009). Efek pencahar timbul 6-12 jam setelah pemberian oral, dan seperempat sampai satu jam setelah pemberian rektal. pada pemberian oral, bisakodil diabsorbsi kira-kira 5%, dan diekskresikan bersama urin dalam bentuk glukoronid. ekskresi bisakodil terutama di tinja(Estuningtyas,2009). sehingga efek pada tikus yang dihsilkan dari pemberian bisakodil sesuai dengan teori yang berlaku, yaitu pengeluaran feses yang konsistensinya sangat lembek dan membasahi Tikus C diberikan parafin cair sebanyak 1cc, parafin atau mineral oil adalah campuran cairan hidrokarbon yang diperoleh dari minyak bumi. setelah

minum obat ini, tinja akan melunak, disebabkan berkurangnya reabsorbsi air dari tinja. Parafin cair tidak dicerna didalam usus dan hanya sedikit diabsorbsi. parafin adalah golongan pencahar emolian yang kerjanya tidak mempengaruhi peristaltik usus. sehingga apa yang terjadi pada hewan coba sesuai dengan teori yang telah ada sebelumnya. Tikus D diberikan MgSO4 sebanyak 1,125cc.MgSO4 biasa disebut dengan garam inggris. zat ini diabsorbsi melalui usus kira-kira 20% dan diekskresikan melalui ginjal. pencahar ini termasuk dalam golongan pencahar garam atau osmotik yang menyebabkan air ditarik nkedalam lumen usus dan tinja menjadi lebih lembek setelah 3-6 jam, secara tidak langsung, pencahar ini juga mengakibatkan peristaltis usus meningkat. sehingga apa yang terjadi pada hewan coba sesuai dengan teori yang telah ada sebelumnya. Tikus E diberikan vegeta 2,25, vegeta termasuk dalam kelompok pencahar pembentuk massa, olongan ini berasal dari alam atau dibuat secara semi sintetik. golongan ini bekerja dengan mengikat air dan ion dalam lumen kolon, dengan demikian tinja akan menjadi lebih banyak dan lunak. sebagian dari komponennya misalnya pektin akan dicerna bakteri kolon dan metabolitnya akan meningkatkan osmotik cairan lumen. contoh sediaan alam adalah agar-agar dan psilium, sedangkan semisintetoik adalah metilselulosa dan natrium

karboksimetilselulosa. Komposisi dari merk dagang vegeta sendiri adalah : 1. Plantago ovata semini endosperm pulveratum 2.8g 2. Inulin chicory 0.96g 3. Citrus sinensis fructus extractum siccum 70mg 4. Saccharosa 1.05g 5. Vitamin c 60mg 6. Aspartame 80mg 7. Bahan-bahan lain hingga 6.3g Bahan aktif dari produk ini sendiri adalah Plantago ovata semini endosperm pulveratum, yang merupakan salah satu dari dietary fiber. Yang secara medis ternyata mampu untuk membantu pencernaan dan proses-proes yang berkaitan dengan kelancaran distribusi lemak di usus walaupun para ahli belum menggolongkannya sebagai zat gizi. Diatery fiber ini bekerja sebagai pencahar pembentuk massa dan relatif aman dalam pemakaian kronik, serta dapat membantu menekan lemak dan menekan produksi kolesterol (Schimtz, 2009).

Sesuai dengan teori yang ada pada pencahar pembentuk massa, zat aktif pada produk ini menyerap air dan memperbanyak volume feses, selain itu, konsistensi feses pun akan terlihat lembek dan membasahi kertas, dan feses yang dihasilkan cenderung paling banyak daripada yang lain (Schimtz, 2009). C. Perbandingan hasil antar obat Dari hasil praktikum yang kami lakukan, pencahar Merit, mengalami perubahan bentuk, konsistensi dan kemampuan membasahi kertas yang maksimal terjadi pada 3 jam setelah pemberian obat, dan menurun pada 3 jam berikutnya.. Kedua, bisakodil, memberikan perubahan pada bentuk dan konsistensi, meningkat pada 3 jam pertama dan meningkat lagi pada 3 jam kedua. Ketiga, paraffin, memberikan efek yang hamper konstan antara 3 jam pertama dengan 3 jam kedua. Keempat, MgS04 memberikan efek yang maksimal pada 3 jam pertama dan menurun pada 3 jam berikutnya. Dan yang terakhir adalah 2 bungkus vegeta, memberikan efek pada 3 jam kedua, sedangkan pada 3 jam pertama tidak memberikan perubahan apapun/kurang signifikan.

Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan : 1. Cara kerja yang salah 2. Komposisi pengenceran yang tidak sesuai 3. Keadaan Psikis tikus 4. Ketidak cermatan praktikan 5. Ketidak pasan Alat pengukur (Friedrich, 2011).

D. Aplikasi klinis 1. Fissura Ani Fissure anus ( fissure in ano, ulkus anus) adalah robekan atau luka dengan nanah didaerah anus, dekat perbatasan dengan kulit. Luka sering terjadi pada bagian belakang. Kadang, meski jarang, luka bias juga ditemukan dibagian depan. Fisura ani merupakan retakan pada dinding anus yang disebabkan oleh peregangan akibat lewatnya fesen yang keras, oleh karena itu, sering disebabkan oleh konstipasi. Diare atau trauma saat lahir juga menyebabkan timbulnya fisura ani . gejala yang paling mencolok adalah nyeri terbakar hebat setelah defekasi, dan gerakan usus biasanya diikuti oleh sedikit darah merah cerah. Penderita hamper selalu mengalami konstipasi dan karena pergerakan

usus menimbulkan nyeri hebat, konstipasi memburuk secara progresif karena penderita takut melakukan defekasi. Fisura ani sering disertai skin tag hemoroid eksterna. Bila dilatasi lokal, pemakaian salep, dan pembersih tidak membantu, dilakukan eksisi bedah. (Price, 2006)

