You are on page 1of 25

MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV/AIDS

OLEH :
Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2004

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan gejala menurumya sistem kekebalan tubuh. Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Permasalahan HIV dan AIDS bukan saja menjadi masalah nasional akan tetapi sudah menjadi masalah global karena lebih dari 40 juta jiwa manusia di dunia hidup dengan HIV. Secara nasional, berdasarkan data September 2005 jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 8.251 kasus dan yang sduah memasuki fase AIDS sebanyak 4.065 kasus. Dari jumlah tersebut kelompok yang paling berisiko adalah kelompok pengguna narkoba suntik, yaitu sebesar 59,9%. Pada tahun 2008, bila diakumulasikan sejak tahun 1987, pengidap HIV dan kasus AIDS telah berjumlah 6.554 HIV dan 16.110 penderita AIDS. Jumlah penderita HIV dan AIDS sebesar 222.664 dengan jumlah kematian 3.362 kasus. Ada lingkaran setan antara HIV/AIDS dan malnutrisi. Hal ini dikarenakan malnutrisi pada penderita dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat meningkatkan perkembangan infeksi HIV. Infeksi HIV akan mempengaruhi status nutria dan status imun ODHA. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis. Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi. Bahkan sebagian sudah masuk dalam kategori wadting syndrome, yaitu suatu keadaan dimana pasien mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10% atau yang mempunyai indeks massa tubuh kurang dari 20 kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat badan lebih dari 5% dalam waktu 6 bulan, yang bertahan selama 1 tahun. (Zubair Djoerban, dkk:2005).

Wasting syndrome merupakan penggambaran yang dipaparkan seorang ODHA mengalami KEP karena adanya malnutrisi. Karena, seperti yang dipaparkan di atas, ketika seseorang mengalami kondisi wasting syndrome, maka hal tersebut telah masuk kategori gejala mayor bagi penderita HIV/AIDS. Hal ini sangat memprihatinkan. Karena, nutrisi yang baik akan menjaga sistem imun ODHA tetap kuat, sehingga penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dapat dilawan. Selain itu, asupan gizi yang baik dapat membantu proses di dalam tubuh untuk memetabolisir obat-obatan yang dikonsumsi oleh ODHA itu sendiri. Infeksi HIV ini antara lain mengakibatkan ketidakmampuan mengabsorbsi zat gizi dari makanan, perubahan metabolisme, serta berkurangnya asupan makanan akibat ge1ala-gejala yang terkait HIV, sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik merupakan infeksi yang. ter.iadi pada ODHA ketika kekebalan tubuhnya sudah sangat rendah. sehingga berbagai penyakit yang tadinya dapat diatasi dengan tnudah oleh sistem imun tubuh. malah meniadi sangat berbahaya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas masalah mallnutrisi pada penderita HIV AIDS

B.TUJUAN Makalah ini bertujuan untuk membahas : l. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit HIV/AIDS 2. Komplikasi-komplikasi yang dialami penderita. 3. Epidemi dari penderita HIV/AIDS. 4. Hubungan antara Nutrisi dan HIV/AIDS C. TUJUAN PENUI,ISAN Tujuan Umum Tuiuan unum penulisan makalah ini adalah untuk membahas tentang Mallnutrisi pacia Penderita HIV/AIDS

Tujuan Khusus Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : l. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya penyakit HIV/AIDS 2. Untuk mengetahui komplikasi-komplikasi yang diarami penderita. 3- Untuk mengetahui prevalensi HIV/AIDS dan mallnutrisi yang disebabkan penyakit tersebut di lndonesia 4. Untuk mengetahuih hubungan antara Nutrisi dan HIV/AIDS

