You are on page 1of 12

ARSEN (As) , Dampak Terhadap Kesehatan serta Penanggulangannya ( Prof. Dr.dr.H.J.MUKONO,MS.,MPH.

)
Posted by: mukono in Uncategorized Add comments PENDAHULUAN Arsen (As) merupakan bahan kimia beracun, yang secara alami ada di alam. Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun (tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida., sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut. Pada penelitian yang dilakukan di USA tahun 1964 ditemukan kadar tahunan arsen di udara sekitar industri pengecoran logam berkisar antara 0,01 - 0,75 ug / m3, namun di dekat cerobong asap kadarnya melebihi 1 ug / m3. Kadar arsen dalam air minum di berbagai negara sangat bervariasi. Kadar arsen dalam air minum di USA kurang dari 0,01 0,05 mg / L, di Jepang sekitar 1,7 mg / L, di Taiwan (sumur artesis) sekitar 1,8 mg / L, sedangkan di Cordoba (Argentina) sekitar 3,4 mg / L. Di USA, makanan dan buah-buahan yang dikonsumsi setiap hari mengandung sekitar 0,04 mg As. Makanan produk laut yang dikonsumsi harian mengandung 0,02 mg As. Normal, manusia setiap harinya mengkonsumsi 0,03 mg arsen. FUNGSI ARSEN Logam arsenik biasanya digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan logam lain misalnya mengeraskan Pb di pabrik aki atau melapisi kabel. Arsenik trioksid dan arsenik pentoksid biasanya dipakai di pabrik kalsium, tembaga dan pestisida Pb arsenat. Komponen arsenik seringkali pula dipakai pula untuk memberi warna (pigmen) dan agen pemurni dalam pabrik gelas, sebagai bahan pengawet dalam penyamakan atau pengawet kapas, ataupun sebagai herbisida. Bahan kimia copper acetoarsenit terkenal sebagai bahan pengawet kayu. Bahan arsenilik digunakan dalam obat-obatan hewan maupun bahan tambahan makanan hewan. Gas arsen dan komponen arsenik lainnya seringkali digunakan dalam industri mikroelektronik dan industri bahan gallium arsenide. PAPARAN TERHADAP TEMPAT KERJA DAN LINGKUNGAN Paparan arsen di tempat kerja terutama dalam bentuk arsenik trioksid dapat terjadi pada industri pengecoran Pb (timbal), coper (tembaga), emas maupun logam non besi yang lain.. Beberapa industri yang juga mempunyai potensi untuk memberi paparan bahan kimia arsen adalah industri pestisida / herbisida, industri bahan pengawet, industri mikro elketronik dan industri farmasi / obat-obatan. Pada industri tersebut, arsenik trioksid dapat bercampuran dengan debu, sehingga udara dan air di industri pestisida dan kegiatan peleburan mempunyai risiko untuk terpapar kontaminan arsen. Paparan yang berasal dari bukan tempat kerja (non occupational exposure) adalah air sumur, susu bubuk, saus dan minuman keras yang terkontaminasi arsen serta asap rokok.

ABSORBSI, METABOLISME DAN EKSKRESI ARSEN Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas. Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut. Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Didalam tubuh arsenik bervalensi lima dapat berubah menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine. Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan gas arsin biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit kepala. Jika paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan anemia, gagal ginjal dan ikterus (gangguan hati). GEJALA KLINIK KERACUNAN ARSEN Menurut Casarett dan Doulls (1986), menentukan indikator biologi dari keracunan arsen merupakan hal yang sangat penting. Arsen mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan akut. Untuk paparan kronis dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian. Paparan akut Paparan akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala yang dapat timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae, kedinginan, kram otot serta oedeme dibagian muka (facial). Paparan dengan dosis besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal adalah jika sebanyak 120 mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh. Paparan kronis Gejala klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral neuropathy (rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan jantung, gangguan hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki, hiperpigmentasi kulit dan dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat terpapar debu yang mengandung arsen adalah nyeri tenggorokan serta batuk yang dapat mengeluarkan darah akibat terjadinya iritasi. Seperti halnya akibat terpapar asap rokok, terpapar arsen secara menahun dapat menyebabkan terjadinya kanker paru. PEMERIKSAN LABORATORIUM YANG PERLU DILAKUKAN 1, Pemeriksaan darah Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia. 2.Pemeriksaan urine Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi proteinuria, hemoglobinuria maupun hematuria. 3.Pemeriksaan fungsi hati Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi peningkatan enzim transaminase serta bilirubin. 4.Pemeriksaan jantung Pada keracunan akut dan kronis dapat terjadi gangguan ritme maupun konduksi jantung. 5. Pemeriksaan kadar arsen dalam tubuh Arsenik dalam urine merupakan indikator keracunan arsen yang terbaik bagi pekerja yang terpapar arsen. Normal kadar arsen dalam urine kurang dari 50ug/L

