Professional Documents
Culture Documents
II. TEORI
Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat tersebut. Atom pusat ditandai oleh bilangan koordinasi, yaitu suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan yang dapat membentuk kompleks stabil dengan satu atom pusat. Ion-ion dan molekul anorganik sederhana seperti : NH3, CN-, Cl- dan H2O membentuk ligan monodentat, yaitu satu ion atau molekul menempati salah satu ruang yang tersedia disekitar ion atom pusat dalam bulatan koordinasinya. Pereaksi-pereaksi organik yang dipakai dalam pemeriksaan kimia umumnya mengandung gugus fungsi yang bertindak sebagai ligan. Karena itu, pereaksi-pereaksi ini dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion-ion logam, terutama senyawa kompleks dengan kelat. Pereaksi-pereaksi organik tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan endapan atau mencegah timbulnya warna atau untuk mengubah sifat oksidasi atau reduksi suatu senyawa.[1] Ion kompleks dideskripsikan sebagai ion logam dan beberapa jenis ligan yang terikat olehnya. Struktur dari ion kompleks tergantung dari 3 karakteristik, yaitu bilangan koordinasi, geometri dan banyaknya atom penyumbang setiap ligan: a) Bilangan Koordinasi Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat langsung oleh atom pusat. Bilangan koordinasi dari Co3+ dalam senyawa [Co(NH3)6]3+ adalah 6, karena enam atom ligan (N dari NH3) terikat oleh atom pusat yaitu Co3+. Umumnya, bilangan koordinasi yang paling sering muncul adalah 6, tetapi
OBJEK VIII PEMBUATAN PARTIKEL NIKEL DIMETILGLIOKSIM YANG HALUS DAN HOMOGEN
terkadang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat muncul dan tidak menutup kemungkinan bilangan yang lebih besar pun bisa muncul. b) Geometri Bentuk (geometri) dari ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasi dan ion logam itu sendiri. Geometri ion kompleks tergantung pada bilangan koordinasinya 2, 4, dan 6, dengan beberapa contoh misalnya sebuah ion kompleks yang mana ion logamnya memiliki bilangan koordinasi 2, seperti [Ag(NH3)2]+, memiliki bentuk yang linier. c) Atom Pusat Tidak semua logam membentuk senyawa kompleks, hanya logam-logam yang memiliki orbital kosong untuk menampung donor dari ligan. Atom Pusat adalah atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang didonorkan. Biasanya berupa ion logam, terutama logam golongan transisi (Fe2+, Fe3+, Cu2+, Co3+, dll) yang memiliki orbital (d) yang kosong. Sedangkan Ligan adalah molekul/ion yang mengelilingi logam dalam ion kompleks yang harus memiliki PEB. Interaksi antar atom logam dan ligan dapat dibayangkan bagaikan reaksi asam basa-lewis.[2] Nikel adalah logam putih perak yang keras, bersifat liat, dapat ditempa dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada suhu 1445 oC dan bersifat sedikit magnetis. Nikel terdapat dialam sebagai bentuk senyawaan ditemukan dalam bentuk : 1. A.Millerite,NIS 2. Garnierite (silikat dengan Mg) 3. Laterite ,silikat (Ni,Mg)6 Si4O10(OH) 6 4. Pentlandite ,5 % nikel yang bergabung dengan Cu dan Co.[3] Nikel (II) membentuk sejumlah besar kompleks dengan bilangan koordinasi 6, 5 dan 4 yang memiliki semua jenis struktur yang utama yaitu : oktahedral, trigonal bipiramidal, piramidal bujur sangkar, tetrahedral dan bujur sangkar. Senyawa-senyawanya memberikan kesetimbangan rumit yang yang dapat
umumnya tergantung pada suhu dan terkadang bergantung pada konsentrasi. Spesies terkoordinasi 6 yang paling umum ditemui adalah ion aquo hijau
