You are on page 1of 30

PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA POKOK BAHASAN

SIFAT MAGNET DI KELAS V SD NEGERI 1 KONAWE

MUH. ASWAD,S 819713342

ABSTRAK

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan baik dari a, aktivitas guru, maupun evaluasi hasil belajar siswa, dapat disimpulkan sebagai berikut: Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet di kelas V SD Negeri Taipa, hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat. Pada siklus I, terdapat 2 (14,3%) siswa yang sudah tuntas. Sementara siswa yang belum tuntas adalah 12 (85,7%) dengan skor rata-rata yang diperoleh 5,5 (55%). Nilai maksimum yang diperoleh pada siklus ini adalah 7 dan nilai minimumnya 4. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 6 siswa (42,9%) yang sudah tuntas. Sementara siswa yang belum tuntas adalah 8 siswa (57,1%) dengan skor rata-rata yang diperoleh adalah 6,6 (66%). Nilai maksimum adalah 8 dan nilai minimumnya adalah 6. Pada siklus III mengalami peningkatan yang sangat signifikan karena keseluruhan siswa telah menuntaskan pelajaran sifat magnet Agar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan siswa dalam pendekatan proses keterampilan serta proses lebih diefektifkan dan dieksplorasi agar dapat menambah gairah pembelajaran memberikan pemahaman yang lebih baik kepada siswa dan sudah memahami sepenuhnya materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan

I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja melainkan juga merupakan suatu proses penemuan. Hal ini sejalan dengan pendapat James Conant (dalam Usman, 2006: 12) yang mengatakan bahwa sains adalah sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimen dan observasi, serta bangun untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Pembelajaran IPA dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta aspek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk mencari dan berbuat, sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam semesta. Peningkatan hasil belajar khususnya di sekolah dasar tidak akan terjadi tanpa adanya kerjasama dari berbagai pihak. Pendidikan dan pengajaran dapat berhasil sesuai dengan harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan dan saling menunjang. Faktor yang paling menentukan keberhasilan pendidikan/pengajaran adalah guru, sehingga guru sangat dituntut kemampuannya untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa dengan baik, untuk itu guru perlu mendapatkan pengetahuan tentang metode dan media pengajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar. Upaya-upaya untuk meningkatkan mutu hasil belajar IPA dikembangkan terus seperti penyempurnaan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, penyediaan buku ajar, perlengkapan KIT IPA di sekolah dasar, tetapi sejauh ini tampaknya hasil belajar IPA secara umum masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan adalah pelaksanaan proses pembelajaran yang belum optimal. Dalam proses pembelajaran seharusnya siswa dapat mengembangkan kemampuannya, akan tetapi pada kenyataannya hal tersebut kurang menjadi perhatian. Proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk membangun dan mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, yang mampu memecahkan masalah kreatif dan inovatif, akan tetapi kenyataannya tidak seperti itu, terlebih pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Konawe pada tanggal 16 Oktober 2012, terungkap bahwa pembelajaran IPA di sekolah tersebut masih bersifat konvensional. Hal ini dapat dilihat dalam proses belajar

mengajar guru yang tidak menggunakan pendekatan yang bervariasi, sehingga dalam proses pembelajaran terkesan siswa kurang aktif. Hal ini mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA khususnya dalam pembahasan magnet, sangat rendah, yakni hanya mencapai 30%. Padahal standar KKM adalah 65%. Ini dikarenakan kurangnya melakukan percobaan, pengamatan, serta tidak diberi kesempatan untuk mengomunikasikan apa yang mereka lihat. Dalam mengajarkan pokok bahasan magnet di kelas V SDN 1 Konawe, pada umumnya masih memberikan pembelajaran yang monoton, yakni hanya memberikan konsep-konsep magnet yang hanya terdapat dalam buku paket saja, tanpa mengajarkan proses dari konsep tersebut melalui percobaan dan pengalaman langsung. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. Dengan pendekatan keterampilan proses, siswa akan lebih mudah memahami konsep yang abstrak jika belajar melalui benda-benda konkret dan langsung melakukan sendiri (Semiawan, 1985:5). Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang paling banyak disarankan untuk digunakan dalam membelajarkan IPA di SD berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (Usman, 2006:25). Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan keterampilan proses, mendorong siswa tidak merasa diberi tahu, tetapi dia sendiri mencari tahu. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara cepat, sehingga tidak mungkin lagi mengajarkan fakta dan konsep saja kepada siswa. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan konsep tidak dapat dipisahkan dari pengembangan sikap dan nilai. Keterampilan proses akan menjadi wahana pengait antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai. Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa keunggulan pendekatan keterapilan proses di dalam proses pembelajaran, antara lain adalah: a).Siswa terlibat langsungdengan objek nyata, sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. a) Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari. b) Melatih siswa untuk berpikir lebih kritis. c) Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran. d) Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru. e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah. (Nyimas Aisyah, 2007:25). Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, peneliti mengangkat judul: Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Sifat Magnet di Kelas V SD Negeri 1 Konawe.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah Secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar siswa kelas V SDN 1 KONAWE pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat magnet dapat ditingkatkan dengan menggunakan keterampilan proses? 2. Pemecahan Masalah Berdasarkan masalah di atas, maka penulis membuat pemecahan masalah melalui tindakan perbaikan dalam tiga siklus dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. Alasan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat magnet karena pendekatan pembelajaran tersebut dapat membantu siswa memudahkan memahami, mengembangkan konsep, dan mengetahui proses terjadinya gaya magnet. Pencapaian proses dan hasil belajar dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: persiapan pembelajaran, penyajian materi, kerja kelompok, peningkatan individual, mengadakan tes, dan pemberian skor akhir. C. Tujuan Perbaikan Tujuan perbaikan pembelajaran ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Sifat Magnet dengan menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses di kelas V SD Negeri 1 konawe. D. Manfaat Perbaikan Manfaat yang diharapkan dalam perbaikan pembelajaran ini adalah: 1. Bagi siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 1 Konawe, akan terdorong untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat magnet melalui penggunaan pendekatan keterampilan proses. 2. Bagi guru pengajar IPA di kelas V dapat meningkatkan profesionalnya dalam pengelolaan pembelajaran dengan bahan pelajarannya. 3. Bagi sekolah, hasil perbaikan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi berharga bagi kepala sekolah, untuk mengambil kebijakan yang tepat dalam kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan pendekatan pembelajaran, guna menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif, dan efisien bagi para guru-guru di Sekolah Dasar.

KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Siswa Setiap akhir program pembelajaran selalu diadakan evaluasi dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siswa karena hasil belajar yang diperoleh siswa dapat menunjukkan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan hasil belajar di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian hasil belajar, ciri-ciri hasil belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. 1. Pengertian Hasil Belajar Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau belajar (Dimyati dan Moedjiono, 1992:40). Hasil belajar dapat berupa pengetahuan (kognitif), tingkah laku atau sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan seseorang dari suatu perbuatan belajar, atau hasil belajar merupakan kecakapan nyata yang dicapai siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar yang utama adalah pola tingkah laku yang bulat yang diperoleh oleh setiap siswa setelah proses belajar. Di dalam proses belajar siswa mengerjakan hal-hal yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan dan maksud belajar. Hasil belajar akan dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan sikap dan nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi (Tabrani Rusyan, 1989:8). Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi proses pembelajaran melalui evaluasi belajar IPA yang dilakukan dengan tes yang dijadwalkan. Kemajuan yang diperoleh siswa tidak hanya berupa ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa sikap dan kecakapan atau keterampilan khususnya dalam mata pelajaran IPA 2. Ciri-ciri Hasil Belajar Menurut Karti Soeharto (1995:108), belajar ditandai dengan ciri-ciri yaitu: (1) disengaja dan bertujuan, (2) tahan lama, (3) bukan karena kebetulan, dan (4) bukan karena kematangan dan pertumbuhan. Dengan pengalaman yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan, baik perubahan pada aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Perubahan ketiga aspek tersebut di atas merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat A.A. Gede Agung (1997:78) yang mengatakan bahwa: Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal, yaitu: kognitif, afektif, psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan kemajuan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar

dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecenderungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian adanya respon atau tanggapan dan penghargaan. Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan cir-ciri: keberanian menampilkan minat dan kebutuhannya, keberanian berpartisipasi di dalam kegiatan penampilan sebagai usaha/kereativitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain. Berdasarkan ciri-ciri hasil belajar di atas maka tugas guru selain mengajar juga mendidik dan melatih siswa agar menjadi siswa yang cerdas, bersikap baik dan memiliki keterampilan-keterampilan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar, merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan itu maka hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar menurut Hidayat (2001:IV) dapat diuraikan sebagai berikut: (1) siswa memiliki pemahaman tentang konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari; (2) memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar; (3) mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan seharihari; (4) mengenal dan dapat memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar. Dari uraian di atas dapat ditugaskan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar dapat diuraikan sebagai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat melatih pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA, melatih keterampilan siswa dalam menggunakan alat teknologi sederhana dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam sekitar yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar siswa selalu bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktorfaktor tersebut adalah faktor dalam dan faktor luar individu. Faktor dalam meliputi: keadaan, motivasi, minat, intelegensi, dan bakat siswa. Faktor luar meliputi: fasilitas belajar, waktu, media belajar, dan cara mengajar (Soemadi Suryabrata, 19871:7). Selain itu, hasil belajar dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologi seperti kecerdasan, motivasi, perhatian, pengindraan, cita-cita peserta didik, kebugaran fisik dan mental, seta lingkungan yang menunjang (Tabrani Rusyan, 1993:32).

Untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik, dalam proses pembelajaran maka guru harus memahami keadaan siswa, baik keadaan fisik, keadaan psikis, maupun lingkungan atau latar belakang kehidupan siswa. B. Pembelajaran Pokok Bahasan Sifat Magnet di Kelas V SD Ilmu pengetahuan magnetisme timbul dari pengamatan bahwa batu-batu tertentu akan menarik potongan besi yang kecil-kecil. Magnetisme berasal dari daerah Magnesia di Asia Kecil, yaitu salah satu di antara tempat di mana batu-batu tersebut ditemukan. Kita telah mengetahui bahwa sebuah magnet dapat menarik jarum, paku, klip kertas, serbuk besi, dan sebagainya. Sebuah magnet, apakah berbentuk batang atau ladam mempunyai dua kutub yang disebut kutub magnet, yang merupakan bagian magnet yang mempunyai pengaruh kemagnetan paling kuat. Jika sebuah magnet digantungkan dengan benang dan bisa bergerak dengan bebas, maka salah satu ujungnya selalu menunjuk ke arah utara dan ujung lainnya menunjuk ke arah selatan. Ini merupakan asas piranti yang kita kenal dengan kompas. Jarum kompas adalah sebuah magnet yang ditopang pada pusat beratnya, sehingga dapat berputar secara bebas. Kutub magnet yang menunjuk arah utara disebut kutub utara, kutub magnet yang menunjuk arah selatan disebut kutub selatan. Kenyataan yang sudah biasa kita amati bahwa dua magnet yang saling didekatkan akan melakukan gaya satu sama lain. Gaya tolak akan terjadi jika kutub-kutub yang didekatkan sejenis, akan tarik menarik jika kutub yang didekatkan tidak sejenis. Gejala ini mirip dengan gaya antara muatan-muatan listrik. Namun, jangan menyamakan kutub magnet dengan muatan listrik. Salah satu perbedaannya adalah bahwa muatan listrik positif atau negatif dapat diisolasi dengan mudah. Tetapi kita tidak mungkin dapat mengisolasi kutub magnet tunggal jika magnet batang dipotong berulang-ulang, kita selalu mendapatkan kutub utara dan kutub selatan yang berpasangan. Magnet mempunyai banyak kegunaan. Magnet digunakan pada berbagai macam alat, mulai dari alat yang sederhana sampai alat yang rumit. Kamu dapat menjumpai alat-alat yang menggunakan magnet dalam kehidupanmu sehari-hari. Selain magnet alam, ada juga magnet buatan. Magnet buatan adalah magnet yang dibuat orang dari besi atau baja. Magnet buatan digunakan untuk berbagai kebutuhan. C. Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses dapat diaratikan sebagai wawasan anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986:27). Berdasarkan pengertian pendekatan keterampilan proses tersebut, diperoleh suatu gambaran bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan

instruksional yang berada di luar kemampuan siswa, melainkan pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Ada enam keterampilan proses dasar IPA yang diidentifikasi yaitu: mengamati, mengelompokkan, mengukur, menyimpulkan, meramalkan, dan mengomunikasikan. Siswa menggunakan alat indra untuk mengamati objek atau kejadian dan mencari pola-pola tertentu. Mereka mengelompokkan untuk menyusun konsep-konsep baru dengan meneliti perbedaan dan persamaan yang dimiliki. Secara lisan dan tulisan, mereka mengomunikasikan apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat dikerjakan. Untuk mendeskripsikan objek dan peristiwa secara kuantitatif, mereka melakukan pengukuran. Mereka menyimpulkan penjelasan yang diperoleh dan berkeinginan mengubah kesimpulan berdasarkan informasi baru yang tersedia, serta mereka memperkirakan/meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sebelum mereka meneliti yang sesungguhnya. Masih banyak lagi pengelompokan keterampilan proses IPA yang harus dikuasai, tetapi pada prinsipnya hampir tidak ada bedanya antara satu ahli dengan ahli yang lainnya. Perbedaan hanya ada pada segi jumlah, dan hal itu pun hanya karna ada yang mengelompokkan lebih dari satu keterampilan proses pada kategori tertentu. Hal yang lebih penting untuk diuraikan adalah pengertian dari setiap keterampilan proses itu sendiri yang meskipun merupakan satu rangkaian yang berkaitan erat satu dengan yang lainnya, tetapi mempunyai pengertian yang berbeda. 1. Keterampilan Melakukan Observasi Keterampilan melakukan observasi adalah kemampuan menggunakan panca indera untuk memperoleh data atau informasi. Keterampilan ini merupakan proses IPA yang terpenting karena kebenaran ilmu yang diperoleh bergantung pada kebenaran dan kecermatan hasil observasi. Kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan yang paling mendasar dalam IPA dan penting untuk mengembangkan keterampilan proses yang lainnya. Observasi ini dapat berupa observasi kualitatif apabila hanya menggunakan alat indera untuk memperoleh informasi observasi kualitatif berkaitan dengan pernyataan seperti warnanya hijau, rasanya manis, Suaranya merdu, dan sebagainya. Akan tetapi, observasi dapat juga bersifat kuantitatif apabila didasarkan pada satuan ukuran standar tertentu. Hasil observasi kuantitatif tercermin dalam pernyataan seperti tingginya 167 cm, suhunya 60C, dan sebagainya. Secara lebih terperinci dapat dikemukakan bahwa observasi adalah dasar dari seluruh kegiatan dalam pengumpulan data, dengan memberikan kriteria sebagai berikut: (a) menggunakan lebih dari satu jenis alat indera, (b) mengidentifikasi persamaan dan perbedaan, (c) menentukan dari satu objek atau peristiwa, (d) menggunakan alat bantu untuk pengamatan yang lebih detail, dan melakukan pengukuran atau membandingkan dengan menggunakan alat ukur yang sesuai

2. Keterampilan Mengklasifikasi Keterampilan mengklasifikasi ialah mengelompokkan atas aspek dan ciri-ciri tertentu. Keterampilan ini juga merupakan dasar pembentukan konsep. Setiap objek dapat digolongkan atas dasar ukuran, warna atau sifat lainnya. Dengan kata lain, klasifikasi adalah mengorganisasikan materi, kejadian, atau fenomena ke dalam kelompok secara logis. Kita menyusun benda atau kejadian pada umumnya didasarkan pada persamaan dan perbedaan yang dimiliki pada kriteria tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengklasifikasi hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kita. Siswa sering diklasifikasikan berdasarkan jenis kelaminnya, umur, minat, atau latar belakang keluarganya. Jenis buku sering diklasifikasikan atas buku ajar dengan buku referensi, buku fiksi dengan buku nonfiksi, buku cerita dengan buku ilmiah. 3. Keterampilan Berkomunikasi Komunikasi adalah kemampuan

untuk

menyampaikan

hasil

pengamatan

pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain, baik secara lisan maupun secara tulisan. Bentuknya bisa seperti laporan, grafik, gambar, diagram, atau tabel yang disampaikan kepada orang lain. Komunikasi merupakan dasar dari pemecahan masalah. Komunikasi sangat diperlukan karena semua orang merasa mengomunikasikan ide, perasaan, dan kebutuhannya kepada orang lain. Demikian pula sebaliknya, diperlukan untuk mendengarkan, menyemak, dan memahami orang lain. Kemampuan komunikasi ini perlu dilatih dan dikembangkan. Menurut Soetardjo (dalam Bundu, 2006:26) seseorang dapat melakukan komunikasi dengan baik, apabila: a. Mendeskripsikan apa yang diamati (lihat, raba, denga, bau, kecap) bukan apa yang ditafsirkan. b. Menggunakan deksripsi singkat dengan bahasa yang tepat. c. Mengomunikasikan informasi secara akurat dengan menggunakan sebanyak mungkin-observasi sesuai situasi yang ada. d. Memperhatikan pandangan dan pengalaman lalu orang yang diajak berkomunikasi. e. Melengkapi komunikasi dengan media untuk mendapatkan umpan balik, sehingga efektivitas komunikasi dapat diketahui. f. Membuat alternatif deskripsi yang lain jika diperlukan. 4. Keterampilan Memprediksi Prediksi adalah suatu perkiraan yang spesifik pada bentuk observasi yang akan datang. Prediksi harus didasarkan hasil observasi yang hati-hati, pengukuran yang teliti. Jadi, bukan hanya sekedar menebak tanpa ada dasarnya. Kemampuan membuat prediksi akan memberikan kemudahan bagi seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kemampuan memprediksi, menurut Soetardjo (dalam Bundu, 2006:27) berkaitan erat dengan obseravasi, inferensi, dan klasifikasi. Darmodjo (dalam Bundu, 2006:27) membedakan prediksi dengan interpretasi (penafsiran) melalui sebuah garis datar. Bagian

yang masuk dari garis datar adalah interpretasi, sedangkan yang keluar garis datar adalah prediksi. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

interpretasi 8 6 4

prediksi

2
Gambar 2.1 Garis 1 datar 2 membedakan 3 4 prediksi 5 6dengan interpretasi 5. Keterampilan Menginferensi Menginferensi adalah penarikan kesimpulan dan penjelasan dari hasil pengamatan. Jika observasi adalah pengalaman yang diperoleh melalui satu atau lebih alat indera, maka inferensi adalah penafsiran atau penjelasan terhadap hasil observasi tersebut. Pertama-tama data dikumpulkan, kadang-kadang melalui eksperimen, lalu dibuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai waktu tertentu. Kesimpulan yang sesungguhnya masih merupakan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai saat itu. 6. Keterampilan Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah kemampuan dasar dalam ilmiah. Merupakan suatu pemikiran yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Hipotesis berupa dugaan yang didasari pemikiran logis antara setiap variasi yang diselidiki, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam menyeleksi data apa yang harus dikumpulkan. Oleh sebab itu, suatu penelitian atau eksperimen dilaksanakan, dinyatakan lebih dahulu hipotesisnya. Dalam pembelajaran IPA, banyak kegiatan yang dapat mendorong siswa untuk menyusun hipotesis. Siswa dapat berhipotesis bahwa lilin menyala akan padam jika ditutup, tanaman diberi pupuk akan tumbuh lebih subur. Menurut Semiawan dkk. (dalam Bundu, 2006:28) hipotesis dapat menjadi kunci pembuka tabir penemuan berbagai hal baru. 7. Keterampilan Mengendalikan/Mengontrol Variabel Mengontrol variabel adalah upaya mengalokasikan variabel yang tidak diteliti, sehingga yang diperoleh berasal dari variabel yang diteliti. Secara garis besar, ada tiga jenis variabel yang penting yang perlu dikendalikan, yakni variabel bebas (variabel yang sengaja diubah dalam satu penelitian), variabel terikat (variabel yang berubah akibat perubahan