BAB II PBMBAHASAN

A. Mekanisme Terjadinya Penyakit HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menginfeksi sel-sel di system kekebalan tubuh manusia. Merusak fungsi-fungsi sel tersebut. sehingga selsel kekebalan tubuh manusia tidak dapat melaksanakan peramva untuk melarvan antigeni zat asing dari luar. Sedangkan pengertian AIDS (Acquired

lmmunodeficiency Syndrome) adalah tahapan dari infeksi HIV berupa gejala-gejala penvakit (WHO). Ada pula definisi lain dari AIDS yaitu kumpulan gejala penyakit akibat menurumva sistem kekebalan tubuh. yang disebabkan oleh virus HIV (Human lmmunodeflciency Virus). Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. HIV/AIDS secara progresif melemahkan system kekebalan tubuh dan menyebabkan malmttrisi. Infeksi HIV dimulai dengan invasi selektif sel-sel T-helper (linfosit dependentimus), yang disebut sel-sel CD4. karena sel-sel tersebutmemiliki reseptor CD4. Selsel T-helper sangat penting bagi pelaksanaan fungsi kekebalan yang kompeten.Pada mulanya pasien. Sedang terinfeksi HIV akan mengalami sakit mirip mononukleosis selama I hingga 2 minggu yang disebut infeksi retrovirus akut dengan gejala demam, sakit leher. Mialgia, pembesaran kelenjar limfe dan mungkin pula ruam serta tandatanda leukopenia dan hepatosplenisme. Sero-konversi atau tes HIV yang positif terjadi 6 hingga l2 minggu kemudian, dan antibody terhadap antigen p24 (HIV) muncul. Umumnya pasien akan mengalami infeksi asimtomatik atau mempedihatkan adenopati yang menyeluruh. Setelah beberapa waktu, jumlah CD4 yang normalnya lebih dari 1000/mm3 akan mulai menurun yaitu kurang lebih 50/mm3 pertahun setelah penurunan awal menjadi 300 hingga 400/m3 selama tahun pertama. Setelah jumlah CD4 menumn dibawah 500/mm3, pasien menghadapi risiko terkena infeksi opportunistik seperti

inf-eksi paru herpes simpleks, kandidiasis mulut dan tuberkolosis paru. Setelah jumlah CD4 menurun dibawah 200/mm3. pasien tersebut menjadi rentan terhadap infeksi yang lebih berat sepefii pCp yang menunjukkan penyakit AIDS. pelisutan HlV dan kandidiasis esophagus Kerentanan terhadap infbksi berat laimya seperti kompleks Mycobacterium Avium (MAC), Cytomegalovirus diseminata (CMV) dan limfoma akan meningkat ketika jumlah CD4 menurun hingga kurang dari 50 sampai 100/mm3. dan sebagian besar kematian teriadi pada saat jumlah CD4 menurun dibawah 50/mm3. HIV dan virus-virus sejenisnya Umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara Napisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah. air mani. cairan vagina, cairan preseminal dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intin (vaginal. anal ataupun oral). transfirsi darah. iarum suntik yang terkontaminasi. antara ibu dan bayi selama kehadilan. bersalin. Atau menyusui sefta bentuk kontak laimya dengan cairan-cairan tubuh tersebut

B. Komplikasi-Komplikasi yang Dialami penderita.

Beberapa gejala akan memedukan perhatian tambahan selain rekomendasi gizi umum. Sebagai contoh, diare dengan cepat akan mengurangi kadar air tubuh, menyebabkan perubahan parah di tubuh metabolisme dan keseimbangan erektrolit. Elektrolit dapat digantikan dengan produk-produk seperti Pedialyte arau Gatorade. Protein dan kalori harus ditingkatkan untuk mencegah penurunan berat badan. dan produk susu alkohol, kafein, dan pedas dan bedemak harus dihindari. Sebuah komplikasi kedua adalah bahwa kehilangan berat badan dan rvasting.Menurut Derek Macallan, di wasting Infek,si HIV dan AIDS, membuang mungkin baik akut (terkait dengan penyakit sekunder) atau kronis (yang berhubungan dengan penyakit gastrointestinal), dan merupakan hasil dari berbagai proses,

termasuk penggunaan narkoba dan obat-obatan bersamaan penyakit, dan HIV itu sendiri.. Infeksi HIV menyebabkan protein abnormal dan metabolisme lemak. Selama episode buang akut pasien mungkin memedukan resep untuk steroid, untuk membantu mendukung pemeliharaan jaringan dan pengembangan jaringan, daram kombinasi dengan protein optimal dan kalori dalam makanan. Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsurunsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HlV. lnfeksi oportunistik umum didapati 'pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga beresiko lebih besar menderita kanker sepedi sarkoma Kaposi. kanker leher rahim. dan kankcr sistem kekebalan yang disebut Iimfbma. Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; sepedi demam. Berkerilgat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar. kedinginan, nerasa lemah. Serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS. Juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien. Pneumonia pneumocystis (PCP) .iarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik. tetapi umumnya dilumpai pada orans ),ang terinfeksi HIV.Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumc.ystis jirovec'ii. Sebelum adanva cliagnosis. perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat. penyakit ini mumnya segera menvebabkan kematian. Di negara-negara berkembang. penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites. walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah cD4 kurang dari 200 per pL. Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi laimya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pemapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi. Dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui

terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit lni. Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakamya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru laimya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan . Pada stadium awal infeksi HIV fiumlah CD4 >300 sel per pL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HlV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh laimya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencemaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional). dan sistem syaraf pusat. Dengan demikian. gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapu lmoner. Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofbgus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu y'ang terinf-eksi HlV. penlakit ini teriadi karena infeksi jamur (amur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-l atau virus sitomegalo). la pun dapat disebabkan oleh mikobakteria. meskipun kasusnya langka. Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Li.steria. Kampilobakter. dan E.scherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, A'{ycobacleriunt uvinm complex. dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis). Pada beberapa kasus. diare terjadi sebagai efek samping dari obatobatan yang digunakan untuk menangani HIV. atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat.iuga merupakan efek samping dari antibiotik rang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnl,a pada C'lo.stridium cli//icilc). Pada stadium akhir infeksi HIV. diare diperkirakan

merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran Pencemaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV. Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu. Vang disebut Toxopla.sma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis). namun ia ,juga dapat menginf-eksi dan menvebabkan penyakit pada mata dan paruparu. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges nembran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh .iamur Cryptococcus neoformans .Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan. Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson). sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC. yang 70Vo populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten. dan meny'ebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah.

sebagaimana,yang teriadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal). sehingga biasam amenyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis. Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (demensia) yang ter-iadi karena menurumya metabolisme sel otak (enselidopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV: dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami inf'eksi HlV, sehingga mengeluarkan neurotoksin. Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidaknomalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul bertahuntahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya

jumlah sel T CD4* dan tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculamya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar 10-20% namLm di lndia hanya terjadi pada l-2oh pengidap inf-eksi HIV. Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV di lndia. Pasien dengan infeksi HIV pada dasamya memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penvebab mutasi genetik: yaitu terutama virus Epstein-Barf'1enV1" virus herpes Sarkona Kaposi (KSHV). dan virus papiloma manusia (HPV). Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun l98l adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamily gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8

yang.iuga.disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncnl di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan. tetapi dapat menverang organ lain. terutama mulut. saluran pencemaan. dan paru-paru. Kanker getah bening tingkat tinggi (limfbma sel B) adalah kanker yang menverang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening. misalnya seperti limfbda Burkitt (Burkitt'.s lymphomct) atau sejenisnya (Burkitt'.s-like lymphoma). difussi large B-cell Ivmphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus. limfoma adalah tanda utama AIDS. l-idfbma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Ban atau virus herpes Sarkoma Kaposi.Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia. Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor laimya. seperti limfoma Hodgkin. kanker usus besar bawah (recturtt)^ dan kanker anus. Namun demikian. Banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker ushs besar (cttlon). yang tidak meningkat kejadiamya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-

tempat dilakukamya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun. namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling unlum pada pasien I'ang terinfeksi HIV Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan ge.iala tidak spesifik. terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi opodunistik ini temasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo. Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang diielaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retiniti.s sitomegalovint,s). yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium mameffeii, atau disebut Penisiliosis. kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling ur"nLun (setelah tuberculosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia tenggara.

C. Prevalensi HIV/AIDS. Angka dari Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa. tentang HIV / AIDS dan Organisasi Kesehatan Dunia: Kematian akibat AIDS pada tahun 2003 (Amerika Utara): 15.000 Kematian akibat AIDS tahun 2003 (seluruh dunia): 3 juta Orang yang baru terinfeksi HIV pada tahun 2003 (seluruh dunia): 5 juta Di Asia, prevalensi HIV lebih rendah apabila dibandingkan dengan area lain di dunia. Kurang lebih 5 .iuta jiwa PLHIV hidup di Asia. Saat iiri WFP mengimplementasikan program AIDS di l0 negara di Asia dan Pasifik - dalam mana seluruh kesiatan bertuiuan untuk mencapai akses Lmiversal untuk pencegahan. perawatan serta pelaranan HIV dan AIDS. Program-program ini menargetkan baik individu dan keluarga mereka, melalui penyediaan dukungan makanan dan gizi.

