Professional Documents
Culture Documents
Neurotransmitor
1. Asetilkolin adalah neurotransmitor yang dilepaskan dari: a. Sinaps preganglion simpatis & parasimpatis. b. Posganglion parasimpatis c. Semua akhir syaraf somatik pada otot skelet. 2. Norepinefrin (noradrenalin) adalah neurotransmitor yang dilepaskan pada posganglion syaraf simpatis. - Syaraf yang posganglionnya melepaskan asetilkolin dinamakan syaraf kolinergik - Syaraf yang posganglionnya melepaskan noradrenalin dinamakan syaraf adrenergik.
Transmisi Neurohumoral
Mekanisme pada Potensial aksi syaraf:: Depolarisasi: Ion kalium lebih banyak 20x di dalam sel dari pada di luar sel, ion Na dan ion Cl lebih banyak di luar sel. Bila ada rangsangan impuls mencapai ambang rangsang maka permeabilitas terhadap ion Na meningkat sehingga masuk ke dalam sel. Potensial menuju posotif disebut polarisasi terbalik. Repolarisasi:: Keadaan kembali ke potensial istirahat. Perangsangan ini mengakibatkan pasca ganglion sistem syaraf otonom melepaskan transmitor neurohumoral ( neurotransmitor): - S.S. Parasimpatis : Asetilkolin (Ach) - S.S Simpatis : Norepinefrin(NE)/Noradrenalin
Pelepasan yang terus menerus dinaktifasi: - Asetilkolin oleh : Asetilkolin Esterase - Norepinefrin oleh: Catekol-o-metiltransferase (COMT) dan MAO (Mono Amin Oksidase)
Reseptor SSO
Reseptor Yang berinteraksi dengan Asetilkolin disebut Kolinoseptor yaitu: - Muskarinik - Nikotinik Reseptor Yang berinteraksi dengan Noradrenalin disebut Adrenoseptor yaitu: 1, 2, 1,2
Arteriol: Koroner
Kulit/mukosa Otot rangka
Serebral Vena:
Paru-paru: Otot trakea bronkus 2relaksasi+ Kelenjar 1sekresi 2sekresi Ginjal: 1sekresi rennin Kandung kemih: Otot destruktor Otot lingkar relaksasi+ kontraksi ++
kontriksi ++ stimulasi+++
OBAT ADRENERGIK
(Obat-obat Simpatomimetik) Adalah: Zat-zat yang dapat menimbulkan efek-efek yang sama dengan efek yang dihasilkan bila sistem syaraf simpatik dirangsang dan ujungnya melepaskan noradrenalin.
Organ Jantung
Reseptor 1
Arteriol: Kulit & mukosa Otot rangka Visera & ginjal Otak Koroner&paru Vena: Paru-paru Otot bronkus Kelj. Bronkus Lambung&Usus Motilitas&tonus Ginjal:
, 2 , 2 , 2 2 1,2 2, 2 1
Kontriksi Kontriksi, dilatasi Kontriksi, dilatasi Kontriksi sedikit Kontriksi, dilatasi Kontriksi, dilatasi
A. Adrenergika kerja langsung: 1. adrenergik 2. 1 adrenergik 3. 2 adrenergik B. Adrenergik kerja tidak langsung
adrenergik
Contohnya: - noradrenalin - fenilefrin (1) - etilefrin, klonidin (2)
Khususnya bekerja pada reseptor yang efeknya - Vasokonstriksi perifer (kulit, mukosa hidung) - Dilatasi pupil - Penghambat peristaltik lambung usus.
1 adrenergik
Contohnya: Adrenalin Khususnya bekerja pada reseptor 1dengan efek - Memperkuat daya kontraksi - Mempercepat frekuensi denyut jantung - Memperkuat konduksi jantung
2 Adrenergik
Contohnya: -Isoprenalin - Salbutamol
Khusus terutama bekerja pada reseptor 2 yang efeknya: - Bronkodilatasi - Dilatasi pembuluh koroner dan otot kerangka perifer. - Relaksasi rahim
Amfetamin
- Merangsang pusat nafas pd medula oblongata - Mengurangi depresi mental yg ditimbulkan obat lain. - Meningkatkan kewaspadaan - Menghilangkan rasa ngantuk - Berkurangnya rasa lelah - Perbaikan mood, bertambahnya inisiatif - Keyakinan diri/percaya diri - Meningkatkan daya konsentrasi, euforia. - Peningkatan aktivitas motorik dan aktivitas bicara. - Prestasi fisik meningkat. - Anoreksia
Efedrin
- Efedrin efektif pada pemberian oral, - Masa kerjanya jauh lebih panjang dr pd epinefrin - Dosis efektif jauh lebih besar dr pd epinefrin - Bekerja pada reseptor , 1, 2 - Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan tidak langsung melalui pelepasan NE endogen. - Efek kardiovaskuler 10 kali lebih lama dari epinefrin, Meningkatkan tek darah, stimulasi jantung shg meningkatkan kontraksi jantung dan curah jantung. - Efek bronkorelaksasi lebih lemah dari epinefrin tetapi berlangsung lama. - Efek sentral mirip amfetamin tetapi lebih lemah.
