You are on page 1of 68

Buku Agenda dan Abstrak Seminar Nasional

Waste Management II
Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3

Laboratorium Teknologi dan Pengelolaan Limbah Padat dan B3 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL WASTE MANAGEMENT II


Laboratorium Teknologi dan Pengelolaan Limbah Padat dan B3 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah dan Limbah B3

Hak Cipta 2014 by Laboratorium Teknologi dan Pengelolaan Limbah Padat dan B3, Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia. Dipublikasikan dan didistribusikan oleh Laboratorium Teknologi dan Pengelolaan Limbah Padat dan B3, Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia. Sampul depan: Laboratorium Teknologi dan Pengelolaan Limbah Padat dan B3, Jurusan Teknik Lingkungan ITS, 2014

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb., Salam sejahtera bagi kita semua, Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya seminar nasional ini dapat terselenggara dengan baik. Seminar ini dilaksanakan atas adanya keprihatinan terhadap banyaknya permasalahan-permasalahan permasalahan mengenai terbatasnya upaya dan sistem pengelolaan sampah kota dan limbah B3 yang ada di Indonesia. Sebagaimana imana diketahui, masih banyak penanganan limbah B3 dari area domestik maupun industri skala kecil dan menengah yang belum terselesaikan. aikan. Begitu pula dengan adanya keterbatasan dalam fasilitas dan pelayanan sampah kota. Dengan adanya seminar ini, diharapkan akan ada informasi-informasi informasi baru, baik dari hasil penelitian, pengalaman, yang bisa dijadikan ide atau masukan untuk aplikasi di lapangan. Kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarsebesar besarnya terhadap seluruh narasumber dari BATAN, BLH Kota Surabaya, dan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang telah meluangkan waktunya disini. Ucapan terima kasih disampaikan disamp pula kepada para pemakalah dan peserta yang telah turut mensukseskan acara ini, dan yang terakhir untuk segenap panitia yang telah bekerja keras menyelenggarakan dan mensukseskan acara seminar ini. Akhir kata, kami mohon maaf jika selama penyelenggaraan seminar, ada hal-hal hal yang kurang berkenan. Wassalamualaikum Wr. Wb. Surabaya, Februari 2014 Ketua Panitia, Welly Herumurti, ST., M.Eng.

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KATA SAMBUTAN DEKAN FTSP - ITS

Dr. Ir. Hidayat Soegihardjo M, MS Dekan FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Assalamualaikum Wr. Wb., Salam sejahtera, Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, tama, saya ingin mengucapkan selamat datang kepada Pertama-tama, seluruh narasumber, pemakalah, maupun, peserta Seminar Nasional Waste Management II. Saya percaya bahwa seminar ini akan sangat informatif, menarik, dan bermanfaat bagi anda semua. Semoga diskusi ilmiah ini akan berjalan dengan lancar seperti yang kita harapkan. Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan selamat dan terima kasih kepada panitia Seminar Nasional Waste Management II atas upaya dan kerja kerasnya dalam menyusun yusun dan melaksanakan seminar nasional, serta kepada Laboratorium Teknologi dan Pengelolaan Limbah Padat dan B3, Jurusan Teknik Lingkungan ITS, dan juga pada narasumber yang telah berpartisipasi dalam mensukseskan seminar ini. Pengelolaan sampah dan limbah B3 yang baik sangat penting, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Masih banyak masyarakat yang belum sadar terhadap pengelolaan sampah dan limbah B3 yang ada di lingkungan sekitarnya. Walaupun di beberapa area, telah ah banyak masyarakat yang telah menerapkan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah, namun pengelolaan maupun pemrosesan sampah di tingkat akhir masih belum optimal.

Buku Agenda dan Abstrak

ii

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Keadaan ini banyak terjadi pula pada pengelolaan limbah B3. Ketiadaan maupun kurangnya akses terhadap zona pengumpulan limbah B3, menyebabkan masih banyak didapati limbah B3 yang bercampur dengan limbah padat domestik. Kondisi ini akan sangat berbahaya, karena limbah B3 dapat mencemari tanah maupun air tanah yang ada di sekitar lokasi pembuangan. Oleh karena itu, menciptakan suatu sistem pengelolaan sampah dan limbah B3 yang benar-benar benar terstruktur dengan baik merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi. Terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemakalah, peserta, maupun presenter, esenter, yang telah turut mensukseskan acara ini. Selamat mengikuti berjalannya seminar. Terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Buku Agenda dan Abstrak

iii

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KATA SAMBUTAN KETUA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


Assalamualaikum Wr. Wb., Salam sejahtera bagi kita semua, Puji syukur kita panjantkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga kita bisa hadir dalam Seminar Nasional Waste Management II 2014, yang diselenggarakan oleh Laboratorium Teknologi dan Pengelolaan engelolaan Limbah ah Padat dan B3, Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi sepuluh Nopember. Tema seminar kali ini adalah Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3. Tema ini banyak diteliti, karena masih banyak permasalahan-permasalahan di kota-kota besar sar mengenai penanganan atau pengelolaan sampah dan limbah B3 yang belum maksimal. Seperti diketahui, sampah-sampah sampah dan limbah B3 masih dapat diolah lagi untuk mendapatkan suatu produk yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Dengan begitu, jumlah jumla timbunan sampah yang masuk ke dalam landfill dapat berkurang, dampak kerusakan lingkungan yang dihasilkan juga dapat dikurangi. Oleh karena itu, hari ini diharapkan seminar ini dapat menjadi ajang pertemuan para peneliti, pembuat kebijakan, praktisi, dan mahasiswa untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Akhir kata, kami harap seluruh peserta seminar dapat berperan aktif dalam forum ini. Selamat mengikuti seminar. Wassalamualaikum Wr. Wb. Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl. SE, MSc, PhD. Ketua Jurusan Teknik Lingkungan - FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Buku Agenda dan Abstrak

iv

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................ ...........................................i KATA SAMBUTAN DEKAN FTSP - ITS ............................................. ................................ ii KATA TA SAMBUTAN KETUA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN....... LINGKUNGAN iv DAFTAR ISI ....................................................................................... .......................v AGENDA SEMINAR NASIONAL..................................................... ..................... viii JADWAL PRESENTASI PARALEL ................................................... ................... ix PEMANFAATAN AATAN SAMPAH SEAFOODRESTO DENGAN KONSEP ENTRE-TEKNOPRENEURSIP ......................................................... ......................... 1 STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) INDUSTRI DUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM INOVASI DI KOTA MOJOKERTO ................................................................................................ .......................................... 2 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN RUNGKUT, SURABAYA.... 4 PROSES SAKARIFIKASI Eichhornia crassipes JUS dan GERUS DENGAN KOMBINASI JAMUR DAN RAGI ...................................... ................................ 6 KOMBINASI HIDROLISIS E. crassipes MENGGUNAKAN H2SO4 0,25% DAN T. viride PADA TAHAP AWAL PEMBUATAN BIOETANOL...................................................................................... ...................... 8 PRETREATMENT ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN Phanerochaete chrysosporium .................. 10 PROSES KOMPOSTING LIMBAH PADAT RUMAH POTONG 2 HEWAN DENGAN METODE AEROBIK DAN A O ......................... 12 PROSES PENGOMPOSAN LIMBAH PADAT RUMAH POTONG HEWAN DENGAN METODE ANAEROBIK DAN A2O .................... 14 POTENSI BIOREMEDIASI TANAH TERKONTAMINASI POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBONS DARI BATUBARA DENGAN COMPOSTING ............................................................... ............................... 16 MODEL SISTEM DINAMIK PENGELOLAAN SAMPAH ................. 18

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KAJIAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SAMPAH DI KAMPUS INSTITUT TEKNOLOGI NOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS), SURABAYA ................................................................................................ ........................................ 19 REVIEW PERAN IPST DALAM REDUKSI SAMPAH KOTA ........... 21 STUDI AMDAL PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS DENGAN INCINERATOR DI KABUPATEN SIDOARJO ................................. ................................ 23 KAJIAN PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADA KEGIATAN RUMAH SAKIT .................................................. .................. 25 KAJIAN TEKNIK STABILISASI/SOLIDIFIKASI LIMBAH B-3 3 DENGAN MENGGUNAKAN POZZOLAN ALAM ............................ 27 ANALISIS RISIKO PENURUNAN KINERJA FILTER DENGAN FAULT TREE ANALYSIS................................................................ ................................ 28 MODEL SISTEM DINAMIK PERILAKU KINERJA LAPISAN SCHMUTZDECKE PADA SARINGAN PASIR LAMBAT ................. 30 STUDI PENURUNAN KEKERUHAN DAN ZAT ORGANIK AIR BAKU DARI AIR SUNGAI MELALUI SEQUENCING PROCESS (KOAGULASI, FLOKULASI PNEUMATIS, DAN SEDIMENTASI) ... 32 KAJIAN TENTANG INJEKSI DAN RESIRKULASI LINDI DI DALAM LANDFILL ....................................................................................... ....................... 34 PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI INDUSTRI CAT ................................................................ ..................................... 36 KAJIAN PEMERIKSAAN SIKLUS ESTRUS PADA MENCIT (Mus musculus L.) SEBAGAI MODEL PERCOBAAN SENYAWA TERATOGEN .................................................................................. .................. 38 PENGARUH PENAMBAHAN EDTA DALAM FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR KROMIUM DARI LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN HELIANTHUS ANNUUS L. ................................................................................................ ........................................ 40 PENGARUH KONSENTRASI LIMBAH DAN EDTA DALAM FITOREMEDIASI AIR TERKONTAMINASI TEMBAGA DAN KROMIUM DARI LIMBAH ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN PISTIA STRATIOTES ................................................................ ..................................... 42 FITOFORENSIK LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) PADA TUMBUHAN KACANG HIAS (Arachis Pintoi) .............. 44

Buku Agenda dan Abstrak

vi

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS KOAGULAN ALAMI ANTARA BIJI TREMBESI (Samanea saman) DAN BIJI KELOR (Moringa oleifera) DALAM PENURUNAN KEKERUHAN, TSS, BOD DAN COD PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET .................................................. .................. 46 MODEL PREDIKSI KUALITAS AIR KALI BOKOR SURABAYA MENGGUNAKAN METODE QUAL2KW ......................................... ................................ 48 IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI KUALITAS AIR DI SUNGAI KALIMAS SURABAYA (SEGMEN NGAGEL TAMAN PRESTASI)DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN QUAL2Kw 50 PENILAIAN KEGAGALAN PENCAPAIAN MUTU SANITASI PADA KEBIJAKAN KONVERSI PENYEDIAAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DARI MODEL HORIZONTAL KE MODEL VERTIKAL DI INDONESIA (STUDI KASUS KOTA JAKARTA) ............................................................... ............................... 52

Buku Agenda dan Abstrak

vii

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

AGENDA SEMINAR NASIONAL WASTE MANAGEMENT II


Pukul 08.00 - 09.00 09.00 - 09.15 Registrasi Pembukaan Sambutan dari Ketua Panitia Sambutan dari Dekan FTSP ITS Agenda Seminar

SEMINAR 09.15AGENDA - 09.30 Coffee Break


09.30 - 11.00 (Moderator:.) 09.30 - 10.00 10.00 - 10.30 10.30 - 11.00 11.00 - 12.00

NASIONAL

Keynote Speaker Sesi I

Ir. Suryantoro, MT. (BATAN) IDAA. Warmadewanthi PhD. (Dosen TL-ITS) Diskusi dan Tanya Jawab Keynote Speaker Sesi II (Moderator:.)

11.00 - 11.30 11.30 - 12.00 12.00 - 13.15 13.15 - 15.20

Bart Verstappen (EAWAG) Diskusi dan Tanya Jawab ISHOMA Presentasi Paralel Sesi I dan II (Moderator:.)

13.15 - 14.15 14.20 - 15.20 15.20 - 15.40 15.45 - 16.45

Sesi I Sesi II Coffee Break Presentasi Paralel Sesi III (Moderator:.)

15.45 - 16.45

Sesi III Penutupan

Buku Agenda dan Abstrak 16.45 - 17.00

viii

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

JADWAL PRESENTASI PARALEL


Ruang Tempat Moderator Topik No A1 : A : Ruang Sidang Teknik Lingkungan Lt. 2 : :
Pukul 13.15 - 13.35

Judul
Pemanfaatan Sampah Seafoodresto dengan Konsep Entre-Teknopreneursip

Pemakalah
Ir. Poerwadi, M.Sc.