Contohnya di lndia, WFP telah bermitra dengan National AIDS Control Organisation (NACO) milik pemerintah, untuk menyediakan produk makanan terfortifikasi yang disebut NutriPLUS - bersamaan dengan bimbingan counselling bagi 15.000 PLHIV penerima ART selama periode lebih dari l5 bulan. Hasilnya menunjukkan perkembangan status gizi secara tlmum yang signifikan bagi beneflciaries yang menerima NutriPLUS dan ART.

"Hasilnya menuniukkan perkembangan status gizi secara umunl vang signifikan bagi benet'iciaries yang menerima NutriPLUS dan ART."

EPIDEMIOLOGI MALNUTRISI PADA ODHA HIV merupakan wabah global. Jumlah orang yang terjangkit HIV terus meningkat diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Data terakhir menunjukkan jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia mencapai 10.859 pada tahun 2006. Dalam periode waktu April - Juni 2006. tercatat 509 penderita AIDS baru dan 194 orang terjangkit HlV. Jumlah penderita AIDS baru paling tinggi ditemukan di DKI Jakarta. mencapai 105 kasus. Sementara HIV positif baru paling banyak ditemukan di Suniatera Utara. mencapai 92 orang. Selain kedua provinsi tersebut, tercatat l5 provinsi lain yang juga memiliki kasus HIV/AIDS baru. Sejak ditemukan tahun 1978, secara

kumulatifjumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus. Selama periode Juli - September 2009 kasus AIDS bertambah sebesar 743 kasus yang tersebar di 32 Propinsi di lndonesia- .lumlah kasus AIDS selama tahun 2009 (Januari-September) sebanyak 2.332 kasus. Penularan kasus AIDS tertinggi terjadi melalui heteroseksual (9,7%). Melalui pengguna napza suntik/Penasun (40,7o/o), dan homoseksual (3,4%). Proporsi penderita paling banyak ditemukan pada kelompok umur 20-29 tahun (49,57%). disusul kelompok umur 30- 39 tahun (29,84yo), dan kelompok umur 40-49 tahun (8,71%). Sedangkan berdasarkan Propinsi yang melaporkan. kasus AIDS lebih banyak di Jarva Barat, Jawa Timur. DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat,

Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau. Kepulauan Riau. Jumlah penderita AIDS yang meninggal sekitar 3.708 orang (20,10 ).

Epidemi HIV berpotensi menimbulkan dampak buruk untuk kesehatan. psikologis. ekonomi dan sosial. Menurut Dr Basuri dari Program Studi Ilmu Gizi Kekhususan llmu Gizi Klinik Departemen Gizi FK UI, malnutrisi dapat menyebabkan komplikasi infeksi HIV/AIDS dan juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada penderita HIV/AIDS.

