You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Miastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi transmisi neuromuskular pada otot tubuh yang bekerja di bawah kesadaran (volunter). Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter yang dipengaruhi oleh fungsi saraf kranial. Serangan miastenia gravis dapat terjadi pada beberapa usia. sia paling sering menyerang pada wanita usia !" sampai #" tahun dan pria sampai $% tahun (Smelt&er' (%%() (!*+). ,lack ((%%$) menyebutkan miastenia gravis dapat menyerang wanita pada usia (% hingga #% tahun' sedangkan pada laki-laki menyerang setelah usia "% tahun. -nsiden miastenia gravis %'$ per !%%.%%% dan prevalensinya %'" sampai " per !%%.%%%. ,eberapa literatur menyebutkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh kekebalan yang menghasilkan suatu antibodi yang menyerang reseptor penghubung transmisi impuls ke saraf sehingga komunikasi antara sel saraf dan otot menjadi terganggu. .ada beberapa kejadian' miastenia gravis lebih banyak menyerang wanita bahkan !(/ kasus dijumpai pada neonatus (neonatal myastenia) yang diturunkan oleh ibu kepada janin melalui darah' kemudian bayi akan mengalami kelemahan otot yang dapat hilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. .embesaran kelenjar timus juga kerap dijumpai sehingga harus dilakukan operasi supaya miastenia tidak menyebar. B. Rumusan Masalah Makalah ini berusaha mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut) !. (. #. 0pakah pengertian dari Miastenia 1ravis2 ,agaimanakah etiologi Miastenia 1ravis2 ,agaimanakah patofisiologi dari Miastenia 1ravis2

$. ,agaimanakah manifestasi klinis yang ditunjukkan pada Miastenia 1ravis2 ". ,agaimanakah pemeriksaan penunjang dan laboratorium pada Miastenia 1ravis2 +. 3. ,agaimanakah penatalaksanaan Miastenia 1ravis2 ,agaimana cara melakukan 0suhan Keperawatan pada Miastenia 1ravis2 C. Tujuan 0dapun tujuan dari makalah ini adalah ) !. (. #. $. Mengetahui pengertian Miastenia 1ravis. Mengetahui etiologi Miastenia 1ravis. Mengetahui patofisiologi dari Miastenia 1ravis. Mengetahui manifestasi klinis yang ditunjukkan Miastenia 1ravis. 1ravis. +. 3. Mengetahui penatalaksanaan pasien Miastenia 1ravis. Mengetahui cara melakukan asuhan keperawatan pada Miastenia 1ravis.

". Mengetahui pemeriksaan penunjang dan laboratorium pada Miastenia

BAB II ISI A. Pengertian Miastenia ra!is

Miastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi transmisi neuromuskular pada otot tubuh yang bekerja di bawah sadar (volunter). Karakteristik miastenia gravis adalah kelemahan otot-otot volunter yang berlebihan yang dipengaruhi oleh saraf kranial (Smelt&er' (%%() (!*+). 4alam buku yang ditulis oleh 5arsono (!**+) #(3)' untuk menentukan prognosis dan pengobatannya' penderita miastenia gravis dibagi atas empat golongan) !. 1olongan 6erdapat gangguan pada satu atau beberapa otot okular' yang menyebabkan gejala ptosis dan diplopia. Seringkali ptosisnya unilateral. ,entuk ini biasanya ringan namun resisten terhadap pengobatan. (. 1olongan -6imbulnya gejala perlahan-lahan dimulai dengan gejala okular yang kemudian menyebar mengenai wajah' e7tremitas' dan otot-otot bulbar. 8tot-otot respirasi biasanya tidak terkena. .erkembangan ke arah golongan --- dapat terjadi dalam dua tahun pertama dari timbulnya penyakit miastenia gravis. #. 1olongan --6imbulnya gejala biasanya cepat' dimulai dari gangguan otot okular' anggota badan dan kemudian otot pernapasan. Kasus-kasus yang mempunyai reaksi yang buruk terhadap terapi antikolinesterase berada dalam keadaan bahaya dan akan berkembang menjadi krisis miastenia. $. 1olongan -9 Krisis miastenia merupakan keadaan yang berkembang menjadi kelemahan otot yang menyeluruh disertai dengan paralisis otot-otot pernapasan. 5al ini merupakan keadaan darurat medik. Krisis miastenia dapat terjadi pada penderita-penderita golongan --- yang kebal terhadap obat-obatan antikolinesterase yang pada saat yang sama menderita

