You are on page 1of 3

Asuhan Keperawatan Pasien dengan syok Hipovolemik Pemantauan fisik yang teratur, dimulai setiap 15 menit, akan memberikan

indikatorperubahan yang cepat dibandingkan pemantauan lain. Pemahaman tentang fisiologis memungkinkan deteksi dan penanganan dini untuk mengatasi atau memperbaiki perubahan fungsi fisiologis tersebut. Pada awalnya, hipoksia karena penurunan volume sirkulasi menstimulasi pusat pernafasan, dengan meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan hingga dua kali volume tidal normal sebagai upaya untuk meningkatkan kadar oksigen dalam sirkulasi. Ketika fase syok berkembang, otot pernafasan menjadi letih dan pasien mulai mengalami hiperventilasi dengan pernafasan yang cepat, namun dangkal. Sebaiknya, pasien harus diberikan 100% vis sungkup non-rebreathe. Oksign yang dilmbabkan meningkatkan ekspektorasi sekresi dan mencegah kerusakan mukosa dan silia bronkial. Pemantauan frekuensi pernafasan, kadar saturasi oksigen, dan gas darah penting sebagai indikator sirkulasi dan perfusi oksigen. Terjadi takikardi, disertai denyut nadi perifer yang lemah dan sulit diraba akibat penurunan aliran perifer. Pemantauan jantung mengidentifikasi setiap aritmia jantung secara dini. Tekanan darah pada awalnya normal sebelum terjadi mekanisme kompensasi. Penurunan tekanan darah berhubungan dengan tekanan sistolik akibat berkurangnya volume sekuncup jantung, sedngkan tekanan diastolik tetap normal karena vasokonstriksi perifer sehingga memberikan rentang sistolik-diastolik yang lebih sempit. Saat volume sirkulasi menurun, pembacaan tekanan darah perifer menjadi kurang akurat dan tindakan infasif, seperti tekanan vena sentral (central venous pressure, CVP), diperlukan. Suhu inti dn perifer diukur karen kehilangan darah menyebabkan suhu mnurun akibat penurunan panas sirkulasi. Oleh sebab itu, kehilangan darah yang banyak mengakibatkan hipotermia. Pemanasan ulang yang cepat dihindari karna memicu vasodilatasi dan mempengaruhi mekanisme kompensasi fisiologis. Dengan demikian, pemanasan ulang secara bertahap sangat penting, disertai pemberian cairan intravena hangat bila diperlukan. Pada fase awal syok, saat sistem saraf pusat terstimulasi, trjadi peningkatan suplai darah ke organ utama serta lebih sedikit ke area perifer dan peningkatan aktivitas kelenjar keringat menyebabkan kulit dingin, pucat, dan lembab. Akibat vasokonstriksiyang terusmenerus, suplai oksigen ke perifer semakin berkurang dan kulit tampak sianotik, dingin, dan mottled (keadaan berbintik-bintik dengan bercak-bercak warna). Karena kulit juga mengalami

dehidrasi, turgor kulit memburuk sedangkan membran mukosa kering dan pucat akibat penurunan suplai darah. Pemantauan keseimbangan cairan tiap jam sangat penting. Haluaran urine via kateter harus lebih dari 0,5 ml/kg/jam atau 20 ml/jam; kurang dari nilai tersebut menandakan penurunan perfusi ginjal. Berat jenis atau osmolaritas urine naik saat konsentrasi urine meningkat yang disebabkan oleh ekskresi produk sisa dan retensi cairan yang berlanjut. Bila fase syok berkembang, ginjal mengeluerkan produk sisa lrbih sedikit. Saat volume juga rendah, konsentrasi relatif tetap stabil atau encer karena ginjal tidak mamp u memekatkan urine. Untuk mencegah perkembangan syok, diperlukan tindakan untuk mengatasi penyebab, mencegah kehilangan darah lebih lanjut, dan mengganti volme yang bersirkulasi. Dua kanula berlubang besar diperlukaan untuk infus cairan yang cepat dalam jumlah banyak. Jika insersi jalur perifer sulit untuk dilakukan karena vasokonstriksi, jalur sentral akan diperlukan. Tranfusi darah sangat tepat karena dapat mengikatkan volume sirkulasi dan kapasitas mengangkut oksigen untuk menyuplai jaringan; oleh sebab itu, 2-3 unit darah perlu di crossmatch. Cairan koloid dan kristaloid menigkatkan volume, bukan kapasitas oksigen, yang semakinmengencerkan darah, seperti yang terlihat dalam kadar hemoglobin (normalnya 12,5-14 g/100 ml) dan hematokrit (normalnya di atas 30%). Sebagian besar obat-obatan diberikan melalui intravena untuk meningkatkan kecepatan absorpsi, namun adrenalin (epinefrin) harus diberikan melalui intramuskular jika diperlukan. Tingkat kesadaran pasien menurun akibat penurunan alirn darah serebral yang menyebabkan ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel otak. Pada awalnya, terdapat sedikit perubahan yang umum, seperti kegelisahan, agitasi, dan iritabilitas. Saat iskemia serebral bertambah, konfusi, perubahan kepribadian, paranoia, penilaian yang buruk, kehilangan ingatan dan perubahan pola tidur aka terjadi. Ketika fase syok berkembang, respons terhadap stimulasi verbal berkurang. Selanjutnya, perawat perlu mengkaji respond pasien terrhadap nyeri yang juga akan menurun sampai tidakada respon terhadap stimulus apapun. Penilaian perubahab tersebut menggunakan Glasgow Coma Scalle yang memungkinkan deteksi dini terhadap perubahan. Ketika pasien diposisikan supinasi, terdapat resiko ajumulasi cairan pada paru dan dekubitus terjadi akibat penurunan perfusi jaringan dan meningkatkan kerentanan terhadap area tekan yang rusak. Perawatan area tekan secara teratur disertai pemindahan dan penanganan yang tepat untuk mencegah pergerakan lokasi fraktur sangat penting.

Pasien akan dipusakan bila memerlukan pembedahan dan untuk mengurangi risiko aspirasi. Perawatan mulut secara teratur akan meningkatkan kenyamananpasien dan mengurangi ketidaknyamanan oral akibat dehidrasi. Pasien dan keluarga memerlukan dukungan secara verbal, dan psikologis, melalui kemampuan komunikasi yang baik dan informasi mengenai pengaruh dan implikasi cidera dan asuhan keperawatan.

You might also like