Epinefrin/Adrenalin
Efek seperti perangsangan saraf adrenergik Yang paling menonjol terhadap jantung, otot polos pembuluh darah dan otot polos lain.
- Pembuluh darah kulit, mukosa dan ginjal mengalami kontriksi akibat aktivasi reseptor - Mengaktivasi reseptor 1 di otot jantung, sel pacu jantung dan konduksi jantung. - Memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi - Curah jantung bertambah, kerja jantung bertambah - Kenaikan darah berbanding langsung dengan dosis. - Menimbulkan relaksasi otot polos saluran cerna - Menyebabkan relaksasi otot destruktor kandung kemih melalui reseptor 2 dan kontriksi melalui reseptor 1sehingga menimbulkan kesulitan urinasi. - Merelaksasi otot polos bronkus melalui reseptor 2 - Menghambat pelepasan mediator inflamasi dari sel mast melalui reseptor 2,dan mengurangi sekresi bronkus melalui reseptor 1.
Farmakokinetik dan Penggunaan adrenalin Farmakokinetik Sukar diabsorpsi pada pemberian oral karena sebagian besar dirusak oleh enzim COMT dan MAO, pemberian i.m absorpsi baik. Metabolisme di hati menjadi metabolit, ekskresi metabolit dan zat asal melalui urin. Penggunaan: - Penyegar (analeptikum) - Bronkodilatasi pada penderita asma - Mengatasi reaksi hipersensitivitas - Memperpanjang efek anestetika local - Menghentikan pendarahan kapiler - Tetes mata untuk mendapatkan efek midriatikum
Norepinefrin/Noradrenalin
( levarterenol, l-arterenol) - NE terutama bekerja pada reseptor tapi lebih lemah dari epinefrin. - Efek terhadap 1 sebanding dengan epinefrin. - Efek terhadap reseptor 2 lebih lemah dari epinefrin. - NE dalam dosis kecil tidak menimbulkan vasodilatasi atau penurunan tekanan darah. Efek samping NE lebih ringan dari pada epinefrin.
Isoproterenol
(isopropilnorepinefrin, isopropilarterenol, isoprenalin). Bekerja pada semua reseptor sehingga aktivitas thdp 1menyebabkan stimulasi jantung dan hampir tidak bekerja pada reseptor . Aktivasi terhadap reseptor 2 menimbulkan relaksasi pada hampir semua otot polos terutama bronkodilatasi dan saluran cerna. Menghambat pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya akibat reaksi antigen antibody. Mengurangi tonus dan motilitas otot polos usus dan menghambat motilitas uterus. Penggunaan: Efek samping: Dosis : - Asma (kerja lebih cepat dari pada efedrin) - Jantung berdebar-debar - Gelisah dan gemetaran - Muka merah Sublingual 3 x sehari 5-10 mg
Orsiprenalin
Meteproterenol, Alupent (Boehringer) - Daya kerja langsung pada reseptor vascular - Daya kerja tidak langsung - Khasiatnya sama dengan isoprenalin tetapi mulai kerjanya lebih lambat dan efeknya lama. Penggunaan: - Pengobatan hipotensi - Menghentikan serangan tahikardia. Dosis: - 4 x sehari 10-20 mg oral - inhalasi larutan 5%
Fenilefrin
-Neosinefrin, Statrol (Alcon) -Vibrocil (Zyma), Zincfrin (Alcon) Adalah adrenergik selektif pada 1 dan hanya sedikit mempengaruhi reseptor . Efek sentral tidak ada, efek terhadap jantung ringan. Penggunaan: -Pada keadaan hipotensi, menyebabkan vasokonstriksi. - Midriatikum larutan 5-10% - Dekongestan hidung dan mata, lar 0,5% Dosis: oral 3 x sehari 20 mg.