Kadar As dalam rambut juga merupakan indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya karacunan arsen. Normal kadar As dalam rambut kurang dari 1mug/kg Walaupun tidak ada pemeriksaan biokimia yang spesifik untuk melihat terjadinya keracunan arsen, namun gejala klinik akibat keracunan As yang dihubungkan dengan mempertimbangkan sejarah paparan merupakan hal yang cukup penting. Perlu diingat bahwa seseorang dengan kelainan laboratorium seperti di atas tidak selalu disebabkan oleh terpapar atau keracunan arsen. Banyak faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan seperti di atas. PENCEGAHAN TERJADINYA PAPARAN ARSEN Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya : - Masker yang memadai - Sarung tangan yang memadai - Tutup kepala - Kacamata khusus Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat lancar. PENGOBATAN KERACUNAN ARSEN Pada keracuna arsen akibat tertelan arsen, tindakan yang terpenting adalah merangsang refleks muntah. Jika penderita tidak sadar (shock) perlu diberikan infus. Antdote untuk keracunan arsen adalah injeksi dimerkaprol atau BAL (British Anti Lewisite). PROGNOSIS Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat bertahan, maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 12 bulan.

ARSEN
Posted on Juli 7, 2011 | Tinggalkan komentar

A.

Pengertian Arsen

Kata arsenik dipinjam dari bahasa Persia Zarnik yang berarti orpimen kuning. Zarnik dipinjam dalam bahasa Yunani sebagai arsenikon. Arsenik dikenal dan digunakan di Persia dan di banyak tempat lainnya sejak zaman dahulu. Arsen (As) adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA dengan nomor atom 33. Arsen berwujud bubuk putih, tanpa warna dan bau. Nama arsenik sendiri pertama kali berasal dari

bahasa Persia zarnig dan bahasa Yunani arsenikon yang artinya kuning. Arsen merupakan bahan metaloid yang terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik, yaitu kuning, hitam dan abu-abu. B. Klasifikasi Arsen Arsen di alam berada dalam bentuk Inorganik dan organik. Penjelasannya sebagai berikut: 1. Arsen Inorganik Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan dapat terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Senyawa Arsen dengan oksigen, klorin atau belerang dikenal sebagai arsen inorganik. Arsen trioksida (As2O3 atau As4O6) dan arsenat/arsenit merupakan bentuk arsen inorganik berbahaya bagi kesehatan manusia. Pada suhu di atas 1.073C senyawa arsen trioksida dapat dihasilkan dari hasil samping produksi tembaga dan pembakaran batubara. Arsen trioksida mempunyai titik didih 465C dan akan menyublim pada suhu lebih rendah. Kelarutan arsen trioksida dalam air rendah, kira-kira 2% pada suhu 25C dan 8,2% pada suhu 98C. Sedikit larut dalam asam membentuk asam arsenide (H3As03). Arsen trioksida sangat cepat larut dalam asam khlorida dan alkalis. 2. Arsen Organik Senyawa dengan karbon dan Hidrogen dikenal sebagai Arsen Organik. Arsen bentuk organik yang terakumulasi pada ikan dan kerang-kerangan, yaitu arsenobetaine dan arsenokolin mempunyai sifat nontoksik. Sebagaimana diketahui bahwa arsen inorganik lebih beracun dari pada arsen organik. Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal. Ikatan karbon-arsen sangat stabil pada kondisi pH Iingkungan dan berpotensi teroksidasi. Di dalam air senyawa ini bisa teroksidasi menjadi methylarsenic acid Senyawa arsen organik lainnya seperti : arsenobetaime dan arsenocho/ine bisa ditemukan pada kehidupan laut dan sangat tahan terhadap degradasi secara kimiawi. Berbagai macam senyawa arsen adalah sebagai berikut: a. Asam arsenat (H3AsO4) b. Asam arsenit (H3AsO3) c. Arsen trioksida (As2O3) d. Arsin (Arsen Trihidrida AsH3) e. Kadmium arsenida (Cd3As2) f. Galium arsenida (GaAs) g. Timbal biarsenat (PbHAsO4) C. Karakteristik Arsen

Arsen merupakan bahan metaloid yang memiliki tiga bentuk alotropik, yaitu kuning, hitam dan abu-abu. Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain. Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen, yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 gr/ml dan 5,73 gr/ml.

