You are on page 1of 33

KIMIA ANORGANIK II

Orbital Molekul dan Hibridisasi Unsur Utama Transisi (V dan Cr)

Dosen pengampu :

Drs. Nofrizal, Jhon, M.Si

Di susun oleh

:
(F1C111005) (F1C111006) (F1C111007) (F1C111008) (F1C111054) (F1C111056)

ARDIAN FAZRI DEBBY MUTIARA ANANDA APRIADI WIDYA SULASTRI ZIERNA YESSI LEGENDA OCTA FEBRINA

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Vanadium pertama kali ditemukan oleh Andres Manuel Del Rio, orang Spanyol yang

menjadi ahli pertambangan di Meksiko, pada tahun 1801. Del Rio mengesktrak logam tersebut dari sampel bijih timbale berwarna coklat, yang kemudian dinamakan Vanadinite. Dia menemukan bahwa garam tersebut memperlihatkan bermacam-macam warna, dan karena itu dia menamakan unsure tersebut panchromium (Greek: all colors). Del Rio mengganti nama unsure tersebut menjadi erythonium karena garam berwarna merah saat dipanaskan. Pada tahun 1781 Shceele dan juga T.Bergmann mengisolasi oksida baru yang lain dari mineral yang kemudian disebut skelit, CaWO4. Hasilnya disebut tungsten yang artinya batu berat. Dua tahun kemudian dua bersaudara, J.J. dan F.dElhuyar dari Spanyol menunjukkan bahwa oksida yang sama merupakan konstituen dari mineral wolframit, dan pemanasan dengan batubara berhasil mereduksi oksida ini menjadi logam yang kemudian diberi nama wolfram dengan symbol W yang direkomendasikan oleh IUPAC, namun komunikasi bahasa Inggris memilih memakai nama tungsten. Akhirnya pada tahun 1797, L.N.Vauquelin dari Perancis menemukan oksida unsure baru dalam suatu mineral dari Siberia yaitu krokoit (crocoite) yang kemudian dikenal sebagai PbCrO4. Satu tahun kemudian unsur logam baru ini dapat diisolasi melalui reduksi dengan batubara atau charcoal, dan diberi nama dengan bahasa Yunani kroma (chroma) yang artinya warna, karena banyaknya macam warna dalam senyawaannya.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 SENYAWA KOORDINASI ( SENYAWA KOMPLEKS )


Salah satu keistimewaan logam transisi adalah dapat membentuk senyawa klompeks, yaitu senyawa yang paling sedikit terdiri dari satu ion kompleks (terdiri dari kation logam utama atau logam transisi sebagai atom pusat yang berikatan dengan molekul dan (anion yang disebut sebagai ligan) yang berikatan dengan ion lainnya yang disebut ion counter.

Keterangan gambar : bagian dari senyawa koordinasi; model (atas), gambar perspektif (tengah), rumus kimia (bawah). senyawa kompleks mempunyai atom pusat yang dikelilingi oleh ligan. Ketika [Co(NH3)6]CI3(s) larut dalam air ion kompleks dan ion conter akan terpisah, sedangkan ligan tetap terikat dengan atom pusat. Pada gambar sebelah kiri 6 ligan pada atom pusat ion [Co(NH3)6]3+ memberikan bentuk oktahedral, sedangkan pada gambar sebelah kanan 4 ligan pada ion [Pt(NH3)4]2+ memberikan bentuk persegi planar.

2.1.2 ION KOMPLEKS; BILANGAN KOORDINASI, GEOMETRI DAN LIGAN-LIGAN


Ion kompleks terdiri dari atom logam yang merupakan atom pusat yang berikatan dengan ligan-ligan yang berupa ion netral maupun ion yang bermuatan.

Bilangan koordinasi : jumlah ligan yang terikat secara langsung pada atom pusat, contohnya pada ion [Co(NH3)6]3+ bilangan koordinasinya adalah 6 . Geometri; bentuk geometri ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasinya dan sifat dari ion logam pada ion kompleks itu sendiri. Donor atom per ligan; ligan suatu ion kompleks adalah molekul atau anion yang

menyumbangkan satu atau lebih pasangan elektron bebas kepada ion logam yang membentuk ikatan kovalen. Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah pasanga elektron bebas yang didonorkannya, yaitu monodentat yang mendonorkan satu pasang elektron, bidentat yang mendonorkan dua pasang elektron dan polidentat yang mendonorkan lebih dari dua pasaang elektron.

2.1.3 RUMUS DAN PENAMAAN SENYAWA KOORDINASI


Untuk penulisan rumus senyawa koordinasi disusun dengan aturan sebagai berikut: Nama kation ditulis terlebih dahulu sebelum anion. 1. Nama kation ditulis terlebih dahulu sebelum anion. Contoh: K2[Co(NH3)2CI4] terdiri dari kation K+ dan [Co(NH3)2CI4]2- sehingga K+ ditulis terlebih dahulu. 2. Muatan kation sama dengan muatan anion. Contoh: pada senyawa K2 [Co(NH3)2CI4], NH3 merupakan molekul netral Cl- memberi muatan dengan jumlah 4- maka Co harus bermuatan 2+ sehingga mbentuk ion [Co(NH3)2CI4]2- yang berikatan dengan K+. 3. Dalam ion kompleks, ligan netral ditulis terlebih dahulu baru kemudian ligan anion, dan rumus untuk seluruh ion ditempatkan dalam tanda kurung. Contoh: pada senyawa K2[Co(NH3)2CI4], NH3 merupakan molekul netral sehingga ditulis terlebih dahulu baru kemudian Cl- yang bermuatan negatif (anion). Sedangkan aturan untuk penamaan senyawa kompleks adalah: 1. Nama kation ditulis terlebih dahulu, 2. Nama ligan ditulis berdasarkan urutan abjad dan ditulis sebelum nama ion logam, 3. Untuk ligan netral ditulis dengan namanya sendiri kecuali beberapa molekul seperti air yang menjadi aqua, sedangkan untuk anion akhiran ida diganti menjadi o seperti klorida menjadi kloro. 4. Jumlah ligan ditulis sebelum nama ligan tersebut dengan penomoran yunani. 5. Bilangan oksidasi atom pusat ditulis dengan angka romawi di dalam kurung. 6. Jika ion kompleks merupakan anion, maka nama ion logam diakhiri dengan at. Contoh : K2[Co(NH3)2CI4] = kalium diamina tetra kloro kobaltat (II) [Co(NH3)6]CI3 = heksaamina kobalt (III) klorida

2.1.4 SEBUAH SEJARAH PERSPEKTIF : ALFRED WERNER DAN TEORI KOORDINASI


Senyawa koordinasi telah diketahui sejak 200 tahun yang lalu, pertama kali ditemukan oleh seorang kimiawan muda asal Swiss Alfred Werner. Dia mengusulkan dua macam valensi, yaitu : " valensi primer adalah muatan positif pada ion logam yang harus disetarakan oleh ion negatif sehingga menemukan bilangan koordinasi dari susunan jumlah ligan dan valensi sekunder yang disebut bilangan koordinasi yang menunjukkan jumlah ligan terikat pada atom pusat. " Isomer Dalam Senyawa Kompleks ISOMER rumus kimia sama tetapi sifatnya berbeda Isomer Koordinasi
Isomer KoordinasiTerjadi ketika adanya pertukaran sebagian atau seluruh ligan. Contoh : [Pt(NH3)4Cl2](NO2) 2 dan [Pt(NH3)4(NO2)2]Cl
2

Isomer Stereo isomer geometri perbedaan letak atom atau gugus atom dalam ruang.