Derifat Imidazolin
Efeknya adrenergik langsung menyebabkan vasokonstriksi tanpa stimulasi saraf pusat Penggunaan: - Dekongestan pada hidung dan mata - Rhinitis, sinusitis Kerjanya lebih lama dari pada efedrin. Penggunaan lama dapat menimbulkan habituasi, sehingga menyebabkan pilek menahun akibat vasodilatasi. Contoh:- Nafazolin : Privine ( Ciba) Lama kerja 2-3 jam. Dikombinasi dengan antihistamin. - Xilometazolin: Otrifin (Ciba) Lama kerja 6-8 jam, dapat menyebabkan perangsangan lokal - Oksimetazolin: Navisin (Merck) - Tetrizolin: Visin (Pfizer) 4 jam.
Dosis kecil obat ini pada reseptor 2 jauh lebih kuat dari pada efeknya pada 1. Kerja pada reseptor 2 menimbulkan relaksasi otot polos bronkus, uterus dan pembuluh darah otot rangka. Kerja pada reseotor 1 lemah. Penggunaan: Obat asma Contoh: - Fenoterol: Berotec (Boehringer Dosis 0ral 3 x sehari 2,5 mg, Spray 0,2 m - Terbutalin: Bricanyl (Glaxo) Dosis Oral 3 x sehari 2,5-5 mg - Salbutamol: Ventolin (Glaxo) Dosis Oral 4x sehari 2-4 mg, Spray 0,1-0,2 mg pada saat serangan. Maksimal 6 xsehari. Efek samping ringan karena efek 1 rendah sekali. Daya kerja agak panjang sehingga lebih disukai.
ANTIADRENERGIK
( Adrenolitika, Simpatolitika, Penghambat adrenergik)
Adalah: Golongan obat yang efeknya seperti penghambatan perangsangan syaraf adrenergik atau syaraf simpatis.
a. Antagonis adrenoseptor
1. -bloker non selektif, kerjanya tidak selektif terhadap 1 atau 2 2. 1-bloker selektif, Contoh: prozosin 3. 2- bloker selektif, Contoh: Yohimbin
Derivat Haloalkilamin
Contoh: fenoksibenzamin. Memblok reseptor 1 dan 2 pada otot polos arteriol dan vena shg menyebabkan vasodilatasi yang mengakibatkan tekanan darah menurun. Digunakan untuk obat hipertensi 10 mg 2x sehari, pengobatan tumor anak ginjal 40-120 mg sehari, hipertropi prostat benigna dengan cara merelaksasi otot leher kandung kemih 10-20 mg sehari
Derivat Imidazolin
- Contoh: fentolamin Efeknya pada sistem kardiovaskular mirip dengan fenoksibenzamin, juga melepaskan histamin, merangsang sekresi as. lambung, saliva dan air mata. E. Samping: Hipotensi, takikardia, aritmia, ulser. Penggunaan: Hipertensi akut, dosis 5 mg infus.
Alkaloid Ergot
Contoh: ergotamin, ergometrin, ergotoksin
Kerjanya : stimulasi pada otot polos terutama pembuluh darah perifer dan rahim shg efeknya: - vasokonstriksi yang menyebabkan hipertensi - Oksitosik menyebabkan kontraksi otot uterus kuat.
E.samping: - gangren krn vasokonstriksi - mual, muntah (ergotoksin) Penggunaan:Stimulasi kontraksi uterus, shg tdk boleh diberikan pada wanita hamil muda.
2. 1-bloker selektif
Prozosin Efeknya hambatan reseptor 1 di otot polos tanpa stimulasi 1menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa takikardia, juga mengurangi aktivitas neuron adrenergik shg mengurangi pelepasan NE. E.samping: pusing, sakit kepala, ngantuk, nausea. Penggunaan: Obat hipertensi, Gagal jantung kongstif Hipertropi prostat benigna
3. 2- bloker selektif,
Yohimbin Yohimbin masuk ke SSP, memblok 2 dan menyebabkan peningkatan aktivitas neuron adrenergik sentral shg merangsang pelepasan NE diujung sy. Adrenergik. Efeknya: peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung peningkatan aktivitas motorik Penggunaan: impotensi.
Efek samping: -gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasme, hipoglikemia, menurunkan kolesterol HDL& meningkatkan trigliserida.