D. Hubungan antara Nutrisi dan HIV/AIDS Nutrisi yang baik pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup ODHA. Pada saat orang terinfeksi HIV/AIDS. maka sistem'kekebalan dalam tubuh akan menurun. Pada saat itu, bila terjadi malnutrisi. maka sistem ilnun akan turun dan kemungkinan timbulnya penyakit semakin besar, Nutrisi yang baik berarti ter-iadi asupan makanan yang baik, berat badan terjaga, dan jaringan otot, juga status mikronutriea dalam tubuh tetap dalam kondisi baik. Hasilnya, dapat menguatkan sistem imun sehingga mampu melarvan HIV dan infeksi laimya. Daya tahan terhadap infeksi pun meningkat, misalnya diare" tuberkulosis, dan infeksi pemapasan. Asupan diet yang tidak cukup bisa menyebabkan malabsorbri diare, gangguan metabolisme dan penyimpanan nutriea. sehingga terjadi defisiensi nutriea. Berikutnya. defisiensi nutriea ini bisa mendorong meningkatkan stres oksidatif dan menurunkan sistem imum. Akibatnya, replikasi HIV m:ningkat dan juga kemungkinan terkena penyakit semakin meningkat. juga morbiditas. Selain itu, orang yang terinfeksi HIV biasanya mengalami gejala yang berpengaruh pada asupan nutrisi yang bisa mengakibatkan terjadinya malnutrisi. Diantaranya, anoreksia atau kehilangan nafsu makan. diare. demam, mual dan muntah yang sering. infeksi.jamurdan anemia. Karena itu, ODHA mempunyai kebutuhan nutrisi tersendiri dibandingkan orang sehat. Kebutuhan energi pada ODHA dihitung berdasarkan ada atau tidak adanya gejala seperti demam, penurunan berat badan dan wasting. Wasting adalah terjadinya penurunan massa otot tubuh. gangguan fungsi metabolisme dan ganggnan funesi sistem imun dan penurunan berat badan, Seseorang dikatakan mengalami v,a.sting bila ter.iadi penlnunan berat badan lebih dari l0 persen berat badan normal disertai dengan lebih dari 30 hari diare. demam, dan gangguan penyakit laimya.

Dengan melihat kondisi tersebut.memadai, seperti karbohidrat, protein, dan lemak pada ODHA. Selain itu, diperlukan mikronutrian lain yaitu vitamin dan mineral. FAKTOR PENYEBAB MALNUTRISI PADA ODHA Faktor penyebab timbulnya kondisi gizi yang buruk pada ODHA adalah : Penurunan asupan makanan. Konsumsi nutrient ynag tidak adekuat adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan kondisi gizi yang buruk. Beberapa faktor dapat menyebabkan asupan makanan menjadi tidak normal. Misalnya. inflamasi dan ulkus pada saluran pencemaan bagian atas dapat menyebabkan anoreksia akibat timbLrlnya nyeri saat menelan atau nyeri perut saat makan. Malabsorbsi gastrointestinal. Mlalabsorbsi dapat menyebabkan perubahan status gizi pada ODHA. Sehingga, meskipun makanan y'ang dimakan sudah mencukupi. namun biasa saja tidak semua zat gizi tersebut dapat cliserap tubuh dengan efektii. Hal ini dapat disebabkan oleh abnormalitas mukosa gastrointestinal yang dapar disebabkan oleh infeksi HIV-nya sendiri atau merupakan akibat sekunder dari infbksi usus agen lain. Apabila tnalabsorbsi disertai dengan diare kronik. maka akan meniadi pr.edisposisi terjadinya malnutrisi yang berat jika tidak segera ditangani. Diare ini mungkin sa.ia merupakan efek samping dari obat-obatan. seperti beberapa obat antiretroviral dan antibiotika. Peningkatan jumlah kebutuhan asupan makanan atau katabolisme jaringan. Peningkatan kebutuhan nutrisi dan la-iu katabolisme.iaringan .iuga dialami oleh sebagian ODHA. Penyebabnya antara lain. tingginva kadar virus lllV cli clalam darah. Intbksi sekunder, serta ge-lala konstitusional seperti demam dan keringat malam. Infeksi virus kronik dapat mempengaruhi penggunaan energi. dan dapat menjadi predisposisi terhadap infeksi sekunder, sehingga mengubah pola penggunaan energi. OIeh karena itu, pada ODHA peningkatan penggunaan energi terutama