Isomer linkage Terbentuk ketika komposisi senyawa kompleks tetap tetapi keterkaitan donor ligan berubah.

isomer optis perbedaan arah pemutaran bidang polarisasi cahaya

ISOMER GEOMETRIK ISOMER OPTIK

2.1.5 DASAR TEORI IKATAN KOMPLEKS

a. Dasar Teori Ikatan dan Sifat Kompleks Ligan pada ion kompleks menyumbangkan sepasang elektron untuk membentuk suatu ikatan kovalen dengan atom pusat. Jika suatu atom menyumbangkan sepasang elektron untuk digunakan bersama disebut sebagai ikatan kovalen koordinasi. Jenis dan jumlah orbital hibridisasi ion logam bergantung pada pasangan elektron bebas yang menentukan bentuk geometri ion kompleks. Beberapa contoh bentuk geometri dan hibridisasinya: 1. Oktahedral; biasanya ion kompleks yang memiliki hibridisasi d2sp3 mempunyai bentuk geometri oktahedral.

Gamabr hibridisasi dan bentuk geometri [Cr(NH3)6]3+ 2. Segiempat planar; ion kompleks dengan hibridisasi dsp2 akan memiliki bentuk geometri ini.

Gambar hibridisasi dan bentuk geometri [Ni (CN)4]2-

3. Tetrahedral; hibridisasi sp3 dari ion kompleks akan memberikan bentuk geometri seperti ini. Gambar hibridisasi dan bentuk geometri [Zn(OH)4]2-

b. Teori Bidang Kristal Teori bidang kristal menyempurnakan teori VB yang menjelaskan tentang bentuk dan ikatan dalam suatu senyawa tetapi tidak dapat memprediksikan warna koordinasi dan juga terkadang saja dapat dipakai untuk memprediksi tentang sifat kemagnetan senyawa, sedangkan teori bidang kristal hanya memberikan sedikit gambaran mengenai ikatan logamligan tetapi mampu menjelaskan tentang warna dan sifat kemagnetan dengan jelas. Warna; cahaya diserap dalam berbagai macam panjang gelombang yang akan menghasilkan berbagai macam spektrum warna, seperti yang tertera dalam tabel berikut: Penjelasan

Penjelasan : tentang warna pada logam transisi; warna senyawa koordinsi sangat beragam, hal ini dipengaruhi oleh perbedaan energi () orbital set t2g dan eg dalam ion kompleksnya.

Dua hal yang dapat mempengaruhi warna senyawa: 1. Untuk ligan tertentu, warna tergantung pada kondisi oksidasi ion logamnya. 2. Dan untuk beberapa ligan lain, warna bergantung pada ligan itu sendiri. Penjelasan tentang sifat kemagnetan pada logam transisi kompleks; sifat kemgnetan logam transisi deipengaruhi oleh jumlah elektron tidak berpasangan pada orbital d. Penempatan orbital dipengaruhi oleh satu dari dua cara berikut: 1. Ligan medan lemah dan kompleks spin tinggi Ligan medan lemah (seperti H2O) menyebabkan pemisahan energi kecil, sehingga hanya memakai energi yang lemah dari orbital d untuk berpindah ke set eg dan kemudian untuk berpasangan pada set t2g. Dengan jumlah elektron tidak berpasangan maksimum ligan medan lemah membentuk komplek spin tinggi. 2. Ligan medan kuar dan kompleks spin rendah Karena ligan medan kuat (seperti CN-) memerlukan energi yang lebih besar untuk berpindah ke set eg dan kemudian untuk berpasangan pada set t2g, serta jumlah elektron tidak berpasangan pada ion kompleks lebih sedikit dibanding pada ion bebas sehingga menimbulkan kompleks spin yang rendah. Senyawa kompleks dengan bentuk geometri tetrahedral adalah contoh dari senyawa yang mempunyai kompleks spin yang tinggi, sedangkan untuk senyawa dengan bentuk geometri segiempat planar adalah contoh senyawa dengan kompleks spin yang rendah.

2.1.6 FAKTOR-FKTOR YANG MEMPENGARUHI KESTABILAN KOMPLEKS


Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks. Kestabilan suatu kompleks akan berhubungan dengan : 1. Kemampuan mengkompleks logam-logam. Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan denganb baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B. Logam kelas A dicurikan oleh larutran afinitas (dalam larutan air) terhadap halogen F- >Cl- > Br- > I-, dan membentuk kompleks terstabilnya dengan anggota pertama (dari) grup Tabel Berkala (dari) atom penyumbang (yakni, nitrogen, oksigen dan fluor). Logam kelas B jauh lebih mudah berkoordinasi dengan I- daripada dengan F- dalam larutan air, dan membentuk kompleks terstabilnya dengan atom penyumbang kedua (atau yang lebih berat) dari masing-masing grup itu (yakni P, S, Cl). Klasifikasi Scwarzenbach, mendefinisikan ketiga kategori ion logam penerima (pasanag elektron). a. Kation dengan konfigurasi gas mulia. Logam-logam alkali, alkali tanah, dan alumunium termasuk dalam grup ini, yang memperlihatkan sifat-sifat penerima kelas A. Gaya elektrostatik dominan dalam pembentukan kompleks itu, sehingga interaksi antara ion-ion kecil yang bermuatan tinggi, istimewa kuatnya, dan menimbulkan kompleks-kompleks yang stabil. Kompleks-kompleks fluoro istimewa stabil, air diikat lebih kuat daripada amonia yang mempunyai momen dipol kecil dan ion sianida hanya memiliki kecenderungan kecil untuk membentuk kompleks karena mereka hanya berada dalam larutan basa,dimana mereka tak dapat bersaing denganb ion-ion hidroksil. b. Kation dengan sub-kulit d yang terisi lengkap. Yang khas dari grup ini adalah tembaga(I), perak(I), dan emas(I) yang memperlihatkan sifat-sifat penerima kelas B. Ion-ion ini mempunyai daya polarisasi yang tinggi, dan ikatan-ikatan yang terbentuk dalam komplekskompleks merah memiliki watak kovalen yang cukup berarti. c. Ion-ion logam transisi dengan sub-kulit dyang tak lengkap. Dalam grup ini baik kecenderungan kelas A maupun kelas B dapat dikenali. Unsur dengan cirri-ciri kelas B membentuk suatu kelompok yang kira-kira berbentuk segitiga dalam Tabel Berkala, dengan puncaknya pada tembaga dan alasnya memebentang dari renium sampai bismut. Disebelah