variabel bebas), variabel kontrol (variabel yang sengaja dibuat konstan untuk mendapatkan hasil yang mantap). 8. Keterampilan Merancang dan Melakukan Eksperimen Melakukan eksperimen adalah suatu kegiatan yang mencakup seluruh keterampilan proses yang telah diuraikan, karena untuk menentukan jawaban dari satu pertanyaan diperlukan langkah-langkah seperti identifikasi variabel, membuat prediksi, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menginterpretasi data, dan membuat kesimpulan sebagai jawaban pertanyaan yang diajukan (Soetardjo, 1998). Menurut Gega (dalam Bundu, 206:31) ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan eksperimen yakni sebelum melakukan percobaan harus selalu ada dugaan sementara (hipotesis) yang harus diuji dan selama melakukan eksperimen hanya diperkenankan meneliti satu variabel untuk setiap pengamatan. Secara terperinci, Hadiat (dalam Bundu, 2006:31) mengemukakan sejumlah keterampilan proses dengan ciri-cirinya yang perlu dilatihkan pada siswa di sekolah. Keterampilan proses tersebut, seperti tampak pada tabel di bawah ini. Tabel 1: Keterampilan Proses dan Ciri-cirinya Keterampilan Proses Observasi (pengamatan) Klasifikasi (menggolongkan) Aplikasi Konsep (menerapkan konsep) Prediksi (meramalkan) Interpretasi (menafsirkan) Menggunakan Alat) Eksperimen (merencanakan dan melakukan percobaan) Mengomunikasikan Ciri Aktivitas Menggunakan alat indera sebagaimana mungkin, mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai. Mencari perbedaan, mengontraskan, mencari kesamaan, membandingkan, mencari dasar penggolongan. Menghitung, menjelaskan peristiwa, menerapkan konsep yang dipelajari pada situasi baru. Menggunakan pola, menghubungkan pola yang ada, dan memperkirakan peristiwa yang akan terjadi. Mencatat hasil pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan, dan membuat kesimpulan. Berlatih menggunakan alat/bahan, menjelaskan mengapa dan bagaimana alat digunakan. Menentukan alt dan bahan yang digunakan, menentukan variabel, menentukan apa yang diamati, diukur, menentukan langkah kegiatan, menentukan bagaimana data diolah dan disimpulkan. Membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaan, dan menyimpulkan laporan secara sistematis. Bertanya, meminta penjelasan, bertanya tentang latar belakang, hipotesis.

Mengajukan Pertanyaan

D. Implementasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA Untuk mempermudah proses belajar mengajar, maka pembelajaran harus direncanakan agar materi yang diberikan lebih bermakna. Guru perlu mempertimbangkan materi yang diberikan kepada siswa dan seberapa banyak yang masih bisa diingat, seberapa jauh dapat diamalkan atau digunakan siswa dalam situasi yang berbeda setelah seminggu, sebulan, setahun, atau selama hidupnya. Pertimbangan semacam ini sangat penting karena pembelajaran dikatakan berhasil bila hasilnya tahan lama dan siswa dapat menggunakannya selama hidupnya. Di dalam merencanakan pembelajaran, kita harus berorientasi kepada tujuan yang harus dicapai oleh siswa. Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran harus jelas, karena tujuan pembelajaran adalah untuk membentuk kepribadian siswa dengan cara membekali melalui seperangkat materi pembelajaran. Dalam merencanakan dan mengelola proses belajar mengajar, salah satu tugas adalah merencanakan konsep-konsep IPA yang dianggap penting harus dipahami siswa serta proses-proses IPA apa yang harus dilatihkan kepada mereka. Dalam perencanaan tingkat perkembangan intelektual siswa, artinya guru perlu menguasai landasan-landasan psikologi terutama yang berhubungan dengan bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Dalam menyusun rencana pembelajaran untuk satu satuan waktu mengikuti langkahlangkah dalam strategi mengajar menurut Ratna Wiis (dalam Hafid, 1996:22) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Tentukan kelas dan satuan waktu untuk membuat perencanaan pembelajaran. Tentukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip IPA yang diajarkan. Urutkan semua keterampilan proses IPA serta subketerampilan proses yang menyertai. Tentukan metode atau pendekatan pembelajaran yang akan digunakan untuk mengajarkan setiap konsep atau prinsip IPA. 5. Tentukan keterampilan proses atau subketerampilan proses IPA yang akan dikembangkan untuk setiap konsep atau prinsip IPA yang akan diajarkan dengan metode yang telah ditentukan. 6. Susunlah persiapan mengajar untuk setiap konsep atau prinsip IPA. Dalam perencanaan pembelajaran tentunya harus diperhatikan metode yang harus digunakan guru, penilaian keseluruhan yang meliputi penilaian prestasi siswa, sikap, dan penilaian perbuatan siswa. Secara terperinci diuraikan langkah-langkah menurut Conni Semiawan (dalam Hafid, 1996:23) adalah sebagai berikut: 1. Melihat kurikulum, dalam hal ini TIK, pokok bahasan, kelas, semester, dan waktu. 2. Jabarkan Tujuan Instruksional Umum ke dalam tujuan-tujuan pembelajaran yang meliputi aspek-aspek keterampilan proses dan sikap. 3. Usahakan agar setiap tujuan pembelajaran tersebut dapat diukur dengan cara membuat rencana penilaian. 4. Tentukan metode dan pendekatan yang akan dipilih. 5. Carilah sumber-sumber untuk memperkaya pelajaran yang akan digunakan mengajar. 6. Buatlah gambaran teknik pelaksanaan secara singkat. 7. Lengkapilah perencanaan pembelajaran dengan lembaran kerja siswa.