BAB IV EVALUASI 2. Mengapa dosis jamu yang digunakan besarnya seperti itu 3. Jelaskan mekanisme kerja obat tersebut 4. Jelaskan mekanisme kerja obat katartik Pembahasan evaluasi 1. Dosis yang digunakan pada merit adalah 6 pil dalam 400 cc air dan apabila dikonversi pada dosis untuk tikus, maka dosis obat yang digunakan menurut berat badan tikus adalah 1,5 cc. Obat pencahar tidak bertindak di intesines kecil dimana sebagian besar kalori yang diserap. Sebaliknya, mereka bekerja di usus besar. Jika diambil dalam jumlah besar untuk waktu lama, dapat mempengaruhi penyerapan lemak tubuh. Hal ini dapat menyebabkan diare berminyak dan kehilangan berat badan. Penyalahgunaan obat pencahar adalah praktek yang umum di antara orang-orang yang menderita bulimia dan anorexia nervosa Sementara berat badan dapat dijamin oleh kelebihan dosis obat pencahar, juga dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saluran gastrointesitinal dan melemahnya dan pelunakan tulang, sebuah kondisi yang dikenal sebagai osteomalacia ( Kee, 1996 ). 2. Pada jamu urut-urut mengandung Guazumae Folium yang mengandung zat lendir bekerja mengurangi penyerapan makanan dan membentuk lapisan yang melindungi selaput lendir saluran pencernaan dan akan memperlancar dan mempersingkat keberadaan makanan di dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan lemak akan dikurangi. Rhei Radix bersifat pencahar yaitu memacu pergerakan peristaltik usus besar sehingga akan mempermudah buang air besar. Granati Fructus Cortex mengandung tanin yang berfungsi untuk menyempitkan pori-pori usus sehingga dapat menghambat penyerapan makanan dan lemak ( Schmits, 2009 ). 3. Mekanisme kerja pencahar yang sesungguhnya masih belum dapat dijelaskan, karena kompleksnya factor-faktor yang mempenhgaruhi fungsi kolon, transport air dan elektrolit. Secara umum dapat dijelaskan a.l. sebagai berikut : (1) sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat massa, konsistensi, dan transit tinja bertambah; (2) pencahar bekerja langsung ataupun tidak langsung terhadap mukosa kolon dalam menurunkan ( absorbs ) air dan NaCl, mungkin dengan mekanisme seperti pada (1); (3) pencahar dapat meningkatkan motilitas usus

dengan akibat menurunnya absorbsi garam dan air dan selanjutnya mengurangi waktu transit ( Schmits,2009 ).

BAB V KESIMPULAN

1. Obat katartik merupakan obat yang digunakan untuk memperlancar defekasi. 2. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat pencahar dibagi menjadi beberapa golongan yaitu, pencahar iritan/perangsang, pencahar pembentuk massa, pencahar osmotik, pencahar pelunak feses. 3. Reagen yang digunakan saat praktikum memiliki kemampuan yang berbeda-beda. 4. Merit, mengalami perubahan bentuk, konsistensi dan kemampuan membasahi kertas yang maksimal terjadi pada 3 jam setelah pemberian obat, dan menurun pada 3 jam berikutnya. 5. Bisakodil, memberikan perubahan pada bentuk dan konsistensi, meningkat pada 3 jam pertama dan meningkat lagi pada 3 jam kedua. 6. Paraffin, memberikan efek yang hamper konstan antara 3 jam pertama dengan 3 jam kedua. 7. MgS04 memberikan efek yang maksimal pada 3 jam pertama dan menurun pada 3 jam berikutnya. 8. Vegeta, memberikan efek pada 3 jam kedua, sedangkan pada 3 jam pertama tidak memberikan perubahan apapun/kurang signifikan. 9. Faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan antara lain, dari cara kerja yang salah, komposisi pengenceran yang tidak sesuai, keadaan psikis dari tikus, ketidak cermatan praktikan, ketidak pasan alat pengukur.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym, available acess at : http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/depkes/1-137.pdf recenrty acess in 25 june 2011. 15.45 WIB Anonym, available access in : http://www.scribd.com/doc/54925441/REsumeSKRINING-Rhei-Radix-Editan, recently access in 25 june 2011. 17.10 WIB. Nugraha, adi . 2003 . Pembuatan Minuman Agar Sebagai Upaya Diversifikasi Produk Agar-agar. Available access in : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20674/C03anu.pdf?sequence =2, recently access in 2011-06-25; 23.12 Friedrich, 2011. Lack of excretion of the active moiety of bisacodyl and sodium picosulfate into human breast milk: an open-label, parallel group, multiple dose study in health lactating women. Translational Medicine, Boehringer Ingelheim Pharma GmbH & Co. KG Enesis Group. 2011. Vegeta : Produk. Available from: http://www.enesis.com/product/detail/id/12 . Diakses pada tanggal : 25 Juni 2011 Estuningtyas, Ari dan A. Arif. 2008. Pencahar Obat Lokal : Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK-UI. Edisi ke-5 Kee, Joice L dan Evelyn R Hayes. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC Price, S.A., L.M. Wilson. 2006. Patofisiologi:Konsep Klinis Proses Perjalanan Penyakit,Vol 1 Ed. 6. Jakarta: EGC Schmits,gery. 2009. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta: EGC

You might also like