You are on page 1of 7

Asuhan keperawatan fraktur panggul A. Pengkajian 1.

Anamnesis Identitas klien Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu

2. Pemeriksaan fisik Keadaan umum (periksa adanya perubahan tanda-tanda vital, dan tanda syok neurogenik. Breeting B1 ( pada klien dengan fraktur yang tidak berat, pemeriksaan system pernapasan tidak menunjukan klainan ). Blood B2 ( pada pengkajian system kardiovaskuler didapatkan syok hipovolemik dan syok hemoragik yang sering terjadi pada klien cidera panggul sedang atau berat ). Brain B3 ( tingkat kesadaran klien trauma panggul dengan fraktur yang tidak berat adalah kompos mentis. Yang haru s diperiksa adalah funsi serebral, saraf cranial, dan pemeriksaan reflex Achilles tidak didapatkannya refleks atau menghilang ). Bladder B4 ( klien trauma panggul yang mengenai kandung kemih mengalami hematuria, nyeri berkemih, dan pada pemeriksaan tidak ada haluaran urin ). Bowel B5 ( pada keadaan terauma panggul kombinasi yang paling menciderai bagian dalam abdomen, sering didapatkan adanya ileus peristaltik. Manifestasi kinis menunjukan hilangnya bising usus, kembung, dan tidak adanya defekasi ). Bone B6 ( Look : pada inspeksi premium, biasanya didapatkan perdarahan, pembengkakan, dan deformitas pada panggul. Feel : kaji adanya derajat ketidakstabilan cincin panggul dengan palpasi pada ramus dan simfisis pubis. Move : disfunsi motorik yang paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan pada ekstremitas bawah ).

B. Pathway

Trauma mengenai panggul Cidera pada gelang panggul Trauma pada tulang panggul Deformitas kerusakan fragmen tulang Respon nyeri hebat Nyeri akut Trauma luar jaringan lunak Luka pembengkakan kerusakan integritas kulit dan resiko infeksi Trauma pada saraf Gangguan eliminasi urin paralisis ekstremitas bawah Truma pada alat-alat dalam rongga panggul Trauma uretra, rektum dan buli-buli Hematuria, nyeri miksi, retensi urine

Deficit perawatan diri

Kelemahan fisik umum Hambatan mobilitas fisik

C. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri yang berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang panggul, cidra

neuromuscular, dan reflex spasme otot sekunder. 2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular. 3. Gangguan eliminasi urin yang berhubungan dengan trauma pada kandung kemih dan ureter. 4. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik ekstremitas bawah. 5. Resiko infeksi yang berhubungan dengan adanya port de entre luka terbuka pada daerah panggul. 6. Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi dan tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

D. Implementasi Diagnose 1 : Nyeri yang berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang panggul, cidra neuromuscular, dan reflex spasme otot sekunder. Tujuan : Nyeri berkurang atau teratasi Kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi. Klien tidak gelisah, skalanyeri 0-1 atau teratasi Intervensi 1. Kaji skala nyeri Rasional 1. Nyeri merupakan respon subjek yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. 2. Atur posisi imobilitasi pada panggul dengan pemasangan crossover pelvic sling 2. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsure utama penyebab nyeri panggul 3. Ajarkan teknik relaksasi 3. Teknik ini akan memperlancar peredaran darah sehingga kebutuhan O2 pada jaringan terpenuhi dan nyeri berkurang 4. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut 4. Mengalihkan perhatian klien terhadap rasa

nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan 5. Koaborasi pemasangan gips dan pemberian analgetik 5. Stabilisasi fraktur panggul dapat mengurangi sensasi nyeri, dan analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang

Diagnose 2 : Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuscular. Tujuan : klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai kemampuannya Kriteria hasil : klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot bertambah, dank lien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas Intervensi 1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan (secara teratur funsi motorik) 2. Ajarkan klien melakukan latihan gerak pasif 3. Bantu klien meakukan latihan ROM san perawatan diri sesuai toleransi 4. Kolaborasi dengan ahli fisio terapi untuk latihan fisik klien Rasional 1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam aktivitas 2. Otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk bergerak 3. Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan 4. Kemampuan mobilisasi ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

Diagnose 3 : Gangguan eliminasi urin yang berhubungan dengan trauma pada kandung kemih dan ureter. Tujuan : pola eliminasi urin kembali pada tahap yang paling optimal Kriteria hasil : produksi urin 50 cc/jam keluhan eliminasi urin tidak ada Intervensi 1. Kaji pola berkemih dan catat produksi urin setiap 6 jam 2. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih 3. Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hati 4. Apabila tidak ada rupture uretra atau kerusakan pada alat kelamin, lakukan pemasangan kateter dower 2. Menilai perubahan akibat inkontinensia urin 3. Membantu mempertahankan fungsi ginjal 4. Kontra indikasi pemasangan kateter pada klien trauma panggul adalah rupture uretra Rasional 1. Mengetahui fungus ginjal

Diagnose 4 : Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan fisik ekstremitas bawah. Tujuan : perawatan diri klien dapat terpenuhi Kriteria hasil : klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri dan mampu melakukan aktivitas perawatan diri Intervensi 1. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu klien bila perlu Rasional 1. Hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan menjaga harga diri klien karna klien dalam keadaan cemas dan membutuhkan bantuan orang lain 2. Ajak klien untuk berfikir positif. Terhadap kelemahan yang dimikinya. Berikan klien motivasi dan izinkan klien melakukan tugas, dan beri umpan balik positif atas usahanya. 2. Klien memerlukan empati. oleh karna itu, perawat perlu mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani klien, sekaligus meningkatkan harga diri, memandirikan klien, dan menganjurkan klien untuk terus

mencoba. 3. Konsultasi kedokter terapi okupasi 3. Untuk mengembangkan terapi dan memenuhi kebutuhan khusus

Diagnose 5 : Resiko infeksi yang berhubungan dengan adanya port de entre luka terbuka pada daerah panggul. Tujuan : infeksi tidak terjadi selama perawatan Kriteria hasil : klien mengenal factor-faktor resiko dan mengenal tindakan pencegahannya Intervensi 1. Lakukan penrawatan luka secara steril Rasional 1. Teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi kontaminasi kuman 2. Kaji dan pantau luka operasi setiap hari 2. Mendeteksi secara dini gejala inflamasi yang mungkin timbul akibat adanya luka pasca operasi 3. Pertahankan hidrasi dan nutrisi yang adakuat 3. Membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan mengurangiresiko infeksi akibat sekresi yang statis 4. Berikan antibiotic sesuai indikasi 4. Satu atau beberapa agens diberikan yang bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang terjadi

Diagnose 6 : Resiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi dan tidak adekuatnya sirkulasi perifer. Tujuan : resiko kerusakan integritas kulit tidak terjadi Kriteria hasil : klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, tidak ada tanda tanda kemerahan atau luka, dan kulit kring Intervensi 1. Observasi adanya eritema dan kepucatan serta palpasi area sekitar untuk mengetahui adanya kehangatan dan pelunakan jaringan Rasional 1. Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan

setiap mengubah posisi 2. Ubah posisi tiap dua jam 2. Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah 3. Bersihkan dan keringkan kulit 3. Meningkatkan integritas kulit dan mengurangi resiko kelembapan kulit 4. Jaga kebersihan kulit seminimal mungkin hindari panas dan trauma pada kulit 4. Mempertahankan keutuhan kulit

You might also like