kiri kelompok ini, unsure-unsur dalam keadaan oksidasi yang tinggi, cenderung memeprlihatkan sifat-sifat kelas A, sementara di sebelah kanan kelompok ini, keadaan oksidasi yang lebih tinggi (dari) suatu unsure lebih memiliki watak kelas B. 2. Ciri-ciri khas ligan. Di antara cirri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah : a. kekuatan basa dari ligan itu, b. sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan c. efek-efek sterik (ruang). Dari sudut pandangan aplikasi kompleks secara analisis, efek penyepitan mempunyai arti yang teramat penting, maka hendaklah diperhatikan secara khusus. Istilah efek sepit mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit, yaitu kompleks yang dibentuk oleh suatu ligan bedentat atua multidentat, adalah lebiih stabil disbanding kompleks padanannya denga ligan-ligan monodentat: semakin banyak titik lekat ligan itu kepada ion logam,semakin besar kestabilan kompleks. Efek sepit ini sering dapat disebabkan oleh kenaikan entropi yang menyertai penyempitan; dalam hubungan ini, penggantian molekul-molekul air dari ion terhidrasi haruslah diingat-ingat. Efek sterik yang paling umum adalah efek yang menghambat pembentukan kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu gugusan besar yang melekat pada atau berada berdekatan dengan atom penyumbang. Suatu faktor lanjut yang juga harus dipertimbngkan dari sudut pandangan aplikasi secara analitis dari kompleks-kompleks dan reaksi-reaksi pembentukkan kompleks adalah laju reaksi: agar berguna secara analitis, biasanya reaksi diperlukan cepat. Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari berbagai unsur. a. Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.

b. Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris-pertama, membentuk kompleks-kompleks labil. c. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks inert.

2.1.7. KESTABILAN SENYAWA KOMPLEKS


Dikenal 2 macam kestabilan senyawa kompleks, yaitu kestabilan termodinamika dan kestabilan kinetika. Kestabilan termodinamika menunjuk pada perubahan energi bebas Gibs (G) yang terjadi dalam perubahan dari reaktan menjadi produk, sedang kestabilan kinetika menunjuk pada enetgi aktivasi (G#) pada substitusi reaksi pertukaran ligan. 1. Kestabilan Termodinamika Kestabilan termodinamika senyawa kompleks lebih sering dinyatakan dengan konstanta kesetimbangan (ingat G = -RT ln K) dalam reaksi ion logam terhidrasi dengan ligan yang sesuai selain air. Harga K memberikan gambaran tentang konsentrasi relatif masing-masing spesies dalam kesetimbangan. Jika harga K besar berarti konsentrasi kompleks jauh lebih besar dibanding konsentrasi komponen-komponen pembentuknya. Suatu kompleks stabil bilamana harga K dalam reaksi pembentukan kompleks tersebut besar. Kompleks logam terbentuk dalam larutan melalui tahap-tahap reaksi, dan konstanta kesetimbangan dapat ditulis untuk masing-masing tahap. Misalnya untuk reaksi pembentukan Cu(NH3)42+ : [Cu(H2O)4]2+ + NH3 [Cu(H2O)3(NH3)]2+ K1 = ( [Cu(H2O)3(NH3)]2+)/([Cu(H2O)4]2+) ( NH3) [Cu(H2O)3(NH3)]2+ + NH3 [Cu(H2O)2(NH3)2]2+ K2 = ( [Cu(H2O)2(NH3)2]2+) / [Cu(H2O)3(NH3)]2+(NH3) [Cu(H2O)2(NH3)2]2+ + NH3 [Cu(H2O)(NH3)3]2+ K3 = ( [Cu(H2O)(NH3)3]2+) / [Cu(H2O)2(NH3)2]2+( NH3) [Cu(H2O)(NH3)3]2+ + NH3 [Cu(NH3)4]2+ K4 = ([Cu(NH3)4]2+)/[Cu(H2O)(NH3)3]2+( NH3)

Konstanta kesetimbangan juga dapat ditulis secara keseluruhan (over-all stability consant) denga notasi . Untuk reaksi tersebut di atas : [Cu(H2O)4]2+ + NH3 [Cu(H2O)3(NH3)]2+ 1 = ( [Cu(H2O)3(NH3)]2+) / ([Cu(H2O)4]2+) ( NH3). [Cu(H2O)4]2+ + 2NH3 [Cu(H2O)2(NH3)2]2+ 2 = ([Cu(H2O)2(NH3)2]2+)/([Cu(H2O)4]2+) ( NH3)2 [Cu(H2O)4]2+ + 3NH3 [Cu(H2O)(NH3)3]2+ 3 = ([Cu(H2O)(NH3)3]2+)/([Cu(H2O)4]2+) ( NH3)3 [Cu(H2O)4]2+ + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+ 4 = ([Cu(NH3)4]2+)/([Cu(H2O)4]2+) ( NH3)4 Dengan sedikit penjabaran matematis akan diperoleh hubungan : 1 = K1 2 = K1. K2 3 = K1. K2.K3 4 = K1. K2.K3.K4 Dalam reaksi pembentukan kompleks tersebut seringkali ligan H2O tidak ditulis karena jumlah molekul H2O yang menghidrasi masing-masing ion pada umumnya belum diketahui secara pasti, molekul-molekul air tidak mempengaruhi konstanta kesetimbangan (walaupun terlibat dalam reaksi), dan dalam larutan encer aktivitas air dapat dianggap 1.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Ion Kompleks 1. Aspek ion pusat a. Rapat muatan (perbandingan muatan dengan jari-jari atom) Stabilitas ion kompleks bertambah jika rapat muatan ion pusat bertambah b. CFSE (energi psntabilan medan ligan) Stabilitas ion kompleks bertambah dengan adanya CFSE, karena CFSE pada dasarnya

merupakan energi penstabilan tambahan yang diakibatkan oleh terjadinya splitting orbital d. Pengaruh CFSE terhadap K dapat dilihat pada diagram berikut. Bulatan-bulatan pada gambar tersebut adalah harga log K relatif masing-masing logam bedasarkan eksperimen, sedang garis putus-putus merupakan kecenderungan harga log K secara teoritis dengan tanpa memperhitungkan CFSE.