D.

Sumber Pencemaran Arsen dalam Lingkungan

Pembakaran batubara dan pelelehan logam merupakan sumber utama pencemaran arsen dalam udara. Pencemaran arsen terdapat di sekitar pelelehan logam (tembaga dan timah hitam). Arsen merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih logam non-besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun. Ketika tailing dari suatu kegiatan pertambangan dibuang di dataran atau badan air, limbah unsur pencemar kemungkinan tersebar di sekitar wilayah tersebut dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahaya pencemaran lingkungan ini terbentuk jika tailing yang mengandung unsur tersebut tidak ditangani secara tepat. Tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia pada wilayah tropis, akan menunjang percepatan mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun. Selanjutnya dapat memasuki sistem air permukaan atau merembes ke dalam akifer-akifer air tanah setempat. Ini terjadi di negara-negara yang memproduksi emas dan logam dasar. Sumber pencemaran arsen juga dapat berasal dari: 1. Pembakaran kayu yang diawetkan oleh senyawa arsen pentavalen, dapat menaikkan kadar arsen di udara. 2. Pusat listrik tenaga panas bumi (geothermal) yang dapat menyebabkan kontaminasi arsen pada udara ambient. 3. Pupuk yang di dalamnya mengandung arsen. E. Dampak Arsen Terhadap Pencemaran Liingkungan

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan air, tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. WHO menetapkan ambang aman tertinggi arsen dalam air tanah sebesar 50 ppb. Air tanah biasa digunakan sebagai sumber air minum bagi kelangsungan hidup manusia. Salah satu akibat yang merugikan dari arsen adalah apabila dalam air minum mengandung unsur arsen melebihi nilai ambang batas, yaitu bila kadarnya melebihi 100 ppb dalam air minum. Gejala keracunan kronis yang ditimbulkannya pada tubuh manusia berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus. Arsen inorganik telah dikenal sebagai racun manusia sejak lama, yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Bila melalui mulut, pada umumnya efek yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal. Berikut ini adalah implikasi klinik akibat tercemar oleh arsen: 1. Mata Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga mengganggu daya pandang (visual fields) mata. 2. Kulit Adanya kulit yang berwarna gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic). 3. Darah Efeknya menyebabkan kegagalan fungsi sungsum tulang dan terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer).

4. Liver Paparan arsen yang cukup lama (paparan kronis) pada liver akan menyebabkan efek yang signifikan, berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut). 5. Ginjal Arsen akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ichemia dan kerusakan jaringan). 6. Saluran pernapasan Paparan arsen pada saluran pernafasan akan menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru. 7. Pembuluh darah Logam berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah perifer (varises, penyakit bu rger). 8. Sistem Reproduksi Efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut effek malformasi. 9. Sistem Immunologi Efek pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh/ penurunan kekebalan, akibatnya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. 10. Sistem Sel Efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitokondria dalam inti sel sehingga menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati. 11. Gastrointestinal (Saluran Pencernaan) Arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual (nausea) dan muntah (vomiting). F. Penanganan Arsen

Dampak pencemaran terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena arsen, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut. Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran khususnya tanah. Diantaranya adalah :

1. Remidiasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan onsite adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit. 2. Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah denga menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air. G. Manfaat Senyawa Arsen

Logam arsenik biasanya digunakan sebagai bahan campuran untuk mengeraskan logam lain misalnya mengeraskan Pb di pabrik aki atau melapisi kabel. Arsenik trioksid dan arsenik pentoksid biasanya dipakai di pabrik kalsium, tembaga dan pestisida . Komponen arsenik seringkali pula dipakai pula untuk memberi warna (pigmen) dan agen pemurni dalam pabrik gelas, sebagai bahan pengawet dalam penyamakan atau pengawet kapas, ataupun sebagai herbisida. Bahan kimia copper acetoarsenit terkenal sebagai bahan pengawet kayu. Bahan arsenilik digunakan dalam obat-obatan hewan maupun bahan tambahan makanan hewan. Gas arsen dan komponen arsenik lainnya seringkali digunakan dalam industri mikroelektronik dan industri bahan gallium arsenide.