A2

13.35 - 13.55

JADWAL PRESENTASI PARALEL

Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Industri Makanan dan Minuman Elly Agustiani, Dyah Winarni, Nelson Sembiring, dan Arifin Melalui Pendekatan Sistem Inovasi di Kota Mojokerto Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Hendry Sutrisno dan Yulinah B3 Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut, Trihadiningrum Surabaya Persiapan Sesi II Proses Sakarifikasi Eichhornia crassipes Jus dan Gerus Dengan Kombinasi Jamur dan Ragi Dafit Ari Prasetyo dan Ellina Pandebesie Annisa Handayani dan Ellina Pandebesie Esthi Ayu Febriani, Ellina Pandebesie, dan Susi Agustina W

A3

13.55 - 14.15 14.15 - 14.20

A4 A5

14.20 - 14.40

14.40 - 15.00

Kombinasi Hidrolisis E. crassipes Menggunakan H2SO4 0,25% dan T. viride Pada Tahap Awal Pembuatan Bioetanol Pretreatment Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Bioetanol dengan Phanerochaete chrysosporium Coffee Break Persiapan Sesi III Proses Komposting Limbah Padat Rumah Potong Hewan Dengan Metode Aerobik dan A2O Proses Pengomposan Limbah Rumah Potong Hewan dengan Metode Anaerobik dan A2O Potensi Bioremediasi Tanah Terkontaminasi Polycyclic Aromatic Hydrocarbons dari Batubara dengan Composting Penutupan

A6

15.00 - 15.20 15.20 - 15.40 15.40 - 15.45

A7

15.45 - 16.05

Rima Auliyati Wulandari dan Yulinah Trihadiningrum Nurul Matin dan Yulinah Trihadiningrum Andy Mizwar dan Yulinah Trihadiningrum

A8

16.05 - 16.25

A9

16.25 - 16.45

16.45 - 17.00

Buku Agenda dan Abstrak

ix

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

JADWAL PRESENTASI PARALEL


Ruang Tempat Moderator Topik No B1 : B : : :
Pukul 13.15 - 13.35

Judul
Model Sistem Dinamik Pengelolaan Sampah

Pemakalah
Yevi Putri Agustia dan IDAA Warmadewanthi

B2 B3

13.35 - 13.55 13.55 - 14.15 14.15 - 14.20

Kajian Pengembangan Pengelolaan Sampah di Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Triyono dan Susi Agustina W Surabaya
Review Peran IPST Dalam Reduksi Sampah Kota

Hardianto

Persiapan Sesi II Kajian Pengendalian dan Pengelolaan Limbah Medis Rizka Novembrianto, Raynard Christian Sanito Pada Kegiatan Rumah Sakit
Kajian Teknik Stabilisasi/Solidifikasi Limbah B3 Dengan Menggunakan Pozzolan Alam Kajian Pemeriksaan Siklus Estrus Pada Mencit (MusmusculusL.) Sebagai Model Percobaan Senyawa Teratogen

B4 B5

14.20 - 14.40

14.40 - 15.00

Masrullita dan Yulinah Trihadiningrum Raynard Christian Sanito

B6

15.00 - 15.20 15.20 - 15.40 15.40 - 15.45

Coffee Break Persiapan Sesi III Analisis Resiko Penurunan Kerja Filter Dengan Fault Tree Analysis Model Sistem Dinamik Perilaku Kinerja Lapisan Schmutzdecke Pada Saringan Pasir Lambat Studi Penurunan Kekeruhan dan Zat Organik Air Baku dari Air Sungai Melalui Sequencing Process (Koagulasi, Flokulasi Pneumatis, dan Sedimentasi) Penutupan Mayang Nudya Apsari dan Nieke Karnaningroem Yustika Kusumawardhani, Nurina Fitriani, Wahyono Hadi, Budi Santoso Aisyah Rafli Puteri dan Wahyono Hadi

B7 B8

15.45 - 16.05 16.05 - 16.25

B9

16.25 - 16.45 16.45 - 17.00

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

JADWAL PRESENTASI PARALEL


Ruang Tempat Moderator Topik No
C1 C2

: C : : : Pukul
13.15 - 13.35 13.35 - 13.55

Judul
Kajian Tentang Injeksi dan Resirkulasi Lindi Di Dalam Landfill Pengolahan Limbah Berbahaya dan Beracun Dari Industri Cat

Pemakalah
Ayu Nindyapuspa Gina Lovasari, Andy Mizwar, dan Yulinah Trihadiningrum

C3

13.55 - 14.15

Perbandingan Efektifitas Koagulan Alami Antara Biji Trembesi (Samanea saman) dan Biji Kelor (Moringa Winda Maria Issani, A. oleifera) Dalam Penurunan Kekeruham, TSS, BOD, Rusdiansyah, A. Tuhuloula dan COD Pada Limbah Cair Industri Karet
Persiapan Sesi II

14.15 - 14.20 C4 14.20 - 14.40

C5

14.40 - 15.00

C6

15.00 - 15.20

Pengaruh Penambahan EDTA dalam Fitoremediasi Nur Aini Fadhilah dan Alia Tanah Tercemar Kromium dari Limbah Industri Penyamakan Kulit Menggunakan Helianthus annuus Damayanti L. Pengaruh Konsentrasi Limbah dan EDTA dalam Puput Perdana Widiyatmanto Fitoremediasi Air Terkontaminasi Tembaga dan Kromium dari Limbah Elektroplating Menggunakan dan Alia Damayanti Pistia stratiotes Penilaian Kegagalan Pencapaian Mutu Sanitasi Mohammad Nasir, Enri Pada Kebijakan Konversi Penyediaan Perumahan Damanhuri, Tresna Masyarakat Berpenghasilan Rendah Dari Model Dermawan, dan Rofiq Iqbal Horizontal ke Model Vertikal Di Indonesia (Studi Kasus Kota Jakarta)
Coffee Break Persiapan Sesi III

C7 C8 C9

15.20 - 15.40 15.40 - 15.45 15.45 - 16.05 16.05 - 16.25 16.25 - 16.45 16.45 - 17.00

Penutupan

Buku Agenda dan Abstrak

xi

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PEMANFAATAN SAMPAH SEAFOODRESTO DENGAN KONSEP ENTRE-TEKNOPRENEURSIP TEKNOPRENEURSIP


Ir. Poerwadi, M.Sc.
*

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, InstitutTeknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya *poerwadi22@yahoo.com

Abstrak
Kota cenderung berkembang pesat, menjadi lebih padat penduduk sebagai warga kota, menjadi lebih sempit lahan kota a yang dapat dimanfaatkan untuk tinggal dan usaha. Tumbuh usaha jasa di bidang pelayanan makanan dan minuman sejalan meningkatnya jumlah warga kota, sehingga akan diikuti meningkatnya volume sampah limbah usaha. Sampah identik hal yang kotor,berbau dan harus har dijauhkan dari tempat tinggal hunian warga, karena akan jadi sarang binatang liar pengganggu. Mengapa tidak dicarikan solusi yang inovatip kreatip dari realitas alami keberadaan menyatunya sampah dengan satwa liar tersebut? Entrepreneur maupun Teknopreneur Teknopren selalu mencari upaya inovatip yang kreatip dalam setiap ide solutip terhadap masalah di masyarakat termasuk warga kota dalam mengelola sampah. Solusi berupa wira usaha industri kreatip yang inovatip dan dapat membuka peluang kerja bagi warga kota terutama ama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sangat diharapkan. Analisa SWOT akan digunakan untuk mendukung ide terkait upaya pemanfaatan limbah padat berupa sampah kota dari resto seafood. Kata kunci: 3R, sampah seafood, entre-teknopreneursip. teknopreneursip.

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN MELALUI PENDEKATAN ENDEKATAN SISTEM INOVASI DI KOTA MOJOKERTO
Elly Agustiani, Dyah Winarni, Nelson Sembiring, Arifin Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Ins Teknologi Sepuluh Nopember
Abstrak Pengorengan secara deep frying yang dilakukan berulang-ulang berulang dalam jangka waktu lama, menyebabkan terjadinya dekomposisi komponen penyusun minyak yang berbahaya bagi kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tahui kerusakan minyak goreng yang digunakan oleh UMKM makanan di kota Mojokerto agar dapat memenuhi keamanan pangan mutu dan gizi pangan (PP No. 28 Tahun 2004, mengenai keamanan, mutu dan gizi pangan). Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi trigger bagi UMKM industri makanan yang menggunakan minyak goreng di kota Mojokerto untuk meningkatkan daya saing usahanya melalui pendekatan sistem inovasi. Pada skala laboratorium, 2 kali menggoreng pada suhu 130 130 C dan 1 kali menggoreng pada suhu 150 C dan 170 1 C, menunjukkan bahwa nilai peroksida adalah 1 mgrek O2 / Kg yang sesuai dengan SNI 01-3741 -2002 2002 (1 mgrek O2 / Kg). Pada skala home industri, 7 kali menggoreng pada suhu 150 C dan 17 kali menggoreng pada suhu 150 C, menyatakan bahwa peroksida adalah 5,9 mgrek O2 / Kg dan 46,05 mgrek O2 / kg yang melebihi SNI 01 -3741 -2002 2002 (1 mgrek O2 / Kg). Sedangkan nilai FFA dan H2O pada 1 kali sampai 6 kali menggoreng pada suhu 130 130 C, 150 C dan 160 C pada skala laboratorium, um, juga 7 kali dan 17 kali menggoreng pada 150 C pada skala home industri, menunjukkan bahwa nilai FFA dan H2O masih sesuai dengan SNI 01-3741-2002 01 (max 0,3%). Oleh karena nilai peroksida minyak secara deep frying yang dilakukan berulang-ulang dalam jangka ka waktu lama adalah lebih besar daripada yang disyaratkan oleh SNI 01-3741 3741-2002, maka perlu melakukan penelitian lebih lanjut untuk pengurangan nilai peroksida tersebut sebagai alasan ekonomi. Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

01 Keyword : deep frying, peroksida (bahan B3), FFA, SNI 01-37412002 Abstract ng were repeated in the long term, cause The deep frying decomposition of the components of the oil that is harmful to health. This study was conducted to determine the damage to cooking oil used by food SMEs in Mojokerto in order to meet food d safety quality and nutrition (PP. 28, 2004, regarding the safety, quality and nutrition). The results of this research is expected to become a trigger for the food industry SMEs using cooking oil in Mojokerto to improve their business competitiveness through ough innovation system approach.In the laboratory, 2 times deep frying at temperature 130 130 C and 1 time deep frying at temperature 150 C and 170 170 C, indicating that the peroxide value are 1 mgrek O2 / Kg which is according to ISO 01-3741 -2002 (1 mgrek O2 / Kg ). In home industry, 7 times deep frying at temperature 150 C and 17 times deep frying at temperature 150 C, declared that the peroxide are 5.9 mgrek O2 / Kg and 46.05 mgrek O2 / kg which exceeds the SNI 01 -3741 -2002 (1 mgrek O2 / Kg). Whereas 1 time to 6 times the deep frying at temperature 130 C, 150 C and 160 160 C in the laboratory, also 7 times and 17 times frying at 150 C in the home industry, showed that levels of FFA and H2O are still under the terms of SNI 01 - 3741-2002 (max 0.3%). Therefore erefore the peroxide value of the oil in the deep frying is done repeatedly for a long time are larger than required by SNI 01-3741-2002, 2002, it is necessary to conduct further research to the reduction of the peroxide value to economic reasons. Keyword : deep frying, peroxide, FFA, SNI 01-3741-2002 2002

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN RUNGKUT, SURABAYA
Hendry Sutrisno dan Yulinah Trihadiningrum
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Indonesia Hendry_thomson@yahoo.com Abstrak Tingkat keberhasilan pengelolaan sampah B3 rumah tangga dipengaruhi oleh peran serta masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis peran serta masyarakat di Kecamatan Rungkut dalam melakukan pengelolaan sampah B3 rumah tangga, dan menentukan hubungan antara pengetahuan dengan perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah B3 rumah tangga. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data tentang peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan teknik wawancara. Jumlah umlah responden sebanyak 100 orang yang ditentukan dengan stratified random sampling samplin . Pengolahan dan analisis data menggunakan uji chi-square square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalam pemisahan sampah B3 dari sampah rumah tangga lainnya sangat bervariasi dari rendah (kemasan kemasan pembersih wc, kaca, dan lantai), lantai menengah (bola lampu, kemasan air accu, dan oli), ), hingga tinggi (accu). Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang sampah B3 dengan perilaku masyarakat dalam memilah sampah B3 (P value< P). Kata Kunci : Chi-square, Peran Serta Masyarakat, Sampah B3 rumah tangga

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract The success rate of household hazardous waste management is influenced by community participation. The purpose of research is to analyze the community participation in the household hazardous waste management and the relationship between knowledge and behaviour viour of community towards household hazardous waste management in Rungkut District. The research method is a qualitative descriptive method. The collection of data uses interview techniques. The number of samples are about 100 people. The technique of sampling pling uses stratified random sampling. Data processing and analyzing uses chi-square square test. The results showed that the behavior of people in the hazardous waste separation from other household waste varies from low ( packaging toilet cleaners, glass, and floors loors ), medium ( light bulb, packaging water batteries, and oil ), high ( accu ).There is a relationship between the level of knowledge, which is about the household hazardous waste, and the behavior of the community in sorting out household hazardous waste was (P value <P). Keywords: Chi-Square, Square, hazardous Waste Community Participation, household

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PROSES SAKARIFIKASI Eichhornia crassipes JUS dan GERUS DENGAN KOMBINASI JAMUR DAN RAGI
Dafit A. Prasetyo *, Ellina S. Pandebesie
a

Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Kampus ITS Sukolilo 60111 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia *dafit09@mhs.enviro.its.ac.id

Abstrak
Pencemaran air limbah turut ambil peran didalam penyediaan nutrien bagi pertumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes). Sehingga, Pertumbuhan E. crassipes menjadi sangat pesat. Pertumbuhan yang sangat pesat dapat menimbulkan masalah bagi ekosistem perairan. Penelitan sebelumnya diketahui bahwa E. crassipes mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa yang cukup tinggi. Selulosa merupakan akan polisakarida yang sangat berpotensi untuk diuraikan menjadi glukosa. Kandungan lignoselulosa yang tinggi menjadikan E. crassipes dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. E. crassipes yang digunakan dalam bentuk serbuk dikeringkan secara alami serta di jus pada keadaan segar. Penelitian ini meliputi 3 tahap, yaitu pretreatment, hidrolisis dan sakarifikasi. Ada 22 buah reaktor yang digunakan pada penelitian ini. 10 buah Reaktor A1 sampai A5 beserta duplonya adalah reaktor dengan serbuk E. crassipes yang ditambahkan jamur Trichoderma viridae. 10 buah reaktor lainnya, yaitu Reaktor B1 sampai B5 dan duplonya dengan jus E. crassipes ditambahkan jamur Trichoderma viridae. Dua buah reaktor, Reaktor C1 (gerus) dan C2 (jus) merupakan kontrol yang tidak idak dilakukan perlakuan apapun. Analisis gula reduksi dengan metode Nelsson-Somogyi Somogyi dilakukan di akhir penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa reaktor A5 menghasilkan gula reduksi terbanyak dan reaktor A4 adalah pembentukan gula reduksi tercepat. Reaktor A5 menghasilkan gula reduksi sebanyak 2,87 mg/L dan reaktor A4 membentuk gula reduksi dengan laju 0,063 mg/jam.L. Kata kunci: Eichhornia crassipes, Saccharomyces cereviceae, Sakarifikasi, Trichoderma viridae.

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract
The contamination of waste water in aquatic sites raised the nutrient for the growth of water hyacinth (E. crassipes). That caused the growth of Eichhornia crassipes increased. Because the growth of E. crassipes increased it can caused many problems to the aquatic ecosystems. Previous research shows that E. crassipes contained so many of lignin, cellulose and hemicellulose. Cellulose is a polysaccharide that valuable to destroy and form a glucose.Those high content of lignocellulose is good to used E. crassipes ipes as a raw material to make a bioethanol. E. crassipes is dried under the sunlight to make a powder of E. crassipes and the other one is juiced. In this research there are 3 steps that is pretreatment, hydrolysis and saccharification. There are 22 reactors ors which is 10 reactors is named A1 to A5 (with the duplicate) that are using the powder of E. crassipes and Trichoderma viridae addition. addition The other 10 reactors named B1 to B5 (with the duplicate) is using the juice of E. crassipes and Trichoderma viridae addition. Two reactors left, left is reactor C1 (powder) dan C2 (juice) as a control that not treated by any treatment. Reducting sugar is analyzed using the NelssonNelsson Somogyi method in the end of the research. The result shows that reactor A5 produced the most reducting sugar about 2,87 mg/L. Reactor A4 is the fastest in produced reducting sugar that about 0,063 mg/jam.L. Keywords: Eichhornia crassipes, Saccharification, Saccharomyces cereviceae, Trichoderma viridae.

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KOMBINASI HIDROLISIS E. crassipes MENGGUNAKAN H2SO4 0,25% DAN T. viride PADA TAHAP AWAL PEMBUATAN BIOETANOL
Mahasiswa S2 Pasca Sarjana Teknik Lingkungan, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya b Dosen Teknik Lingkungan, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *achine_2736@yahoo.com
a

Annisa Handayani *, Ellina S. Pandebesie

Abstrak
Kelimpahan Eichhornia crassipes (eceng gondok) sangat merugikan ekosistem air, namun berpotensi menghasilkan bioetanol bila diproses. Phanaerochaete chrysosporium adalah agen pendegradasi lignin, sedangkan Trichoderma viride adalah agen pendegradasi hemiselulosa dan selulosa yang baik. Asam akan memaksimalkan memaks proses degradasi tersebut pada tahap hidrolisis. Kadar glukosa hasil hidrolisis sangat menentukan banyaknya bioetanol yang dihasilkan pada proses selanjutnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mengevaluasi suhu hidrolisis E. crassipes yang optimum menggunakan H2SO4 0,25% dan T. viride pada tahap awal pembuatan bioetanol. Metode yang dilakukan adalah eksperimen laboratorium dengan persiapan bahan baku, biakan kapang T. viride dan P.chrysosporium, pretreatment menggunakan P. chrysosporium selama enam hari, kemudian hidrolisis. Treatment kombinasi hidrolisis dilakukan selama 1, 2, 3, 4, dan 5 hari pada suhu ruang 0 juga suhu 40 C terhadap T. viride. Sebelumnya dilakukan hidrolisis asam menggunakan H2SO4 0,25%. Parameter kadar glukosa masing-masing masing diukur menggunakan Metode Nelson-Somogyi. Nelson Penentuan kombinasi hidrolisis paling optimum menggunakan scatter chart untuk mengetahui grafik laju produksi glukosa terhadap waktu hidrolisis.Kombinasi hidrolisis yang menghasilkan glukosa paling tinggi adalah penambahan H2SO4 0,25% dan inokulum T. viride pada suhu ruang selama empat hari. Produksi glukosa kombinasi tersebut sebesar 97,9 mg/g E. crassipes kering. kering T. viride tumbuh dengan baik pada suhu ruang dan optimum imum tumbuh pada hari keempat. Kata kunci: E. crassipes, hidrolisis, T. viride

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract
Abundance of Eichhornia crassipes (water hyacinth) was impaired water ecosystem, but potentially produce bioethanol if had process. Trichoderma viride is a good degradated lignin agentand Phanaerochaete chrysosporium is a degradated hemicelluloseand celluloseagent. Acid is an effective way to increase the hydrolysis efficiency. . Glucose that produced by hydrolysis makes certain about percent bioethanol from next processes. Purpose of this research was analyze and evaluate the optimum hydrolysis condition of E. crassipeswith with physics, chemist, and biology processin first phase bioethanol production.Method of research is laboratoryexperimental, such as preparation of basic substance, T. viride dan P. chrysosporium culture, biological pretreatment with P. chrysosporium during six days, then hydrolysis. Hydrolysis combination treatment 0 did during 1, 2, 3, 4, and 5 days on room temperature and 40 C aboutT. viride.Moreover, treatment did with acid hydrolysis used H2SO4 0,25%. Parameter of glucosecalculated with Nelson-Somogyi Nelson Method. Act of determining optimum hydrolysis combination combina used scatter chart to know rapid glucose produced on a graph.Hydrolysis combination that highest produced glucoseis increment of H2SO4 0,25% and T. viride in the room temperature during four days.That combination producedglucose amount of 97,9 mg/g dry y E. crassipes. T. viride growth in room temperature and growth optimum at fourth days. Keywords: E. crassipes, hydrolysis, T. viride

Buku Agenda dan Abstrak

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PRETREATMENT ECENG GONDOK SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN Phanerochaete chrysosporium
Esthi Ayu Febriani *, Ellina Sitepu Pandebesie , Susi a Agustina Wilujeng
a

Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember *esthi.ayu.febriani10@mhs.enviro.its.ac.id esthi.ayu.febriani10@mhs.enviro.its.ac.id

Abstract
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan lignoselulosa yang tersusun atas lignin, hemiselulosa dan selulosa. Eceng gondok mempunyai nilai tambah jika diproses lebih lanjut, salah satunya sebagai bahan baku bioetanol dengan dihilangkan ligninnya terlebih dahulu. Proses pretreatment dilakukan untuk k menghilangkan lignin agar dihasilkan hidrolisat berupa gula reduksi lebih banyak dari proses hidrolisis hemiselulosa dan selulosa. Pretreatment dapat dilakukan dengan bantuan proses enzimatik mikroorganisme, mikroorganisme salah satunya menggunakan enzim lignin peroksidase, dase, mangan peroksidase dan lakase pada jamur Phanerochaete chrysosporium. Tujuan penelitian adalah mencari pretreatment efektif antara penambahan 2 ohse dan 5 ohse P. chrysosporium. Variabel yang dipakai yaitu penambahan 2 ohse dan 5 ohse P. chrysosporium chrysosporiu yang diinokulasikan pada sampel eceng gondok bubuk kering yang telah diberi akuades 50 mL dan disterilisasi. . Parameter yang digunakan adalah kadar gula reduksi metode Luff Schoorl. Pengamatan dilakukan secara time series dengan jangka waktu masa inkubasi 4, 6, 8, 10 dan 12 hari. Hasil penelitian tian didapat laju pembentukan gula reduksi tertinggi untuk penambahan P. chrysosporium 2 ohse yaitu 0,013%/hari /hari masa inkubasi 4 hari. Laju pembentukan gula reduksi tertinggi untuk penambahan P.chrysosporium 5 ohse yaitu yait 0,015 %/hari dengan masa inkubasi 4 hari. Hasil penelitian menunjukkan pretreatment dengan inokulasi P. chrysosporium 2 ohse masa inkubasi 4 hari lebih efektif. Kata kunci: bioetanol; eceng gondok; Phanerochaete chrysosporium; pretreatment

Buku Agenda dan Abstrak

10

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract
Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is lignocellulose material that is composed by lignin, hemicellulose and cellulose. Water hyacinth has additional value if it is processed further, such as a raw material for bioethanol with lignin removal process first. t. Pretreatment process is done to remove the lignin in order to produce more reducing sugars from hemicellulose and cellulose hydrolysis process. Pretreatment can be done with microorganisms s enzymatic processes, one of which uses enzymes such as lignin peroxidase, pe manganese peroxidase and laccase in Phanerochaete chrysosporium. The purpose of the research is to find the effective pretreatment between the addition of 2 and 5 ohse of P. chrysosporium. The variables used are the addition of 2 and 5 ohse ohse P. chrysosporium were inoculated on water hyacinth dry powder samples that had been given 50 mL of distilled water and sterilized. The parameters used are the reduction sugar content with Luff Schoorl method. Observations were made in a time series with incubation periods 4, 6, 8, 10 and 12 days. The result of the research is the highest reducing sugar production rate for the addition of P. chrysosporium 2 ohse ie 0.013 %/day incubation period of 4 days. The highest rate of reducing sugar formation to the addition ddition of 5 ohse P.chrysosporium is 0.015 % day with an incubation period of 4 days. da The results showed pretreatment with inoculation of P. chrysosporium 2 ohse with 4 days incubation period is more effective. Keywords: bioethanol; Phanerochaete chrysosporium; pretreatment; water-hyacinth

Buku Agenda dan Abstrak

11

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PROSES KOMPOSTING LIMBAH PADAT RUMAH POTONG HEWAN DENGAN METODE AEROBIK DAN A2O
Rima Auliyati Wulandari*, Yulinah Trihadiningrum
Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS, ITS, Surabaya *rie_aulia@yahoo.com

Abstract
RPH Pegirian menghasilkan limbah padat isi rumen (0,38 ton), kotoran (5,26 ton) dan sisa pakan setiap hari. Metode pengomposan 2 aerobik dan A O (anaerobik-anoksik-aerobik) aerobik) dipilih sebagai alternatif pengolahan. Penelitian bertujuan membandingkan 2 pengomposan dengan metode aerobik dan A O, perubahan N dan P selama proses, penyisihan emisi NH3, serta Coliform. Pengomposan menggunakan 20 kg isi rumen pada setiap reaktor selama 50 hari. -1 -1 Dalam penelitian ini suplai udara sebesar 0,757 L.kg DM.min , dolomit 2%, dan media filter Granular anular Activated Carbon (GAC) dan kompos dengan menggunakan 20 reaktor uji dan 4 reaktor kontrol kapasitas 60 L. . Parameter uji yaitu kadar air,suhu, pH, N, NH4, NO2 , 3NO3 , PO4 , C, P, NH3 dan total coliform.Kompos dari sistem aerobik 2 mencapai kematangan pada hari ke-43, lebih cepat dibanding A O. Efisiensi penyisihan N terbesar dari sistem aerobik sebesar 61,91%. Kompos akhir dari aerobik memiliki kandungan C (39,19-42,11%), (39,19 N (3,57-10,93%), NH4 (0,12-0,18%), NO2 (0,013-0,024%), 024%), NO3 3(0,0006-0,0016%), PO4 (0,689-0,928%), P (2,81-3,79%), dan 2 Coliform (3,7-2.420,96 2.420,96 MPN/gr.DM). Sedangkan kompos dari A O mengandung C (41,09-42,62%), N (2,52-5,11%), NH4 (0,11-0,18%), (0,11 3NO2 (0,03-0,099%), NO3 (0,0006-0,0022%), PO4 (0,666-0,975%), (0,666 P (0,78-2,94%), dan Coliform (8,79-16.358,29 16.358,29 MPN/gr.DM). Penyisihan NH3 pada GAC (76,00 84,23%) %) lebih besar dibanding kompos matang (60,00 69,67%). Penyisihan Coliform pada proses 2 aerobik berkisar 93,83 99,99%, sedangkan A O 58,32-99,98%. 58,32 Kata kunci: Aerobik, A O, Isi Rumen, Kompos, Lindi.
2