OBJEK VIII PEMBUATAN PARTIKEL NIKEL DIMETILGLIOKSIM YANG HALUS DAN HOMOGEN
[Ni(H2O)6]2+ yang dibentuk pada pelarutan Ni, NiCO3 dan sebagainya hingga menghasilkan kompleks seperti trans-[Ni(H2O)2(NH3)4]2+ atau [Ni(en)3]2+. Kompleks amin ini biasanya berwarna biru atau ungu dikarenakan pergeseran pita serapan bila H2O digantikan oleh medan ligan yang lebih kuat.[4] Untuk spesies terkoordinasi 4, kebanyakan kompleks ini adalah bujur sangkar, hal ini dikarenakan konfigurasi d8 ligan planar menyebabkan salah satu orbital d menjadi tinggi secara khas dalam energi dan kedelapan elektron dapat menempati keempat orbital lainnya namun meninggalkan orbital-orbital antiikatan yang lebih kuat. Dengan koordinasi tetrahedral, penempatan orbital anti-ikatan tidak dapat dihindari dengan sistem d8 Pd2+ dan Pt2+. Faktor ini menjadi demikian penting sehingga tidak ada kompleks tetrahedral yang terbentuk. Kompleks planar Ni2+ hanya akan berada dalam sifat diamagnetik.[2] Sifat-sifat kompleks planar Ni2+ : 1. Berwarna merah, kuning atau coklat 2. Menyebabkan adanya pita serapan dengan intensitas sedang dalam range 450-600 nm Nikel (II) akan membentuk sebuah endapan apabila direaksikan dengan sebuah senyawa organik dimetilglioksim C4H6(NOH)2. Pembentukan endapan berwarna akan terjadi secara kuantitatif dalam sebuah larutan yang mempunyai pH sekitar 5-6, reaksi pembentukan kompleks yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut :
Adapun sifat sifat dari dimetilglioksim adalah : 1. Berupa bubuk kristal 2. Berwarna merah darah
OBJEK VIII PEMBUATAN PARTIKEL NIKEL DIMETILGLIOKSIM YANG HALUS DAN HOMOGEN
3. Mempunyai titik leleh 250 0C 4. Merupakan Kristal trinidit dari alkali dan air 5. Tidak larut dalam air, asam asetat, ammonia, dan asam mineral 6. Mendekati sol dalam alkohol 7. Berat molekul 288,94 g/mol Nikel dimetilglioksim merupakan sebuah endapan yang cukup padat dan rapat. Untuk mendapatkan bubuk yang cukup halus dan homogen, biasanya dapat diperoleh dengan merubah pH larutan menjadi kecil, yaitu sekitar 3-4 dengan menambahkan urea kedalam larutannya. Larutan tersebut dipanaskan untuk mengubah urea menjadi ammonia dengan reaksi sebagai berikut : NH2CONH2 + H2O 2NH3 + CO2 Nikel dapat dibentuk secara alami dalam sebuah kombinasi antara arsenik, antimon dan sulfur, misalnya millerite NiS, NiAs dan lain-lain. Komponen nikel yang bernilai komersil adalah granierets yaitu silikat magnesium nikel dan mengandung 3 5% Ni.[4] Kegunaan dari dimetilglioksim adalah : 1. Mendeteksi dan menentukan logam Ni dan pemisahnya dari Co dan logam lain 2. Membentuk endapan merah dengan nikel 3. Pemisahan Pd dari Sn, Au, Rh, dan Ir 4. Mendeteksi Bi 5. Sebagai pigmen dalam zat 6. Dalam bidang kosmetik[1] Untuk mendapatkan logam nikel yang murni dapat dilakukan dengan proses ekstraksi dari bijih nikel (II) oksida. Dimana nikel (II) oksida ini direduksi dengan karbon menjadi logam Ni yang masih belum murni, untuk memurnikannya dapat dilakukan dengan metoda elektroda posisi. Namun beberapa nikel yang tinggi kemurniannya tetap dibuat dengan cara mereaksikan karbonil monoksida dengan nikel tidak murni pada suhu 50 oC dan tekanan biasa atau dengan anyaman nikel tembaga dalam keadaan yang lebih kuat
OBJEK VIII PEMBUATAN PARTIKEL NIKEL DIMETILGLIOKSIM YANG HALUS DAN HOMOGEN
