You are on page 1of 10

Tindakan irigasi saluran akar merupakan salah satu tahap perawatan endodonti yang penting sebab jika diabaikan

dapat menyebabkan kegagalan perawatan. Dinding saluran yang tidak bersih dapat menjadi tempat persembunyian bakteri (Fogel dan Pashley, 1990), mengurangi perlekatan bahan pengisi saluran akar (Gettleman et al, 1991) danmeningkatkan celah apikal (Kennedy et al, 1986).

Selama dan sesudah pembersihan dan pembentuk saluran harus diirigasi untuk menghilangkan fragmen jaringan pulpa dan serpihan dentin yang menumpuk. Selain itu, irigasi juga dapat membersihkan debris makanan bila saluran dibiarkan terbuka untuk drainase selama abses alveolar akut (Grossman et al, 1995). Jumlah debris yang dibuang oleh bilasan larutan irigasi saluran akar merupakan faktor yang lebih berpengaruh terhadap kebersihan saluran akar dibandingkan dengan efek melarutkan jaringan (Barbosa et al, 1994). Selain itu, efektifitas larutan irigasi tergantung pada jumlah larutan irigasi, diameter saluran akar, dan kondisi pulpa. Pada gigi tanpa pulpa larutan irigasi tidak hanya mengisi seluruh saluran tetapi dapat juga merembes ke dalam periapikal (Grossman et al, 1995). Tulisan ini akan membahas biokompatibilitas dan masing-masing larutan irigasi tersebut JENIS-JENIS LARUTAN lRIGASI SALURAN AKAR Menurut Harty (1993), suatu larutan irigasi saluran akar yang baik harus mampu melarutkan kotoran organik dan anorganik, melumasi alat endodontik, membunuh mikroba, tidak toksik, dan ekonomis. Larutan irigasi yang paling baik adalah mempunyai daya antimikroba yang maksimal dengan toksisitas yang minimal. Pendapat ini diperkuat oleh Anusavice (1996) yang menyatakan bahwa setiap bahan yang dipakai di bidang kedokteran gigi harus memenuhi syarat-syarat biokompatibilitas (dapat diterima oleh jaringan tubuh) yaitu tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak, tidak mengandung substansi yang bisa menyebabkan respon sistemik bila berdifusi dan diadsorpsi ke dalam sistem sirkulasi, dan bebas dari agen sensitisasi yang dapat menyebabkan respon alergi serta tidak berpotensi karsinogenik.

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 1Tetapi dari hasil studi secara in vitro dan in vivo terhadap berbagai larutan irigasi yang potensial belum ada bahan yang memenuhi syarat tersebut (Spangberg, 1994). Bahan irigasi yang biasa dipakai adalah yang mempunyai sifat antiseptik artinya suatu bahan yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara in vitro dan in vivo pada jaringan hidup. Efektifitas dan toksisitas larutan ini sangat tergantung pada konsentrasi, suhu dan waktu (Jawetz, 1989; Siswandono dan Soekardjo, 1995). Larutan irigasi yang digunakan dalam perawatan saluran akar antara lain adalah : I. Golongan Halogen. I.1. Klorin Bahan irigasi mengandung klorin yang bersifat oksidator dan dianggap paling efektif adalah larutan NaOCI 5% karena bersifat lubrikan, pelarut jaringan pulpa, pemutih dan antiseptik yang kuat (gambar .1) (Spangberg, 1994; Grossman et al, 1995). Akan tetapi bahan ini mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat membuang debris anorganik, tidak dapat mencapai daerah 1/3 apikal, menyebabkan korosi alat endodontik dari baja karbon, bersifat toksik (gambar 1 dan tabel 1) (Weine, 1985; Pogel dan Pashley, 1990; Spangberg, 1994). Heggers et al (1991) menemukan bahwa secara in vitro dan in vivo toksisitas NaOCl terhadap jaringan terlihat pada konsentrasi 0,25% dan dibawah konsentrasi tersebut tidak mempuyai efek bakterisidal. Larutan NaOCI 0,05% mempunyai efek merusak sel yang lebih besar daripada efek antimikroba terhadap bakteri obligate anaerob dari dalam saluran akar (Alacam et al, 1993). Sabala dan Powell (1989), menemukan larutan NaOCl 5,25% yang tertekan ke jaringan periapikal menyebabkan rasa sakit yang sangat danpembengkakkan spontan. Hal yang sama terjadi pada tiga kasus komplikasi pemakaian NaOCl 2% (Becking, 1991). Ingram (1990) melaporkan rasa sakit dan terbakar pada mata pasien akibat terpercik larutan NaOCl 5,25%. Ehrich et al (1993)