c. Polarisabilitas Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan tinggi dan ukuran kecil akan membentuk kompleks ysng stabil jika ligannya berasal dari basa keras, yaitu yang elektronegatifitasya besar dan berukuran kecil

2. Aspek ligan a. Efek khelat Kompleks khelat lebih stabil dibanding kompleks nonkhelat analog (yang atom donornya sama). [Ni(en)3]3+ dengan 3 sebesar 4.1018 adalah lebih stabil dibanding [Ni(NH3)6]3+ 6 sebesar 108 b. Ukuran cincin Jika ligan tidak memiliki ikatan angkap, ikatan cincin 5 adalah yang paling stabil, tetapi jka ligan memiliki ikatan rangkap, maka yang paling stabil adalah ikatan cincin 6. c. Hambatan ruang (steric effect) Ligan-ligan bercabang pada umumnya kurang stabi dibanding ligan-ligan tak yang analog. d. Polarisabilitas Ion-ion logam klas a (asam keras) yaitu yang memiliki muatan tinggi dan ukuran kecil akan membentuk kompleks ysng stabil jika ligannya berasal dari basa keras, yaitu yang elektronegatifitasya besar dan berukuran kecil. 3. Kestabilan Kinetika. Kestabilan kinetika menunjuk pada enetgi aktivasi (G#) pada substitusi reaksi pertukaran ligan. Kestabilan kinetika bertambah jika G# semakin besar. Kompleks yang ligannya dapat digantikan oleh ligan lain dengan cepat (kurang dari 1 menit pada suhu 25 oC dan konsentrasi larutan 0,1 M) disebut kompleks labil, sebaliknya jika reaksi pertukarannya berlangsung lambat disebut kompleks inert (lembam). Seringkali kompleks stabil bersifat inert dan kompleks tidak stabil bersifat labil, namun hal itu tidak berhubungan. Bisa saja suatu kompleks stabil namun labil. Sebagai contoh, CN- membentuk kompleks yang sangat stabil dengan Ni2+, hal ini tercermin dari harga K yang besar untuk reaksi berikut : bercabang

[Ni(H2O)6]2+ +

4CN-

[Ni(CN-)4]2- +

6H2O
13

Namun jika ke dalam larutan ditambahkan ion berlabel pertukaran ligan yang sangat cepat antara CN- dengan persamaan reaksi berikut : [Ni(CN-)4]2- + 4 13CN- [Ni(13CN-)4]2- + 4CN13

CN- , ternyata terjadi reaksi

CN- seperti ditunjukkan pada

Kasus sebaliknya, kompoleks [Co(NH3)6]3+ tidak stabil dalam larutan asam, sehingga reaksi berikut hampir sempurna berjalan ke kanan. 4[Co(NH3)6]3+ + 20H+ + 26H2O 4[Co(H2O)6]3+ + 24NH4+ + O2

Akan tetapi [Co(NH3)6]3+ dapat tinggal dalam larutan asam pada suhu kamar selama beberapa hari dengan tanpa terjadi perubahan. Ini berarti bahwa kestabilan suatu kompleks tidak menjamin keinertannya, sebaliknya kompleks yang tidak stabil dapat saja inert.. Kestabilan kinetika kompleks oktahedral dapat diprediksi berdasarkan Aturan Taube, yaitu :

Kompleks oktahedral labil bilamana pada atom pusatnya

mengandung elektron pada orbital eg atau mengandung elektron pada orbital d kurang dari 3.

Kompleks oktahedral inert bilamana pada atom pusatnya tidak mengandung elektron pada orbital eg dan mengandung elektron pada orbital d minimal 3. Aturan Taube tersebut logis dan dapat dinalar. Kompleks yang mengandung elektron

pada orbital eg labil, karena elektron tersebut posisinya dekat (behadapan langsung) dengan ligan sehingga memberikan tolakan yang signifikan terhadap ligan dan dengan demikian ligan tersebut relatif mudah lepas dan digantikan oleh ligan lain. Kompleks yang mengandung elektron pada orbital d kurang dari 3 labil, karena pada kompleks tersebut masih terdapat minimal 1 orbital t2g yang kosong dimana ligan pengganti dapat mendekati ion pusat dengan tolakan yang relatif kecil.

2.1.8 UNSUR-UNSUR TRANSISI

Unsur-unsur transisi adalah : a. Terletak antara unsur golongan alkali tanah dan golongan boron.
b. Merupakan unsur logam c. Merupakan unsur-unsur blok d dalam sistem periodik Sifat-sifat yang khas dari unsur transisi : a. Mempunyai berbagai bilangan oksidasi b. Kebanyakan senyawaannya bersifat paramagnetik c. Kebanyakan senyawaannya berwarna d. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks Dalam bentuk logamnya umumnya bersifat : a. Keras, tahan panas b. Penghantar panas dan listrik yang baik c. Bersifat inert Beberapa kekecualian : a. Tembaga (Cu) bersifat lunak dan mudah ditarik b. Mangan (Mn) dan besi (Fe) : bersifat sangat reaktip, terutama dengan oksigen, halogen, sulfur, dan non logam lain (seperti dengan karbon dan boron).

2.2 VANADIUM 2.2.1 SEJARAH VANADIUM

Vanadium berasal dari kata vanadis,yaitu nama dewi kecantikan di Skandinavia, pada mulanya ditemukan oleh N. G. Selfstrom di Swedia pada tahun 1830, bersama sama dalam bijih besi. Disebut demikian karena senyawaannya kaya akan warna. Sesungguhnya, unsure ini telah dikenali oleh A.M.del Rio pada tahun 1801 yang ditemukan dalam bijih timbel yang disebut eritronium. Namun sayangnya beliau sendiri yang membatalkan penemuan ini.Logam ini tampak bersinar cemerlang, cukup lunak sehingga mudah dibentuk seperti pembuluh, mempunyai titik leleh 19150C titik didih 33500C, serta tahan terhadap korosi.