Melihat kedua perencanaan tersebut, tentu saja tidak terikat. Guru dapat secara bebas mengembangkan kreativitas dan kemampuannya untuk membuat perencanaan yang bermakna bagi siswa, sehingga mereka ditantang untuk selalu meningkatkan kualitas hasil belajar melalui proses berpikir dan penemuan saat mengembangkan keterampilan prosesnya. III .PELAKSANAAN PERBAIKAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil 2012 selama dua bulan, mulai bulan Oktober 2012 sampai bulan November 2012 bertempat di SDN Taipa Konawe Utara Sulawesi Tenggara. Alasan penelitian dilaksanakan pada semester ganjil karena berdasarkan KTSP, pokok bahasan sifat magnet di kelas V terdapat pada semester ganjil. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN, yang berjumlah 14 orang, 7 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dimulai pada tanggal 16 Oktober 2012 sampai dengan 30 Oktober 2012 dengan rincian waktu, siklus I Selasa 16 Oktober 2012, siklus II Selasa 23 Oktober 2012, siklus III Selasa 30 Oktober 2012. Yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran ini adalah mata pelajaran IPA, pokok bahasan magnet. C. Deskripsi Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Perbaikan pembelajaran adalah perbaikan yang dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran (Kasihani Kasbolah, 1998:12). Perbaikan pembelajaran ini direncanakan akan dilaksanakan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, meliputi: 1. tahap perencanaan, 2. tahap pelaksanaan, 3. tahap observasi/evaluasi, 4. tahap refleksi Masing-masing tahapan ini secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Hal-hal yang perlu disampaikan adalah: 1. menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan dalam setiap siklus 2. menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan 3. menentukan pendekatan pembelajaran 4. menyiapkan alat penelitian 5. menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa 6. menyiapkan lembar pengamatan untuk guru

7. merancang alat evaluasi b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Struktur waktu diatur sebagai berikut: apersepsi 10 menit, kegiatan inti 50 menit, evaluasi dan tindak lanjut 10 menit. Maka waktu keseluruhan menjadi 70 menit yang dilaksanakan pada satu kali pertemuan. c. Tahap Observasi/Evaluasi Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses berlangsung, dengan menggunakan lembar pengamatan untuk siswa dan guru, yang telah disiapkan. Pada setiap akhir pertemuan akhir siklus dilakukan evaluasi dengan pemberian tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa. d. Tahap Refleksi Refleksi ini dilakukan untuk mengkaji hasil tindakan pada setiap siklus mengenai hasil belajar IPA. Hasil kajian tindakan setiap siklus selanjutnya untuk dipikirkan serta ditetapkan beberapa alternatif tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Tindakan ini ditetapkan menjadi tindakan baru pada siklus berikutnya. D. Jenis Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan keterampilan proses dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang diambil dengan menggunakan lembar pengamatan, sedangkan data kuantiatif berupa hasil belajar siswa yang diambil dengan menggunakan tes hasil belajar. Sumber data adalah siswa dan guru dalam proses pembelajaran di kelas. E. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul, selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menentukan perkembangan proses pembelajaran, sedangkan analisis kuantitatif yaitu skor rata-rata dan persentase. Ukuran ketuntasan didasarkan pada nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) individual siswa yang diperoleh dengan rumus berikut.

Nilai Perolehan Siswa x100% Nilai Maksimal Siswa

F. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam perbaikan pembelajaran ini yaitu bila skor rata-rata hasil belajar dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami peningkatan. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA kelas V di SD Negeri Konawe, nilai KKM secara klasikal di kelas tersebut 80% siswa telah mencapai 70% dari jumlah siswa yang telah tuntas belajar. Secara kualitatif siswa dianggap berhasil apabila terlihat antusias dan bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari KKM secara klasikal adalah sebagai berikut:

Jumlah Siswa yang Memperoleh Nilai KKM x100% Jumlah Siswa


IV.HASIL PERBAIKAN DAN PEMBAHASAN

Penyajian hasil perbaikan pada bab ini dibagi dalam dua bagian yaitu deskripsi persiklus pengolahan data dan pembahasan dari setiap siklus. A. Deskripsi Per Siklus Hasil Pengolahan Data 1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Adapun rencana perbaikan yang disusun melalui langkah-langkah dalam rencana perbaikan pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat magnet, adalah sebagai berikut: 1) menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan dalam siklus I 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan 3) menentukan pendekatan pembelajaran 4) menyiapkan alat penelitian 5) menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa 6) menyiapkan lembar pengamatan untuk guru 7) merancang alat evaluasi 8) menentukan teman sejawat yang akan mengamati proses pembelajaran b. Pengamatan Aktivitas Siswa Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet dengan menggunakan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri Konawe dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2: Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I No 1 Aktivitas Siswa Skor Hasil Pengamatan Siklus I 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Cukup

Siswa mendengarkan dan menanggapi dengan seksama apersepsi yang disampaikan oleh guru 2 Siswa termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran 3 Siswa memahami materi dan pendekatan yang dijelaskan oleh guru 4 Siswa membentuk kelompok di bawah bimbingan guru Siswa bekerja sama dalam kelompok mengamati beberapa magnet 5 yang disiapkan oleh guru Siswa bekerja sama dalam kelompok menggolong-golongkan 6 magnet berdasarkan bentuknya 7 Siswa terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 8 Siswa membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tulis 9 Siswa berdiskusi untuk menemukan gagasan baru 10 Melakukan kerja individual dan kelompok 11 Bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami siswa Meluruskan pemahaman mengenai materi dan pendekatan 12 pembelajaran yang belum dipahami 13 Melakukan evaluasi Skor Rata-rata Kategori Ket: 1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata aktivitas siswa kelas V SD Negeri Konawe pada siklus I adalah sebesar 2 yang termasuk dalam kategori cukup. Skor di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siklus I ini masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal di antaranya: 1) Siswa kurang mendengarkan dan menanggapi dengan seksama apersepsi yang disampaikan oleh guru. 2) Siswa kurang termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran. 3) Siswa belum memahami materi dan pendekatan keterampilan proses yang dijelaskan oleh guru. 4) Siswa belum mampu menggolong-golongkan magnet berdasarkan bentuknya. 5) Siswa belum terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. 6) Siswa tidak membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tulis. 7) Siswa belum mampu berdiskusi untuk menemukan gagasan baru. 8) Siswa tidak melakukan kerja individual dan kelompok. 9) Siswa kurang bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami.

c. Pengamatan Aktivitas Guru Pada perbaikan pembelajaran ini juga diamati aktivitas yang dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru yang dilakukan di kelas V SD Negeri Konawe selama proses pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut: Tabel 3: Aktivitas Guru pada Siklus I No 1 2 3 4 5 Aktivitas Guru Skor Hasil Pengamatan Siklus I 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,4 Cukup