menghasilkan NiCO4 yang mudah menguap. Logam yang kemurniannya 99,90 % sampai 99,99% diperoleh dengan komposisi termal pada suhu 200 oC.[2] Nikel terletak pada golongan VIII B dan pada periode keempat dalam sistem periodik. Nikel termasuk logam transisi sehingga mempunyai beberapa bilangan oksidasi. Hal ini dikarenakan pengisian orbital d oleh elektron valensinya. Dengan beberapa bilangan oksidasi, maka nikel dapat membentuk beberapa kompleks seperti : 1. K2NiF6, KNiF3 dengan struktur oktahedral 2. [NiCl4]2- dengan struktur tetrahedral 3. [Ni(CN)4]2- dengan struktur segiempat planar Nikel seringkali disepuh sebagai lapisan pelindung dikarenakan nikel sangat tahan terhadap penyerangan oleh udara atau air pada suhu biasa pada keadaan padat. Garam-garam (II) yang stabil diturunkan dari nikel (II) oksida (NiO) yang merupakan zat berwarna hijau disebabkan oleh warna dari kompleks heksa aquonikelat (II) [Ni(H2O)6]2+.[4]
OBJEK VIII PEMBUATAN PARTIKEL NIKEL DIMETILGLIOKSIM YANG HALUS DAN HOMOGEN
Alat
Fungsi
Mengukur suhu larutan Wadah larutan Untuk menyaring Wadah larutan Untuk penyaringan Untuk menghomogenkan larutan Untuk memanaskan
Bahan
Dimetilglioksim Asam klorida
Fungsi
Sebagai sumber ligan Untuk menjaga pH (mengasamkan larutan)
3. 4. 5.
OBJEK VIII PEMBUATAN PARTIKEL NIKEL DIMETILGLIOKSIM YANG HALUS DAN HOMOGEN
2 4 3 5 6
4.1.2 Perhitungan
NiSO4.6H2O + H2O Ni2+ + SO4- + 6H2O Ni2+ + 2DMG- Ni(DMG)2 1 mol NiSO4.6H2O ~ 1 mol Ni(DMG)2 Mol NiSO4.6H2O Mol Ni(DMG)2 = = 0,0095 mol
Massa teori Ni(DMG)2 g Ni(DMG)2 = 0,0095 mol x 288,94 g/mol = 2,74 gram Massa percobaan = 1,43 gram
x 100 %
5.2 PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini dilakukan sintesis senyawa kompleks nikel dimetil glioksim dimana senyawa NiSO4.6H2O berfungsi sebagai sumber atom pusat Ni2+ dan larutan dimetilglioksim 1% sebagai sumber ligannya. Prinsip dari percobaan ini adalah pengomplekan dan pengendapan senyawa kompleks yang diinginkan. Percobaan ini dilakukan dalam suasana asam dengan penambahan HCl sebagai reagen untuk menurunkan pH larutan. Dengan adanya suasana asam, maka terjadi proses pertukaran ion yang lebih cepat, penambahan HCl ini dilakukan perlahan-lahan dengan tujuan agar pH larutan tidak menurun drastis. pH pembentukan kompleks yang dibutuhkan adalah 5. Pada saat penambahan dimetilglioksim pada larutan NiSO4.6H2O ini, warna langsung berubah dari hijau toska menjadi merah, hal ini menunjukkan bahwa terjadi reaksi pengomplekan yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur dari Ni2+ menjadi kompleks Ni(DMG)2. Pembentukan senyawa kompleks ini menggunakan bantuan urea sebagai penghasil ammonia. Urea ini akan terionisasi menghasilkan ammonia yang berfungsi untuk mempercepat proses terbentuknya endapan namun dilakukan secara bertahap. Tujuan dari dilakukannya pemanasan adalah agar kompleks yang terbentuk lebih halus dan homogen, pemanasan ini dilakukan dengan suhu dibawah 90 oC untuk menghindari pemutusan ikatan Ni2+ dengan DMG tersebut. Setelah pemanasan dilakukan pengukuran dimana seharusnya pH larutan adalah netral namun masih bersifat asam, untuk itulah dilakukan penambahan ammonia hingga pH menjadi 7. pH ini dijadikan netral agar kompleks Ni(DMG)2 yang terbentuk bersifat stabil. Saat penyaringan endapan, filtrat yang didapatkan masih berwarna kehijauan. Hal ini menunjukkan bahwa pada larutan masih terdapat ion Ni2+ yang masih bisa diikat oleh DMG yang dibuktikan dengan terbentuknya endapan merah saat dilakukan penambahan beberapa tetes dimetilglioksim.