Buku Agenda dan Abstrak

12

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract
Pegirians slaughterhouse produces solid waste paunch manure (0,38 tons), manure (5,26 tons) and grass feed residues every day. 2 The aerobic and A O (anaerobic-anoksik-aerobic) aerobic) methods were chosen as an alternative ernative treatment. This research has purpose to 2 compare the composting process between aerobic and A O, changes of N and P during process, NH3 and Coliform removal. Composting using 20 kg of paunch manure for each reactor during -1 -1 50 days. In this research air supply was 0,757 L.kg DM.min , dolomite 2%, and filters of GAC and compost using 20 0 test reactors and 4 control reactors with capacity of 60 L. Tests included humidity, 3temperature, pH, N, NO2 , NO3 , NH4, PO4 , C, , P, NH3 and coliform.Compost from aerobic reach maturity in 43 days, faster than 2 A O. The largest N removal was 61,91% from aerobic. The final compost from aerobic has nutrient of C(39,19-42,11%), 42,11%), N (3,57(3,57 10,93%), NH4 (0,12-0,18%), NO2- (0,013-0,024%), 0,024%), NO3NO3 (0,00060,0016%), PO43- (0,689-0,928%), P (2,81-3,79%), 3,79%), and Coliform (3,7-2.420,96 2.420,96 MPN/gr.DM). The final compost from A2O has nutrient of C (41,09-42,62%), N (2,52-5,11%), NH4 (0,11-0,18%), 0,18%), NO2NO2 (0,03-0,099%), NO3- (0,0006-0,0022%), PO43- (0,666-0,975%), (0,666 P (0,78-2,94%), dan Coliform (8,79-16.358,29 16.358,29 MPN/gr.DM). NH3 removal on GAC (76,00-84,23%) 84,23%) greater than compost (60,00(60,00 69.67%). Coliform removal was 93,83-99,99% 99,99% in aerobic and 58,3258,32 2 99,98% in A O. Keywords: Aerobic, A O, Paunch Manure, Compost, Leachate
2

Buku Agenda dan Abstrak

13

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PROSES PENGOMPOSAN LIMBAH PADAT RUMAH POTONG HEWAN DENGAN METODE ANAEROBIK DAN A2O
Nurul Matin*, Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS, ITS, Surabaya *nitam_lurun@yahoo.com

Abstrak
Setiap hari RPH Pegirian menghasilkan isi rumen 0,38 ton, faces 5,26 ton dan sisa pakan. Alternatif pengolahan dengan proses pengomposan limbah padat secara anaerobik dan A2O untuk memperbaiki kualitas kompos. Penelitian bertujuan membandingkan pengomposan dengan metode anaerobik dan A2O; konsentrasi konsentr N dan P selama pengomposan; emisi NH3; dan penyisihan Coliform. Penelitian menggunakan 20kg isi rumen pada setiap reaktor kapasitas 60L sebanyak 24 reaktor selama 50 hari. Pengomposan menggunakan metode anaerobik dan A2O; pemberian dolomit 2%; media filter lter karbon aktif dan kompos matang untuk mereduksi NH3. 3Parameter uji adalah N-org, NO3 , NO2 , NH4, PO4 , P-tot, P NH3, C, Coliform, kadar air, pH, dan suhu.Metode A2O lebih baik menurunkan nitrogen anorganik dibandingkan metode anaerobik, efisiensi penurunan N dari metode A2O mencapai 36,21%. Kompos dengan metode anaerobik memiliki efisiensi penurunan NH4 3(25,65%); NO3 (78,43%); NO2 (50,66%); P (63,56%) dan PO4 (43,25%). Sedangkan dari metode A2O adalah NH4 (47,58%); NO3 3(83,26%); NO2 (tidak mengalami penurunan); P (42,48%) dan PO4 (40,13%).Penurunan NH3 dengan karbon aktif (80,89-82,14%) dan kompos matang (68,86-69,67%). ,67%). Penurunan coliform pada metode A2O mencapai 99,98%. dan anaerobik hanya 99,87%. Kata kunci : Anaerobik, A2O, Filter, Isi Rumen Sapi, Kompos, Lindi.

Buku Agenda dan Abstrak

14

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract
Everyday RPH Pegirian produces 0.38 tons paunch manure, 5.26 tons feces, and residual feed. . Alternative processing of the solid waste composting using anaerobic and A2O method to improve the quality of compost. This research aimed to compare composting between anaerobic and A2O; concentrations of N and P during composting; NH3 emissions , and Coliform oliform removal. Research using 20kg paunch manure on each reactor 60L capacity as much as 24 reactors for 50 days. Composting unsing anaerobic and A2O methods; giving 2% dolomite; activated carbon filter media and mature to reduce NH3. Test parameters are N-org, org, NO3 , NO2 , NH4, 3PO4 , P-tot, NH3, C, Coliform, moisture, pH, and temperature.A2O method is better than anaerobicfor the reducing of inorganic nitrogen, efficiency removal of N from A2O method reached 36,21%. Compost with anaerobic method has an efficiency decrease of NH4 (25,65%); 3NO3 (78,43%); NO2 (50,66%); P (63,56%) and PO4 (43,25%). While the method of A2O is NH4 (47,58%); NO3 (83,26%); NO2 (not 3declining), P (42.48 %) and PO4 (40,13%). The decline in NH3 with activated carbon (80.89 to 82.14%) and mature compost (68.86 to 69.67%). The decrease in the coliform from A2O method reached 99.98 %while anaerobic only 99.87%. Keywords : Anaerobic, A2O, Filter, Content Cow Rumen, Compost, Lindi.

Buku Agenda dan Abstrak

15

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

POTENSI BIOREMEDIASI TANAH TERKONTAMINASI POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBONS DARI BATUBARA DENGAN COMPOSTING
Andy Mizwar*, Yulinah Trihadiningrum
Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Sepuluh Nopember Surabaya * andy.mizwar@gmail.com Abstrak Tanah terkontaminasi polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) telah menjadi masalah utama lingkungan dalam satu dekade terakhir. Telah banyak literatur yang menjelaskan tentang berbagai sumber dan alternatif teknologi remediasi tanah terkontaminasi PAHs, namun kajian yang sama untuk PAHs-batubara batubara masih sangat jarang dilakukan. Padahal batubara atubara mengandung struktur aromatik yang melebihi bahan bakar lain, dan dapat menghasilkan PAHs hingga 100 kali lebih besar daripada minyak bumi. Dari sejumlah teknologi remediasi tanah terkontaminasi PAHs yang telah dikembangkan, dikembangka bioremediasi dengan teknologi composting telah terbukti efektif, lebih ekonomis, dan lebih mudah diaplikasikan. Makalah ini menyajikan kajian komprehensif tentang batubara sebagai sumber alami polutan PAHs, biodegradasinya dan composting sebagai alternatif alterna remediasi tanah terkontaminasi PAHs-batubara. Kata Kunci: batubara, , biodegradasi, composting, PAHs, remediasi Abstract Soil contaminated with polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) has become a major environmental problem in the last decade. decade Many literatures have described various sources and alternative technologies of PAHs contaminated soil remediation, however similar study on PAHs-coal is still very rare. Coal contains more aromatic structures than other fuels and can produce PAHs up to 100 times greater than petroleum. From numerous PAHs contaminated soil remediation technology that has been developed, bioremediation by composting technology has been proven effective, less expensive and easier to apply. This paper presents a comprehensive review of Buku Agenda dan Abstrak

16

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

coal as a natural source of PAHs, PAHs biodegradation and composting as an alternative remediation of soil contaminated with PAHs-coal. Keywords: coal, biodegradation, composting, PAHs, remediation

Buku Agenda dan Abstrak

17

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

MODEL SISTEM DINAMIK PENGELOLAAN SAMPAH


Yevi Putri Agustia

Buku Agenda dan Abstrak

18

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KAJIAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN SAMPAH DI KAMPUS INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS), SURABAYA
Triyono *, Susi A. Wilujeng
a a a

Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS, Kampus ITS Sukolilo 60111 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia *triyono09@mhs.enviro.its.ac.id Abstrak

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merupakan salah satu kampus berbasis teknologi yang terkemuka di Indonesia. Kampus ITS memiliki berbagai jenis aktivitas kuliah, administrasi, laboratorium, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), kantin, dan sebagainya. Hingga saat ini, pengelolaan sampah telah dilakukan di kampus tersebut. Namun demikian, hingga saat ini terdapat beberapa permasalahan permasala dalam pengelolaan rumah kompos. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang telah dirancang tidak beroperasi. Sampah yang dihasilkan di jurusan/unit/biro masih dibuang menuju Lahan Penerimaan Sementara (LPS). Penelitian dilakukan untuk mendesain Material rial Recovery Facility (MRF) yang disesuaikan dengan komposisi dan karakteristik sampah. Komposisi sampah di Kampus ITS antara lain sampah daun 46,69%, sisa makanan dapat dikomposkan 1,41%, sisa makanan tidak dapat dikomposkan 10,77%, plastik Polietilen Tereftalat reftalat (PET) 0,59%, plastik High Density Polyethylene (HDPE) 8,35%, plastik Low Density Polyethylene (LDPE) 3,86%, plastik Polipropilen (PP) 6,22%, plastik Polistiren (PS) 1,20%, plastik Other 3,21%, koran & office paper 5,12%, tetra pack 1,75%, kertas campuran ampuran 6,67%, kardus 0,36%, logam 0,14%, kain 0,60%, kayu 0,32%, kaca 0,57%, Bahan Berbahaya & Beracun (B3) 0,06%, dan residu 2,11%. Pada tahun 3 2025, sampah civitas akademika sebesar 12,92 m /hari, sampah 3 sapuan jalan dan pemotongan rumput sebesar 15,80 m /hari. Karena ada program eco campus, timbulan sampah di Kampus ITS 3 diasumsikan 10,38 m /hari atau 1619,28 kg/hari. MRF yang direncanakan terdiri dari lahan penerima sementara, lahan pemilahan sampah, lahan pengomposan, lahan pengepakan dan Buku Agenda dan Abstrak

19

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

penyimpanan, dan area parkir. MRF yang direncanakan berukuran 11 x 35 meter. Jumlah pegawai yang dibutuhkan sebanyak 5 orang. Kata kunci: Civitas akademika ITS, MRF, Timbulan sampah

Abstract ITS has many sources of solid waste that are from learning earning avtivities, administration, laboratory activities, student extracurricular center (UKM), Student Assemblage (HMJ), , canteen and other. Recently, ITS has solid waste management. Nevertheless ITS has many problems in operating and managing the MRF. PLTSa was made but never er been operated Solid waste which was from every departement and all unit in ITS still thrown to temporary landfill (LPS). (LPS The purpose of this research is designing the new MRF for ITS The new MRF would created upon the composition and characteristic of solid s waste in ITS. The Solid waste composition in ITS consists onsists of yard waste 46,69%, composted food waste 1,41%, non-composted composted food waste 10,77%, PET plastics 0,595%, HDPE plastics 8,35%, LDPE plastic 3,86%, PP plastics 6,22%, PS plastics 1,20%, other plastics plas 3,21%, newspaper & office paper 5,12%, tetra pack 1,75%, mixed paper 6,67%, cardboard 0,36%, metal 0,14%, fabric remnants 0,60%, lumber/wood chips 0,32%, shards of glass 0,57% %, hazardous waste 0,065%, and residue 2,11%.The new MRF was disigned with a temporary receiver land, land waste segregation, composting area, packing and storage area, and a parking area The new MRF sized is about 11 x 35 meters and the he number of employee is about 5 peoples. Keywords: ITS academicians, MRF, solid waste

Buku Agenda dan Abstrak

20

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

REVIEW VIEW PERAN IPST DALAM REDUKSI SAMPAH KOTA


Hardianto
Program Studi S3 Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Email: hardianto_itn@yahoo.com Abstrak Pengelolaan sampah terpadu diterapkan untuk mengurangi limbah pada sumbernya. Output utput dari pengolahan yang digunakan sebagai bahan masukan dalam proses atau dikonversi menjadi nilai tambah masukan bagi proses lainnya, memaksimalkan konsumsi sumber daya dan meningkatkan eko-efisiensi. Hal tersebut merupakan perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yang bertumpu pada pengurangan sampah. Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPST) atau Material Recovery Facility (MRF) sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pemisahan dan pengolahan sampah secara terpusat. Jika sebuah kota akan membangun dan mengoperasikan MRF, maka kota tersebut dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. . Beberapa penelitian mengkaji pembangunan MRF secara cepat dalam operasional dan struktur biaya, menggunakan pemrograman untuk menyaring pola pengumpulan yang optimal dan lokasi serta kapasitas MRF yang ideal, analisis kelayakan ekonomi dan operasional MRF MR sebagai pilihan untuk pengolahan bahan daur ulang, menggunakan MRF dalam pengolahan limbah sehingga menghasilkan efektifitas tifitas biaya. Perkembangan metode praktis yang telah teruji di beberapa kota dapat dipertimbangkan sebagai bentuk pengelolaan sampah yang yan efektif. TPST ini didasarkan pada program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) agar dapat tercapai program zero waste pada masa mendatang. Pendekatan pengelolaaan persampahan yang semula didekati dengan wilayah administrasi, dapat diubah dengan pendekatan pengelolaan laan persampahan secara regional dengan menggabungkan beberapa kota dan kabupaten dalam pengelolaan persampahan. Kata kunci: IPST, Reduksi, Sampah Kota