disebabkan oleh.jumlah virus HIV di dalam darah serta adbnya koinfeksi dan komorbiditas. Faktor psikososial, seperti kemiskinan. keterbatasan akses layanan kesehatan. Atau penyalahgunaan obat. (Zubairi Djoerban, dkk. ;2005) NUTRISI PADA ODHA Kebutuhan energi pada ODHA dihitung berdasarkan ada ataLr tidak adanya gejala seperti demam, penurunan berat badan dan wasting. Wasting adalah ter-iadinva penurunan massa otot tubuh. gangguan fungsi metabolisme. ganggLran fimgsi sistem imun. Dan penurunan berat badan. Berikut ini merupakan kebutuhan nutrisi yang diperlukan seseorang berdasarkan kategori ada atau tidaknya HIV/AIDS pada dirinya. Pada kategori A (tidak ada gejala HIV dan akut HIV), kebutuhan kalori 30-35 kkal/kg. Sementara kebutuhan protein mencapai l,l- 1,5 grlkg. Kemudian kategori B (ada gejala HIV dan komplikasi oleh HIV), maka kebutuhan kalori 35-40 kkal/kg dan kebutuhan protein 1,5-2 gr/kg. Kemudian pada kategori C (dengan tingkat kekebalan I CD4 di bawah 200 dan terjadi infeksi oponunistik), kebutuhan kalori meningkat menjadi 40-50 kkal/kg dan kebutuhan prorein meniadi 2-2.5.gr/kg- Idealnya, asupan diet yang memadai akan didapatkan asupan mikronutriea yang memadai juga. Untuk menjaga status nutrisi yang memadai, ODHA dian-jurkan memakan makanan yang bervariasi, seperti karbohidrat. susu. kacang-kacangan. daging. lemak dan minyak, buah-buahan, serta sayur-sayuran. KLrantitasnya.iuga'cukup Lmtuk kebutuhan tubuh akan energi. protein dan mikronulrieu. ODHA harus diet vang seirlbang agar kebLrtuhan energi tercukupi, terjaga berat badan ideal. dan fimgsi tubuh ber.ialan densan baik. Namun. pemberian nutrisi harus tetap memperhatikan kesehatan per individu. Untuk beberapa kondisi, perlu diet khusus. Misalnya. ODHA 1'ang menderita einial. hati dari diabetes melitus.

PENCEGAHAN MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV/AIDS Malnutrisi Pada penderita HIV/AIDS dapat dicegah dengan beberapa cara. yaitu : l. Diet Orang dengan HIV/AIDS sering mengalami masalah nutrisi. oleh karena iru sebaiknya tidak perlu berpantang makanan apa pun. kecuali nemang sangat diperlukan. Bahkan untuk odha yang mengalarli malnutrisi. apalagi wu,tting s.1,mlroute. iiiberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein: susu. telur. daging, ikan. sangat clian-iurkan. Makanan yan$ harus dihindari adalah makanan yang memperberat masalah. misalnva.iika diare jangan makan makanan berlemak. ODHA dianjurkan untuk makan makanan yang disukai. Jika mual, maka dianjurkan makan dalam jumlah yang sedikit tapi sering, sehingga asupan makanan total tetap mencukupi. Oleh karena ODHA seringkali mengalami defisiensi mikronutrien, seperti vitamin Bl2, asam folat, tiamin, seng, selenium, kalsium, magnesium, sefta vitamin yang larut dalam lemak, terutama vitamin A dan D. maka dapat diberikan suplemen untuk mengatasi kekurangan zat gizi yang terjadi. 2. Olahraga Olahraga aman dilakukan oleh ODFTA dan akan memberikan ef-ek ),ang menguntungkan. Latihan beban merupakan metode yang dapat secara langsung meningkatkan massa otot. Untuk ODHA yang mengalatni wa:;titrg .symlronte, latihan tersebut dapat meningkatkan massa tubuh dan berat badan secara keseluruhan .jika dikombinasikan dengan asupan makanan yang adekuat. Untuk ODHA yang mengalami masalah lipodistrofi, obesitas. dan resistensi insulin, maka olahraga yang bersif-at aerobic sangat baik untuk dilakukan dan dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