Penggunaan: -Angina pektoris, -aritmia krn menghambat efek NE di jantung, -antihipertensi krn penurunan curah jantung -infark miokard -migren, mendilatasi pembuluh darah serebral. -glaukoma, timolol mengurangi tekanan intraokuler -Hipertiroidisme, nadolol mengurangi tremor. Contoh: - propanolol, timolol, nadolol, sotalol mempunyai afinitas sama terhadap reseptor 1 dan 2. - asebutolol, metoprolol , atenolol, bisoprolol bersifat kardioselektif karena lebih tinggi afinitasnya thdp 1
1. Guanetidin
Efek: Penghambatan respons thdp stimulasi syaraf adrenergik dan obat adrenergik yang bekerja tidak langsung. Mulamula efeknya stabilisasi membran ujung syaraf shg berefek anestesi lokal. Pemberian lama dapat menyebabkan syaraf adrenergik tidak responsif thdp obat adrenergik dalam waktu lama -menurunkan tekanan darah -meningkatkan motilitas sal. Serna shg diare Efek samping: hipotensi, udem krn retensi air & garam, gagal jantung. Indikasi: hipertensi
2. Reserpin
Mekanisme kerjanya: Mengosongkan ketekolamin diberbagai organ termasuk medulla adrenal dan otak shg syaraf tidak melepaskan NE baik adrenergik perifer maupun sentral . Efek: Curah jantung dan resistensi perifer berkurang. Efek hipertensinya berdasarkan kerja sentral dan perifer. Efek samping: - Sedatif akibat efeknya pada SSP, - Tdk dapat konsentrasi, - Depresi dapat terjadi pada dosis 0,25 mg sehari, - Hidung tersumbat, - Ulkus peptkum. Penggunaan: antihipertensi dikombinasi dengan diuretik
KOLINERGIK
( Parasimpatomimetik, kolinomimetik) adalah: Obat yang dapat menimbulkan efek-efek yang sama dengan efek yang terjadi bila terjadi perangsangan syaraf parasimpatis dan pada ujungnya melepaskan Asetilkolin. Bila neuron dirangsang timbul efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur.
Reseptor Kolinergik
- Reseptor muskarinik, ikatan obat dengan reseptor ini menimbulkan efek muskarinik. Reseptor muskarinik terdapat pada otot polos, otot jantung dan kelenjar umumnya menimbulkan efek muskarinik. Contoh: Pilokarpin dan fisostigmin - Reseptor nikotinik, menimbulkan efek nikotinik yang berlawanan dengan efek muskarinik. Ikatan dengan reseptor nikotinik menimbulkan stimulasi SSP ringan. Terdapat pada otot skelet dan medulla adrenal. Contoh: Neostigmin dan piridostigmin
Penggolongan Kolinergik
Obat yang bekerja langsung Obat bekerja pada sel efektor, contoh:- Pilokarpin -Muskarin - Arekolin Obat yang bekerja tidak langsung Obat menghambat asetilkolin esterase sehingga terjadi perangsangan syaraf parasimpatis. Contoh:- Fisostigmin - Neostigmin - Piridostigmin.
2. Antikolin esterase
Kerjanya menghambat kerja kolinesterase yang menyebabkan keadaan seperti perangsangan syaraf kolinergik. Pada mata: - pupil mata miosis - hilangnya akomodasi - hiperkonjungtiva Pada saluran cerna:- meningkatkan peristaltik sal cerna - Kontraksi lambung - Sekresi asam lambung Efek toksis: - miosis kuat, bronkokontriksi - hidung mengeluarkan sekret, muntah, diare - ataksia, hilangnya refleks, bingung - kejang, koma, lumpuh pernafasan Indikasi: - otoni sal.Pencernaan dan kandung kemih - Miotika Preparat: - Fisostigmin salisilat: tts mata, oral, parenteral - Neostigmin bromida - Piridostigmin bromida
3. Alkaloid Tumbuhan
a. Muskarin : Amanita muskaria b. Pilokarpin : Pilokarpus jaborandi c. Arekolin : Areca catechu Efek muskarinik: - meningkatkan kelenjar keringat - meningkatkan kelenjar air mata - meningkatkan kelenjar ludah - meningkatkan getah lambung, pepsin Efek toksik: Bingung, koma, konvulsi Preparat: -Pilokarpin HCl untuk miosis
ANTI KOLINERGIK
Antikolinergika atau parasimpatolitika adalah zat yang dapat melawan sebagian atau seluruhnya efek Asetilkolin di otototot polos , otot jantung dan kelenjar yaitu efek muskarinik dan efeknya di SSP. Antikolinergika pada umumnya merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglion
Penggolongan antikolinergik
a. Alkaloida belladonna: atropin, hiosiamin, skopolamin b. Senyawa ammonium kwarterner: propantelin, oksifenonium, mepenzolat, klidinium,bevonium. c. Ester-ester asam asetat: adifenin, kamilofin, oksifensiklimin. d. Antihistamin: difenhidramin.