Buku Agenda dan Abstrak

21

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract The integrated solid waste management is applied to reduce waste from its origin. The output of the processing that is used as an input in the process or converted give added value for the other processes, maximize the resource consumption and improve the eco-efficiency. efficiency. It is a fundamental paradigm shift in waste management which is based on waste reduction. Integrated Solid Waste Treatment Plant (IPST) or Material Recovery Facility (MRF) as a centralized place for the separation and waste management activities. If a city will build and operate the MRF, then the city can achieve the goal of sustainable nable development. Some studies have examined MRF development rapidly in operations and cost structure by using programming to filter optimal collection pattern and the ideal location and capacity of MRF, economic feasibility and MRF operational analysis as s an option for processing recyclable materials by using MRF in waste management to produce cost effectiveness. The development of practical method that has been tested in some cities can be considered as an effective form of waste management. This IPST is based on a 3R program (Reduce, Reuse, and Recycle) in order to achieve zero waste programs in the future. Waste management approach is originally approached by the administration area which can be changed with a regional management approach by combining several everal cities and counties in solid waste management. Keywords: MRF, Reduction, Municipal Solid Waste

Buku Agenda dan Abstrak

22

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

STUDI AMDAL PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS DENGAN INCINERATOR DI KABUPATEN SIDOARJO


Mohammad Razif *, dan Afry Rakhmadany ,
a,b

Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS *E-mail : razif@its.ac.id Abstrak

Studi AMDAL Pengolahan Limbah Medis dengan Incinerator ini dilakukan sebagai persyaratan pengurusan izin lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup. Sosialisasi dan konsultasi publik telah dilaksanakan di Sidoarjo tanggal 26 Desember 2011. Dari hasil pelingkupan pada dokumen KA-ANDALtelah ANDALtelah dihasilkan 38 dampak potensial yang kemudian dievaluasi menjadi 5 dampak penting hipotetik berupa 4 dampak di tahap operasi yaitu penurunan kualitas udara, terbukanya kesempatan kerja, peningkatan pendapatan, gangguan kesehatan masyarakat, dan 1 dampak di tahap pasca operasi berupa kehilangan kesempatan kerja. Pada tanggal 1 Juni 2012 telah dilaksanakan Rapat Tim Teknis Pusat untuk membahas KA-ANDAL. Setelah melalui tahap konsultasi yang cukup lama KAKA ANDALini akhirnya disetujui dengan Surat Rekomendasi tanggal 25 September 2013. Hasil kajian tim studi dalam dokumen ANDALmerekomendasikan kegiatan ini layak lingkungan dengan kewajiban pemrakarsa mengelola ola semua dampak penting hipotetik. Dalam dokumen RKL-RPL RPL selain mengelola 5 dampak penting hipotetik dikelola juga 4 dampak tidak penting yaitu sikap dan persepsi masyarakat, timbulan limbah B3, penurunan kualitas air dan gangguan kenyamanan lalu lintas. Sidang Tim Teknis untuk dokumen ANDAL dan RKL-RPL RPL ini telah dilaksanakan tanggal 9 Januari 2014 dan dilanjutkan dengan Sidang Komisi AMDAL tanggal 10 Januari 2014. Masih diperlukan koreksi dokumen ANDAL dan RKL-RPL RPL oleh tim studi sebelum pemrakarsa dapat memperoleh m Surat Kelayakan Lingkungan dan Izin Lingkungan. Kata kunci: Incinerator, Limbah Medis, Studi AMDAL Abstract Study of Environmental Impact Assessment (EIA) for medical waste using incinerator is carried out as the requirements to the environmental permit from The Ministry of Environment. Socialization Buku Agenda dan Abstrak

23

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

and public consultation was held in Sidoarjo, 26 January 2011. From the result of scooping of Term Of Refference-Environmental Environmental Impact Analysis (TOR-EIA) EIA) has generated 38 potential impacts which are then evaluated to 5 hypothetic important impacts. 4 impact at operation stage such as decrease in air quality, recruitment recruitme of employees, income generation, public health risk, and 1 in postpost st operation stage : the loss of employment opportunities. On June 1 , 2012 had been held a meeting by Technical Team to discuss TORTOR EIA document. After going through the consultation stage stag for quit a while, TOR-EIA EIA document was finally approved with letters of th recommendation dated 25 September 2013. Result of the study team for TOR-EIA EIA document recommends that this activity deserves the environment with the obligation of the initiator to manage all of the hypothetic important impacts. In a document of Environmental Management Plan-Environmental Environmental Monitoring Plan (EManP-EMonP) (EManP besides manage 5 hypothetic important impacts managed also 4 impact unimportant namely attitude and perception society, socie generation of hazardous waste, decline of water quality and disorder comfort traffic. Meeting of technical team for EIAn and EManPEManP th EMonP documents has been implemented on January 9 2014 and continued to meeting of the Environmental Impact Assessment th Commision on January 10 2014. Still needed the correction for the EIAn and EManP-EMonP EMonP documents by study team before the initiator can obtain the letters of environmental feasibility and permit of environment. Keywords: incinerator, medical waste, EIA study.

Buku Agenda dan Abstrak

24

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KAJIAN PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADA KEGIATAN RUMAH SAKIT
Rizka Novembrianto, Raynard Christian Sanito
*

Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember E-mail: vebi_yuuuk@yahoo.co.id Abstrak

Limbah medis merupakan buangan dari kegiatan rumah sakit umumnya yang tidak berguna, baik dalam bentuk padat dan cair, cenderung memiliki sifat infeksius dan kimia beracun yang dapat berdampak terhadap kesehatan manusia dan n memperburuk kelestarian lingkungan jika tidak dapat dikelola dengan baik. Penanganan limbah medis dilakukan melalui berbagai tahapan seperti minimalisasi, identifikasi, pemisahan, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, recycle-reuse, pengolahan dan pembuangan. uangan. Teknologi yang dapat dipilih untuk melakukan pengolahan terhadap limbah medis dipilih berdasarkan karakteristik jenis limbah yang terdapat pada limbah tersebut. Limbah medis yang akan diolah dilakukan dengan sterilisasi menggunakan desinfeksi, sterilisasi dengan autoklaf atau microwave danshreeding (khusus untuk limbah padat tajam) yang telah dihilangkan sifat berbahaya dan beracunnya sebelum dilakukan proses recycle-reuse, reuse, insinerasi, solidifikasi atau enkapsulasi dan penimbunan limbah pada secure landfill maupun sanitary landfill. Kata Kunci: landfill, limbah medis, pengolahan, dan recycle-reuse recycle Abstract Medical waste is discharge from hospital activities generally are not useful , either in the form of solid and liquid, are likely to have infectious properties and toxic chemicals that may have an impact on human health and the environment worsen if not properly operly managed. Medical waste management is done through various stages such as minimization, identification, separation, collection, transportation, storage, recycle-reuse, reuse, treatment and disposal. The technology can

Buku Agenda dan Abstrak

25

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

f medical waste were be selected to perform the processing of selected based on the characteristics of the type of waste contained in the waste. Medical waste to be processed is done by using disinfection sterilization, sterilization by autoclave or microwave and shreeding (specifically for the sharp harp solid waste) that has eliminated hazardous and toxic properties prior to the recycle - reuse, incineration, solidification or encapsulation and landfill in secure landfills or sanitary landfill. Keywords: Landfill, medical waste, recycle-reuse and treatment eatment

Buku Agenda dan Abstrak

26

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KAJIAN TEKNIK STABILISASI/SOLIDIFIKASI LIMBAH B-3 3 DENGAN MENGGUNAKAN POZZOLAN ALAM


Masrullita dan Yulinah Trihadiningrum
Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS masrullita22@gmail.com

Abstrak Berbagai teknologi telah dikembangkan untuk mengolah limbah B3 dengan mekanisme yang bersifat fisik, kimia, biologik atau kombinasinya. Teknologi pengolahan limbah B3 harus sesuai dengan karakteristik limbah. Salah satu alternatif pengolahan limbah B3 adalah lah dengan menggunakan teknik stabilisasi/solidifikasi. Tujuan proses stabilisasi/solidifikasi adalah untuk mengkonversi/mengubah limbah beracun menjadi massa yang secara fisik inert, memiliki daya leaching rendah, serta memiliki kekuatan mekanik yang cukup up agar aman di buang ke landfill B-3. B Proses ini dilakukan dengan cara penambahan senyawa pengikat yang bersifat pozzolan, guna menghambat pergerakan polutan melalui pembentukan monolit dengan struktur yang kekar. Stabilisasi/Solidifikasi dengan semen portland tland merupakan proses yang banyak digunakan untuk mengikat limbah B3. Padahal produksi semen Porland banyak menimbulkan gas rumah kaca. Dengan demikian perlu digunakan binder alternatif sebagai pengganti sebagian atau seluruh semen. Salah satu bahan alternatif alte tersebut adalah pozzolan alam, yang banyak terdapat di Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sumber-sumber sumber pozzolan di Indonesia, karakteristik, serta mekanisme stabilisasi logam berat yang terkandung dalam limbah B3 oleh pozzolan.. Kata kunci : pozzolan limbah B-3, 3, stabilisasi/solidifikasi, semen portland,

Buku Agenda dan Abstrak

27

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

ANALISIS RISIKO PENURUNAN KINERJA FILTER DENGAN FAULT TREE ANALYSIS


Mayang Nudya Apsari*, Nieke Karnaningroem* Karnaningroem
*Laboratorium Management Kualitas Air, Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *mayangapsari@gmail.com Abstrak Filter biasa digunakan sebagai proses pemisahan zat padat dari fluida yang membawanya dengan menggunakan suatu media berpori untuk menghilangkan zat padat halus yang tersuspensi dan koloid. Pada pengolahan air maupun pengolahan lindi, filter digunakan untuk menghilangkan senyawa organik, anorganik, maupun mineral-mineral yang terlarut (Fe, Mn, H2S, NH3-N, NH4, NO2, dan sebagainya). Kualitas hasil proses filtrasi rasi yang tidak baik dapat menyebabkan kerugian dalam berbagai aspek, baik dari segi kesehatan, estetika, maupun nilai ekonomis. Kualitas hasil proses filtrasi bergantung pada baik tidaknya kinerja filter. Kinerja filter dapat dipengaruhi oleh beberapa komponen ponen dalam intern filter. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akar penyebab dan memperoleh besaran risiko dari kinerja filter, sehingga diperoleh langkah solutif sebagai pengoptimalan kualitas efluen filtrasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode fault tree analysis (FTA). Urutan akar permasalahan dari yang paling tinggi yang optimal yakni dikarenakan komponen faktor resirkulasi, waktu backwash, dan pipa backwash. Prioritas penanganan risiko yang dilakukan untuk perbaikan kinerja filter yakni dengan gan memasang sensor pada saluran resirkulasi, memperlama waktu backwash hingga filter bersih, serta menentukan diameter pipa backwash sesuai kriteria desain. Kata kunci: analisis risiko, fault tree analysis, filtrasi, probabilitas. Abstract Filter are commonly used as solids separation process from the fluid and removal of colloidal smooth using by a porous medium. In water treatment and leachate treatment, filters are used to remove organic compounds, inorganic, and minerals (Fe, Mn, H2S, NH3-N, - NH4, NO2, etc). When the quality of effluen greater than the limits it can lead to losses in various aspects, such as health, aesthetic, and economic value. The quality of the filtration process depends on the filter Buku Agenda dan Abstrak

28

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

ed by some internal performance. Filter performance can be affected components in the filter. This study aims to analyze the root causes and probability of the risks of decreasing of filters performance, in order to obtain the best solution for optimizations of effluent quality. qualit This research was conducted ted by the fault tree analysis (FTA) method. The study concluded that the total risk value of filter performance is severe. The sequence from the highest ranking from the root cause value are resirculation, detention time of backwash, and then backwash pipe. e. The result showed, the risk management priorities are using sensors on the recirculation line, using appropriate backwash time, and determining the diameter of backwash pipe based on desain criteria. Keywords: fault tree analysis, risk analysis, filtration, tion, probability

Buku Agenda dan Abstrak

29

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

MODEL SISTEM DINAMIK PERILAKU KINERJA LAPISAN SCHMUTZDECKE PADA SARINGAN PASIR LAMBAT
Yustika Kusumawardani *, Nurina Fitriani , Wahyono c d Hadi , Budi Santoso
a b