3. Obat Untuk mengatasi hilangnya nafsu makan atau anoreksia, dokter dapat memberikan obat untuk memperbaiki nafsu makan. Salah satu obat yang sering digunakan dan memberikan hasil yang cukup baik adalah megestrol asetat (Megace). Selain memperbaiki nafsu makan, obat ini juga dapat membentuk obat, menambah massa otot dan lemak. Selain itu harus diperhatikan pula efek samping lain dari obat ini, rerurama untuk penggunaan.iangka panjang. Cara lain yang dapat dilakukan untuk menqatasi wcr'slirtg 's.r'ndrome adalah dengan mcmberikan injeksi testosterone. 5tr''clne perlumbuhan. dan anabolic steroid. Cara pengobatan ini harus dilakukan cJengan lrari-hari karena efek sampingnya yang cukup bermakna. Terstosteron misalnya. dapat meneurangi kadar HDL dan menyebabkan penyakit hati mengalami eksaserbasi sehingga dapat menimbulkan masalah dalam pengobatan ODHA. INDIKATOR TEJADINYA MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV AIDS Defisiensi protein merupakan salah satu indikator terjadinya malnutrisi pada pasien AIDS'.Bila terjadi malnutrisi maka akan mempengaruhi status gizi pasien AIDS tersebut. Kadar albumin nomal yang ada 3.8 - 4,4 gldl. Kondisi dibawah kadar allrumin menyebabkan pasien menderita hipoalbumin atau status gizi kurang. Defisiensi ini menyebabkan penurlman serum albumin karena protein yang dikonsLmrsi oleh pasien sedikit sehingga teriadi penurunan sintesis protein. Penurunan sintesis protein ini men.vebabkan asam amino yang dipecah menjadi berkurang kadaml,a dalam tubuh. Kadar asam amino yang kurang menyebabkan penurunan serum albumin (Ester. 2000). DAMPAK MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV/AIDS Dampak malnutrisi pada penderita HIV/AIDS disebabkan oleh tidak adanl,a penunjang gizi yang baik dalam memperlambat proses penyebaran virus. Dampak dari malnutrisi ini antara lain : - Berat Badan Banyaknya obat-obatan yang harus dikonsumsi menyebabkan penderita

kehilangan nafsu makan. Hal ini menyebabkan asupan gizi pada penderita tidak terpenuhi dan mengakibatkan penurunan berat badan. Kehilangan otot dan jaringan lemak Karena asupan gizi -vang sangat kurang. bukan han.va berar badan vang menurun tetapi juga .iuga otot dan remak tidak mengarami pertumbuhan. Malah yang terjadi adalah sebaliknya. Kekurangan vitamin dan mineral Vitamin dan minerar sangat penting daram perkembangan dan daya tahan tubuh, jika tubuh tidak didukung oreh asupan vitamin dan minerar yang baik maka virus akan mudah menyerang daram kata rain sebuah penyakit san_qat mLrdah untuk memasuki tubuh penderita HIV/AIDS Mengurangi fungsi kekebalan dan kompetensi Penderita Hlv/lDS yang mengarami mamLrtrisi akan mengarami penurunan fungsi kekebalan tubrh yang sansat menon-ioln kerena kurangnva asrpan makanan ber-eizi dan berprotein tinggi ,v-ang dikonsumsi oren penderita. Peningkatan kerentanan terhadap infbksi sekunder Daya tahan tubuh yang menurun menyebabkan mudarmya si penderita mengalami infeksi sekunder. Kekebalan tubuh yang mulai melemah membuat setiap infeksi menjadi bebas untuk berkembang dan menjadikamya masarah baru bagi penderita HIV/AIDS Dampak diatas ini hanya sebagian dari seluruh dampak yang biasa dialami oleh para penderita HIV/AIDS. Dampak yang paling berat biasa dirasakan pada beban barin .r.,anu dirasakan si penderita dan tidak terlewatkan bebam materi vans harus tlikeluarkan sipenderita beserta keluarga ataupun yang merawatnya. Beban batin yang peling dirasakan dimana orang yang mengidap HIV/AIDS dengan sendirinya akan dijaLrhi oleh orang-orang sekitar karena pemahaman masyarakat yang sangat miring terhadap penyakit ini.

PENANGGULANGAN MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV/ATDS Penganggulangan malnutrisi pada HIV/AIDS lebih mengacu pada