Bahaya Arsenik dan Cara Mengatasinya

Arsenik adalah suatu unsur kimia metaloid (semilogam) golongan VA, berwujud bubuk putih, tanpa warna dan bau (karena itulah arsenik sangat dikenal dalam urusan racun-meracun makanan!). Nama arsenik sendiri pertama kali berasal dari bahasa Persia zarnig dan bahasa Yunani arsenikon yang artinya kuning. Arsenik dalam kehidupan sehari-hari (di luar racunmeracun) digunakan untuk bahan pestisida di buah-buahan. Galium arsenid dapat dipakai sebagai bahan semikonduktor rangkaian listrik. Dalam pengobatan, arsen juga mendapat tempat khusus. Di zaman dahulu arsenik pernah digunakan sebagai obat sifilis, yaitu Salvarsan. Sampai sekarang arsenik masih menjadi salah satu alternatif pengobatan tripanosomiasis Afrika (dalam bentuk melarsoprol). Arsenik juga dipakai dalam industri pewarna dan cat. Dalam kehidupan sehari-hari, makanan kita pun mungkin mengandung arsenik dalam jumlah kecil. Konsentrasi arsenik yang dianggap tidak berbahaya dalam air minum oleh WHO

adalah kurang dari 10 ppb (part per billion). Selain karena arsenik menjadi bahan pestisida yang dipakai untuk menyemprot sayur dan buah, arsenik juga berpotensi mencemari perairan. Hal ini pernah menjadi masalah serius di Cina dan Bangladesh, dan sekitarnya pada tahun 2005. Arsenik yang ditemukan di air adalah arsenik bentuk arsenat V (HAsO42-) dan arsenit III (H3AsO3). Di alam bebas arsenat dan arsenit dapat mengalami reaksi redoks bolak balik. Konsentrasi yang ditemukan dapat mencapai 200-4400 ppb, atau 0.2-4.4 ppm (part per million). Bentuk arsenik yang terkenal adalah As2O3, alias arsen trioksida atau warangan. Warangan ini bentuknya berupa bubuk berwarna putih yang larut dalam air. Bentuk lainnya adalah bubuk kuning As2S3 dan bubuk merah realgar As4S4. Keduanya sempat populer sebagai bahan cat, namun karena toksik akhirnya mereka tidak dipakai lagi. Adapun bentuk gasnya, yang juga beracun; adalah arsin (As2H3). Mengapa arsenik beracun?

Arsenik beracun karena : mampu menghambat produksi ATP, sumber energi bagi sel-sel hidup, melalui berbagai mekanisme. Di siklus Krebs arsenik menghambat enzim piruvat dehidrogenase, sehingga sintesis ATP menjadi berkurang dan malah meningkatkan produksi hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida ini merupakan oksidator yang sangat reaktif terhadap sel hidup, maka justru sel hidup itulah yang diserang. Sel yang diserang arsenik akan mengalami nekrosis dan kematian dengan segera. Keracunan arsenik dapat terjadi dalam 2 cara, yaitu :