melaporkan kasus irigasi NaOCl 5,25% yang tidak sengaja mengenai sinus maksilaris menimbulkan rasa terbakar dan kongesti. I.2 Iodin Larutan organik yang mengandung iodin disebut iodofor. Keuntungan bahan ini adalah dapat membersihkan saluran akar karena mempunyai tegangan permukaan yang rendah, bersifat antiseptik dan toksisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan NaOCl (gambar 1), serta iodin yang dikandungnya tidak

2menimbulkan reaksi alergi. Tetapi sama seperti NaOCI, memiliki efek toksik 10 kali lebih besar dibanding efek antimikrobanya (Spangberg, 1994), dan dapat mengiritasi jaringan. Larutan iodofor yang sering digunakan adalah Wescodyne berisi iodin 1,5% (9,1% polyethoxy polypoxy, polyethoxy ethanoliodine complex) dan lodopax berisi iodin 5% (acetylphenoxy +polyglycol ether). Larutan irigasi lain yang mengandung iodin adalah Iodine pottassium iodide, mempunyai efek antimikroba maksimal. Sitotoksisitasnya lebih kecil dari NaOCI (tabel 1), daya iritasi jaringan setara dengan Bis-dequalinium acetate 0,5% dan NaOCI3% (Spangberg, 1994). 3II. Golongan deterjen Pemakaian deterjen untuk irigasi saluran akar akan menambah kebersihan karena efektif menghilangkan sisa jaringan lemak (Barbosa et al, 1994). Bahan ini efektif sebagai agen pembersih karena mempunyai tegangan permukaan yang aktif, dapat mengemulsi organisme dan debris organik sehingga bisa dikeluarkan dari dalam saluran akar. Efek antibakterinya dengan cara mengganggu lipoprotein membran sel (Kolstad dan White, 1995), tetapi lebih lemah dari NaOCI (Spangberg, 1994). Bahan irigasi yang termasuk deterjen kationik adalah golongan quartenary ammonium compound. Meskipun mempunyai efek pembersih yang baik tetapi bahan ini bukan larutan irigasi yang ideal karena efek antibakterinya lemah, dan dapat menghambat atau memperlama penyembuhan luka (Weine, 1985; Spangberg, 1994). Contoh

deterjen kationik yaitu EDTAG, Zephiran, aminoquinal diacetate/Salvizol, Bisdequalinium acetate atau Solvidont (Spangberg, 1988), Biosept 0,1% dan 1% (Spangberg, 1994), Bardac 22 0,5% (Panighi dan Jacquot, 1995). Biosept lebih toksik dari NaOCI, iodofor dan klorheksidin (gambar 1). Daya iritasi jaringan Salvizol sama dengan iodofor, tetapi lebib rendah dari NaOCI dan Zephiran (Spangberg, 1994). Larutan irigasi yang termasuk deterjen anionik (nonionik) antara lain lauryl sulphate dan Sabun (Kolstad dan White, 1995). Kombinasi larutan kalsium hidroksida dengan lauryl-diethylene-glycol-ether-sodium sulphate 10% dan 20% memiliki efek antibakteri lebib besar dari larutan kalsium hidroksida terhadap bakteri S.faecalis, S.sanguis, Smutans,S.salivarius, Neissseria sp, diphteroid, S.aureus, Lactobacillus sp, S.epidermidis, B. subtilis dan C.albicans (Barbosa et al, 1994). Akan tetapi, Herlofson dan Barkvoll (1996), menemukan deskuamasi mukosa mulut pada 75% subyek pemakai pasta gigi mengandung SLS. III Chelating solution Chelating solution adalah bahan yang dipakai untuk mendekalsifikasi saluran akar yang sempit. Larutan yang biasa dipakai bersifat asam seperti EDTA, asam sitrat (Yamaguchi et al, 1994), asam laktat, asam sulfat dan asam tanat (Bitter, 1989). Selain itu, EDTAC, RC-Prep (Weine, 1985), Solvidont (Spangberg et al, 1988), Salvizol (Spangberg, 1994). Pemakaian kombinasi larutan NaOCl dengan EDTA akan membuang semua debris organik dan sisa jaringan keras gigi serta membuka tubulus dentin. Namun sampai sekarang belum ada bukti yang menyatakan bahwa pembersihan dengan bahan kimia organik yang berlebihan akan meningkatkan prognosa perawatan (Spangberg, 1994). Menurut Segura et al, (1996), larutan disodium salt of EDTA yang terdorong ke apikal selama preparasi bisa menghambat interaksi Vasoactive Intestinal Peptida dengan makrofag sehingga sistim imun pada jaringan periapikal terganggu. TEKNIK IRIGASI SALURAN AKAR Tindakan irigasi dilakukan dengan menggunakan pipet plastik disposible atau

