You are on page 1of 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERDARAHAN

DI SUSUN OLEH

YUFLIHUL KHAIR NPM : 07.01.0768

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor intrinsik (mis. fibrinogen, protrombin, proconvertin dll) dan ekstrinsik darah (mis. tromboplastin jaringan, . tromboplastin pembuluh, luka, permukaan kasar/halus, suhu lingkungan, pengenceran, dan bahan antikoagulas dll.) Permukaan kasar, suhu lungkungan panas, dan pengadukan mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan halus, suhu lingkungan dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara itu antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan proses koagulasi. Waktu pendarahan merupakan suatu ukuran dari proses hemostasis dan proses koagulasi, ini tergantung dari efisiensi tenunan fibrin dalam mempercepat koagulasi, fungsi pembuluh kapiler, dan pada trombosit. Ukuran luka tidak kalah pentingnya dalam kaitannya dengan cepat dan lambatnya proses pendarahan. Laju endap darah atau BSR (Blood Sedimentation Rate) merupakan kecepatan pengendapan butir darah merah berdasarkan waktu tertentu (biasanya jam). Waktu LED meningkat (laju makin lama) bilaterjadi penyakit seperti defisiensi besi, eritrosit rapuh/tua, pengenceran darah dll.).

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendarahan (bahasa Inggris: hemorrhage, exsanguination; bahasa Latin: exsanguintus, tanpa darah) merupakan istilah kedokteran yang digunakan untuk menjelaskan ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya semula. Pendarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh, misalnya saat terjadi peradangan dan darah keluar dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh dan membentuk hematoma; atau terjadi hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari dalam vagina, mulut, rektum atau saat kulit terluka, dan mimisan. Pendarahan juga menyebabkan hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu ketinggian. Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. B. Klasifikasi pendarahan a. Standar American College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support ATLS membuat klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah, sebagai berikut: Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume. Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume. Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah. Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah. b. Standar World Health Organization WHO menetapkan skala gradasi ukuran resiko yang dapat diakibatkan oleh pendarahan sebagai berikut: Grade 0 Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 : Tidak terjadi pendarahan : Pendarahan petekial : Pendarahan sedang dengan gejala klinis yang signifikan : Pendarahan gross, yang memerlukan transfusi darah : Pendarahan debilitating yang fatal, retinal maupun cerebral

Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar dari dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang. Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi daerah di sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dengan adanya memar pada korban. Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan dalam. Pada pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga dalam tubuh, seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari tanda-tanda pada korban, seperti: setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tandatanda pendarahan tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah Pengendalian pendarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat pendarahannya. Untuk pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan antara lain: a. Tekan langsung pada cidera Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat, sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam). b. Elevasi Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (tentunya setelah dibalut) sehingga lebih tingggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, diatas balutan yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. c. tekan pada titik nadi Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dekat tulang selangka), brachial artery (di lipatan siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).

d. Immobilisasi Immobilisasi bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun. e. Tourniquet Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan pendarahan di tangan atau kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputasi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak bisa mengalir. Dahi korban yang mendapat tourniquet harus diberi tanda silang sebagai penanda dan korban harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Jika korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa membusuk. Berbeda dengan pendarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban yang mengalami pendarahan dalam adalah sebagai berikut: a. Rest Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin. b. Ice Bagian yang luka dikompres es hingga darahnya membeku. Darah yang membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan metabolisme tubuh. c. Commpression Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah. d. Elevation Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung Pendarahan berat maupun ringan jika tidak segera dirawat bisa berakibat fatal. Bila pendarahan terjadi, penting bagi penolong untuk menghentikannya secepat mungkin. Ada dua jenis pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka) dan pendarahan dalam (pendarahan di dalam tubuh). Pendarahan dalam lebih berbahaya dan lebih sulit untuk diketahui daripada pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda berikut harus diperhatikan. Cara penanganan pendarahan dalam: 1. Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya yang ketat. 2. Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak. 3. Segera cari bantuan medis.

4. Jangan memberi makanan atau minuman 5. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock) Cara penanganan pendarahan luar (pendarahan dari luka) Baringkan korban dalam posisi pemulihan, kecuali bila ada luka di dada. Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada, jangan sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat. Untuk keterangan lebih lanjut lihat bagian sebelumnya, "Merawat luka". Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju bersih atau tangan untuk mengontrol pendarahan sampai menemukan pembalut dan bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan sendiri, suruh korban menekan lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi silang. Balut luka dengan erat. Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban. Jika darah membasahi pembalut, lepaskan pembalut dan gantilah bantalan. Walaupun pendarahan telah berhenti, jangan terburu-buru melepaskan pembalut, bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak terduga. Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami pendarahan. Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock). Segera cari bantuan medis.

Cara menghentikan pendarahan 1. Angkat bagian tubuh yang terluka. 2. Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih. 3. Jika tidak ada, gunakan tangan Anda. 4. Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai pendarahan terhenti. 5. Jika pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang terluka, dan korban telah kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk: a. Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka b. Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi-tingginya c. Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-dekatnya. d. Ikat di antara bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkan ikatan sampai pendarahan. C. Tanda-tanda shock secara umum: a. Keadaan umum lemah.

b. c. d. e. f. g. h. i.

Perfusi kulit; pucat, dingin dan basah. Tachicardia. Vena perifer tidak tampak. Tekanan darah menurun, sistolik < 90 mmHg atau turun > 50 mmHg dari tekanan semula. Hiperventilasi. Sianosis perifer. Gelisah dan kesadaran menurun. Produksi urine menurun.

ASUHAN KEPERAWATAN KGD SISTEM KARDIOVASKULER: PERDARAHAN 1. Pengkajian a. Identitas b. Aktifitas c. Sirkulasi d. Neurosensori e. Nyeri/ Kenyamanan f. Keamanan g. Pemeriksaan Fisik h. Pemeriksaan Lab 2. Diagnosa a. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan b. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan darah balik vena 3. Intervensi a. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan Tujuan : keseimbangan volume cairan Kriteria Hasil : 1. Asupan dan haluaran seimbang 2. Memperlihatkan tekanan darah normal 3. Tidak terjadi syok hipovolemia 4. Ph darah 7,35 samapai 7,45 Intervensi: 1) Pertahankan keseimbangan volume cairan dan elektrolit dengan pemberian terapi: Therapi intravena ( sesuai dengan jenis shock) Kristaloid ( untuk mengembalikan cairan elektrolit - Ringer laktat. - Ringer acetat. Koloid : Mengembalikan volume plasma dan mengembalikan tekanan osmotik. - Whole blood, DRC, plasma ( plasma net, dekstran, dll) 2) Kaji Vital sign b. Penurunan Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan darah balik vena Tujuan : Mengembalikan curah jantung Kriteria Hasil : Curah jantung dalam batas normal Denyut nadi perifer dalam batas normal Kecepatan dan irama jantung dalam batas normal Suhu kulit dalam batas normal Intervensi: 1. Pantau status kardiovaskuler meliputi curah jantung, denyut nadi perifer, kecepatan dan irama jantung dan dihubungkan dengan kondisi pasien

2. Observasi perdarahannya 3. Observasi adanya hipotensi, tekanan atrium kiri, gagal jantung, bunyi jantung lemah, denyut nadi lemah, penurunan aliran urine.

DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth vol 3 Edisi 8.2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. Jakarta : EGG Brunner dan Suddarth vol 2 Edisi 8.2002. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.Jakarta : EGG Doenges M E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan pasien edisi 3.Jakarta : EGC MayoClinic.com - Severe Bleeding:First Aid MayoClinic.com - Perdarahan berat: Pertolongan Pertama

You might also like