penyakit infeksi lain. Keadaan lain yang berkembang menjadi kelumpuhan otot-otot pernapasan adalah disebabkan karena dosis pengobatan dengan antikolinesterase yang disebut krisis kolinergik. 0da beberapa faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit ini. .enderita akan bertambah lemah pada waktu menderita demam' pada golongan --- biasanya akan terjadi krisis miastenia pada waktu adanya infeksi saluran napas bagian atas' pada kebanyakan wanita akan terjadi peningkatan kelemahan pada saat menstruasi. 4isamping klasifikasi tersebut di atas' dikenal pula adanya beberapa jenis miastenia gravis' yaitu) !. Miastenia neonatus :enis ini hanya bersifat sementara' biasanya kurang dari bulan. :enis ini terjadi pada bayi yang ibunya menderita miastenia gravis' dengan kemungkinan !);' dan disebabkan oleh masuknya antibodi antireseptor asetilkolin ke dalam melalui plasenta. (. Miastenia anak-anak (juvenile myastenia) :enis ini mempunyai karakteristik yang sama dengan miastenia gravis pada dewasa. #. Miastenia kongenital ,iasanya muncul pada saat tidak lama setelah bayi lahir. 6idak ada kelainan imunologik dan antibodi antireseptor asetilkolin tidak ditemukan. :enis ini biasanya tidak progresif. $. Miastenia familial Sebenarnya' jenis ini merupakan kategori diagnostik yang tidak jelas. ,iasa terjadi pada miastenia kongenital dan jarang terjadi pada miastenia gravis dewasa. ". Sindrom miastenik (<aton-=ambert Syndrome) :enis ini merupakan gangguan presinaptik yang dicirikan oleh terganggunya pengeluaran asetilkolin dari ujung saraf. Sering kali berkaitan dengan karsinoma bronkus (small-cell carsinoma). 1ambaran kliniknya berbeda dengan miastenia gravis. .ada umumnya penderita mengalami kelemahan otot-otot proksimal tanpa disertai atrofi' gejala-

gejala orofaringeal dan okular tidak mencolok' dan refleks tendo menurun atau negatif. Seringkali penderita mengeluh mulutnya kering. +. Miastenia gravis antibodi-negatif Kurang lebih > daripada penderita miastenia gravis tidak menunjukkan adanya antibodi. .ada umumnya keadaan demikian terdapat pada pria dari golongan - dan --,. 6idak adanya antibodi menunjukkan bahwa penderita tidak akan memberi respons terhadap pemberian prednison' obat sitostatik' plasmaferesis' atau timektomi. 3. Miastenia gravis terinduksi penisilamin 4-penisilamin (4-.) digunakan untuk mengobati arthritis rheumatoid' penyakit ?ilson' dan sistinuria. Setelah penderita menerima 4-. beberapa bulan' penderita mengalami miastenia gravis yang secara perlahan-lahan akan menghilang setelah 4-. dihentikan. B. Eti"l"gi Miastenia ra!is

Kelainan primer pada Miastenia 1ravis dihubungkan dengan gangguan transmisi pada neuromuscular junction' yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot. .ada ujung akson motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin (0@h). :ika rangsangan motorik tiba pada ujung akson' partikel globuler pecah dan 0@h dibebaskan yang dapat memindahkan gaya saraf yang kemudian bereaksi dengan 0@h Aeseptor (0@hA) pada membran postsinaptik. Aeaksi ini membuka saluran ion pada membran serat otot dan menyebabkan masuknya kation' terutama Ba' sehingga dengan demikian terjadilah kontraksi otot. .enyebab pasti gangguan transmisi neromuskuler pada Miastenia 1ravis tidak diketahui. 4ahulu dikatakan' pada Miastenia 1ravis terdapat kekurangan 0@h atau kelebihan kolinesterase' tetapi menurut teori terakhir' faktor imunologik yang berperanan. 4ari ;%/ penderita umumnya mengalami peningkatan antibodi reseptor 0@h pada serum mereka. Sampai saat ini' Myasthenia 1ravis dianggap sebagai penyakit yang disebabkan oleh sel ,' karena sel , lah yang memproduksi anti-0@hA bodies. Bamun' penemuan baru menunjukkan