alat semprit kaca dengan jarum endodontik yang bertakik (gambar 2). Jarum harus dibengkokkan menjadi sudut tumpul (gambar 3) untuk mencapai saluran akar gigi depan atau belakang. Jarum dimasukkan sebagian ke dalam saluran dan harus ada ruang yang cukup antara jarum dan dinding saluran yang memungkinkan pengaliran kembali larutan dan menghindari penekanan ke dalam jaringan periapikal. Saat membersihkan dan membentuk saluran akar, larutan disemprotkan hatihati dengan sedikit atau tanpa tekanan serta harus diperhatikan agar saluran selalu penuh dengan larutan baru. Aliran yang merembes keluar ditampung dengan kain kasa atau diaspirasi. Segera setelah preparasi, saluran akar harus dikeringkan dengan 4menahan jarum alat semprit di dalam saluran dan penyedotnya perlahan-lahan serta memakai paper point pada pengeringan terakhir (Grossman et al, 1995). Gambar 2 A Alat semprit disposible 12 ml dengan jarum bertakik, B. Jarum yang bertakik mengurangi tekanan dari semprotan larutan irigasi yang kuat (dikutip dari Grossman et al, 1995)

Jenis Obat Sterilisasi Saluran Akar A. A. Antibiotik Merupakan golongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalamorganisme, khususnya dalam proses infeksi oleh mikroorganisme patogen. Jenisjenisnya, antara lain: 1. Penisilin Penisin ini merupakan antibiotik yang efektif untuk memusnahkan bakteri anaerob ( Porphyromonas, Prevotella, Peptostreptococcus, Fusobacterium, dan Actinomyces) dan bakteri gram positif fakultatif (Streptococcus dan Enterococcus) pada infeksi endodonsi. Antibiotik ini mempunyai toksisitas rendah dan harganya murah. Namun, 10% populasi mungkin alergi terhadap penisilin Antibiotik ini digunakan dengan dosis muatan awal sebanyak 1000 mg per oral Penisilin VK, dilanjutkan dengan 500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. Dosis muatan antibiotik untuk mendapatkan kadar yang adekuat dan mencegah terjadinya resistensi bakteri. Pemberian antibiotik harus diteruskan selama 2-3 hari setelah redanya tanda dan gejala infeksi. (Ganiswan, 1995) 2. Eritromisin Eritromisin merupakan antibiotik yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri fakultatif, namun kurang efektif terhadap bakteri anaerob pada infeksi odotogen. Biasanya digunakan untuk pasien alergi penisilin yng mendapat infeksi ringan sampai sedang. Sayangnya antibiotik ini tidak efektif terhadap infeksi berat dan efek sampingnya adalah gangguan gastrointestinal. Pemberiannya dengan dosis muatan oral sebanyak 1000 mg, dilanjutkan dengan 500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 3. Klaritomisin Klaritomisin merupakan antibiotik yang efektif terhadap bakteri anaerob. Antibiotik ini memiliki efek samping yang rendah terhadap gastrointestinal. Pemberiannya dilakukan sebelum maupun sesudah makan dengan dosis 500 mg setiap 12 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 4. Sefalosporin Oral (Generasi kedua Sefalosporin) Sefalosporin oral merupakan antibiotik yang efektif terhadap bakteri aerob. Namun, perlu hati-hati dalam pemberian sefalosporin oral pada pasien alergi penisilin. (Ganiswan, 1995) 5. Klindamisin Klindamisin merupakan antibiotik yang efektif terhadap bakteri gram positif, gram negatif, anaerob fakultatif, dan sejati. Antibiotik ini dapat didistribusikan dengan baik ke seluruh tubuh dan konsentrasi di tulang hampir sama di dalam plasma. Terapi klindamisin berefek (jarang) dengan timbulnya kolitis pseudomembranosa. Antibiotik lain yang berefek sama yaitu, ampisilinamoksisilin dan sefalosporin. Pemberian untuk dewasa yang diberikan adalah 150-300 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) 6. Metronidazol Metronidazol merupakan antibiotik yang bersifat bakterisida terhadap bakteri anaerob. Pemberiannya dapat dikombinasi dengan enisilin untuk infeksi endodonsi yang berat dengan dosis250-500 mg setiap 6 jam selama 7 hari. (Ganiswan, 1995) B. Antiseptik