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan endapan dari senyawa kompleks Ni(DMG)2 ini sebanyak 1,43 gram dengan rendemen sebesar 51,19 % , rendemen ini masih terbilang kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang sempurnanya proses homogenisasi yang dilakukan dan faktor-faktor lain yang menyebabkan rendemen yang dihasilkan belum maksimal. Struktur geometri dari senyawa kompleks Ni(DMG)2 ini adalah square planar :
6.2 SARAN
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, maka disarankan : 1. Pahami prinsip percobaan dengan baik 2. Berhati-hati dalam menambahkan HCl kedalam larutan, jangan sampai pH menjadi terlalu asam 3. Jaga suhu larutan agar tidak melewati 90 oC 4. Teliti dalam homogenisasi, penambahan urea dan sebagainya
3d Eksitasi
4s
4p
3d
4s
4p
3d
4s
4p
Ada 2 DMG yang akan berikatan, dimana DMG merupakan ligan bidentat yang menyumbangkan 2 elektron sehingga 4 PEB DMG masuk DMG
3d
4s
4p
230 oC
14 jam dan
dileburkan pada 540 oC selama 3 jam ZMS-5 Zeolite Persiapan katalis 50 mL Ni(NO3)2.6H2O - ditambahkan 1 g Ni-ZSM-5 - diaduk 12 jam - disaring Endapan - dicuci dengan air yang terdeionisasi sampai ion Ni2+ hilang - dikeringkan pada 120
o
Endapan hijau - ditambahkan 25 mL DMG - diaduk 24 jam dan disaring - dicuci dengan air berlebih dan dikeringkan pada suhu ruang Endapan Ni(DMG)2 - dikarakterisasi dengan FTIR, XRD, SEM, TG dan DTG Hasil
b. Analisis metoda yang dipakai Pada jurnal ini ZSM-5 Zeolite disintesis dan dikarakterisani menggunakan metoda Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-Ray Difraction (XRD), Scanning Electron Microscopy (SEM), TG dan DTG.
c. Analisis hasil yang didapatkan Dari penelitian, parameter optimal yang didapatkan adalah pada pH = 9, suhu 60
o
C, katalis sebanyak 0,6 g/L dan konsentrasi dye sebesar 40 ppm dimana proses
degradasi tidak menunjukkan degradasi signifikan dari pembentukan dengan zeolite dimana proses degradasi mematuhi aturan pertama kinetiknya.
d. Kelebihan jurnal dibanding praktikum Kelebihan dari jurnal ini adalah adanya karakterisasi yang dilakukan pada senyawa kompleks Ni(DMG)2 sehingga dapat diketahui karakteristik hasil dan pengaruh senyawa ini pada fotodegradasi Nikel-dimetilglioksim/ZSM-5 Zeolite ini. Sedangkan, pada percobaan yang dilakukan tidak dilakukan karakterisasi melainkan hanya sampai sintesis dari kompleks Ni(DMG)2 saja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cotton, Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press 2. Ejhleh, Alireza Nezamzadeh dan Zahra Shams-Ghahfarokhi. 2013. Photodegradation of Methyl Green by Nickel-Dimethylglyoxime/ZSM-5 Zeolite as a Heterogeneous Catalyst. Journal of Chemistry : Hindawi Publishing Corporation 3. Miesler, Gary L. 1999. Inorganic Chemistry. New Jersey Pretence Hall : International Inc 4. Vogel. 1994. Kimia Analisis Anorganik. Jakarta : EGC