Penggunaan
a. Spasmolitikum (pelemas kejang otot), terutama untuk
meredakan kejang dan kolik di saluran lambung usus, saluran empedu dan kemih. b. Pada borok lambung-usus , untuk mengurangisekresi getah lambung dan mengurangi peristaltik. c. Sebagai midriatikum, untuk melebarkan pupil dan melumpuhkan akomodasi mata. d. Sebagai sedativum berdasarkan efek menekan SSPnya, terutama atropine dan skopolamin sebelum operasi bersama anestetika umum. e. Pada hiperhidrosis untuk menekan sekresi berlebihan f. Pada penyakit Parkinson: triheksifenidil, orfenadrin,
benzatropin.
1. Alkaloida Belladona
Berasal dari tanaman Atropa belladon yang mengandung hiosiamin, atropin dan skopolamin. Ketiga alkaloid tersebut juga terdapat pada tanaman Datura stramonium dan Hyosciamus niger
Atropin
Khasiat parasimpatolitiknya kuat dan bekerja: melawan efek muskarin dari asetilkolin dan efek nikotinik. memiliki kerja atas SSP (sedatif) bronkodilatasi ringan berdasarkan peredaan otot polos bronkhus. Midriasis kuat, menekan sekresi kelenjar
Penggunaan Atropin
Midriatikum dengan kerja cepat dan panjang (1 minggu), Spasmolitikum pada asma, batuk rejan, kejang-kejang di lambung-usus. Antidotum efektif terhadap overdosis pilokarpin dan kolinergika lain. Absorpsi dari usus cepat dan lengkap begitu juga dari mukosa. Dari kulit dan mata sukar diserap. Dosis: oral 3 kali sehari 0,25-0,8 mg, injeksi sub kutan maksimal 3 kali sehari 0,5 mg , tetes mata 0,5-1%
Ekstrak dan Tingtur Belladonna mengandung l-hiosiamin yang pada pokoknya memiliki khasiat dan penggunaan seperti atropin.
Turunan Atropin
Homatropin Turunan sintesis dengan khasiat yang lebih kurang 10 kali lebih lemah dari atropin. Kerja midriatiknya lebih lemah dan pendek, shg lebih disukai dari pada atropin. Sering dikombinasi dengan kokain yang juga bersifat midriatikum Efek samping lebih ringan dari atropin. Dosis: Dalam tetes mata larutan HBr 2-5 %.
Benzatropin (Cogentin, MSD) Turunan sintetik yang digunakan untuk penyakit Parkinson. Dosis: oral 2 kali sehari 0,5-1 mg lambat laun dipertinggi sampai maksimal 6 mg sehari.
b. Skopolamin
Khasiatnya dalam hal merintangi sekresi ludah dan keringat lebih kuat dari pada atropin. Efek sedatif dan hipnotiknya lebih kuat 3 kali dari pada atropin sehingga dulu sering digunakan untuk tambahan efek pre operatif dan mabuk perjalanan. Sebagai midriatikum digunakan berhubung mulai kerjanya lebih cepat dan waktunya lebih pendek. Dosis: Untuk mabuk perjalanan oral 0,25 mg Sebagai tetes mata 0,05-0,1%
Turunan Skopolamin
Metilskopolamin (Holopon)
Butilskopolamin(Buscopan, Boehringer)
Banyak digunakan sebagai spasmolitikum organ-organ dalam, khususnya kejang-kejang di lambung-usus, saluran empedu, kemih dan uterus. Efek samping ringan dan jarang terjadi. Dosis: oral atau rektal 3-5 kali sehari 10-20 mg, injeksi s.k atau i.m 20 mg.
2. Senyawa Kwaterner
Efek antikolinergiknya lebih lemah dari atropin, tapi efek spasmolitiknya lebih kuat shg digunakan untuk spasmolitikum organ dalam. * Propantelin: Probanthine (Sereale) * Oksifenonium: Antrenyl (Ciba) * Bevonium: Acabel (Grunental) * Klidinium: Librax( Roche)