1. Minyak Atsiri Minyak Atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris, minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatic, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Merupakan desinfektan yang lemah. Misalnya eugenol. (Walton dan Torabinejad, 1998)

Eugenol Bahan ini adalah esens kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan dengan fenol. Agak lebuh mengiritasi daripada minyak cengkeh dan keduanya adalah suatu antiseptic dan anodin. (Walton dan Torabinejad, 1998) Bahan ini bersifatnya sedatif dan pemakaian setelah pulpektomi, sebagai bagian dari sealer saluran akar, sebagai campuran dari tambalan sementara. 2. Berbasis fenol. Fenol Fenol merupakan Bahan kristalin putih yang mempunyai bau khas bau bara. Fenol yang di cairkan (asam karbolik) terdiri dari 9 bagian fenol dan 1 bagian air. Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan nekrosis jaringan lunak. (Walton dan Torabinejad, 1998) Para-Klorofenol Para-Klorofenol masuk lebih ke dalam tubuli dentin sehingga memusnahkan mikroorganisme di saluran akar. Berfungsi untuk presipitasi atau koagulasi bakteri. Compound ini adalah pengganti produk fenol dengan klorinmenggantikan salah satu atom hydrogen. (Walton dan Torabinejad, 1998) Para-klorofenol berkamfer Bahan ini terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian berkamfer. Bahan ini memperoleh popularitas tingkat tinggi sebagai medikamen saluran akar selam satu abad. Kamfer berguna sebagai suatu sarana dan suatupengencer serta mengurangi efek mengiritasi yang dimiliki para-klorofenol murni selain itu juga memperpanjang efek antimicrobial. (Walton dan Torabinejad, 1998). Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat mengiritasinya kecil dan mempunyai spektrum anti bakteri yang luas dan semua perawatan saluranakar gigi dan gigi yang mempunyai kelainan apikal. ChkM (Chlorphenol kamfer menthol) Terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian kamfer. Daya desinfektan sifat mengiritasi lebih kecil dari pada formokresol. Mempunyaispectrum anti bakteri luas dan efektif terhadap jamur. Bahan utamanya Paraklorofenol. Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar. Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari paraklorofenol murni. Selain itu memperpanjang efek antimicrobial. Menthol mengurangi sifat iritasi clorophenol dan mengurangi rasa sakit. Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat mengiritasi keil dan mempunyai spectrum anti bakteri yang luas dan digunakan dalam semua perawatan saluran akar gigi yang mempunyai kelainan apikal. (Walton dan Torabinejad, 1998) Cresophene