1. Cara Akut, berarti arsenik diberikan dalam satu dosis tunggal yang sangat besar dan langsung mematikan. Dosis ini kira-kira sebesar 120-200 mg pada orang dewasa atau 2 mg/kgBB pada orang dengan berat badan kurang dari 60 kg. Untuk urusan peracunan, biasanya pelaku mencampurkan arsenik dalam makanan dalam dosis beberapa kali lipat, untuk mengantisipasi korbannya muntah-muntah akibat keracunan akut ini. Gejala keracunan akut terdiri atas mual muntah hebat yang disertai sakit perut. Napas penderita berbau seperti bawang putih. Kadang ia langsung kejang-kejang dan koma. Tekanan darah korban langsung turun dan ia tampak seperti orang dehidrasi berat. 2. cara kronik, merupakan cara yang cocok dilakukan oleh koki atau juru masak yang punya urusan atau dendam pribadi dengan majikannya. Di sini si pelaku memasukkan arsenik dalam jumlah nonletal berkali-kali dalam makanan korbannya, untuk membuatnya sakitsakitan. Suatu saat si korban diberi arsenik dalam jumlah sangat besar. Penderita keracunan kronik mula-mula mengalami gejala keracunan seperti keracunan akut, tapi lama-kelamaan datang gejala tambahannya. Ia akan mengalami perubahan warna kulit menjadi kelabu atau kehitaman, gangguan fungsi hati, fungsi jantung, fungsi paru-paru, dan fungsi ginjal. Fungsi saraf tepi juga terganggu secara simetris. Tapi yang paling jelas adalah kukunya, di mana terlihat garis-garis horizontal bersusun-susun. Garis ini disebut Mees lines. Garis ini berguna dalam penyelidikan ahli forensik karena dengan mengukur panjang kuku dan jarak antara garis, ahli dapat menentukan berapa lama sekali si korban diracun arsenik. Mengatasi keracunan arsenik Cara mengatasi keracunan arsenik berbeda antara keracunan akut dan kronik. Untuk

keracunan akut yang belum berlangsung 4 jam, korban diberi ipekak untuk merangsangnya muntah. Dapat juga dilakukan bilas lambung apabila ia tidak dapat minum. Pemberian katartik atau karboaktif dapat bermanfaat. Sedangkan untuk keracunan yang sudah berlangsung lebih lama daripada itu (termasuk juga keracunan kronik), sebaiknya diberi antidotumnya, yaitu suntikan intramuskuler dimerkaprol 3-5 mg/kgBB 4-6 kali sehari selama 2 hari. Pengobatan dilanjutkan 2-3 kali sehari selama 8 hari.

Uji batas Selenium Farmakope III - IV


Rabu, 26 Oktober 2011 jam 20:02 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Selenium adalah mineral penting yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Mineral ini merupakan bagian penting dari enzim antioksidan yang akan melindungi sel tubuh kita terhadap efek negatif yang ditimbulkan oleh radikal bebas. Selenium bekerja sebagai kofaktor untuk enzim yang terlibat dalam oksidasi asam lemak dan penghancuran asam amino. Tubuh mengembangkan kemampuan untuk melawan radikal bebas karena radikal bebas akan menghancurkan sel dan mempunyai kontribusi terhadap perkembangan berbagai penyakit kronik. Karena itu, selenium diduga mampu untuk menahan laju ketuaan dan pengerasan jaringan akibat proses oksidasi. Selain untuk melawan radikal bebas, selenium juga berperan pada sistem imunitas (kekebalan tubuh) dan fungsi kelenjar tiroid yang baik. Selain itu, keterlibatan selenium untuk mencegah kanker (termasuk kanker kulit akibat paparan matahari) menambah pamornya sebagai mineral yang berharga. Namun apabila terpapar dalam suatu bahan drngan jumlah yang berlebih,selenium akan berdampak buruk.Kelebihan Selenium dapat menimbulkan efek yang sangat berbahaya, yang bisa diakibatkan karena mengkonsumsi tambahan selenium yang tidak diresepkan oleh dokter sebanyak 5-50 miligram/hari. Gejalanya terdiri dari: -mual dan muntah -rambut dan kuku rontok - ruam di kulit - kerusakan saraf. Oleh karena itu kita perlu mempelajari tentamg uji batas selenium,agar kita dapat mengetahui seberapa amankah suatu zat dengan kadar selenium tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. UJI BATAS SELENIUM <391> ( FI IV Hal. 936 ) Larutan persediaan Larutkan 40,0 mg selenium P dalam 100 ml larutan asam nitrat P ( 1