mempertahankan kondisi tubuh agar tetap seperti sebelumnya, akan tetapi penderita HIV/AIDS sangatlah sulit untuk mendapatkan kecukupan nutrsi. Protein dan energi yang merupakan salah satu kebutukan mendasar tubuh juga tidak mudah untuk bisa diterima dengan mudah karena banyaknya masalah-masalah dalam tubuh yang membuatnya terhalangi untuk memasuki tubuh' Ada beberapa penanggulangan kepada penderita HIV/AIDS lang mungkin bias memberikan pencegahan dalam menurumya kondisi tubuh. Penanggulangamya antara lain, - Multivitamin Sebuah uji coba yang melibatkan ribuan perempuan fllV positif hamil di Tanzania menemukan bahwa multivitamin sehari-hari sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi mereka. Setelah empat tahun, multivitamin temyata dapat mengurangi risiko perempuan terhadap HIV/AIDS dan resiko kenatian sekitar 30%- Sebuah uji coba besar di Thailand juga menemukan baHIVa multivitamin menyebabkan kematian lebih sedikit. terapi hany,a antara orang-orang pada tahap lanjut penyakir HIV/AIDS - Konseling Gizi Konseling gizi mungkin termasuk pendidikan yang baik bagi para pnderita HIV/AIDS. seperti topic konseling berikut ini . Mencapai atau mempertahankan berat badan ,r.,ang sehat . Mengelola kelainan lipid dan Iipod1,,stoph1. ' Mengelola komplikasi diet berhubungan dengan pengobatan antiretroviral ' Mengelola gejala -vang dapat mempengaruhi asupan makanan . Tepat penggunaan suplemen herbal dan I atau gizi . Peran latihan . Keamanan pangan (penting untuk mencegah infeksi oporlunistik )

- Makanan Sehat Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin Bl2 untuk mencukupi kebutuhan odha dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare. ' Kelapa dan produknya dapat memenulri kebutLrhan Iemak sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT (metlium chain trigliseride) yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. IVICT merupakan enersi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel. Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk cD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan oleh HIV pada selsel maka tubuh menghasilkan radikal bebas Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4 Sayuran hijau dan kacang-kacangan. mengandung vitamin

neurotropik Bl, 86, Bl2 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan cD4 dan pencegahan anemia Penanggulangan diatas sebenamya belum bisa menjacli dasar mangatasi malnutrisi pada penderita HIV/AlDS. HIV/AIDS .nempakan penyakit yang sangar komplek dan hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan yang bias menyembuhkan HIV/AIDS secara sempuma.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Infeksi HIV dimulai dengan invasi selektif sel-sel T-helper (linfbsit dependentimus). umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membrane mukosa) atatt aliran darah. dengan cairan tubuh vang menganclung IllV. sepefti clarah. air mani. cairan vagina. cairan preseminal dan air sustr ibu. lrenularan ciapat ter.jatji melalui hubungan intim (vaginal. anal ataupun oral). translirsi ciaralr..iarunr ssntik yang terkontaminasi, antara ibu dan ba.r,i selama kehamilan. bersalin. atau menvusui serta bentuk kontak laimya dengan cairancairan tubuh tersebut 2. Penderita AIDS biasanya mengalami komplikasi-komplikasi seperti pneumonia pneumocy'tti.t, Tuberkulosis (TBC), Esofagitis. diare kronis. Toksoplasmosis. Leukoensefalopati multifokal progresif, Kompleks demensia Sarkoma Kaposi . Kanker getah bening tingkailinggi. dan lain_lain 3. Epidemi HIV berpotensi menimbulkan dampak buruk untuk kese6atan. psikolo_eis. ekonomi dan sosial.Malnutrisi dapat menyebabkan komplikasi intbksi HIV/AIDS dan .iuga meningkatkan morbiditas dan mo.talitas pada penderita HIV/AIDS 4. Pada saat orang terinfeksi HIV/AIDS. maka sistem kekebalan dalam tubuh akan menurun' Pada saat itu' bila terjadi malnutrisi, maka sisteln imun akan turun dan kemungkinan timbulnya penyakit semakin besar, Nutrisi yang baik berarti terjadi asupan makanan yang baik, berat badan terjaga. dan jaringan otot. juga status ntikronutriea dalam tubuh tetap dalam kondisi baik SARAN 1. Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS human t.r6 dilakukan dengan sungguh-sungguh dan melibatkan semua pihak, melihat besamva dampak yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut

2. Penanggulangan AIDS harus diupayakan untuk menghindariarau meminimalisisr terjadinya berbagai kompl ikasi 3. Salah satu upaya penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan diet yang sesuai. 4. Diet yang diberikan pada penderita Hlv/AIDS sebaiknl,a membamu peningkatan kekebalan tubuh dan meminimalisir terjadinya komplikasi 5. Menggalakkan penelitian tentang berbagai bahan makanan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga dapat digunakan sebagai menu makanan pada penderita HIV/AIDS

DAFTAR PUSTAKA

You might also like