Vanadium adalah unsur kimia dengan lambang V dan nomor atom 23. Ini adalah lembut, abu-abu keperakan, ulet logam transisi. Pembentukan sebuah menstabilkan lapisan oksida logam terhadap oksidasi. Andrs Manuel del Ro vanadium menemukannya pada tahun 1801 dengan menganalisis mineral vanadinite, dan menamainya erythronium. Empat tahun kemudian, ia diyakinkan oleh Nils Gabriel Sefstrm pada tahun 1831. Pada 1831, ahli kimia Swedia, Nils Gabriel Sefstrm, menemukan kembali unsur oksida yang baru ditemukan saat ia bekerja dengan bijih besi. Kemudian pada tahun yang sama, Friedrich Whler dikonfirmasi sebelumnya del Ro bekerja. Sefstrm memilih nama yang diawali dengan V, yang tidak ditugaskan untuk setiap elemen. Dia memanggil unsur vanadium setelah Vanadis (nama lain untuk Freya, yang Norse dewi keindahan dan kesuburan), karena banyaknya berwarna indah senyawa kimia yang dihasilkan. Pada 1831, para ahli geologi George William Featherstonhaugh menyarankan agar vanadium harus diganti "rionium" setelah del Ro, namunsaraninitidakdiikuti. Isolasi logam vanadium ternyata sulit. Pada 1831,

Berzelius melaporkan produksi logam, tapi Henry Enfield Roscoe Berzelius telah menunjukkan bahwa sebenarnya menghasilkan nitrida, vanadium nitrida (VN). Roscoe akhirnya menghasilkan logam pada tahun 1867 oleh pengurangan vanadium (III) klorida, VCL 3, dengan hidrogen. Pada tahun 1927, vanadium murni diproduksi dengan mengurangi vanadium pentoxide dengan kalsium. Yang pertama industri skala besar penggunaan vanadium dalam baja ditemukan di chassis dari Ford Model T, terinspirasi oleh mobil balap Perancis. Baja diperbolehkanuntuk mengurangi beratbadansekaligusvanadium

meningkatkankekuatantarik.

(http://zeiniszzn17.blogspot.com/2010/03/siklus-boigeokimia-vanadium-v.html)

Vanadium juga merupakan suatu logam lembut dan silver-gray unsur metalik. Nomor-Atom nya adalah 23 dan lambang V. Henry Roscoe mengasingkan vanadium metalik tahun 1867. Ia mengambil klorid vanadium (VCL3) dan menguranginya dengan hidrogen untuk membentuk vanadium yang metal dan zatair-khlor (HCL).Vanadium merupakan sumber daya di Amerika Serikat, dimana pada umumnya dengan bijih uranium di (dalam) batu pasir yang cukup besar untuk menyediakan U.S. kebutuhan vanadium. Mengimport produk vanadium dan ferrovanadium itu ternyata lebih murah dan sering dilakukan di Amerika. Ferrovanadium yang diimport dibeli dari Canada, Negeri China, Cekoslovakia Republik, Selatan Afrika, dan negara-negara lain. Mayoritas vanadium pentoxide digunakan di (dalam) pabrikasi gelas diimport dari Selatan Afrika. Ilmuwan sudah menemukan bahwa suatu campuran yang menyangkut galium dan vanadium unsur-unsur adalah bermanfaat di dalam membuat superconductive magnit. (http://geo-student.blogspot.com/2010/01/macam-macam-mineral-dan-kegunaannya.html) Vanadium boleh diperolehi secara komersil dan penghasilan sampel di dalam makmal biasanya tidak diperlukan. Dari segi penghasilan komersil pula, kaedah penghasilan logam vanadium sebagai hasil utama biasanya tidak diperlukan kerana jumlah yang mencukupi boleh didapati dalam bentuk hasil sampingan proses-proses lain. Dalam bidang industri, pemanasan bijih vanadium atau baki daripada proses-proses lain bersama garam, NaCl, atau natrium karbonat, Na2CO3, pada kira-kira 850 C memberikan natrium vanadat NaVO3. Ia dilarutkan dalam air dan diasidkan untuk menghasilkan pepejal merah yang kemudiannya dileburkan menjadi bentuk mentah

vanadium pentoksida, "V2O5". Penurunan vanadium pentoksida dengan kalsium, Ca, menghasilkan vanadium tulen. Satu cara alternatif sesuai bagi penghasilan skala kecil adalah penurunan vanadium pentaklorida, VCl5, dengan hidrogen, H2, atau magnesium, Mg. Terdapat bermacam lagi kaedah yang boleh digunakan. Secara industrinya, kebanyakan vanadium digunakan sebagai penambah untuk memperbaiki ciri keluli. Biasanya tindak balas besi mentah dengan vanadium pentoksida mentah "V2O5" sudah mencukupi, dan tidak perlu menggunakan logam vanadium tulen. Ini menghasilkan ferovanadium yang sesuai untuk kerja-kerja seterusnya.

2.2.2. KARAKTERISTIK VANADIUM

Vanadium itu unsure yang putih terang, lembut, logam ulet dengan kekuatan struktur yang baik. Vanadium tahan terhadap serangan alkali, asam klorida, asam sulfat, dan air garam. Mengoksidasi logam di udara sekitar 660 o C untuk pentoksida(V 2O 5).

(http://www.chemicool.com/elements/vanadium.html)

2.2.3. KEBERADAAN VANADIUM

Vanadium ditemukan dalam 65 mineral yang berbeda, di antaranya karnotit, roskolit, vanadinit, dan patronit, yang merupakan sumber logam yang sangat penting. Vanadium juga ditemukan dalam batuan fosfat dan beberapa bijih besi, juga terdapat dalam minyak mentah sebagai senayawa kompleks organik. Vanadium juga ditemukan dalam sedikit dalam batu meteor.Produksi komersial berasal dari abu minyak bumi dan merupakan sumber Vanadium

yang sangat penting. Kemurnian yang sangat tinggi diperoleh dengan mereduksi vanadium triklorida dengan magnesium atau dengan campuran magnesium-natrium.Sekarang, kebanyakan logam vanadium dihasilkan dengan mereduksi V2O5 dengan kalsium dalam sebuah tabung bertekanan, proses yang dikembangkan oleh McKenie dan Seybair.

(http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/vanadium/)

Vanadium merupakan unsur yang paling banyak terdapat (0,02 % kerak bumi) dan ditemukan beberapa macam bijih. Salah satu bijih yang penting secara komersil ialah V2O5, dan bijjih yang paling kompleks. Metalurgi vanadium tidak sederhana, tetapi vanadium murni (99,9 %) dapat dihasilkan. Dalam penggunaannya vadium dibentuk sebagai logam campuran besi-vanadium, ferrovanadium mengandung 35% - 95% V. Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi V2O5 dengan silica dan penambahan besi. SiO2 berkombinasi dengan CaO membentuk terak cair kalsium sitrat. 2 V2O5 + 5 Si {+Fe} SiO2 {p} + CaO {p} 4 V {+Fe} + 5 SiO2 CaSiO3 {c} [23.5] [23.5]

Sekitar 80% produksi vanadium digunakan untuk pembuatan baja. Baja yang mengandung vanadium digunakan pada peralatan yang membutuhkan kekuatan dan kelenturan, seperti pegas dan alat-alat mesin berkecepatan tinggi. Vanadium logam tidak diserang oleh udara, basa dan asam, bukan pengoksidasi selain HF pada suhu ruang. Ia larut dalam HNO3, H2SO4 pekat dan air baja.