dalam 2 ) dalam labu tentukur 1000 ml, jika perlu hangatkan hati hati di atas tangas uap hingga larut, tambahkan air sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 200 ml, tambahkan air sampai tanda. Tiap ml larutan mengandung setara dengan 1 g selenium ( Se ). Larutan diaminonaftalena Larutkan 100 mg 2,3-di-aminonaftalena P dan 500 mg hidroksilamin hidroklorida P dalam asam klorida 0,1 N hingga 100 ml. larutan dibuat segar. Larutan baku Pipet 6 ml Larutan persediaan ke dalam gelas piala 150 ml, tambahkan 25 ml larutan asam nitrat P ( 1 dalam 30 ) dan 25 ml air. Larutan uji Faktor penting dalam pengujian adalah pembakaran sempurna zat uji. Untuk senyawa yang pembakarannya kurang sempurna dan menghasilkan jelaga, penambahan Magnesium oksida P biasanya menghasilkan pembakaran lebih sempurna dan mengurangi pembentukan jelaga. Penambahan magnesium oksida yang diperlukan telah tertera pada masing masing monografi. Gunakan labu pembakar 1000 ml dan 25 ml larutan asam nitrat P ( 1 dalam 30 ) sebagai cairan penjerap, dan lakukan seperti yang tertera pada Pembakaran dengan labu oksigen < 501 >, jika tidak dinyatakan lain dalam masing masing monografi, gunakan contoh pengujian 100 mg sampai 200 mg. setelah pembakaran sempurna, basahi mulut labu dengan beberapa ml air, longgarkan sumbat, dan bilas sumbat, tempat contoh, dan dinding labu dengan kurang lebih 10 ml air. Masukkan larutan dengan bantuan lebih kurang 20 ml air ke dalam gelas piala 150 ml dan panaskan hati hati sampai suhu didih. Didihkan selama 10 menit dan biarkan dingin pada suhu kamar. Prosedur Perlakukan Larutan baku, Larutan uji, dan blangko pereaksi yang mengandung 25 ml larutan asan nitrat P ( 1 dalam 30 ) dan 25 ml air, secara bersamaan sebgai berikut : Tambahkan larutan ammonium hidroksida P ( 1 dalam 2 ) hingga pH 2,0 0,2. Encerkan dengan air hingga 60,0 ml dan pindahkan ke dalam corong pisah aktinik rendah dengan bantuan 10,0 ml air, tambahkan 10,0 ml air bilasan ke dalam corong. Tambahkan 200 mg hidroksilamin hidroklorida P, goyang hingga larut, tambahkan segera 5,0 ml Larutan diaminonaftalena, tutup labu, goyang. Diamkan larutan pada suhu kamar selama 100 menit. Tambahkan 5,0 ml sikloheksana P, kocok kuat selama 2 menit, biarkan lapisan memisah. Buang lapisan air, dan sentrifus ekstrak sikloheksana untuk menghilangkan air yang terdispersi. Tetapkan serapan ekstrak sikloheksana Larutan ujidan Larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimumlebih kurang 380 nm, gunakan ekstrak sikloheksana dari blangko pereaksi sebagai blangko. Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku, menggunakan 200 mg contoh pengujian, atau jika digunakn 100 mg contoh pengujian, tidak lebih besar dari setengah kali serapan Larutan baku. B. Senyawa senyawa yang menurut Farmakope Indonesia Edisi IV mengharuskan uji batas Selenium. 1. ACETAZOLAMIDUM ( Asetazolamida ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 200 mg. 2. CIMETIDINUM ( Simetidin) Selenium <391> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan menggunakan 300 mg. 3. HYDROCHLOROTHIAZIDUM ( Hidroklorotiazida ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 200 mg. 4. KALII SULFOGAIAKOLAS ( Kalium Sulfaguaiakolat ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj. 5. MAGNESII SULFAS ( Magnesium Sulfat, Garam Inggris ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan dengan melarutkan 200 mg dalam 50 ml asam nitrat 0,25 N.