"

bahwa sel 6 yang diproduksi oleh 6hymus' memiliki peranan penting pada patofisiologis penyakit Myasthenia 1ravis. 5al ini ditunjukkan dengan banyaknya penderita Myasthenic mengalami hiperplasia thymic dan thymoma. C. Pat"#isi"l"gi $ari Miastenia ra!is

1ambar !. .engahantaran impuls saraf normal .enghantaran impuls saraf pada orang normal bila mencapai hubungan neuromuskular' maka membran akson terminal presinaps mengalami depolarisasi sehingga asetilkolin akan dilepaskan dalam celah sinaps. 0setilkolin berdifusi melalui celah sinaps dan bergabung dengan reseptor asetilkolin pada membran postsinaps. .enggabungan ini menimbulkan perubahan permeabilitas terhadap natrium dan kalium secara tiba-tiba menyebabkan depolarisasi lempeng akhir dikenal sebagai potensial lempeng akhir (<..). :ika <.. ini mencapai ambang akan terbentuk potensial aksi dalam membran otot yang tidak berhubungan dengan saraf' yang akan disalurkan sepanjang sarkolema. .otensial aksi ini memicu serangkaian reaksi yang mengakibatkan kontraksi serabut otot. Sesudah transmisi melewati hubungan neuromuscular terjadi' asetilkolin akan dihancurkan oleh en&im asetilkolinesterase.

1ambar (. .enghantaran impuls saraf penderita Miastenia 1ravis Konduksi neuromuskular pada penderita miastenia gravis terganggu. 0bnormalitas dalam penyakit miastenia gravis terjadi pada endplate motorik dan bukan pada membran presinaps. Membran postsinaptiknya rusak akibat reaksi imunologi. Karena kerusakan itu maka jarak antara membran presinaps dan postsinaps menjadi besar sehingga lebih banyak asetilkolin dalam perjalanannya ke arah motor endplate dapat dipecahkan oleh kolinesterase. Selain itu jumlah asetilkolin yang dapat ditampung oleh lipatan-lipatan membran postsinaps motor endplate menjadi lebih kecil. Karena dua faktor tersebut maka kontraksi otot tidak dapat berlangsung lama. Kelainan kelenjar timus terjadi pada miastenia gravis. Meskipun secara radiologis kelainan belum jelas terlihat karena terlalu kecil' tetapi secara histologik kelenjar timus pada kebanyakan pasien menunjukkan adanya kelainan. ?anita muda cenderung menderita hiperplasia timus' sedangkan pria yang lebih tua dengan neoplasma timus. <lektromiografi menunjukkan penurunan amplitudo potensial unit motorik apabila otot dipergunakan terus-menerus. .embuktian etiologi oto-imunologiknya diberikan oleh kenyataan bahwa kelenjar timus mempunyai hubungan erat. .ada ;%/ penderita 3

miastenia didapati kelenjar timus yang abnormal. Kira-kira !%/ dari mereka memperlihatkan struktur timoma dan pada penderita-penderita lainnya terdapat infiltrat limfositer pada pusat germinativa kelenjar timus tanpa perubahan di jaringan limfoster lainnya. D. Mani#estasi %linis Miastenia ra!is