Menyampaikan apersepsi dan motivasi Meningkatkan pemahaman siswa pada peta konsep tentang magnet Memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai magnet Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran Memfasilitasi siswa dalam melakukan pengamatan terhadap magnet Memberikan kesempatan kepada siswa menggolong-golongkan 6 magnet berdasarkan bentuknya Membinasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui 7 tugas tertentu yang bermakna 8 Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas dan diskusi Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, 9 menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut Memfasilitasi siswa dalam membuat laporan eksplorasi secara lisan 10 dan tertulis Mamfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual 11 maupun kelompok 12 Melakukan uji kompetensi Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal 13 yang belum dimengerti Bersama siswa meluruskan pemahaman, memberi penguatan, dan 14 penyimpulan Bersama siswa menarik kesimpulan mengenai materi yang 15 diajarkan Skor Rata-rata Kategori Ket: 1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh dari lembar pengamatan guru di kelas V SD Negeri Taipa pada siklus I ini yaitu 2,4 yang termasuk dalam kategori cukup. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas guru ditemukan beberapa hal yang membuat skor penilaian berada pada rentang skor yang dianggap cukup di antaranya: 1) Guru tidak membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas tertentu yang bermakna.

2) Guru tidak memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas dan diskusi. 3) Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. 4) Guru tidak memfasilitasi siswa dalam membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tertulis. 5) Guru tidak memfasiliasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. 6) Guru kurang melakukan uji kompetensi. 7) Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti. 8) Tidak secara bersama meluruskan pemahaman, memberi penguatan, dan penyimpulan. 9) Tidak memberikan kesimpulan mengenai materi yang diajarkan. d. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana guru menerapkan rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri Konawe selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil evaluasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1Konawe adalah: Tabel 4: Data Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 1 Konawe No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kode Siswa 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 Jumlah Siklus I Nilai 6 4 7 5 5 6 5 7 6 5 4 6 5 6 77 Persentase 60 40 70 50 50 60 50 70 60 50 40 60 50 60 770 Ket. BT BT ST BT BT BT BT ST BT BT BT BT BT BT

Nilai Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum % Siswa ST % Siswa BT

5,5 7 4

55%

14,3 85,7

2 12

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas V SD Negeri 1 konawe yang diajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah 5,5 (55%). Dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes hasil belajar ada 2 (14,3%) siswa yang menuntaskan pembelajaran, sementara ada 12 (85,7%) siswa yang belum menuntaskan pembelajaran, dari total siswa 14 orang di kelas V SD Negeri Taipa. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus I ini yaitu nilai maksimum adalah 7 dan nilai minimumnya adalah 4. e. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada lembar pengamatan guru, lembar pengamatan siswa, dan hasil evaluasi pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada siklus I ini belum sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan. Yang menjadi penyebab di antaranya adalah: 1) Faktor dari siswa, siswa kurang mendengarkan dan menanggapi dengan seksama apersepsi yang disampaikan oleh guru. Siswa kurang termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran. Siswa belum memahami materi dan pendekatan keterampilan proses yang dijelaskan oleh guru. Siswa tidak mampu menggolong-golongkan magnet berdasarkan bentuknya. Siswa tidak terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dan demonstrasi, siswa tidak membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tulis. Siswa belum mampu berdiskusi untuk menemukan gagasan baru. Siswa tidak melakukan kerja individual dan kelompok, serta siswa kurang bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami siswa. 2) Faktor guru, guru tidak membinasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas tertentu yang bermakna. Guru tidak memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas dan diskusi. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut. Guru tidak memfasilitasi siswa dalam membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tertulis. Guru tidak memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. Guru kurang melakukan uji kompetensi. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti, dan tidak secara

bersama meluruskan pemahaman, memberi penguatan, dan penyimpulan, serta tidak memberikan kesimpulan mengenai materi yang diajarkan. 3) Evaluasi: siswa belum dapat memahami materi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan. Melihat pencapaian indikator belum maksimal pada siklus I ini, maka pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan refleksi siklus I, maka rencana perbaikan pada siklus II disusun melalui langkah-langkah dalam rencana perbaikan pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat magnet, adalah sebagai berikut: 1) menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan dalam siklus II 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan 3) menyiapkan alat penelitian 4) menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa 5) menyiapkan lembar pengamatan untuk guru 6) merancang alat evaluasi 7) mengelompokkan siswa secara heterogen 8) mengaktifkan siswa dalam kerja individual, kelompok, dan diskusi 9) memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami b. Pengamatan Aktivitas Siswa Pada siklus II ini, lembar aktivitas siswa masih sama seperti yang digunakan pada siklus I. Namun, pada siklus II ini guru lebih impresif memberikan penekanan kepada siswa agar hasil yang dicapai pada siklus II dapat mencapai hasil yang maksimal. Adapun hasil pengamatan siswa kelas V SD Negeri 1 Konawe pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah sebagai berikut: Tabel 5: Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Skor Hasil Pengamatan Siklus II 3 3 3 3

No 1 2 3 4

Aktivitas Siswa Siswa mendengarkan dan menanggapi dengan seksama apersepsi yang disampaikan oleh guru Siswa termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran Siswa memahami materi dan pendekatan yang dijelaskan oleh guru Siswa membentuk kelompok di bawah bimbingan guru

Siswa bekerja sama dalam kelompok mengamati beberapa magnet yang disiapkan oleh guru Siswa bekerja sama dalam kelompok menggolong-golongkan 6 magnet berdasarkan bentuknya 7 Siswa terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 8 Siswa membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tulis 9 Siswa berdiskusi untuk menemukan gagasan baru 10 Melakukan kerja individual dan kelompok 11 Bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami siswa Meluruskan pemahaman mengenai materi dan pendekatan 12 pembelajaran yang belum dipahami 13 Melakukan evaluasi Skor Rata-rata Kategori Ket: 1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik 5

2 2 3 2 3 2 3 3 3 2,5 Cukup

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata aktivitas siswa kelas V SD Negeri 1 konawe pada siklus I adalah sebesar 2,5 yang termasuk dalam kategori cukup. Skor ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan skor yang didapat pada siklus I. Skor di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siklus II mengalami peningkatan. Namun, belum maksimal, karena adanya aktivitas siswa yang masih kurang di antaranya: 1) Siswa tidak membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tulis. 2) Siswa belum maksimal dalam bekerja sama dalam kelompok mengamati beberapa magnet yang disiapkan oleh guru. 3) Siswa belum maksimal bekerja sama dalam kelompok untuk menggolong-golongkan magnet berdasarkan bentuknya. 4) Siswa belum maksimal dalam melakukan kerja individual dan kelompok. c. Pengamatan Aktivitas Guru Pada siklus II ini aktivitas pengamatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung harus lebih diperketat. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru yang dilakukan di kelas V SD Negeri 1 konawe, selama proses pembelajaran pada siklus II dapat dipaparkan berikut ini.