6. MENADIONI NATRII BISULFIS ( Menadion Natrium Bisulfit ) Selenium <391> Tidak lebih dari 3 bpj. 7. PROBENECIDUM ( Probenesid ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 100 mg zat yang dicampur dengan 100 mg magnesium oksida P. 8. SACCHARINUM ( Sakarin ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 100 mg zat uji yang dicampur dengan 100 mg magnesium oksida. 9. SACCHARINUM NATRICUM ( Sakarin Natrium) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj. 10. SULFACETAMIDUM NATRICUM ( Sulfasetamida Natrium ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 200 mg. 11. SULFADIAZINUM ( Sulfadiazin ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 200 mg. 12. SULFADIMIDINUM ( Sulfadimidin, Sulfametazin ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 200 mg. 13. SULFAMERAZINUM ( Sulfamerazin ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 200 mg. 14. SULFAMETHIZOLUM ( Sulfametizol ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj. 15. SULFAMETHOXAZOLUM ( Sulfametoksazol ) Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 200 mg zat. 16. TOLBUTAMIDUM ( Tolbutamida ) Selenium <391> 30 bpj; lakukan penetapan menggunakan 100 mg, campur dengan 100 mg magnesium oksida. C. UJI BATAS SELENIUM (FARMAKOPE INDONESIA EDISI III Hal.802-803) Larutan Induk Larutkan 40,0 mg selenium dalam 100 ml asam nitrat P 33% v/v dalam labu tentukur -1000 ml,jika perlu panaslkan hati-hati di atas tangas air hingga larut,tambahkan air secukuonya hingga 1000,0 ml,campur.Enceran mengandung 1 mg per ml. Larutan Baku Pipet 6,0 ml larutan induk ke dalam gelas kimia-150 ml,tambahkan 50 ml Larutan asam nitrat P 1,67 % v/v. Larutan Uji Lakukan pembakaran menurut cara pembakaran dengan oksigen menggunakan labu Iodium-1000 ml dan 25,0 ml larutan asam nitrat P 33,3 % v/v sebagai cairan penyerap.Setelah pembakaran selesai tambahkan beberapa ml air di atas sumbat,buka sumbat hati-hati.Bilasi sumbat,kaca platina dan dinding gelas kimia dengan lebih kurang 25 ml air.Pindahkan larutan ke dalam gelas kimia 150 ml,panaskan hati-hati hingga mendidih,biarkan mendidih 10 menit,dinginkan hingga suhu kamar. Larutan pereaksi blangko 50 ml larutan asam nitrat hingga P 1,67 % v/v Cara kerja : Kerjakan larutan baku,larutan uji dan larutan pereaksi blangko secara bersamaan sebagai berikut : Pada masing-masing larutan tambahkan larutan Amonia P 33% v/v secukuonya hingga pH 2,0.Tambahkan 200,0 mg hidroksilamina hidriklorida P,goyangkan perlahan-lahan hingga larut,segera tambahkan 5,0 ml larutan diaminoftalein P,campur.Tutup gelas kimia dengan kaca arloji,biarkan pada suhu kamar selama 10 menit,biarkan memisah. Pindahkan larutan ke dalam corong pisah,bilasi gelas dengan lebih kurang 10,0 ml air.Tambahkan 5,0 sikloheksana P,kocok kuat-kuat selama 2 menit,biarkan memisah. Buang lapisan air,pusingkan sari sikloheksana untuk memisahkan sisa air. Ukur serapan 1 cm pada maksimum lebih kurang 380 nm,sebagai blangko digunakan disikloheksana yang diperoleh dari larutan pereaksi blangko,serapan larutan uji tidak lebih besar dari serapan

larutan baku jika digunakan 200,0 mg zat uji ,atau tidak lebih besar dari setengah serapan larutan baku jika digunakan 100,0 g zat uji. D. Senyawa senyawa yang menurut Farmakope Indonesia Edisi III mengharuskan uji batas Selenium. 1. ACETAZOLAMIDUM NATRICUM PRO INJECTIONE (FI. Ed. III Hal. 40 ) Asetazolamida Natrium untuk injeksi selenium tidak lebih dari 0,003%; pengujian dilakukan menggunakan 200 mg 2. MENADIONI NATRII BISULFIS (F.I Ed.III Hal. 360) Menadion Natrium Bisufit Selenium tidak lebih dari 3 bpj. 3. METHIONUM (F.I Ed Hal 373) Metionina Selenium tidak lebih dari 30 bpj. 4. PREDNISOLONUM (F.I Ed Hal. 512) Prednisolon Selenium tidak lebih dari 30 bpj,pengujian dilakuka dengan menggunakan 200 mg. 5. PREDNISON (F.I Ed III Hal.514) Prednison Selenium Tidak lebih dari 30 bpj ,pengujian dilakukan dnngan menggunakan 200 mg. 6. SULFAMERAZIN (F.I Ed. Hal 584) Sulfamerazin Selenium Tidak lebih dari 30 bpj,pengujian dilakukan dengan menggunakan 200 mg zat. 7. SULFAMETHOXAZOLUM (F.I Ed.III Hal 586) Sulfametoksazol Selenium Tidak lebih dari 30 bpj,pengujian dilakukan dengan menggunakan 200 ssmg zat.

You might also like