Karakteristik miastenia gravis (Smelt&er' (%%() (!*+) berupa kelemahan otot ekstrem dan mudah mengalami kelelahan' yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan berkurang setelah istirahat. ,erbagai gejala yang muncul sesuai dengan oto yang terpengaruh. 8tot-otot simetris terkena dan umumnya otot tersebut dihubungkan dengan saraf kranial. !. 4iplopia dan ptosis Serangan pada otot-otot okular menyebabkan terjadi diplopia atau penglihatan ganda dan ptosis atau jatuhnya kelopak mata. (. Kelemahan otot fasialis Serangan pada otot-otot wajah mengakibatkan ekspresi wajah pasien ketika tidur terlihat seperti patung. #. 4isfonia .engaruhnya terhadap laring adalah disfonia atau gangguan suara dalam membentuk bunyi suara hidung atau kesukaran dalam pengucapan katakata. $. Kesulitan mengunyah dan menelan Kelemahan pada otot-otot bulbar menyebabkan masalah mengunyah dan menelan dan adanya bahaya tersedak dan aspirasi. ". Kelemahan otot-otot ekstremitas Sekitar !"/ sampai (%/ pasien mengeluh lemah pada tangan dan otototot lengan dan biasanya berkurang' serta mengalami kelemahan pada otot kaki yang membuat pasien jatuh. +. Kelemahan diafragma dan otot-otot interkostal Kelemahan diafragma dan otot-otot interkostal yang progresif menyebabkan gawat napas dan merupakan keadaan darurat akut.

E. Pemeriksaan Penunjang $an La&"rat"rium !. 0ntibodi anti-reseptor asetilkolin 0ntibodi ini spesifik untuk miastenia gravis' dengan demikian sangat berguna untuk menegakkan diagnosis. 6iter antibodi ini meninggi pada *%/ penderita miastenia gravis golongan --0 dan --,' dan 3%/ penderita golongan -. 6iter antibodi ini umumnya berkolerasi dengan beratnya penyakit. (. 0ntibodi anti-otot skelet (anti-striated muscle antibodi) 0ntibodi ini ditemukan pada lebih dari *%/ penderita dengan timoma dan lebih kurang #%/ penderita miastenia gravis. .enderita yang dalam serumnya tidak ada antibodi ini dan juga tidak ada antibodi anti-reseptor asetilkolin' maka kemungkinan adanya timoma adalah sangat kecil. #. 6es tensilon (edrofonium klorida) 6ensilon adalah suatu penghambat kolinesterase. 6es ini sangat bermanfaat apabila pemeriksaan antibodi anti-reseptor asetilkolin tidak dapat dikerjakan' atau hasil pemeriksaannya negatif sementara secara klinis masih tetap diduga adanya miastenia gravis. 0pabila tidak ada efek samping sesudah tes !-( mg intravena' maka disuntikkan lagi "-; mg tensilon. Aeaksi dianggap positif apabila ada perbaikan kekuatan otot yang jelas (misalnya dalam waktu ! menit)' menghilangnya ptosis' lengan dapat dipertahankan dalam posisi abduksi lebih lama' dan meningkatnya kapasitas vital. Aeaksi ini tidak akan berlangsung lebih lama dari " menit. :ika diperoleh hasil yang positif' maka perlu dibuat diagnosis banding antara miastenia gravis yang sesungguhnya dengan sindrom miastenik. .enderita sindrom miastenik mempunyai gejala-gejala yang serupa dengan miastenia gravis' tetapi penyebabnya ada kaitannya dengan proses patologis lain seperti diabetes' kelainan tiroid' dan keganasan yang telah meluas. sia timbulnya kedua penyakit ini merupakan faktor pembeda yang penting. .enderita miastenia sejati biasanya muda' sedangkan sindrom miastenik biasanya lebih tua. 1ejala-gejala sindrom miastenik biasanya akan hilang kalau patologi yang mendasari berhasil diatasi.6es ini dapat dikombinasikan dengan pemeriksaan <M1.

$. Coto dada Coto dada dalam posisi antero-posterior dan lateral perlu dikerjakan' untuk melihat apakah ada timoma. ,ila perlu dapat dilakukan pemeriksaan dengan scan tomografik. ". 6es ?artenberg ,ila gejala-gejala pada kelopak mata tidak jelas' dapat dicoba tes ?artenberg. .enderita diminta menatap tanpa kedip suatu benda yang terletak di atas bidang kedua mata beberapa lamanya. .ada miastenia gravis kelopak mata yang terkena menunjukkan ptosis. +. 6es prostigmin .rostigmin %'"-!'% mg dicampur dengan %'! mg atropin sulfat disuntikkan intramuskular atau subkutan. 6es dianggap positif apabila gejala-gejala menghilang dan tenaga membaik. '. Penatalaksanaan Miastenia ra!is