Vanadium tersebar luas tetapi hanya terdapat sedikit deposit yang terkonsentrasi. Vanadium terdapat dalam minyak tanah dari Venezuela, dan diperoleh kembali sebagai V2O5 dari debu asap setelah pembakaran. Komersil vanadium sangat murni jarang didapatkan, karena seperti titanium, cukup reaktif terhadap O2, N2 dan C pada suhu tinggi yang digunakan dalam proses metalurgi.

( Catton dan Wilkinson.1973.kimia anorganik dasar.hal:449)

Vanadium juga hadir dalam bauksit, endapan yang mengandung karbon seperti minyak mentah, arang, syal dan pasir tar. Spectrum vanadium juga dikesan pada cahaya daripada matahari dan setengah bintang.

2.2.4. SIFAT FISIKA VANADIUM

23 V Nb

titanium vanadium kromium

Tabel periodik

Sifat Atom Struktur hablur Keadaan pengoksidaan 2, Kubus berpusat jasad 3, 4, 5

(oksida amfoterik) Tenaga pengionan Pertama : 650.9 kJ/mol Kedua : 1414 kJ/mol Ketiga : 2830 kJ/mol

(http://wapedia.mobi/id/Vanadium)

Keterangan Umum Unsur Nama, Lambang, Nomor atom Deret kimia Golongan, Periode, Blok Penampilan vanadium, V, 23 transition metals 5, 4, gray-white metal

Massa atom Konfigurasi elektron Jumlah elektron tiap kulit Ciri-ciri fisik

50.9415(1) g/mol [Ar] 3d3 4s2 2, 8, 11, 2

Fase Massa jenis (sekitar suhu kamar) Massa jenis cair pada titik lebur Titik lebur

solid 6.0 g/cm 5.5 g/cm 2183 K (1910 C, 3470 F)

Titik didih

3680 K (3407 C, 6165 F)

Kalor peleburan Kalor penguapan Kapasitas kalor

21.5 kJ/mol 459 kJ/mol (25 C) 24.89 J/(molK)

Tekanan uap P/Pa 1 10 100 1 k 10 k 100 k

pada T/K 2101 2289 2523 2814 3187 3679 Ciri-ciri atom Struktur kristal Bilangan oksidasi cubic body centered 2, 3, 4, 5

(amphoteric oxide) Elektronegativitas Energi (detil) 1.63 (skala Pauling) ionisasi ke-1: 650.9 kJ/mol ke-2: 1414 kJ/mol ke-3: 2830 kJ/mol Jari-jari atom Jari-jari atom (terhitung) Jari-jari kovalen Lain-lain Sifat magnetik Resistivitas listrik Konduktivitas termal Ekspansi termal Kecepatan suara (kawat tipis) Modulus Young ??? (20 C) 197 nm (300 K) 30.7 W/(mK) (25 C) 8.4 m/(mK) (20 C) 4560 m/s 128 GPa 135pm 171pm 125pm

Modulus geser Modulus ruah Nisbah Poisson Skala kekerasan Mohs Kekerasan Vickers Kekerasan Brinell Nomor CAS

47 GPa 160 GPa 0.37 7.0 628 MPa 628 MPa 7440-62-2 Isotop

iso NA
48 49 50

waktu paruh DM DE (MeV) DP 15.9735 d 330 d ++ 4.0123 0.6019 2.2083 1.0369


48 49 50 50

V syn V syn

Ti Ti Ti

V 0.25% 1.51017y

Cr

51

V 99.75% V stabil dengan 28 neutron

(http://wapedia.mobi/id/Vanadium)

Isotop Vanadium

Vanadium alam merupakan campuran dari 2 isotop, yakni Vanadium-50 sebanyak 0.24% dan Vanadium -51 sebanyak 99.76%. Vanadium-50 sedikit radioaktif, memiliki masa paruh lebih dari 3.9 x 1017 tahun. Ada sembilan isotop lainnya yang tidak stabilSifat-sifat Vanadium murni adalah logam berwarna putih cemerlang dan lunak. Tahan korosi terhadap larutan basa, asam sulfat, dan asam klorida, juga air garam. Tetapi logam ini teroksidasi di atas 660oCVanadium memiliki kekuatan struktur yang baik dan memiliki kemampuan fisi neutron yang rendah, membuatnya sangat berguna dalam penerapan nuklir .

(http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/vanadium/)

2.2.5.SIFAT KIMIA VANADIUM

Sifat-sifat : Dipanaskan dalam H2 (tanpa gas lain) pada 11000C membentuk vanadium hibrida yang stabil. Logam ini reaktif dalam keadaan dingin, bila dipanaskan terbentukV2O (coklat), dipanaskan terus terbentuk V2O3 (hitam), V2O4 (biru), akhirnya V2O5 (orange). Logam ini terbakar dengan nyala terang dengan oksigen. Bila dipanaskan dengan C12 kering terbentuk VC14. Logam ini tidak bereaksi dengan air brom, HCl / dingin,melepaskan H2 dengan HF dan membentuk larutan hijau. Vanadium(V)oksida sebagai katalis Proses Contact (http://alvina.blog.uns.ac.id/2008/12/30/unsur-golongan-vb/) Reaksi keseluruhan Selama berlangsungnya proses kontak untuk membuat asam sulfat, belerang dioksida diubah menjadi belerang trioksida. Hal ini dilakukan dengan cara melewatkan belerang dioksida dan oksigen diatas padatan katalis vanadium(V) oksida.

Bagaimana jalannya reaksi Hal ini merupakan contoh yang baik untuk melihat kemampuan logam transisi dan persenyawaannya untuk digunakan sebagai katalis karena kemampuan yang dimiliki oleh logam transisi dan persenyawaannya untuk mengubah tingkat oksidasinya (bilangan oksidasi).Belerang dioksida di oksidasi menjadi belerang trioksida dengan vanadium(V) oksida. Pada saat proses berlangsung, vanadium(V) oksida di reduksi menjadi vanadium(IV) oksida.

Vanadium(IV) dioksida kemudian di oksidasi kembali oleh oksigen.

Meskipun katalis berubah-ubah selama proses reaksi berlangsung, pada akhir proses reaksi sifat kimia dari katalis tersebut sama dengan pada awal proses reaksi.