Mahasiswa S2 Pasca Sarjana Teknik Lingkungan, FTSP Mahasiswa S3 Pasca Sarjana Teknik Lingkungan, FTSP c Dosen Teknik Lingkungan, FTSP d Dosen Teknik Industri, FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *y_tika_k@yahoo.co.id

Abstrak
Saringan pasir lambat merupakan pengolahan air dengan cara memisahkan air baku dari kontaminan yang dilewatkan perlahan pada media pasir. Pada permukaan pasir terbentuk suatu lapisan biofilm yang dinamakan lapisan schmutzdecke. Lapisan schmutzdecke digambarkan sebagai suatu sistem lingkungan yang khusus dan kompleks, dimana lingkungannya bersifat dinamis dan terus berubah seiring dengan variasi air baku. Kondisi sumber air baku bersifat komplek, dinamis dan probabilistik karena unsur-unsur unsur di dalamnya ya mengalami gejala transpor dan transformasi yang bervariasi terhadap waktu. Ketika kondisi input lingkungan berubah maka komposisi biofilm lapisan schmutzdecke pun ikut berubah. Faktor yang berpengaruh pada lapisan schmutzdecke diantaranya adalah kekeruhan, an, konsentrasi nutrisi, konsentrasi alga dan oksigen terlarut. Kompleksnya kondisi dari faktor-faktor faktor tersebut dapat digambarkan secara sederhana dan sistematis melalui sebuah model yang mencerminkan hubungan antar variabel yang berpengaruh dalam sistem. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan secara sistem dinamik dalam pengkondisian terbaik kinerja lapisan schmutzdecke. Melalui pendekatan secara sistem dinamik diperoleh model perilaku sistem dinamik kinerja lapisan schmutzdecke pada saringan pasir lambat dalam lam mengolah air baku. Berdasarkan simulasi model, variabel pengaruh yang sering muncul adalah nutrisi C, N, P dan oksigen terlarut. Faktor yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap total coli effluent adalah kekeruhan, jumlah mikroorganisme serta total coli dalam air baku.

Buku Agenda dan Abstrak

30

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Kata kunci: lapisan schmutzdecke, saringan pasir lambat, sistem dinamik.

Abstract
Slow sand filter is a water treatment by separating raw water from contaminants. On the surface sand formed a biofilm layer called schmutzdecke. Schmutzdecke was described as a special and complex system environment, where the environment dynamic and constantly changing along with the variation of raw water. Condition of water sources is dynamic and probabilistic because the elements experiencing symptoms ymptoms transport and transformation that varies with time. When the input change the composition of the schmutzdecke changes too. Factors that can affect schmutzdecke there are turbidity, nutrient, dissolved oxygen and algae. The complexity of the condition on for these factors can be described simply and systematically through a model that reflects the relationship between. Therefore it was requires dynamic system approach in the best conditioning schmutzdecke coating performance.Through a dynamic system approach roach models the behavior of dynamical systems obtained performance schmutzdecke layer on slow sand filter in processing the raw water . Based on the simulation model, the influence of variables that often arises is the nutrients C , N , P and dissolved oxygen ygen . Factors that have a significant influence on the total effluent coli is turbidity, and total number of microorganisms coli in raw water. Keywords: schmutzdecke layer, slow sand filter, system dynamic.

Buku Agenda dan Abstrak

31

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

STUDI PENURUNAN KEKERUHAN DAN ZAT ORGANIK AIR BAKU DARI AIR SUNGAI MELALUI SEQUENCING PROCESS (KOAGULASI, FLOKULASI PNEUMATIS, DAN SEDIMENTASI)
Aisyah Rafli Putri
Program Magister Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya fajriraya@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang efektifitas bak sequencing process dalam pengolahan air bersih. Pengolahan di awali dengan proses koagulasi lalu dilanjutkan dengan proses flokulasi pneumatis dan sedimentasi yang secara bergilir terjadi dalam satu bak reaktor. Air baku diambil dari Kali Surabaya dimana tingkat kekeruhannya kekeruhann diperoleh dengan menciptakan kekeruhan buatan 50 NTU, 75 NTU dan 100 NTU. Selain variasi tingkat kekeruhan beberapa variasi lain yang digunakan adalah variasi waktu detensi untuk proses koagulasi 30 detik dan 60 detik, variasi waktu detensi untuk proses flokulasi pneumatis 30 menit dan 60 menit dengan gradient kecepatan 25/detik dan 50/detik dan dilanjutkan dengan proses sedimentasi. Kemudian dapat diketahui % removal kekeruhan dan zat organik pada air baku. Hasil penelitian menunjukkan dengan td koagulasi koagula 60 detik, td flokulasi 60 menit dan Gradient kecepatan flokulasi 50/detik menghasilkan % removal yang tertinggi yaitu 88%-91,5% untuk tingkat kekeruhan dan 72,09%-75,51% 75,51% untuk kandungan zat organik. Kata kunci : Flokulasi, Koagulasi, Sedimentasi dan Sequencing Process. Abstract This study examines the effectiveness of sequencing tub in the water treatment process. Processing begins with the process of coagulation and flocculation process followed by a pneumatically and sedimentation in rotation occurs in a single reactor basin . Raw water

Buku Agenda dan Abstrak

32

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

taken from the river Surabaya where turbidity levels are obtained by creating artificial turbidity of 50 NTU , 75 NTU and 100 NTU . In addition to variations in turbidity , variation is the variation used for coagulation ion detention time of 30 seconds and 60 seconds , the variation detention time for flocculation process pneumatically 30 minutes and 60 minutes with flocculation velocity gradient 25/detik and 50/detik . After passing through the later stages of the sequencing cing process can be found % removal of turbidity and organic matter in the raw water . The results showed with 60 seconds td coagulation , flocculation td 60 minutes and flocculation velocity gradient 50/detik % removal resulted in the highest, 88 % -91.5 % for turbidity and 72.09 % -75.51 % for organic substances . Keywords: Flocculation, Sequencing Process. Coagulastion, Sedimentation and

Buku Agenda dan Abstrak

33

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KAJIAN TENTANG INJEKSI DAN RESIRKULASI LINDI DI DALAM LANDFILL


Ayu Nindyapuspa
Mahasiswa Program Magister Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 ayunindyapuspa@gmail.com

Abstrak
Sampah yang ditimbun ke dalam landfill, akan mengalami degradasi secara biologis, kimiawi, dan fisik, k, bergantung pada kadar air dan produksi lindi. Apabila sampah di dalam landfill terlalu kering, maka sampah sulit terdegradasi. Untuk mempercepat laju degradasi sampah digunakan resirkulasi lindi di dalam landfill atau disebut bioreactor landfill. Akan tetapi, perlu diperhatikan kondisi lindi yang akan digunakan untuk resirkulasi. Oleh karena itu, dibutuhkan kajian lebih lanjut mengenai sistem injeksi lindi dan resirkulasinya di dalam landfill. Kajian dilakukan melalui studi literatur dari artikel ilmiah dan penelitian terdahulu mengenai injeksi dan resirkulasi lindi di dalam landfill. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa rasio COD/NO3 N optimum untuk melakukan denitrifikasi nitrat dengan konsentrasi 500 mg/L adalah 6. Denitrifikasi nitrat juga dibantu oleh bakteri autotorof T. denitrificans, kemudian digantikan oleh kinerja bakteri heterotrof 3 A. tolulyticus. Estimasi produksi metan adalah 31,7 m per ton lindi. Kadar adar zat organik yang terdapat dalam lindi dalam sistem resirkulasi perlu diperhatikan. Apabila abila terlalu banyak, maka pipa resirkulasi akan mengalami clogging. Untuk mengurangi dampak gas metan yang ditimbulkan, harus disertakan gas flaring di dalam landfill tersebut. Selain itu, metode alternatif yang dapat digunakan untuk pengendalian biodegradasi sampah adalah melakukan pre-treatment dan pre-moisturizing sampah sebelum dimasukkan ke dalam landfill yang kemudian diinjeksikan lindi. Kata kunci: injeksi, landfill, lindi, resirkulasi, sampah

Buku Agenda dan Abstrak

34

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract
The solid wastes which were dumped into landfills, will perpetually degraded biological,chemical, and physical , depending on moisture content and leachate production. If the solid waste was too dry, then it was difficult t for degradation. To accelerate the degradation rate of solid waste, leachate recirculation was used in the landfill, commonly called bioreactor landfill. However, the leachate conditions must be considered. Therefore, further study is needed regarding the th leachate injection and its recirculation. The study was conducted through a literature review of scientific articles and previous research on leachate injection and recirculation in landfill. The results indicated that the optimum ratio COD/NO3-N to decrease ease 500 mg/L nitrate was 6 . Denitrification of nitrate was also aided by T. autotorof denitrificans , later replaced by A. tolulyticus. Estimated production of 3 methane is 31.7 m per tonne of leachate. Organic substances contained in the leachate recirculation ulation must be considered. If the organic substances too high, it will cause clogging in recirculation pipe. To reduce the impact caused by methane gas, gas flaring should be included. In addition, alternative methods can be used to control biodegradation is doing pre-treatment and pre moisturizing before being put into landfill then the leachate was injected. Keywords: injection, landfill, leachate, recirculation, solid waste

Buku Agenda dan Abstrak

35

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DARI ARI INDUSTRI CAT
Gina Lova Sari , Andy Mizwar , Yulinah Trihadiningrum
a

a*

Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember *Email: Kerabat81@gmail.com

Abstrak Industri cat merupakan salah satu sumber penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3) spesifik. Limbah B3 industri cat terutama berupa air limbah pencucian peralatan produksi dan tumpahan cat, lumpur pengolahan air limbah dan senyawa organik volatil. Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan tentang karakteristik limbah B3 industri cat t dan alternatif teknik pengolahannya. Karakteristik utama limbah B3 industri cat adalah konsentrasi logam berat dan bahan organik yang tinggi.Pembuatan tinggi cat pada dasarnya adalah sebuah operasi pencampuran maka karakteristik limbah yang dihasilkan sama dengan an senyawa-senyawa senyawa yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi cat. Pengolahan air limbah industri cat dapat dilakukan dengan koagulasi-flokulasi flokulasi dan sedimentasi dengan proses biologi menggunakan teknologi biofilm. Sedangkan pengolahan lumpur IPAL industri dustri cat dapat dilakukan dengan teknik stabilisasi/solidifikasi, komposting dan solid-bed bed bioleaching. Sementara itu, teknologi biofiltration, bioscrubbers dan biotrickling filters menjadi alternatif yang paling efektif dan efisien sien untuk kontrol pencemaran senyawa organik volatil dari industri cat. Kata kunci: industri cat, limbah B3, logam berat, pengolahan, senyawa organik volatil Abstract Industrial paint is one of sources of the specific hazardous material and toxic waste. Hazardous waste from paint industry mainly are wastewater of washing equipment production and paint spill, sludge from wastewater treatment and volatile organic compounds. This paper aims to provide an overview the characteristics of hazardous waste inpaint industry and the alternative lternative treatment. The main characteristics of paint industry hazardous waste is the high concentration of heavy metals and organic materials. Basically, paint

Buku Agenda dan Abstrak

36

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

manufacturing is a mixing operation then the characteristics of the waste is similar to the compounds ompounds which is used as the raw material of paint production process. Paint industry wastewater treatment can be solved with coagulation-flocculation and sedimentation by biological processes using biofilm technology. While the sludge from wastewater treatment atment of paint industry using stabilization/solidification, composting and solid-bed bed bioleaching. Meanwhile, biofiltration technology, bioscrubbers and biotrickling filters become the most effective and efficient alternative for pollution control of volatile ile organic compounds from paint industry. Keywords: industrial paints, hazardous waste, heavy metals, treatment, volatile organic compounds

Buku Agenda dan Abstrak

37

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

KAJIAN PEMERIKSAAN SIKLUS ESTRUS PADA MENCIT (Mus musculus L.) SEBAGAI MODEL PERCOBAAN SENYAWA TERATOGEN
a

Raynard Christianson Sanito


Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Email : raynard_christian@yahoo.com Abstrak

Semakin banyaknya industri yang membuang limbah bahan berbahaya dan beracun yang mengandung berbagai jenis senyawa dapat menyebabkan kerusakan organ reproduksi pada wanita dan malformasi pada fetus. Pemeriksaan siklus estrus bertujuan untuk menganalisis kesiapan mencit (Mus musculus L) betina untuk bereproduksi dan sebagai uji pendahuluan sebelum digunakan dalam uji teratogen. Dalam menganalisis siklus estrus dapat menggunakan NaCl fisiologis 0,9% dan pewarnaan menggunakan metilen biru 1%. Bentuk sel yang diamati kemudian dicatat dan dianalisis. Dalam pengamatan terdapat empat fase yang teramati yaitu proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Keempat fase tersebut ditandai dengan bentuk sel epitel yang berbeda yaitu sel superfisial/kornifikasi, sel intermediet diet dan sel parabasal. Sel superfisial / kornifikasi dominan ditemukan pada fase proestrus dan estrus. Sel intermediet dan parabasal dominan ditemukan pada fase metestrus dan diestrus. Pembentukan sel epitel dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. n. Mencit yang setelah dikawinkan pada fase proestrus terdapat sumbat vagina dianggap sebagai hari kebuntingan ke-nol. Mencit (Mus musculus L) betina sebanyak dua puluh ekor yang telah dilakukan analisis sel epitel vagina memiliki siklus estrus teratur selama 4-5 5 hari. Setiap fase yang berbeda dalam siklus estrus dapat dianalisis berdasarkan penampakan jenis sel epitel. Mencit betina yang telah memiliki siklus estrus teratur siap untuk bereproduksi dan digunakan dalam uji teratogen. Kata Kunci : mencit (Mus musculus L), siklus estrus, organogenesis