!. 6erapi pengobatan agens-agens antikolinesterase 0ntikolinesterase bekerja dengan meningkatkan konsentrasi asetilkolin yang relatif tersedia pada penyimpangan neuromuskular. Mereka diberikan untuk meningkatkan respon otot-otot terhadap impuls saraf dan meningkatkan kekuatan otot. Kadang-kadang diberikan hanya mengurangi gejala. 8bat kolinergik berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi) a. Dat E &at dengan kerja langsung Dat E &at ini bekerja langsung terhadap organ-ujung dengan kerja utama yang mirip efek muskarin dari 0@h. @ontohnya) karbachol' pilokarpin' muskarin' dan arekolin. b. Dat E &at yang bekerja tidak langsung 8bat E obat ini menghambat penguraian 0@h secara reversibel' yakni hanya untuk sementara. Setelah &at E &at tersebut habis diuraikan oleh kolinesterase' 0@h segera akan dirombak lagi. @ontohnya) fisostifmin' neostigmin' dan piridostigmin.

!%

(. 6erapi imunosupresif -munosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah penolakkan transplantasi' mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus pada neonatus. Sebagian dari kelompok obat ini bersifat sitotoksik dan digunakan sebagai antikanker. -munosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama ) a. 6ransplantasi organ b. .enyakit autoimun .enyakit autoimun berkembang bila sistem imun mengalami sensitisasi oleh protein endogen dan menganggapnya protein asing. 5al ini merangsang pembentukan antibodi. <fektivitas terapi imunosupresan bervariasi tergantung dari jenis penyakit. c. .encegahan hemolisis rhesus pada neonatus 6erdapat empat kelompok obat imunosupresan yang digunakan diklinik) a. Kortikosteroid Kortikosteroid (glukokortikoid) digunakan sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan imunosupresan lain untuk mencegah reaksi penolakan transplantasi dan untuk mengatasi penyakit aoutoimun. 1lukokortikoid dapat menurunkan jumlah limfosit secara cepat'

!!

terutama bila diberikan dalam dosis besar. Studi terbaru menunjukkan bahwa kortikosteroid menghambat proliferasi sel limfosit 6' imunitas seluler. @ontoh) siklospurin (sadimun). b. .enghambat kalsineum c. Sitotoksik d. 0ntibodi #. 6imektomi .ersiapan (5arsono' !**+) ##!)) a. 6erapi antikolinesterase dengan neostigimin atau pridostigimin yang optimal dilanjutkan sampai saat operasi. b. 5arus dilakukan tes fungsi paru. ,ila kapasitas vital sangat menurun' maka harus dilakukan trakeoktomi pada saat dilakukan timektomi supaya bantuan respirasi dapat diberikan pada saat pasca bedah. c. .ada pasca bedah' terapi antikolinesterase dimulai dengan memberikan dosis rendah dan disesuaikan dengan kebutuhan penderita. 6imektomi diindikasikan untuk wanita muda dengan riwayat yang kurang dari lima tahun menderita miastenia gravis. 5al ini dilakukan juga dimungkinkan thymoma ganas. .rognosis pada kelompok ini biasanya jelek. .ada wanita tanpa thymoma kira-kira ;%-*%/ penderita akan membaik atau akan terjadi remisi yang sempurna dalam beberapa tahun (5arsono' !**+) ##!). %"m(likasi P"tensial (Smelt&er' (%%() (!*3) !. Krisis miastenik adalah awitan tiba-tiba kelemahan otot yang disebabkan kurangnya medikasi atau tanpa medikasi kolinergik sama sekali. Krisis miastenik disebabkan progresi miastenia gravis' gangguan emosional' infeksi sistemik' medikasi khusus' pembedahan atau trauma. Krisis ini bermanifestasi dengan awitan tiba-tiba berupa gawat napas akut dan ketidakmampuan menelan atau bicara. Kelemahan respirasi' laring' dan bulbar muskulatur dapat menyebabkan depresi pernapasan' dan obstruksi jalan napas jika tidak diobati dengan tepat.