Terdiri dari chlorofenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamatasone yaitu sbagai antiphlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis, apikalis akuta yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa over instrumentasi. Dipakai pada gigi dengan periodontitis apikalis tahap awalakibat instrumentasi berlebih. (Walton dan Torabinejad, 1998) Cresatin Juga dikenal dengan metakresil asetat, bahan ini adalah suatu cairan jernih, berminyak dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptic dan meringankan rasa sakit. Efek antimicrobial cresatin lebih kecil dari pada formokresol atau para-klorofenol berkamfer, obat ini juga tidak begitu mengiritasi jaringan. Bahan ini digunakan untuk semua perawatan saluran akar gigi dan kelainan gigi apikal. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3. Aldehid Formokresol Bahan ini adalah kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1. Formalin merupakan desinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak dapat di larutkan formokresol adalah suatu medikamen bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobik dan anaerobik yang di temukan dalam saluran akar. Bahan ini efektif untuk bakteri aerob dan anaerob namun dapatmenimbulkan efek nekrosis. Penggunaannya pada gigi non vital, mematikan saraf gigi dan sebagai bahan fiksasi. Dan diindikasikan pada perawatan pulpektomi. (Walton dan Torabinejad, 1998) Glutaraldehid Minyak tanpa warna ini agak larut dalam air dan disamping itu mempunyai reaksi yang agak asam. Obat ini merupakan desinfeksi yang sangat kuat dan fiksatif. Konsentrasi rendah dan tidak ada reaksi inflamasi. (Walton dan Torabinejad, 1998) 4. Kalsium hidroksida Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH-nya yang tinggi dan pengaruh melumerkan jaringan pulpa yang nekrotik.Pasta kalsium hidroksida paling baik digunakan sebagai suatu medikamen intrasaluran bila ada penundaan yang terlalu lama antar kunjungan karena bahan ini tetap manjur selama berada dalam saluran akar. (Walton dan Torabinejad, 1998) 5. Nitrogen Merupakan suatu antiseptik yang mengandung para formaldehida sebagai suatu bahan utamanya, dapat digunakan sebagai medikamen intrasaluran maupun sebagai siler atau bahan pengisi. Nitrogen mengandung eugenol dan fenilmerkurik borat, dan kadang kadang juga terdapat bahan bahan tambahan sepertibtimah hitam, kortikosteroid, antibiotika dan minyak wangi. Efek antimikrobialnya hanya sebentar, dan menghilang kira-kira seminggu atau sepuluh hari. (Walton dan Torabinejad, 1998) 6. Halogen Digunakan sebagai medikamen intraselular yang mempunyai pengaruh desinfektan berbanding terbalik dengan berat atomnya, yang termasuk golongan ini adalah: Sodium Hipoklorit. Kompoun ini kadang-kadang digunakan sebagai medikamen intrasaluran. Mempunyai pengaruh desinfektan terbesar di antara kelompok sodium hipoklorit. Sodium hipoklorit sebagai medikamen saluran akar yang efektif namun

bersifat iritasi. Aktivitas sodium hipoklorit ini hebat tetapi hanya sementara, compound ini lebih baik di aplikasikan pada saluran akar tiap dua hari sekali. Bahan ini memiliki chlorine yang bersifat iritatif, tidak stabil dan bersifat toksik bila dalam jumlah besar. Bahan ini bisa juga digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar. (Walton dan Torabinejad, 1998) Yodida Bahan ini mungkin memusnahkan mikroorganisme dengan membentuk garam yang merugikan kehidupan mikroorganisme. Kompond yodida terdiri dari :2 bagian antiseptic yodin, 4 bagian antiseptik yodida, dan 94 bagian air distilasi. (Walton dan Torabinejad, 1998) 7. Komponen Amonium Kuartener Quats adalah compound yang menurunkan tegangan permukaan larutan. Bahan bahan ini di buat tidak aktif oleh compound antiseptic. Karena compound antiseptic kuartener bermuatan positif dan mikroorganisme antiseptic, akan terbentuk suatu efek permukaan aktif dengan compound melekat pada mikroorganisme dan membalik muatannya. (Walton dan Torabinejad, 1998)

C.

C. Desinfektan Zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Macam-macam desinfektan yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi :

1.

Alkohol Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa. (Hermanto, 2005)

2.

Aldehid Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam. (Hermanto, 2005)

3.

Biguanid Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(

).Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus. (Hermanto, 2005) 4. Senyawa halogen Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine). (Hermanto, 2005) 5. Fenol Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium. (Hermanto, 2005) 6. Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol). (Hermanto, 2005)

You might also like