Abstract Buku Agenda dan Abstrak

38

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Increasing number of industries that dispose hazardous and toxic wastes containing various types of compounds can effect damage to womans reproductive organs and malformations in fetus. Estrous cycle aims to analyze female mice (Mus musculus L) for reproduction repro and previously test before use teratogen test. Examination of estrous cycle use 0,9% NaCl physiological and staining using 1% methylene blue. Cell shape was recorded and analyzed. There are four phases in the observation was observed. Proestrus, estrus, trus, metestrus, and diestrus. The fourth phase is characterized by different forms of epithelial cells that consist of superfisial / cornification cells, intermediates cells and parabasal cells. Superficial / cornification cells predominantly found in proestrus estrus and estrus phase. Intermediates and parabasal cells predominantly found in metestrus and diestrus phase. Formation of epithelial cells is effected estrogen and progesterone hormones. After breeding mice in proestrus contained vaginal plug, the zero day pregnancy considered. Twenty females mice has done analysis of vaginal epithelial cells have regular estrous cycles for 4-5 days. Each of the different phases in the estrous cycle can be analyzed based on the appearance of epithelial cells types. Female mice that had regular estrous cycles ready to reproduce and teratogens used in the test. Keywords : mice (Mus musculus L), estrus cycle, organogenesis

Buku Agenda dan Abstrak

39

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PENGARUH PENAMBAHAN EDTA DALAM FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR KROMIUM DARI LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN HELIANTHUS ANNUUS L.
Nur Aini Fadhilah *, Alia Damayanti
a

Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *nafadhilah@gmail.com

Abstrak
Proses penyamakan kulit menggunakan larutan kromium sulfat digunakan dalam jumlah besar, namun tidak semua larutan dapat diserap oleh kulit sehingga sisanya berupa limbah yang mengandung kromium. Fitoremediasi dinilai merupakan proses yang berkelanjutan dan terjangkau sehingga akan cocok untuk diterapkan di negara berkembang. . Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh komposisi media tanam berupa perbandingan sludge dan tanah, serta konsentrasi EDTA terhadap removal kromium menggunakan Helianthus annuus. Penelitian dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama yaitu komposisi media (sludge:tanah) yang terdiri dari 30%:70%, 0%:70%, 70%:30%, dan 100% sludge. Faktor kedua yaitu konsentrasi EDTA yang terdiri dari 0,1 g/kg dan 0,3 g/kg. Pengamatan dilakukan selama 35 hari dan diuji kandungan kromium setiap 7 hari menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil penelitian menunjukkan bahwa H. annuus memiliki kemampuan meremoval kromium dengan menyerap dan mengakumulasikan kromium terbanyak pada bagian akar berkisar antara 369,15-3334 mg/kg, dimana akumulasi terbesar pada media 100% sludge dengan 0,3 g/kg EDTA. Adanya danya aplikasi EDTA pada media berpengaruh terhadap removal kromium dengan menstimulasi removal dan meningkatkan akumulasi kromium dalam tanaman. Kata kunci: EDTA, Fitoremediasi, Helianthus annuus, Kromium

Buku Agenda dan Abstrak

40

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract
Tannery process uses a chromium sulphate solution is used in large quantities, but not all the solution can be absorbed by the skin when tanning process so that the rest of waste containing chromium. Phytoremediation is considered a sustainable and affordable process that will be suitable e to be applied in developing countries. The aim of this study was to determine the effect of medium composition ratio of tannery sludge with soil and EDTA concentration in removal chromium using Helianthus annuus. This research was design with Completely Randomized Factorial Design. The first variation was medium composition (sludge:soil) consisted of 30%:70%, 70%:30%, and 100% sludge. The second variation was EDTA concentration consisted of 0,1 g/kg and 0,3 g/kg. Observations were made during 35 days and Cr content was analyzed every 7 days using AAS method (Atomic Absorption Spectrophotometer). The result show that H. annuus has the ability to remove and accumulate chromium with the highest accumulation in the roots ranged from 369,15 to 3334 mg/kg, where the greatest accumulation growing media reactor containing 100% sludge with 0.3 g/kg EDTA. The presence of EDTA application on media effect on chromium removal by stimulating the removal and increasing the accumulation of chromium in plant. Keywords: Chromium, omium, EDTA, Helianthus annuus, Phytoremediation

Buku Agenda dan Abstrak

41

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PENGARUH KONSENTRASI LIMBAH DAN EDTA DALAM FITOREMEDIASI AIR TERKONTAMINASI TEMBAGA DAN KROMIUM DARI LIMBAH ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN PISTIA STRATIOTES
Puput Perdana Widiyatmanto *, Alia Damayanti
a a a

Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *ppwidiyatmanto@gmail.com Abstrak

Kegiatan industri elektroplating menyebabkan adanya pencemaran berupa logam berat yaitu tembaga (Cu) dan kromium (Cr). Logam berat dapat dihilangkan dengan cara fitoremediasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek konsentrasi limbah dan EDTA terhadap removal tembaga dan kromium. Penelitian dilakukan dengan menggunakan limbah elektroplating yang didapatkan dari sebuah industri rumah tangga di Sidoarjo..dengan menggunakan sistem batch. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama yaitu konsentrasi limbah terdiri dari 3%, 7% dan 10% limbah. Faktor kedua yaitu EDTA terdiri ari -4 tanpa EDTA dan penambahan EDTA 10 M. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5, ke-10, dan hari ke-15 15 dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). . Parameter yang digunakan yaitu kandungan tembaga (Cu) pada air limbah dan kayu apu (Pistia stratiotes). Hasil penelitian menunjukkan Pistia stratiotes mampu menyerap tembaga (Cu) sebesar 510,4 mg/kg-1020,5 1020,5 mg/kg dan kromium (Cr) sebesar 338,9 mg/kg824,3 mg/kg. Kombinasi variasi terbaik dalam removal tembaga (Cu) yaitu pada perlakuan -4 konsentrasi 10%+ EDTA 10 M. kombinasi variasi terbaik dalam removal kromium (Cr) yaitu pada perlakuan konsentrasi 10%+ EDTA -4 10 M. Kata kunci: EDTA, Fitoremediasi, Kromium, Pistia stratiotes, Tembaga,

Abstract Buku Agenda dan Abstrak

42

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Electroplating industries contaminates environment with copper (Cu) dan chromium (Cr). Heavy metals can be removed by phytoremediation. This research is aim to analize the effects of concentration and EDTA on of copper and chromium removal. Research conduct with electroplating waste from home industry on Sidoarjo with batch system. . This research was design with Completely Randomized Factorial Design. The first factor was concentration consisted of 3%:7%, 10% electroplating waste. The second factor was EDTA consisted of without EDTA addition and -4 th th with EDTA 10 M adddition. n. Observations were made on 5 day, 10 th day and 15 day using AAS method (Atomic Absorption Spectrophotometer). Parameters were analized are copper and chromium concentration on electroplating waste and Pistia stratiotes. Result showed that Pistia stratiotes can accumulates copper between 510,4 mg/kg-1020,5 1020,5 mg/kg and chromium (Cr) between 338,9 mg/kg824,3 mg/kg. The best combination for copper and -4 chromium removal are concentration 10%+ +EDTA 10 M and -4 concentration 10%+ EDTA10 M. Keywords:Chromium, Copper, EDTA, Phytoremediation, Pistia stratiotes,

Buku Agenda dan Abstrak

43

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

FITOFORENSIK LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN TEMBAGA (Cu) PADA TUMBUHAN KACANG HIAS (Arachis Pintoi)
Chonny Ornella D.R
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS, Surabaya-60111 Surabaya *chonnyornella@gmail.com Abstrak Pencemaran logam berat yang terjadi bersumber dari industriindustri industri yang kurang atau tidak melakukan pengolahan limbahnya. Jenis logam berat yang mencemari lingkungan di Indonesia antara lain Pb dan Cu. Pendekatan baru untuk menilai sejauh mana terjadi kontaminasi ntaminasi dan sejarah tercemar polutan disebut dengan phytoforensic masih belum banyak yang meneliti. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis waktu pencemar logam berat Pb dan Cu masuk ke dalam tumbuhan kacang hias (Arachis pintoi). Mendapatkan target spesifikasi pada akar, batang dan daun serta bunga di dalam jaringan tumbuhan dan menganalisa adanya perbedaan penyerapan logam berat Pb dan Cu dengan jumlah tumbuhan 3 dan 5 disetiap pot. Penelitian ini dilakukan selama 6 hari dan dianalisis dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Hasil yang didapat adalah dalam d waktu tiga hari pencemar telah masuk kedalam tumbuhan kacang hias dan telah ditranslokasikan hingga bagian daun. Tumbuhan kacang hias dengan pencemar Pb dan Cu mati pada hari ke-3. Konsentrasi di daun sebesar 2,496 ppm Pb dan 1,138 ppm Cu pada hari ke-3 ke sejumlah 3 tumbuhan. Pada pot berisi 5 tumbuhan pencemar Pb sebesar 0,902 ppm Pb dan 2,566 ppm Cu. Pada bagian batang konsentrasi Pb hingga 1,365 ppm Pb dan 0,815 ppm Cu pada hari ke-3 3 sejumlah 3 tumbuhan dalam 1 pot. Pada pot berisi 5 tumbuhan pencemar Pb sebesar 1,295 ppm dan Cu sebesar 0,995 ppm. Konsentrasi di daun hingga 0,511 ppm Pb dan 1,01 ppm Cu pada hari ke-3 sejumlah 3 tumbuhan dalam am 1 pot. Pada pot berisi 5 tumbuhan menyerap sebesar 0,431 ppm Pb dan 0,721 ppm Cu. Tumbuhan dengan 5 tumbuhan mengalami kematian yang lebih lama dibandingkan dengan 3 tum buhan dalam satu pot. Kata kunci : Arachis pintoi. Logam berat, Tembaga (Cu), Timbal Timb (Pb), Phytoforensic

Buku Agenda dan Abstrak

44

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract The heavy metal pollution is happening right now comes from industries that do less or no for processing of their waste. Among the others, heavy metal pollution that pollute in Indonesian comes from Pb and Cu. ew approach to assess the extent of contamination and tainted history pollutants called phytoforensic, still not much to examined. The purpose of this study is to analyze the time of heavy metal pollutant Pb and Cu, going into the ornamental peanut plants (Arachis pintoi). Having specification target in the roots, stems and leaves and flowers as well in the plant tissue and analyze the differences in the absorption of heavy metals Pb and Cu with the amount of 3 and 5 plants in each pot. This research was carried out for 18 days and analyzed by using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). The results are, within three days of pollutant has entered into purslane and ornamental peanut plants, it have translocated up to the leaves. Ornamental peanut plants with pollutant Pb and Cu pollutan died on 3th day. Ornamental peanut plants in pot containing 5 plants ,absorbed up to 2,496 ppm Pb and 1,138 ppm Cu on 3th day as much as 3 plants. in pot containing 5 plants, absorbed up to 0,902 ppm Pb and 2,566 ppm Cu. Ornamental peanut plants absorbed up to 1,363 and 0,815 ppm Cu on 3th day with a pot containing 3 plants. In a pot containing 5 plants, absorbed Pb pollutan up to 1,295 ppm and Cu up to 0,995 ppm. The oriental peanuts plants absorbed up to 0,511 ppm Pb and 1,01 1 ppm Cu on 3th day with pot containing 3 plants. In pot containing 5 plants, absorbed up to 0,431 ppm Pb and 0,721 ppm Cu. Plants with 5 plants dying longer than 3 tum harbor in one pot. Keywords: Phytoforensics, Lead, Cooper, Arachis pintoi.