Tabel 6: Aktivitas Guru pada Siklus II No 1 2 3 4 5 Aktivitas Guru Skor Hasil Pengamatan Siklus II 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 3,1 Baik

Menyampaikan apersepsi dan motivasi Meningkatkan pemahaman siswa pada peta konsep tentang magnet Memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai magnet Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran Memfasilitasi siswa dalam melakukan pengamatan terhadap magnet Memberikan kesempatan kepada siswa menggolong-golongkan 6 magnet berdasarkan bentuknya Membinasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui 7 tugas tertentu yang bermakna 8 Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas dan diskusi Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, 9 menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut Memfasilitasi siswa dalam membuat laporan eksplorasi secara lisan 10 dan tertulis Mamfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual 11 maupun kelompok 12 Melakukan uji kompetensi Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal 13 yang belum dimengerti Bersama siswa meluruskan pemahaman, memberi penguatan, dan 14 penyimpulan Bersama siswa menarik kesimpulan mengenai materi yang 15 diajarkan Skor Rata-rata Kategori Ket: 1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh dari lembar pengamatan guru di kelas V SD Negeri 1 konawe pada siklus II adalah 3,1 yang termasuk dalam kategori baik. Skor ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari skor rata-rata pada siklus I. berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap aktivitas guru ditemukan beberapa hal yang belum dilakukan sepenuhnya oleh guru di antaranya: 1) Guru belum maksimal memfasilitasi siswa dalam membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tertulis. 2) Guru belum maksimal memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. d. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana guru menerapkan rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses siswa kelas

V SD Negeri 1 konawe selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil evaluasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 konawe pada siklus II, adalah: Tabel 7: Data Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 1 Konawe No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kode Siswa 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 Jumlah Nilai Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum % Siswa ST % Siswa BT Nilai 7 6 8 6 7 8 6 8 6 6 6 7 6 6 93 6,6 8 6 42,9 57,1 6 8 Siklus II Persentase 70 60 80 60 70 80 60 80 60 60 60 70 60 60 930 66% Ket. ST BT BT BT ST ST BT ST BT BT BT ST BT BT

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas V SD Negeri 1 Konawe yang diajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siklus II adalah 6,6 (66%). Dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes hasil belajar ada 6 (42,9%) siswa yang menuntaskan pembelajaran, sementara ada 8 (57,1%) siswa yang belum menuntaskan pembelajaran, dari total siswa 14 orang di kelas V SD Negeri 1 konawe. Nilai maksimum yang diperoleh siswa pada siklus II ini adalah 8 dan nilai minimumnya adalah 6. Pada siklus II ini hasil belajar siswa meningkat dari siklus I, tetapi belum sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan.

e. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada lembar pengamatan guru, lembar pengamatan siswa, dan hasil evaluasi pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada siklus II ini, belum sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan. Faktor yang menjadi penyebabnya antara lain adalah: 1) Faktor dari siswa, siswa tidak membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tulis. Siswa belum maksimal dalam bekerja sama dalam kelompok mengamati beberapa magnet yang disiapkan oleh guru. Siswa belum maksimal bekerja sama dalam kelompok untuk menggolong-golongkan magnet berdasarkan bentuknya. Siswa belum maksimal dalam melakukan kerja individual dan kelompok. 2) Faktor guru, guru belum maksimal memfasilitasi siswa dalam membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tertulis. Guru belum maksimal memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok. 3) Evaluasi, siswa sudah dapat memahami materi dan pendekatan pembelajaran yang digunakan, tetapi belum tuntas. Pencapaian indikator sudah meningkat pada siklus II. Namun, belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan. Oleh karena itu, pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus III, agar pencapaian lebih maksimal sesuai dengan indikator kinerja dan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan. 3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Perencanaan Berdasarkan refleksi siklus II, maka rencana perbaikan pada siklus III disusun melalui langkah-langkah dalam rencana perbaikan pada mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat magnet berikut ini. 1) menyusun RPP sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan dalam siklus III 2) menyiapkan media sesuai dengan pokok bahasan 3) menyiapkan alat penelitian 4) menyiapkan lembar pengamatan untuk siswa 5) menyiapkan lembar pengamatan untuk guru 6) merancang alat evaluasi 7) memaksimalkan siswa dalam membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tulis 8) memaksimalkan siswa bekerja sama dalam kelompok mengamati beberapa magnet 9) memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok b. Pengamatan Aktivitas Siswa Hasil pengamatan tentang perubahan sikap dan perilaku siswa kelas V SD Negeri 1Konawe selama pelaksanaan siklus III dapat dijelaskan berikut ini.

Tabel 8: Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus III Skor Hasil Pengamatan Siklus III 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3,8 Baik

No 1

Aktivitas Siswa

Siswa mendengarkan dan menanggapi dengan seksama apersepsi yang disampaikan oleh guru 2 Siswa termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran 3 Siswa memahami materi dan pendekatan yang dijelaskan oleh guru 4 Siswa membentuk kelompok di bawah bimbingan guru Siswa bekerja sama dalam kelompok mengamati beberapa magnet 5 yang disiapkan oleh guru Siswa bekerja sama dalam kelompok menggolong-golongkan 6 magnet berdasarkan bentuknya 7 Siswa terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 8 Siswa membuat laporan eksplorasi secara lisan dan tulis 9 Siswa berdiskusi untuk menemukan gagasan baru 10 Melakukan kerja individual dan kelompok 11 Bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami siswa Meluruskan pemahaman mengenai materi dan pendekatan 12 pembelajaran yang belum dipahami 13 Melakukan evaluasi Skor Rata-rata Kategori Ket: 1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata aktivitas siswa kelas V SD Negeri 1 konawe pada siklus III adalah sebesar 3,8 yang termasuk dalam kategori baik. Skor ini mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan skor pencapaian pada siklus I dan siklus II. Skor di atas menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siklus III telah berhasil walaupun masih ada tiga aspek yang belum mendapatkan nilai maksimal. c. Pengamatan Aktivitas Guru Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru yang dilakukan di kelas V SD Negeri 1 konawe selama proses pembelajaran pada siklus III dapat dipaparkan berikut ini. Tabel 9: Aktivitas Guru pada Siklus III No 1 2 Aktivitas Guru Menyampaikan apersepsi dan motivasi Meningkatkan pemahaman siswa pada peta konsep tentang magnet Skor Hasil Pengamatan Siklus III 3 3

Memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai magnet Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran Memfasilitasi siswa dalam melakukan pengamatan terhadap magnet Memberikan kesempatan kepada siswa menggolong-golongkan 6 magnet berdasarkan bentuknya Membinasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui 7 tugas tertentu yang bermakna 8 Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas dan diskusi Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, 9 menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut Memfasilitasi siswa dalam membuat laporan eksplorasi secara lisan 10 dan tertulis Mamfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual 11 maupun kelompok 12 Melakukan uji kompetensi Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal 13 yang belum dimengerti Bersama siswa meluruskan pemahaman, memberi penguatan, dan 14 penyimpulan Bersama siswa menarik kesimpulan mengenai materi yang 15 diajarkan Skor Rata-rata Kategori Ket: 1 = Kurang, 2 = Cukup, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik

3 4 5

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh dari lembar pengamatan guru di kelas V SD Negeri 1 konawe pada siklus III ini mendapatkan nilai yang sempurna yaitu 4,0 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Skor ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari skor rata-rata pada siklus I dan siklus II. Jadi, pada siklus III ini guru telah tuntas dalam melakukan proses pembelajaran. d. Evaluasi Evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana guru menerapkan rencana perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri Taipa selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil evaluasi belajar siswa kelas V SD Negeri 1 konawe, pada siklus III ini adalah:

Tabel 10: Data Hasil Belajar IPA Kelas V SDN 1 Konawe No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kode Siswa 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 Jumlah Nilai Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Minimum % Siswa ST % Siswa BT Nilai 9 9 9 9 9 9 8 9 9 9 8 9 8 8 122 8,7 9 8 100% 0% 14 0 Siklus III Persentase 90 90 90 90 90 90 80 90 90 90 80 90 80 80 1220 87% Ket. ST ST ST ST ST ST ST ST ST ST ST ST ST ST

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas V SD Negeri 1 konawe yang diajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siklus III adalah 8,7 (87%). Dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes hasil belajar keseluruhan siswa telah menuntaskan pembelajaran. Artinya, setiap siswa telah mencapai nilai maksimum yang telah ditentukan. Jadi pada siklus III ini evaluasi hasil belajar siswa telah mencapai indikator kinerja dan KKM yang ditentukan. e. Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada lembar pengamatan guru, lembar pengamatan siswa, dan hasil evaluasi pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada

siklus III sudah mencapai hasil yang maksimal serta telah sesuai dengan pencapaian indikator kinerja dan KKM yang telah ditentukan. Jadi, pada siklus III ini materi pembelajaran magnet yang diajar dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri 1 konawe, telah tuntas. B. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet di kelas V SD Negeri 1 konawe menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dari setiap siklusnya. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan berikut ini. 1. Pada siklus I berdasarkan evaluasi hasil belajar siswa, persentase siswa yang sudah tuntas memahami pembelajaran yaitu 2 (14,3%). Sementara siswa yang belum tuntas adalah 12 (85,7%) dengan skor rata-rata yang diperoleh 5,5 (55%). Nilai maksimum yang diperoleh pada siklus ini adalah 7 dan nilai minimum adalah 4. Pada siklus I ini perbaikan pembelajaran belum sesuai dengan indikator pencapaian, sehingga dilanjutkan pada siklus II. 2. Pada siklus II berdasarkan evaluasi belajar siswa, persentase siswa yang sudah tuntas memahami pembelajaran yaitu 6 siswa (42,9%). Sementara siswa yang belum tuntas adalah 8 siswa (57,1%) dengan skor rata-rata yang diperoleh adalah 6,6 (66%). Dengan nilai maksimum adalah 8 dan nilai minimumnya adalah 6. Pada siklus ini hasil yang didapat sudah maksimal, tetapi belum sesuai dengan pencapaian indikator kinerja yang ditentukan, sehingga perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus III. 3. Pada siklus III berdasarkan hasil evaluasi belajar siswa, keseluruhan siswa telah menuntaskan pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus III ini adalah 8,7 (87%). Jadi, pada siklus III ini siswa telah menuntaskan pembelajaran dan telah mencapai nilai yang sesuai dengan indikator kinerja dan KKM yang ditentukan. Jadi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan magnet dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri 1 konawe telah tuntas. V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan baik dari aktivitas siswa, aktivitas guru, maupun evaluasi hasil belajar siswa, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet di kelas V SD Negeri 1 KONAWE, hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat.

2. Pada siklus I, terdapat 2 (14,3%) siswa yang sudah tuntas. Sementara siswa yang belum tuntas adalah 12 (85,7%) dengan skor rata-rata yang diperoleh 5,5 (55%). Nilai maksimum yang diperoleh pada siklus ini adalah 7 dan nilai minimumnya 4. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 6 siswa (42,9%) yang sudah tuntas. Sementara siswa yang belum tuntas adalah 8 siswa (57,1%) dengan skor rata-rata yang diperoleh adalah 6,6 (66%). Nilai maksimum adalah 8 dan nilai minimumnya adalah 6. Pada siklus III mengalami peningkatan yang sangat signifikan karena keseluruhan siswa telah menuntaskan pelajaran dan sudah memahami sepenuhnya materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pokok bahasan sifat magnet. B. Saran Agar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses lebih diefektifkan dan dieksplorasi agar dapat menambah gairah siswa dalam proses pembelajaran serta memberikan pemahaman yang lebih baik kepada siswa. DAFTAR PUSTAKA

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta: Depdikbud. Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Depdiknas. Hadiat. 1996. Metodologi Ilmu Pengetahuan. Bandung: Depdikbud. Hafid, Abdul. 1996. Studi Kemampuan Guru-guru SD Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran IPA Kelas V SD Kecamatan Sukasari Kotamadya Bandung. Bandung: Tidak Dipublikasikan. Haryanto. 2007. Sains SD Kelas V. Jakarta: Erlangga. Haryono. 2001. Efektivitas Pendekatan Keterampilan Proses dan Ekspositori dalam Pembelajaran Sains Ditinjau dari Cara Berpikir Siswa. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Keterampilan Proses. Surabaya: LPM IKIP Surabaya. Sarkim, T. 1998. Pendidikan Sains yang Humaniti, ed. Sumaji. Yogyakarta: Kanisius. Winataputra. 1992. Pembelajaran Sains di SD. Jakarta: Depdiknas. A.A.Gede Agung (1997;78).ciri hal,;kognitif,afektif,psikomotor. cirri hasil beljar mengandung tiga

Soemadi Suryabrata,19871:7). Fasilitas belajar,waktu,media belajar dan cara mengajar. (Depdikbud, 1986: 27) . Pendekatan keterampilan proses Soetardjo(dalam bundu, 2006:26) .keterampilan berkomunikasi.

You might also like