(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_anorganik1/logam_transisi/vanadiumanorganik/)

Vanadium Oksida Pada setiap bilangan oksidasi vanadium membentuk oksida. Jika logam berada pada bilangan oksida rendah (mempunyai rapat muatan rendah) oksidanya bersifat basa. Dengan bertambahnya tingkat oksidasi (rapat muatan) pada atom pusat, sifat asamnya meningkat. Oksidasi vanadium pada bilangan oksida +2 dan +3 bersifat basa, pada +4 dan +5 bersifat amfoter. Oksidasi yang paling penting yaitu V2O5 dan penggunaan terpenting oksidasi terebut ialah sebagai katalis, misalnya pada reaksi SO2(g) menjadi SO3 (g) pada metode konstan untuk memproduksi asam sulfat. Aktivitas V2O5 sebagai katalis oksida mungkin berhubungan dengan lepasnya O2 secara resversible yang terjadi pada suhu antara 700-11000 C. Umumnya, senyawa V dengan bilangan oksidasi tertinggi (+5) merupakan zat pengoksidasi yang baik, dan bilangan oksidasi terendah (V2+) merupakan zat pereduksi yang baik.

Diagram Potensial Elektrode Untuk Vanadium VO2+ (g)+ 1,00 V [kuning] VO2+ (ag) [biru]
+ 0,361 V

V3+ (ag) [hijau]

-0,255 V

V2+ [violet]

-1,18 V

-sifat dari beberapa Ion Vanadium Biloks +2 Oksidasi VO Sifat Basa Iona V2+ Nama Ion Vanadium (11) (Vanadit) +3 V2O5 Basa V3+ Vanadium (111) (vanadat) +4 VO2 Amfoter VO2+ Oksovanadium (IV) (vanadly) B Hypovanadat (vanadit) Coklat Biru Hijau Warna Ion Ungu

+5

V2O5

Amfoter

Dioksovanadium (V)C Ortovanadat d

Kuning Tidak berwarna

Beberapa ion-ion terhidrasi dalam larutan, misalnya {V(H2O)6}2+, {V(H2O)4}2+, dan {VO2(H2O)6}2+.

{V(H2O)6}3+,

Tidak ada anion sederhana dari spesies vanadium (IV). Rumus ini adalah V2O92-. Ion ini hanya didapat pada larutan asam kuat {pH<1,5}. Ortovanadium hanya didapa pada larutan basa kuat {pH>1,3}. Pada pH lebih rendah, anionnya bersifat lebih kompleks, misalnya pirovanadat {V2O74-} dari pH 10 sampai 13 dan metavadanat {VO3-}n dari pH 7 sampai 10.

Tingkat Oksidasi Vanadium Vanadium memiliki berbagai tingkat oksidasi pada persenyawaannya yang terdiri dari +5, +4, +3, dan +2. Bagian ini menunjukkan perubahannya. Pembahasannya dapat dimulai dengan sedikit gambaran, dan kemudian memperhatikan proses reaksi pada saat potensial redoks standar (potensial elektroda standar).Pada umumnya, semakin tinggi keadaan oksidasi vanadium, semakin banyak senyawa beracun.Sumber vanadium yang biasa pada tingkat oksidasi +5 adalah amonium metavanadat, NH4VO3. Zat ini sangat tidak larut dalam air dan biasanya larut dengan mudah dalamlarutannatriumhidroksida.Larutan dapat di reduksi dengan menggunakan seng dan asam baik itu asam klorida maupun asam sulfat, biasanya dengan konsentrasi asam yang sedang.Keberadaan ion vanadium yang tepat dalam larutan sangatlah rumit, dan berubah-ubah sesuai dengan pH larutan. Reaksi terjadi dalam kondisi asam ketika ion yang paling utamadalamlarutanadalahVO2+ disebutiondioksovanadium (V).

Catatan: Ion biasanya ditulis sebagai VO2+ tetapi penulisan yang lebih akurat adalah [VO2(H2O)4]+. Jika kamu melakukan reaksi pada labu yang kecil, pada keadaan normal biasanya labu disumbat dengan kapas mentah. Hal ini dilakukan untuk menyediakan jalan keluar buat hidrogen (yang dihasilkan dari reaksi antara seng dengan asam). Pada saat yang bersamaan penyumbatan ini dilakukan untuk membatasi terlalu banyaknya udara yang masuk pada labu. Penyumbatan dilakukan untuk mencegah re-oksidasi vanadium yang memiliki tingkat oksidasi yang lebih rendah (khususnya tingkat +2) oleh oksigen di udara. Reaksi

biasanya dipanaskan sehingga perubahan yang terjadi berada pada rentang waktu yang memungkinkan. Reduksi ditunjukkan oleh dua tahap. Satu hal yang penting adalah penampakan warna, tetapi proses perubahan terus berlanjut dari awal sampai akhir.

Suatu hal yang penting untuk memperhatikan bahwa warna hijau yang kamu lihat tidak benar-benar menunjukkan tingkat oksidasi yang sebenarnya. Warna ini hanyalah campuran warna kuning tingkat+5 dan warna biru tingkat+4. Catatan: Sepeti halnya ion VO2+, ion VO2+ juga memiliki molekul air yang melekat dengan baik[VO(H2O)5]2+. Perubahan warna terusberlangsung. Alasan untuk membubuhkan tanda kutip pada ion vanadium(III) adalah bertujuan untuk sebuah penyederhanaan. Khusus yang pasti yang dimiliki oleh ion kompleks akan tergantung pada asamyang kamu gunakan pada proses reduksi. Penyederhanaan sangat beralasan pada bagian ini. 2.3. KROMIUM 2.3.1. SEJARAH KROMIUM Ditemukan pada tahun 1797 oleh Vauquelin, yang membuat logam khrom pada tahun berikutnya.. Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-abu, berkilau, keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang cukup tinggi. Pada 1781 ia berhasil mengisolasi logam. Vanquelin kemudian memperoleh oksida oleh penguapan dan akhirnya terisolasi kromium oksida dengan memanaskan dalam oven arang. Vanquelin juga mengidentifikasi sejumlah kecil krom di ruby dan batu zamrud. Vauquelin melanjutkan untuk menemukan Berilium pada tahun 1798. Kromium berasal dari kata Yunani 'kroma', yang berarti warna karena membentuk berbagai senyawa berwarna-warni. (http://www.chemicool.com/elements/kromium.html) Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolismegula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium (C H R OM I U M
DE FI CI E N CY ).

Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan maupun pada komponen kendaraan seperti knalpot pada sepeda motor. Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan karat. Logam kromium murni tidak pernah ditemukan di alam, umumnya berada dalam bentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur lain. Kromium adalah logam yang tahan korosi oleh karena itu banyak digunakan sebagai pelapis elektrolit dan inhibitor korosi dalam campuran baja (AL L O Y ). Senyawa kromium dalam bentuk kromat dan dikromat sangat banyak digunakan oleh industri tekstil, fotografi, pembuatan tinta dan industri zat warna. Tingkat bilangan oksidasi kromium yang sering dijumpai adalah III dan VI. Cr(III) dalam larutan asam berupa ion Cr(H 2O)63+, sedangkan dalam larutan yang basa berupa ion Cr{(OH)5(H2O)}2- dan CR(OH)63- Cr(VI) dalam larutan asam (pH lebih kecil dari 6) berupa ion HCrO4- dan Cr2OH42- yang berwarna jingga, sedangkan dalam larutan basa berupa ion CrO42- uang berwarna kuning. Pada pH yang rendah (sangat asam) hanya ion Cr2O72- yang ada di dalam larutan. Kromium yang telah ditemukan di alam kemudian masuk ke lingkungan melalui limbah industri dari lumpur elektroplating seperti limbah penyamakan dan pabrik inhibitor korosi. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kromium) 2.3.2. KARAKTERISTIK KROMIUM Kromium adalah unsure dengan nomor atom 21 yang paling banyak dalam kerak bumi dengan konsentrasi rata-rata 100 ppm. Senyawa Kromium terdapat di dalam lingkungan, karena erosi dari batuan yang mengandung kromium dan dapat didistribusikan oleh letusan gunung berapi. Rentang konsentrasi dalam tanah adalah antara 1 dan 3000 mg / kg, dalam air laut 5-800 g / liter, dan di sungai dan danau 26 g / liter dengan 5,2 mg / liter. Hubungan antara Cr (III) dan Cr (VI) sangat tergantung pada pH dan oksidatif sifat lokasi, tetapi dalam banyak kasus, Cr (III) adalah spesies dominan, meskipun di beberapa daerah di tanah air dapat mengandung sampai 39 g dari total kromium dari 30 g yang hadir sebagai Cr (VI). Kromium merupakan logam perak, berkilau, sangat keras yang dapat mengambil cermin semir tinggi. Hal ini juga tidak berbau, tawar, dan lunak. Logam membentuk lapisan

tipis oksida pelindung di udara, dan luka bakar ketika dipanaskan untuk membentuk oksida kromium hijau (Cr 2 O 3).

(http://lovekimiabanget.blogspot.com/2010/04/kromium-cr.html)

2.3.3. KEBERADAAN KROMIUM Logam kromium relative jarang ditemukan dan kandungannya dalam kerak bumi di duga kira kira hanya 0,0122 % atau 122 ppm. Sumber kromium terpenting dalam perdagangan adalah bijih kromit ( chromite), FeCr2O4 yang banyak terdapat di Rusia dan Afrika selatan (kira kira 96% cadangan kromium dunia) dan philipina. Sumber kromium lainnya yang lebih sedikit jumlahnya adalah krokoit, PbCrO4 dan oker kroma, Cr2O3. Batu batuan permata seperti zamrud yang berwarna hijau dan Ruby berwarna merah mengandung sekelumit kromium sebagai pengotor.

Gambar kromium Kromium tidak ditemukan sebagai elemen bebas di alam tetapi ditemukan dalam bentuk bijih. Bijih utama krom adalah kromit (FeCr 2 O 4). Untuk mengisolasi logam komersial, bijih kromit dioksidasi menjadi kromium (III) oksida (Cr 2 O 3). Logam ini kemudian diperoleh dengan memanaskan oksida di hadapan aluminium atau silikon.

Sumber kromium yang baik di antaranya adalah daging, biji-bijian (misalnya gandum), rempah-rempah. Selain itu kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen (Cr(III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit yang disebut penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency).

Keterangan Umum Unsur Nama, Lambang, Nomor atom Deret Kimia Golongn, Periode, Blok Penampilan Massa atom Konfigurasi electron Jumlah electron tiap kulit Kromium, Cr, 24 Logam transisi 6, 4, d Perak dan metalik 51. 9961 (6) g/mol [Ar] 3d5 4S1 2, 8, 13, 1

2.3.4. SIFAT-SIFAT FISIK KROMIUM Ciri-ciri Fisik Fase Massa jenis (sekitar suhu kamar) Massa jenis cair pada titik lebur Titik lebur Titik didih Kalor peleburan Kalor penguapan Kapasitas kalor Listrik konduktivitas Konduktivitas termal1 Kapasitas panas spesifik 1 st ionisasi energy 3 rd ionisasi energy Solid 7.15 g/cm3 6.3 g/cm3 2180 K 2944 K 21.0 Kj/mol 339.5 kJ/mol (250C) 23.35 J/(mol.K) 7,9 x 10 6 m S -1 93,9 W m -1 K -1 0,45 J g -1 K -1 652,8 kJ mol -1 2987,2 kJ mol -1

Panas atomisasi 2 nd ionisasi energy Elektron afinitas

397 kJ mol 1592 kJ mol -1 64,3 kJ mol -1

Isotop kromium Beberapa dari isotop kromium digunakan untuk aplikasi medis. Misalnya, Cr-50 yang digunakan untuk produksi radioisotop Cr-51 yang digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah. Cr-53 dan Cr-54 digunakan untuk kajian metabolisme dan diagnosa diabetes. Isotop Massa Atom Waktu paruh Kelimpahan di alam (%)
48 49 50 51 52 53 54 55 56

Momen magnetik nuklir

Cr Cr Cr Cr Cr Cr Cr Cr Cr

47,95404 48,951341 49,9460464 50,944772 51,09405098 52,9406513 53,9388825 54,940844 55,94065

21,6 hari 42,3 menit 27,70 detik 3,497 menit 5,9 menit

4.345 83,789 9,501 2,365 -

0,476 -0,934 -0,47454 -

(http://aprysilverfox.blogspot.com/2010/08/kromium-cr.html) 2.3.5. SIFAT SIFAT KIMIA KROMIUM Nomor Atom Massa Atom Golongan, periode, blok Konfigurasi elektron Jumlah elektron tiap kulit Afinitas electron Ikatan energi dalam gas 24 51,9961 g/mol VI B, 4, d [Ar] 3d5 4s1 2, 8,13, 1 64,3 kJ / mol -1 142,9 5,4 kJ / mol -1.

Panjang Ikatan Cr-Cr Senyawa beracun dan mudah terbakar

249 pm

2.3 PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEKS (V DAN Cr) DENGAN ATOM PUSAT V DAN LIGAN KUAT [V(NH3)6]2- : V = 0 X 6 = +2 V = +2
23V

= 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d3 4s2

+2 23V =

You might also like