Buku Agenda dan Abstrak

45

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS KOAGULAN ALAMI ANTARA BIJI TREMBESI (Samanea saman) DAN BIJI KELOR (Moringa oleifera) DALAM PENURUNAN KEKERUHAN, TSS, BOD DAN COD PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET
Winda M Issani , A.Rusdiansyah dan A.Tuhuloula
a

a*

Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat b Jurusan Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat c Jurusan Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat *Email: windaenviro@gmail.com Abstrak

Biji trembesi dan biji kelor dapat dimanfaatkan sebagai koagulan alami karena memiliki zat yang dapat mereduksi beban pencemar pada air limbah sehingga dapat digunakan dalam pengelolaan limbah cair yang lebih ramah lingkungan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui ngetahui pengaruh biji kelor dan biji trembesi sebagai koagulan alami pada pengolahan limbah cair Industri karet terhadap persentase penurunan kekeruhan, Total Suspended Solid (TSS), Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand (BOD) limbah cair ir industri karet dengan metode koagulasi flokulasi menggunakan jar test. Variabel penelitian adalah dosis biji kelor dan biji trembesi (700, 1200, 1700 dan 2200 mg/L) dan waktu pengendapan (30, 45 dan 60 menit). Hasil penelitian menunjukkan, dosis biji kelor sebagai koagulan yang optimum adalah 1700 mg/L dan waktu pengendapan optimum selama 60 menit mampu menyisihkan kekeruhan sebesar 90,33 %, TSS 47,83 %, COD 20,48 % dan BOD 30,00 . Sedangkan dosis biji trembesi sebagai sebagai koagulan yang optimum adalah lah 2200 mg/L dan waktu pengendapan optimum selama 60 menit mampu menyisihkan kekeruhan sebesar 87,47 %, TSS 39,13 %, COD 29,55 dan BOD 27,50 %. pH dan Dissolve Oxygen pada pengolahan ini cenderung tidak berpengaruh. Penggunaan biji kelor sebagai koagulan lebih baik dibandingkan biji trembesi dalam hal penyisihan kekeruhan, TSS, COD dan BOD. Kata kunci: Biji kelor, biji trembesi, limbah cair karet, koagulasi, flokulasi, jar test Buku Agenda dan Abstrak

46

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

Abstract Trembesi and moringa seeds can be used as natural coagulant because e they contain a substance which can reduce pollutant load in wastewater so they can be used in more environmentally friendly wastewater management. Research was performed to discover the influence of moringa and trembesi seeds as natural coagulant on wastewater ewater management of rubber industry on percentage of turbidity reduction, Total Suspended Solid, Chemical Oxygen Demand and Biological Oxygen Demand of rubber industry wastewater with coagulation flocculation method using jar test. The variables in this study were the doses of moringa and trembesi seeds (700, 1200, 1700 dan 2200 mg/L) and settling time (30, 45 and 60 minutes).Data analysis was performed graphically. Research result showed that moringa seed dose as optimum coagulant was 1700 mg/L and 60 minutes inutes of optimum settling time could reduce 90,33 % of turbidity, 47,83 % of Total Suspended Solid, , 20,48 % of Chemical Oxygen Demand and 30,00 of Biological Oxygen Demand. While the dose of trembesi seed as optimum coagulant was 2200 mg/L and 60 minutes of optimum settling time could reduce 87,47 % of turbidity, 39,13 % of Total Suspended Solid, 29,55 of Chemical Oxygen Demand and 27,50 %. Of Biological ical Oxygen Demand pH and Dissolve Oxygen in this management wasnt affected. The use of moringa seed as coagulant was better than trembesi seed in reducing turbidity, Total Suspended Solid, Chemical Oxygen Demand and Biological Oxygen Demand on neutral pH. pH Natural coagulant of moringa and trembesi seeds werent efficient enough if implemented in wastewater management of rubber industry, because the results of reduction effectiveness were uneven in parameter. Therefore, there should be advanced processing. Keywords: Moringa seed, trembesi seed, rubber wastewater, coagulation, flocculation, jar test

Buku Agenda dan Abstrak

47

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

MODEL PREDIKSI KUALITAS AIR KALI BOKOR SURABAYA MENGGUNAKAN METODE QUAL2KW
Mohammad Rizal Ngambah Sagara*, Nieke Karnaningroem*, , Didik Bambang Supriyadi*
*Laboratorium Laboratorium Management Kualitas Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *rizal.sagara@live.com Abstrak Kali Bokor Surabaya sebagai badan air yang dijadikan saluran pembuangan air limbah dari kegiatan masyarakat sekitar sudah mulai tercemar. Kali Bokor merupakan anak sungai dari Kali Mas yang juga digunakan sebagai kegiatan tambak ikan dan udang. Pengelolaan Kali Bokor belum pernah dilakukan, padahal kegiatan budidaya ikan dan udang harus menggunakan kualitas air kelas III. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Qual2Kw untuk memprediksi kualitas air. Sumber pencemar yang akan ditinjau adalah sumber pencemar point source dan non point source. Pada penelitian ini, Kali Bokor akan dibagi menjadi 3 segmen untuk diambil sampelnya. Parameter yang digunakan 3adalah pH, suhu, DO, BOD, COD, TSS, Phosphat (PO4 ), Nitrat (NO3) dan amonium (NH4). Dengan n menggunakan Qual2Kw, didapatkan model prediksi kualitas air Kali Bokor. Berdasarkan hasil pemodelan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas air di Kali Bokor Surabaya melebihi baku mutu dari parameter DO, BOD, fosfat dan ammonium. Kata kunci: Kali Bokor, kualitas air, Qual2Kw, prediksi. Abstract Kali Bokor Surabaya as a water body that functioned as a sewerage channel from activities by surrounding communities has started contaminated. Kali Bokor is a tributary of Kali Mas that also functioned ed as fish and shrimp ponds. Management of Kali Bokor has Buku Agenda dan Abstrak

48

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

never been done, yet the activity of fish and shrimp cultivation should be using class III water quality in accordance with quality standard. In this research, the method used is Qual2Kw method for a quality prediction. Pollutant source that will be reviewed are point source pollutant and non-point point source pollutant. In this research, Kali Bokor will be divided into 3 segments to be sampled. The parameters used 3are pH, temperature, DO, BOD, COD, TSS, Phosphate (PO4 ), Nitrate (NO3), and ammonium (NH4). By using the Qual2Kw will be obtained Kali Bokor quality of prediction model. Based on those modeling result, it can be concluded that water quality in Kali Bokor Surabaya has already exceeded water quality lity control of DO, BOD, Phosphat, and Amonium parameter. Keywords: Kali Bokor, water quality, Qual2Kw, prediction.

Buku Agenda dan Abstrak

49

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI KUALITAS AIR DI SUNGAI KALIMAS SURABAYA (SEGMEN NGAGEL TAMAN PRESTASI)DENGAN MENGGUNAKAN PEMODELAN QUAL2Kw
Dede Ariani Damanik*, Nieke Karnaningroem* Karnaningroem
*Laboratorium Laboratorium Management Kualitas Air, Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya *dede.damanik@yahoo.com Abstract Untuk dapat memprediksikan kualitas Kalimas alimas pada penelitian ini dilakukan pemodelan dengan QUAL2Kw menggunakan 2 simulasi, yaitu simulasi 1 yang disebut kalibrasi dan simulasi 2 yang disebut model prediksi. Parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi kualitas air sungai Kalimas meliputi pH, H, temperature, DO, BOD, COD, dan TSS. Setiap parameter akan diinput kedalam program QUAL2Kw untuk kemudian dimodelkan kualitas airnya oleh program tersebut. Kemudian dilakukan simulasi untuk mendapatkan model kualitas air sesuai dengan simulasi yang telah dibuat. QUAL2Kw menggambarkan pemodelan dalam grafik kualitas yang ditunjukan dalam garis model dan kotak hitam sebagai data input. Pemodelan dengan QUAL2Kw dapat di validasi ditunjukan dengan nilai fittnes yang mendekati 1. Nilai fittnes dalam QUAL2Kw memiliki rentang antara 0-1. 1. Penelitian kualitas air di Kalimas yang dilakukan dengan pemodelan 2 simulasi menggunakan QUAL2Kw pada tahun 2013 untuk segmen Ngagel-Taman Taman Prestasi disimpulkan belum memenuhi syarat rat sebagai lokasi rereasi air dikarenakan masih dalam kondisi badan air kelas 3. Hal ini mendorong pemerintah kota Surabaya untuk melakukan pengelolaan di Kalimas agar memenuhi baku mutu air kelas dua untuk kegunaan rekreasi air. Kata kunci: Pemodelan QUAL2Kw, Prediksi, simulasi. Abstract To predicted the quality of kalimas on the study used modeling of QUAL2Kw with ith the simulation, qual2kw uses 2 simulation, simulation 1 called kalibrasi and simulation 2 called model prediction.

Buku Agenda dan Abstrak

50

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

In parameter that used to identify the quality of water of a river kalimas covering ph temperature, do, bod, cod, and tss. Any of the parameters of the program will be on the input into qual2kw to then modeled the quality of the water by the program. Then will be simulated to get a model the quality of water in accordance with the simulation has been made. Qual2kw describe modeling in a graph the quality of being shown in a line model and black box as data input. Modeling with qual2kw can be in the validation validati to be demonstrated by thevalue of fittnes approximating 1. The value of fittnes in qual2kw have a range between 1-0. 0. Research the quality of water in kalimas which was performed by modeling 2 simulation using qual2kw in 2013 to a segment ngagel-taman taman achievement a summed up yet. Keywords: qual2kw modeling, prediction, simulation,

Buku Agenda dan Abstrak

51

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

PENILAIAN KEGAGALAN PENCAPAIAN MUTU SANITASI PADA KEBIJAKAN KONVERSI PENYEDIAAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DARI MODEL HORIZONTAL KE MODEL VERTIKAL DI INDONESIA (STUDI KASUS KOTA JAKARTA)
Mohammad Nasir , Enri Damanhuri, Tresna Dermawan, dan Rofiq Iqbal
a)

a)

Mahasiswa Program Doktor Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, 2014, mohnasir_65@yahoo.co.id

Abstract
Indonesia saat ini tidak berada pada arah yang tepat mencapai MDGs, karena perlu mencapai 62,4 % untuk sanitasi dan peningkatan akses air bersih 68,9%. Untuk itu perbaikan mutu sanitasi perkotaan dengan indikator penurunan prevalensi diare melalui pengembangan angan kebijakan konversi penyedian perumahan murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dari model perumahan horizontal ke perumahan model vertikal (rumah susun sederhana) menjadi solusi yang tepat dan strategis. Salah satu wilayah perkotaan yang menerapkan an kebijakan ini adalah Kota Jakarta. Namun berdasarkan data tahun 2010-2012, 2012, angka prevalensi diare pada permukiman horizontal dan permukiman vertikal di Kota Jakarta tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini menunjukkan indikasi kegagalan dari dar pengembangan kebijakan konversi penyediaan perumahan dari model horizontal dan vertikal di Kota Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan prevalensi diare untuk ata awal penelitian penentuan faktor penting dominan penyebab kegagalan pencapaian mutu sanitasi dari pengembangan kebijakan konversi penyediaan perumahan model horizontal ke model vertikal bagi masyarakat berpenghasilan rendah di indonesia. Pada penelitian ini

Buku Agenda dan Abstrak

52

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

akan di lakukan analisis perbandingan angka kejadian diare, perhitungan tungan perbandingan prevalensi diare dan uji tingkat signifikasi perbedaannya pada permukiman horizontal dan permukiman vertikal di Kota Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada angka kejadian diare dan prevalensi pre diare antara perumahan horizontal dan perumahan vertikal di Kota Jakarta. Kondisi ini menunjukkan bahwa telah terjadi indikasi kegagalan pengembangan kebijakan konversi penyediaan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah di perumahan model horizontal ntal dan perumahan model vertikal di Kota Jakarta. Kata kunci: masyarakat berpenghasilan horizontal, perumahan vertikal, sanitasi rendah, perumahan

Abstract
Indonesia is not in the right direction to achieve the MDGs, because it is need to achieve a 62.4% increase in access to sanitation and clean water 68.9%. For the improvement of the quality of urban sanitation with indicator are reducing the prevalence of diarrhea through the development of low-cost cost housing provision conversion policy for low-income income communities of the model to residential housing horizontal vertical model (a simple flat) into appropriate solutions and strategic. One of the urban areas that implement this policy is Jakarta. However, based on data from 2010-2012, 2010 the prevalence of diarrhea in settlements horizontal and vertical settlements in Jakarta did not show significant differences, it is an indication of the failure of development policy to provide housing conversion of horizontal and vertical models in Jakarta. The aim of this study was to compare the prevalence of diarrhea for initial data research important factor determining the dominant cause of failure to achieve sanitary quality of the conversion policy development model of housing provision horizontal to vertical models for lowlow income people in Indonesia. In this research, comparative analysis will be done in the incidence of diarrhea, diarrhea prevalence ratio Buku Agenda dan Abstrak

53

SEMINAR NASIONAL 2014 - WASTE MANAGEMENT II I


Tren Terkini dalam Pengelolaan Sampah Kota dan Limbah B3 Laboratorium Teknologi Pengelolaan Limbah Padat dan B3 ITS Surabaya

Surabaya, 4 Februari 2014

t the level of significance difference on settlement calculations and test of horizontal and vertical settlements in Jakarta. The results showed that there was no significant difference in the incidence of diarrhea and prevalence of diarrhea. This indicates that there has been an indication of the failure of development policy conversion housing low-income income people in housing model of horizontal and vertical models of housing in Jakarta. . Keywords: low income community, sanitation, urban horizontal settlement, urban vertical settlement

Buku Agenda dan Abstrak

54

You might also like