!(

(. Krisis kolinergik disebabkan oleh kelebihan obat-obatan kolinergik atau agens antikolinesterase. Selain itu kelemahan otot dan depresi pernapasan pada krisis miastenik' pasien ini mengalami bervariasi gejala gastrointestinal' yang mencakup mual' muntah dan diare' demikian pula berkeringat' peningkatan produksi saliva' dan bradikardi. . Asuhan %e(era)atan (a$a Miastenia !. .engkajian a. -dentitas pasien) nama' alamat' usia' jenis kelamin' pekerjaan. b. Keluhan utama) kelemahan otot' pandangan ganda' gangguan menelan' kesulitan bicara. c. Aiwayat kesehatan) kelemahan otot setelah bekerja dan pulih setelah beristirahat. d. Breathing) dispnea' resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut e. Bleeding) hipotensi F hipertensi' takikardi F bradikardi f. Brain) kelemahan otot ektraokular yang menyebabkan palsi ocular' jatuhnya kelopak mata atau dislopia intermiten' bicara klien mungkin disatrik. g. Bladder) menurunkan fungsi kandung kemih' retensi urine' hilangnya sensasi saat berkemih. h. Bowel) kesulitan menelan-mengunyah' disfagia' kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus turun. i. Bone) gangguan aktifitasF mobilitas fisik' kelemahan otot yang berlebihan. (. 4iagnosa a. .ola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan otototot volunter c. Aisiko terhadap aspirasi yang berhubungan kelemahan otot bulbar (8tot-otot bulbar adalah saraf motorik dari batang otak' yang ra!is

!#

mengendalikan menelan' bernapas' berbicara' dan fungsi lain dari tenggorokan) d. Aesiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot-otot ekstremitas #. .erencanaan .erencanaan utama pasien meliputi peningkatan fungsi respirasi' meningkatkan mobilitas fisik' terhidar dari aspirasi dan tidak ada komplikasi (krisis miastenik dan kolinergik). $. -ntervensi Keperawatan a. 4iagnosa ) .ola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan 6ujuan -ntervensi ) .asien akan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat =akukan pendekatan pada klien dengan komunikasi alternatif jika klien menggunakan ventilator. Kaji frekuensi pernapasan' kedalaman' dan bunyi napas dan pantau hasil tes fungsi paru @atat saturasi 8( dengan oksimetri' terutama aktivitasnya. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antikolinergik Suction sesuai kebutuhan (obat-obatan antikolinergik untuk meningkatkan sekresi) b. 4iagnosa ) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan aktivitas fisik dan dengan kelemahan otot-otot volunteer. 6ujuan -ntervensi ) Klien bisa melakukan menghindari paralisis =akukan pendekatan dengan klien dan bicarakan masalah kelemahan ototnya. 0mati wajah dan otot di ekstrimitas' apakah ada ptosis di wajah. Kaji apakah mengalami kesusahan dalam melakukan aktivitas ringan. Kolaborasikan dengan fisiotherapist. c. 4iagnosa ) Aesiko terhadap aspirasi berhubungan dengan kelemahan otot bulbar. !$

6ujuan -ntervensi ) Klien terhindar dari aspirasi =akukan pendekatan ke klien dan kaji kemampuan bicaranya. Kaji pengeluaran saliva' regurgitasi melalui hidung dan tersedak saat berusaha menelan =akukan suction sesuai kebutuhan -stirahat sebelum makan untuk menurunkan kelelahan otot .osisikan pasien tegak' leher sedikit fleksi untuk memudahkan saat menelan :ika pasien mendapat antikolinesterase' pastikan pemberian makan ! jam sebelum makan untuk memastikan kekuatan otot yang maksimal .eriksa dengan stetoskop kaji bising usus =ibatkan dan ajarkan keluarga untuk proses perawatan di rumah d. 4iagnosa ekstremitas 6ujuan ) Keadekuatan kontraksi otot yang dibutuhkan untuk pergerakan klien dan terhindar dari cedera Kaji status neurologi F kekuatan otot 1unakan alat bantu untuk imobilisasi Sangga kepala dan leher selama pemindahan =indungi jalur pernapasan 6inggikan ekstremitas untuk mencegah aspirasi ". <valuasi 5asil yang diharapkan) a. Mencapai fungsi pernapasan adekuat. !) Menunjukkan frekuensi pernapasan ke dalam pernapasan normal' dan kekuatan otot normal. () Menaati jadual medikasi yang ditetapkan. #) Menyatakan bahwa tes resusitasi dan pengisapan portabel untuk digunakan di rumah. ) Aesiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot-otot

!"

$) Menghindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi' yang dapat memperberat gejala. b. ,eradaptasi pada kerusakan mobilitas. !) Menetapkan program istirahat dan latihan yang seimbang. () Mengidentifikasi tindakan untuk menghemat energi) melakukan sendiri. #) Menggunakan alat-alat bantu. $) Menetapkan dan menaati jadual medikasi yang memaksimalkan kekuatan otot. c. 6idak mengalami aspirasi. !) Menunjukkan bunyi napas normal. () Makan dengan lambat dan memilih diet (lunak) yang sesuai. #) Menetapkan jadual medikasi yang sesuai dengan waktu makan. d. Mengalami pemulihan krisis miastenik dan kolinergik. !) Menyebutkan tanda dan gejala krisis. () Menaati program medikasi.

!+

BAB I* PENUTUP A. %esim(ulan !. Miastenia gravis merupakan penyakit saraf yang ditandai dengan kelemahan otot berlebih dan mampu pulih sesudah istirahat' dan bisa menyerang segala usia. (. <tiologi miastenia gravis belum diketahui secara pasti. penyaluran impuls saraf terganggu. #. .ada penderita miastenia gravis' penghantaran impuls dari presinaps ke postsinap terganggu karena rusaknya reseptor asetilkolin yang dirusak oleh asetilkolinesterase. 5al ini yang mengakibatkan kelemahan otot pada penderita. $. Manifestasi miastenia gravis ditunjukkan kelemahan otot yang mengakibatkan) diplopia (penglihatan ganda) dan ptosis (jatuhnya kelopak mata)' kelemahan otot fasialis' disfonia (kesulitan bersuara)' kesulitan mengunyah dan menelan' kelemahan otot-otot ekstremitas' dan kelemahan diafragma dan otot-otot interkostal. ". .emeriksaan penunjang atau laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita miastenia gravis diantaranya antibodi anti-reseptor asetilkolin' antibodi anti-otot skelet (anti-striated muscle antibodi)' tes tensilon (edrofonium klorida)' foto dada' tes ?artenberg' dan tes prostigmin. +. .enatalaksanaan pada miastenia gravis yaitu) 6erapi pengobatan agensagens antikolinesterase' terapi imunosupresif' dan timektomi. 3. .emberian asuhan keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu ) pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan' kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan otot-otot volunter' risiko terhadap aspirasi yang berhubungan kelemahan otot bulbar' dan resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot-otot ekstremitas. mumnya' disebabkan karena asetilkolin dirusak oleh asetilkolinesterase' sehingga

!3

B. Saran !. .asien dengan miastenia gravis harus beristirahat dan mengurangi aktivitas yang mampu menguras aktivitas otot sehingga mampu memicu kelelahan yang berulang. (. .erawat memprioritaskan untuk memberikan tindakan seperti pemberian obat' sesuai waktu yang dijadwalkan untuk mengontrol gejala-gejala pasien. .enundaan pemberian obat dapat mengakibatkan pasien tidak mampu menelan obat-obat per oral. #. .erawat memberikan informasi terkait penyakit yang diderita pasien dan perkembangan pasien supaya keluarga mengetahui kesehatan pasien secara terbuka.

!;

DA'TAR PUSTA%A

5arsono. !**+. ,uku 0jar Beurologi Klinis' <disi .ertama. Gogyakarta) 1adjah Mada niversity .ress. :oiyce' M. ,lack' dkk. (%%$. Medical Surgical Nursing, volume 2. 0merica. Mansjoer' 0rif' dkk. (%%!. Kapita Selekta Kedokteran' :ilid -. :akarta) Media 0esculapius CK -. Miastenia 1ravis. http)FFwww.scribd.comFdocF#*;;**%+FM1 4iakses !* Maret (%!!. Smelt&er' Su&&ane @. dan ,renda 1. ,are. (%%(. ,uku 0jar Keperawatan Medikal ,edah ,runner H Suddarth 9olume #' <disi ;. :akarta) <1@.

!*

You might also like